• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II FAKTOR PENJUALAN LAHAN DAN MENGALIH FUNGSIKAN

2.6. Penggunaan Lahan

2.6.2. Konflik Antar Individu

Konflik pemanfaatan lahan antar individu yang berskala kecil berimbas menjadi salah satu masalah yang menjadi besar, dimana adanya suatu masalah yang kecil saja bisa menjadi masalah yang besar dan mungkin bisa merugikan banyak pihak, terutama dalam pemanfaatan lahan yang ada di wilayah mereka tinggal. Konflik antar individu yang terjadi di wilayah tersebut hanya saja jika ada IMB yang benar-benar dilaksanakan secara konsekuen dan konsisten. Seperti yang terjadi di wilayah tersebut adanya konflik yang terjadi antar individu itu yaitu letak pemanfaatan lahan seperti pendirian sebuah bangunan yang didirikan oleh salah satu kelompok orang yang ingin membuat suatu bangunan sesuai dengan keinginannya yaitu membangun salah satu rumah untuk dijadikan sebagai tempat tinggal, akan tetapi bangunan tersebut tidak sesuai dengan bentuk- bentuk keinginan bersama dengan orang lain atau tidak sesuai dengan keinginan pihak yang lain. Seperti yang ada di daerah kelurahan Tanjung Sari tersebut, dimana adanya orang atau individu yang membeli lahan akan tetapi lahan tersebut berada di samping yang lahannya masih lahan pertanian sampai yang sekarang ini. Dibangunnnya sebuah rumah yang berdekatan dengan lahan pertanian yang masih

diolah olehsebagian kecil masyarakat yang ada di daerah kelurahan Tanjung Sari tersebut membuat masyarakat yang masih mengolah lahan merasa jengkel dan adanya rasa ketidak adilan karena bangunan rumah tersebut bisa berpengaruh pada lahan sawah yang masih diolah tersebut, bangunan tersebut bisa

mengganggu lahan pertanian itu karena kebetulan terambilnya sedikit lahan pertanian yang dimilki oleh pengolah atau pemilik lahan pertanian tersebut ketika membangun rumah itu, hal membuat suatu bangunan itu adalah sebagai suatu keinginan oleh pembeli lahan yang ingin membuat suatu bangunan, disini adanya ketidak cocokan antara pendiri bangunan dengan pemilik lahan sawah, atau saja tidak cocok karena selera untuk mendirikan suatu bangunan itu antara pihak yang satu dengan pihak yang lainnya memang berbeda-beda, dan tentu saja akan menimbulkan kejanggalan pada pihak lain karena tidak sesuai dengan pemikiran pihak lain yang berada di wilayah sekitar masyarakat tersebut. Hal ini menimbulkan konflik antar individu dan terbukti bahwa memang selera yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda, dengan adanya beda selera dan beda

pemikiran dalam hal mendirikan suatu bangunan- bangunan akan membuat emosi yang memuncak dan ada hanya perselisihan yang terjadi. Bukan hanya adanya kejangggalan yang ada diantara individu akan tetapi juga adanya rasa iri yang satu dengan yang lainnya, jika seseorang membuat suatu bangunan yang mewah yang mau ditempati dan dibuat sebagai tempat tinggal akan membuat yang lainnya merasa iri, adapun rasa iri yang dimiliki oleh setiap orang juga berbeda-beda, seperti halnya rasa iri seseorang ingin membangun rumah semewah yang dimiliki tetangganya yang baru membangun rumah di sekitar tempat dia tinggal. Di samping itu juga adanya rasa cemburu yang membuat seseorang itu yaitu

dibangunnnya sebuah bangunan yang dijadikan untuk berbisnis disamping dibangunnya rumah yang mewah, seseorang yang merasa iri juga memiliki ingin memiliki bangunan yang ingin dijadikan sebagai tempat berbisnis, rasa

kecemburuan seseorang semakin tinggi.

Hal kecemburuan atau keirian yang dimiliki setiap individu yang ada di wilayah tersebut itu adalah rasa cemburu ingin memiliki apa yang sudah dimilki oleh orang lain.

2.6.3 Konflik Antar Kelompok Masyarakat

Konflik pemanfaatan lahan yang menimbulkan konflik antar kelompok masayarakat seperti yang ada di wilayah tersebut, banyak lahan pertanian di satu sisi dan di sisi lain mulai banyak pembangunan perumahan maupun

non-perumahan, maka konversi pemanfaatan lahan pertanian menjadi bentuk

pemanfaatan non-pertanian tidak dapat dihindarkan sepenuhnya dan akan terjadi secara intensif. Makin dekat ke lahan kekotaan terbangun, maka makin intensif proses konversi yang terjadi.Seperti yang ada di wilayah tersebut adanya benturan kepentingan antar kelompok penduduk yang bertempat tinggal di kompleks perumahan baru dengan kelompok penduduk yang tinggal dekat dengan lahan pertanian atau lahan persawahan yang masih ada di wilayah tersebut.

Pembangunan kompleks perumahan yang dilakukan di banyak lahan pertanian inilah yang membuat banyak masyarakat sekitar memacu terjadinya konflik yang semakin memuncak dan semakin lama hal ini sering dijumpai terutama seperti yang ada di wilayah tersebut. Pembangunan tersebut membuat dampak yang negatif bagi lahan persawahan yang dimiliki oleh sebagian kecil masyarakat yang masih mengolah lahan pertanian tersebut, seperti pembuangan

air limbah rumah tangga ke saluran irigasi, makin banyaknya hewan piaraan yang menggangu tanaman, sehingga mengurangi kuantitas produksi maupun

produktivitasnya.

Penghuni perumahan yang elite tersebut juga merasa sok elite dengan gaya hidup yang terkadang bertentangan dengan norma-noram religius, sosial dan kultural masayarakat setempat sangat potensial memicu konflik antar kelompok masyarakat, yaitu terjadinya konflik secara perlahan antar pennghuni rumah yang mewah dengan kelompok masyarakat petani di sekitar perumahan yang ada di wilayah tersebut. Penghuni perumahan yang elite dengan petani yang masih ada di sekitar perumahan wilayah tersebut memang sangat berbeda dalam arti pemikiran yang tinggal di perumahan yang elite itu ada kalanya bersikap sombong dalam hal memandang orang petani yang tinggal di sekitar perumahan yang elite dan ada kalanya tidak mempedulikan bagaimana kondisi lahan pertanian yang ada di daerah sekitar dia tinggal terutama lahan pertanian attau lahan persawahan yang berada di daerah mereka tinggal.

Seperti pembuangan limbah pada irigasi air untuk kebutuhan persawahan yang dimiliki masyarakat petani tersebut itu bisa menyiksa atau merugikan bagi masyarakat yang mengolah lahan sawah tersebut, karena air limbah yang datang dari berbagai perumahanyang elite itu tidak sesuai dengan kebutuhan pertanian terutama lahan persawahan yang ada di sekitar perumahan. Lahan persawahan yang dimiliki oleh masyarakat petani semakin lama semakin banyak keluhan terutama keluhan yang sering dilakukan oleh petani yang masih mengolah lahan pertanian di wilayah tersebut walaupun hanya tinggal sedikit.

“ ai songonanma, tambah leleng tambah godangdo akka jolma on na mambahen jabuna na mewah-mewah, tambah leleng tambah soppit akka tano on

apalagi tano nami on nai, tambah leleng tambah soppit, gabe tersiksa tanonami on dikelilingi akka jabu ni namorai poang, gabe susah hami mandapot aek na

cocok tu eme nami on, hape holan tano na sajokkal on nama siolahon dabah. Adong musema on akka na tinggal dijabu na mewah on akka siginjang roha dang perduli tu iba nalagi bertani on, olodo halakon asal mambolokkon aek

limbah ni halaki tu hauma nami on, halaki kadang dang parduli tu halak sekitarna”.

“ Seperi inilah, makin lama makin banyak orang yang membangun rumah terutama rumah yang mewah, semakin lama semakin sempit lahan pertanian kami, jadi tersiksa lahan pertanian kami terutama lahan persawahan yan masih

kami olah, yang dikelilingi rumah-rumah yanag mewah dan bangunan yang lainnnya, jadi susah untuk mendapatkan air yang cocok untuk sawah kami ini, hanya lahan yang sedikit inilah yang kami punya tapi beginilah orang-orang kaya

yang tinggal di wilayah ini, mereka tidak peduli dengan masyarakat yang masih mengolah lahan sawah walaupun tinggal sedikit, adalah orang ini yang berlagak

sombong dan tidak peduli antar sesama, tapi ya sudahlah suka- suka mereka lah disitu walaupun agak kesal dikit mau gimana lagi lah...”.

Hal ini sering terjadi karena semakin banyak masyarakat yang datang serta melakukan atau membangun perumahan yang elite di sekitar lahan

persawahan yang masih ada di daerah ini, maka akan semakin tersiksa juga lahan pertanian karena sudah lebih banayak untuk yang sekarang ini lahan

non-pertanian daripada lahan non-pertanian.

Seiring dengan berjalannya waktu hal ini sudah memang tidak bisa dicegah lagi dan masyarakat petani yang ada di sekitar perumahan elite tersebut tidak bisa berbuat apa- apa yang ada hanya kekesalan karena lahan pertanian yang mereka olah itu hanya bisa tersiksa dan tidak bisa mendapat kebutuhan yang sesuai dengan kebutuhan lahan persawahan yang masih diolah oleh sebagian kecil masyarakat.

BAB III

KESESUAIAN ALIH FUNGSI LAHAN DENGAN RENCANA TATA RUANG KOTA MEDAN

3.1. Rencana Umum Tata Ruang Kota Medan

Perencanaan tata ruang perkotaan dilakukan oleh pemerintahan kota dan diaplikasikan kepada masyarakat banyak yang berada di kota tersebut. Perkembangan kota terutama kota yang berlangsung secara cepat maka penyusunan fungsi rencana tata ruang perkotaan menjadi sangat penting artinya untuk menjaga perkembangan yang terjadi itu jangan menyimpang terlalu besar sehingga tidak terkendali. Jika sampai tidak terkendali maka hal ini akan mengakibatkan kualitas hidup di daerah perkotaan menjadi tidak nyaman. Dimaklumi bahwa pasti terjadi penyimpangan dalam pemanfaatan tata ruang perkotaan karena adanya benturan kepentingan, invervensi pihak pengambilan keputusan atau tidak adanya ketidak patuhan dari pihak pengembangan serta kurang berfungsinya pengawasan pembangunan.

Rencana Umum Tata ruang Kota Medan sesuai dengan pemerintahan kota (Pemko) pembangunan pemukiman dikonsentrasikan ke kawasan Utara yang meliputi : Medan Labuhan, Medan Marelan, Medan Deli, Medan Helvetia dan Medan Barat Medan Timur dan sekitarnya sedangkan pemanfaatan lahan di kawasan Selatan dibatasi. Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan daerah (BAPEDA) kota Medan Ir.Harmes Jhoni kepada Medan Bisnis, penembangan pemukiman dikawasan utara akan didukung oleh lahan siap bangun (lasiba) dan kawasan siap bangun (kasiba) akan tetapi pembangunan di kawasan selatan akan

dibatasi mengingat bahwa dikawasan selatan itu cocok untuk membuat Kota Medan itu tetap hijau .

Sruktur tata ruang perkotaan yang berkeseimbangan sangat penting mendapat perhatian dalam perencanaan kota. Struktur perencanaan kota yang berkeseimbangan mempunyai tujuan utama yaitu:

• Mewujudkan keseimbangan antar bagian kota dalam tingkat pertumbuhannnya diupayakan agar tingkat pertumbuhan pada bagian-bagian kota itu dapat mencapai equal advantage, yaitu tingkat pertumbuhan yang relatif sama, yang berarti berbagai kegiatan perkotaan agar diupayakan tersebar merata keseluruh bagian kota.

• Terwujud kesatuan sosial ekonomi perkotaan menjadi lebih koko. Dengan tingkat pertumbuhan yang relatif sama dan tersebarnya berbagai kegiatan secara merata, akan mendorong keterkaitan antar bagian kota, baik dalam kegiatan ekonomi (perdagangan dan angkutan barang), maupun dalam kegiatan sosial (mobilitas manusia/penduduk) secara interaktif dan responsif.

Pemukiman yang menyangkut pembangunan-pembangunan perumahan penduduk yang dilakukan secara menyebar di wilayah pinggiran kota mengurangi kepadatan yang negatif, dengan upaya-upaya revitalisasi tata ruang perkotaan, penyediaan prasarana dan sarana perkotaan yang cukup dan perencanan sistem pemukiman secara terpadu, maka beban penduduk dab nerbagai kegiatan ekonomi dan sosial pada pemukiman spasial perkotaan diharapkan tidak melampaui daya dukung sumberdaya alam daerah perkotaan sehingga dampak negatif perkotaan dapat diminimalisasikan.

Pada pembangunan-pembangunan yang diadakan di daerah kota Medan juga yang ada di pinggiran kota Medan seperti yang dilakukan di daerah tanjung sari tersebut, ada hal-hal yang harus diikuti sesuai dengan Rencana Tata Ruang kota Medan.

Rencana Tata Ruang Kota Medan memang masih dalam proses pencapaian guna untuk mencapai kota idaman, dengan arti kota sebagai panutan. Akan tetapi di daerah kota Medan banyak orang yang melakukan bangunan-bangunan,dilakukannya bangunan-bangunan tersebut karena banyak tujuan dalam kebutuhan masyarakat Kota Medan tersebut. Bangunan yang dilakukan mereka banyak yang tidak sesuai dengan izin yang berlaku yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kota Medan.

Seperti yang dikatakan oleh Bapak Bachtiar Hassan Miraza seorang pemerhati ekonomi pada waspada medan.com. Pada penyusunan pola ruang pemerintah kota seharusnya menetapkan peruntukan ruang dalam kota untuk fungsi lindung (ruang terbuka hijau) dan peruntukan ruang kota bagi fungsi budidaya seperti pusat bisnis dan hiburan, pusat pelayanan masyarakat seperti sekolah, rumah sakit dan sebagainya.

Hendaknya berbagai kegiatan fungsional ini tidak bercampur aduk dalam satu titik, yang dapat menciptakan kekacauan dan kesemrawutan. Langkah ini dilanjutkan dengan menyusun struktur ruang dimana pemerintah kota menetapkan pusat pusat permukiman dengan sistim jaringan prasarana dan sarana kota sebagai pendukung kegiatan sosial masyarakat kota.

Dengan cara ini semua kegiatan fungsional menjadi terhubung secara effisien. Sebuah kota tidak bisa dilepaskan dari upaya mengejar kehidupan kota yang

effisien. Dampak dari penyusunan Pola Ruang dan Struktur Ruang yang tepat akan menciptakan pemerataan pembangunan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat kota.

Tidak ditemukan lagi ada sudut kota yang tertinggal dalam sebuah kota yang maju/metropolitan. Penduduk kota pun hidup menyebar karena tidak ditemuinya lagi masalah transportasi dan lalu lintas kota serta pemusatan kegiatan masyarakat pada satu titik.

Bagaimana dengan kondisi kota Medan saat ini. Kota Medan saat ini pantas disebut sebagai unmanaged city. Kota ini dilihat dari susunan Tata Ruang Kota tidak lagi merupakan kota idaman seperti yang dimaksud pada awal pendirian sebuah kota. Dan kota inipun tidak mungkin dapat ditata ulang sebagai sebuah kota harapan.

Tata ruang kota Medan telah berantakan dan telah menghilangkan jati dirinya sebagai kota idaman, sebagai suatu pertanda begitu ganasnya kelompok bisnis dan elite kota memanfaatkan bagian bagian kota yang sebenarnya tidak pantas dijadikan kegiatan bisnis.

Bangunan-bangunan yang didirikan pada satu titik yang artinya pada satu wilayah hanya didirikan bangunan bisnis seperti bangunan-bangunan ruko yang berderet di sepanjang pinggir jalan kota dan masyarakat yang melakukan kegiatannya di wilayah ini akan mengakibatkan macetnya lalu lintas padahal di daerah ini terutama di jalan ini setiap kendaraan akan melaju secara cepat karena jalan ini adalah jalan lintas yang dilewati banyak mobil-mobil besar, oleh karena banyaknya bangunan-bangunan bisnis yang didirikan di pinggir jalan yang ketepatan di daerah pinggir jalan lintas akan mengakibatkan macet yang bisa

membuat para pengendara terkendala karena bangunna-bangunan tersebut dan otomatis masyarakat yang berbisnis akan banyak yang parkir di daerah pinggir jalan tersebut. Begitu juga dengan bangunan-bangunan lainnnya jika didirikan bangunan-bangunan sekolah ataupun bangunan-bangunan kampus yang bertumpu pada satu titik akam mengakibatkan macet di daerah pinggir jalan tersebut.

Pada sisi lain juga jika bangunan-bangunan yang didirikan pada satu titik yang dimana bangunan yang didirikan seperti bangunan yang banyak dan yang mengarah pada satu titik daerah seperti banyaknya banguna bisnis, bangunan sekolah, bangunan sekolah, jika datangnya hal-hal yang tidak diinginkan seperti bencana alam yang tidak diduga-duga otomatis bangunan-bangunan yang didirikan akan rusak dan akan rugi karena banyaknya bangunan yang didirikan tadi dan akan dibuat lagi bangunan-bangunan yang baru untuk menggantikan bangunan yang rusak tadi.

Bangunan-bangunan yang tidak sesuai atau tidak mengurus IMB ke dinas TRTB Medan, maka bangunan tersebut tidak sah atau bangunan tersebut memang belum ada perizinan dalam hal pembangunan yang sesuai dengan PERDA kota Medan.Banyak bangunan-bangunan di kota Medan yang bermasalah, permasalahan dalam hal membangun kalau tidaka ada izin dalam hal membangun, pihak dinas TRTB akan menegur orang-orang atau pihak yang terlibat dalam pembangunan tersebut.

Sementara itu, Sekretaris Dinas TRTB Kota Medan, Khairul Syahnan, menjelaskan, Dinas TRTB tak selalu memenuhi permohonan SIMB di berbagai

wilayah Kota Medan. Tahun lalu, dari 3.426 permohonan SIMB yang masuk ke Dinas TRTB Medan, sebanyak 1.116 ditolak.

Alasannya beragam, Mulai dari sertifikat yang tidak dileges, lahan bersengketa, jiran tetangga tidak cocok, dan masih ada sejumlah faktor lainnya. “Jika dalam mengusulkan IMB, pemilik bangunan belum memenuhi syarat atau ketentuan, kami tidak akan mengeluarkan izinnya. Alasan penundaan ini diatur dalam Perda Kota Medan No dua tahun 2002 Pasal 8,” kata Khairul.

Dikatakan Khairul, sesuai dengan Pasal 8 Perda No 9 tahun 2002, permohonan IMB ditunda apabila akibat kegiatan mendirikan bangunan tersebut ditolak pihak lain, berkaitan dengan sengketa tanah, atau bangunan ada dampak lingkungannya.

Untuk proses penerbitan SIMB sendiri, menurut Khairul, tergantung luas bangunan yang hendak dibangun. Berdasarkan ISO 9001:2008, izin bangunan di bawah 100 meter persegi bisa dikeluarkan selama 14 hari kerja. Sedangkan jika di atas luasan tersebut, 16 hari kerja.

Dengan adanya hal perijinan yang dibuat oleh pejabat daerah kota ini diharapkan akan bisa membuat mayarakat yang ingin melakukan alih fungsi lahan yang dimiliki oleh mereka harus perijinan terlebih dahulu sesuai dengan peraturan-peraturan daerah yang dibuat. Jika hal itu tidak ditaati oleh masyarakat yang melakukan bangunan-bangunan di berbagai daerah yang ada di kota Medan. Hal ini dibuat untuk mewujudkan Rencana Tata ruang kota Medan yang hendak dicapai bersama, akan tetapi masih banyak kendala-kendala yang didapat di berbagai tempat dengan semakin maraknya bangunan-bangunan yang ada di dalam kota.

Bentuk penyimpangan dalam pemanfaatan dan tata ruang perkotaan pada dasarnya adalah beralihnya fungsi pemanfaatan lahan yang menyalahi peruntukannya seperti:

• lahan yang diperuntukan bagi peresapan air ternyata digunakan untuk kawasan industri

• lahan yang diperuntukan bagi peresapan air ternyata sebagian dari padanya telah berubah menjadi daerah pemukiman

• Pembangunan tidak sesuai dengan IMB-nya yang seharusnya untuk pembanguan rumah ternyata dibangun untuk rumah toko/ruko serta bentuk penyimpangan lainnya (Rahardjo Adisasmita: 181).

Banyaknya bangunan-bangunan yang dilakukan oleh masyarakat di Wilayah pinggiran kota terutama di Wilayah Tanjung Sari tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang kota Medan, karena bagian-bagian pemukiman yang sudah diarahkan ke berbagai tempata dan arah yang telah direncanakan sesuai dengan rencana Tata Ruang Kota Medan itu sendiri, akan tetapi di Wilayah ini masih banyak yang melakukan alih fungsi lahan dengan mendirikan bangunan-bangunan yang masih banyak yang belum adanya izin dari pemerintahan setempata dalam hal izin membangun seperti membangun rumah dan membuat banguan-bangunan lainnya.

3.2. Masalah Tata Ruang

Pemerintahan kota (Pemko) Medan tidak tegas dan tidak konsisten dalam penetapan tata ruang di kota Medan, dimana masih banyak masyarakat yang melakukan alih fungsi lahan, dimana alih fungsi lahan tersebut dilakukan oleh banyak masyarakat yaitu di daerah yang termasuk bukan semestinya dilakukan

alih fungsi lahan berhubung karena daerah tersebut semestinya cocok untuk daerah yang hijau.

3.2.1 Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka hijau yang biasanya diartikan sebagai ruang yang adanya campur tangan manusia itu sendiri atau adanya campur tangan dari masyarakat itu sendiri. Dengan adanya alih fungsi lahan yang dilakukan banyak masyarakat akan membuktikan Ruang Terbuka Hijau semakin tidak Memadai di kota Medan.

Medan semestinya harus banyak Ruang Terbuka Hijau akan tetapi banyak bangunan-bangunan seperti Perumahan Citra Garden, Perumahan di Tanjung Sari, Komplek Perumahan Martubung, komplek pertokoan MMTC di Jalan pancing dan kawasan Gagak Hitam Sunggal serta komplek Central Bussines Distric (CBD).

Keberadaan komplek perumahan ataupun pertokoan tersebut akan mengurangi daya serap air di kawasan itu dan terjadi penyempitan bantaran sungai terutama di Kota Medan.

Selain itu dalam perencanaan tata ruang kota Pemko lebih cenderung mengikuti keingginan atau permintaan pengembang atau pengusaha sehingga tata ruang kota Medan terkesan tak beraturan.

Akan tetapi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kota Medan akan segera diperbaharui khususnya untuk daerah kawasan bencana yang akan dilakaukan penghijauan melalui sosialisasi Peraturan Daerah (Perda) No 13 tentang Rencana

7

Tata Ruang Wilayah (RTRW) kota Medan tahun 2011-2031.

Akses:12/04/2012

Hal tersebut dikatakan oleh Wakil Walikota kota Medan,Drs.Dzulmi Edin dalam acara sosialisasi Perda 13 tahun 2011 di Emerald Garden Jln.Putri Hijau Medan.

Selain itu juga Wakil Walikota Medan mengatakan bahwa Medan sering kali terjadi dan Rencana Tata Ruang Kota Medan segera diperbaharui mengingat Medan akan dijadikan Kota Metropolitan. Kini, pengembang maupun developer tidak bisa sesuka hati membangun Kota Medan tanpa mematuhi Perda No.13/2011 tentang Rencana Tata Ruang (RTRW) Medan tahun 2011-2031.Jika tidak dipatuhi, Pemko Medan segera mencabut izin yang telah diberikan.

Peraturan yang baru yang telah dibuat itu untuk menghindari gejala-gejela pelanggaran yang akan dilakukan oleh masyarakat itu terutama para pengembang yang ada di wilayah Tanjung Sari terutama, untuk sekarang ini sesuai dengan peraturan daerah yang baru yang dikeluarkan akan menjadi suatu acuan untuk membuat para pengembang atau pengusaha tidsak sembarangan lagi untuk melanggar aturan yang hendak dicapai terutama dalam hal alih fungsi lahan yang selam ini telah merebak banyak di kota Medan, terutama di wilayah Kelurahan

Dokumen terkait