• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alih Fungsi Lahan di Perkotaan Kel. Tanjung Sari Kec. Medan Selayang (Studi Etnografi Tentang Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Non-Pertanian di Kel.Tanjung Sari, Kec.Medan Selayang-Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Alih Fungsi Lahan di Perkotaan Kel. Tanjung Sari Kec. Medan Selayang (Studi Etnografi Tentang Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Non-Pertanian di Kel.Tanjung Sari, Kec.Medan Selayang-Medan)"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

ALIH FUNGSI LAHAN DI PERKOTAAN, KEL.TANJUNG

SARI, KEC. MEDAN SELAYANG

(Studi Etnografi Tentang Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Non-Pertanian Di Kel.Tanjung Sari Kec.Medan Selayang-Medan)

SKRIPSI

Diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial

dalam bidang Antropologi

OLEH

SANTA PANJAITAN

080905050

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Persetujuan

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan

Oleh:

Nama

: Santa Panjaitan

Nim

: 080905050

Judul

: ALIH FUNGSI LAHAN DIPERKOTAAN

KEC. MEDAN SELAYANG KEL. TANJUNG

SARI MEDAN

Medan,16 Mei 2012

Pembimbing

Drs. Yance, Msi

NIP. 19580315 198803 1 003

Ketua Departemen

Dr. Fikarwin Zuska

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL

PERNYATAAN ORIGINALITAS

ALIH FUNGSI LAHAN DI PERKOTAAN KEL.TANJUNG

SARI

KEC. MEDAN SELAYANG

(Studi Etnografi Tentang Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Non-Pertanian Di Kel.Tanjung Sari, Kec.Medan Selayang-Medan)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan disini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap meninggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan,

(4)

ABSTRAK

Santa, 2012 . “Alih Fungsi Lahan di Perkotaan di Kel.Tanjung Sari,Kec.Medan Selayang ” (Studi Etnografi TentangAlih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Non-Pertanian di Kel.Tanjung Sari, Kec.Medan Selayang-Medan).

Latar belakang masalah ini adalah banyaknya penduduk yang semakin lama semakin pesat jumlah penduduk yang menempati kota terutama kota Medan yang khususnya di daerah Tanjung Sari, semakin lama semakin banyak masyarakat yang berdatangan ke wilayah Tanjung Sari tersebut ada hal-hal yang sering dilakukan oleh mastarakat di kelurahan Tanjung Sari itu yaitu alih fungsi lahan yang mereka miliki, maknaya penulis tertarik untuk meneliti hal tersebut. Permasalahan yang muncul adalah apa alasan masyarakat melakukan alih fungsi lahan pertanian yang dulunya banyak menghasilkan panen yang baik dan memuaskan dialih fungsikan ke lahan non-pertanian, dan siapa-siapa saja yang terlibat pada proses alih fungsi lahan yang terjadi di wilayah kelurahan Tanjung Sari tersebut. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan alasan masyarakat melakukan alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian dan untuk mengetahui bagaimana pendapat masyarakat dan pejabat daerah mengenai alih fungsi lahan tersebut di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang. Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif sebagai upaya, digunakan penulis untuk menghasilkan kajian antropologi. Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa laih fungsi lahan sudah menjadi multifungsi yang dilakukan oleh masyarakat. Alih fungsi lahan yang terjadi dapat berpengaruh terhadap turunnya produksi pertanian terutama turunnya atau berkurangnya pertanian terutama pangan, serta akan berdampak pada dimensi yang dimana berkaitan dengan aspek-aspek perubahan orientasi ekonomi, sosial, budaya, politik serta lingkungan hidup.

(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Karangan kecil ini adalah skripsi yang diajukan untuk menempuh ujian Sarjana Muda jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Pembuatan skripsi ini merupakan pengalaman pertama penulis, sehingga penulis mohon maaf jika sekiranya dalam karangan ini terdapat kejanggalan-kejanggalan, baik isi maupun cara pembuatannya yang masih banyak terdapat kesalahan.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada staf pengajar jurusan Antropologi, terutama kepada Dr. Fikarwin Zuska selaku dosen penasehat akademik yang telah mendidik penulis selama belajar di jurusan Antropologi dengan tekunnya, kepada Drs. Yance, MSi yang telah membimbing pembuatan skripsi ini, dan kepada Drs. Agustrisno, MSP yang telah mengajarkan kepada penulis tentang metode-metode membuat skripsi dan cara-cara menggunakan sumber Antropologi.

Akhirnya secara khusus penulis perlu menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Bapak B. Panjaitan dan Ibu F. Siagian, selaku orang tua tua penulis , karena tanpa dorongan dan kasih sayang keduanya penulis tidak mungkin berdiri di sini untuk melakukan ujian meja hijau/skripsi.

(6)

Universitas Sumatera Utara. Bapak Pembantu Dekan I atas fasilitas yang telah diberikan kepada penulis. Bapak Dr. Fikarwin Zuska selaku Ketua Departemen Antropologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Bapak Drs. Agustrisno, MSP selaku Sekretaris Departemen Antropologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Bapak Dr. Fikarwin Zuska selaku dosen penasehat akademik yang selalu mendorong penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Bapak Drs, Yance, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan kontribusi teoritis dan metodologis dalam penulisan skripsi ini dan kepada kak Noer dan kak Sopie yang sudah memberi pelayanan dalam administrasi di departemen antropologi.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas seluruh kebijaksanaan, bimbingan, ketulusan, dan kesediaan beliau dalam penulisan skripsi ini. Seluruh Staf Pengajar Departemen Antropologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membekali penulis dengan ilmu pengetahuan. Kepada Bapak Lurah Tanjung Sari, Sekretaris kelurahan Tanjung Sari beserta staf dan juga staf yang lainnya yang masih mau menerima dan membantu penulis dalam memberikan informasi bagi penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

(7)

kepada kakak dan abang Supartik, Sumarni, Sugito, Susanti, Tariono, dan Budi Irawan karena mereka sudah menjadi semangat dalam menyelesaikan studi penulis.

Spesial ditujukan kepada seluruh kerabat Antropologi stambuk 2008: Puteri, Dea, Duma, Ria, Ramles, Deni, Bethrin, Santa S , Etta, Junius, Kalvin, Hardi, Radin, Nelson, Silvy, Boy, Batara, Kandar, Haris, Taufik, Harni, Maria, Berti, Marda, Sari, Donald, Berkat, Mila, Ita, Rifin, Helen, Lias, Vina, Hezron, Ayu, Nesya, Fajri, Rambo, dan temen-temen antropologi stambuk 2008 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas persahabatan dan kenangannya.

Penulis,

(8)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Bernama lengkap Santa Nurcahaya Panjaitan

atau biasa di sapa Santa, dilahirkan di Gompar pangaraja pada tanggal 3-10-1990.Ia merupakan anak ke tiga dari emapat bersaudara dari pasangan Bismar Panjaitan dan Flora Siagian.

Santa menyelesaikan pendidikan dasarnya di SDN 174557 Napitupulu – Kec.Silaen, kemudian melanjutkan pendidikannya ke SLTP Negeri 1 Silaen Kec.Silaen. Di sekolahnya, dan melanjutkan sekolah menengah atas di SMA Swasta Kesatria Mandiri – Medan. Santa merupakan siswa yang sibuk dengan aktivitas luar sekolah seperti, bahasa Inggris dan kursus Matematika. Santa lulus memasuki salah satu Perguruan Tinggi Negeri pada tahun 2008 di Sumatera Utara Medan khususnya di Universitas Sumatera Utara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Antropologi melalui jalur SNMPTN. Selama kuliah di Antropologi Santa pernah mendapat dua kali Beasiswa BBM.

Pengalaman Organisasi

• Anggota SGC ( Study Group of Culture)

• Anggota GMKI ( Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia)

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna melengkapi dan memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Antropologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul skripsi ini adalah “Alih fungsi lahan di Perkotaan Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang, Medan”. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini di masa yang akan datang sangat penulis harapkan.

Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Adapun sistematis dalam penelitian ini yaitu:

BAB I. Pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan analisis data.

BAB II. Dalam Bab ini penulis menjelaskan tentang bagaimana alasan masyarakat melakukan penjualan lahan dan alih fungsi lahan dsri lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian.

(10)

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan, bab ini berisi mengenai alih fungsi lahan.

Fungsi lahan yang dibuat sebagai fungsi sosial untuk memandang lahan lebih ekonomis. Lahan yang digunakan dipergunakan sebagai fungsi untuk mendapatkan hal yang diinginkan masyarakat yang melakukan alih fungsi lahan tersebut. Alih fungsi lahan sudah sering terjadi terutama pada alih fungsi lahan pada lahan persawahan terutama di wilayah Tanjung Sari.

BAB V. Penutup, bab ini berisi tentang kesimpulan. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa penyebaab terjadinya alih fungsi lahan pertanian yang semakin marak itu bisa dikatakan multidimensi, lahan itu sudah menjadi multifungsi.

Alih fungsi lahan yang terjadi dapat berpengaruh terhadap turunnya produksi pertanian serta akan berdampak pada dimensi yang dimana berkaitan dengan aspek-aspek perubahan orientasi, sosial, budaya, politik serta lingkungan hidup.

Demikianlah yang dapat saya sampaikan . Akhir kata atas bimbingan dan bantuan dari berbagai pihakk, penulis mendoakan semoga Tuhan Yang Kuasa selalu memberikan dan melimpahkan karunianNya kepada kita semua.

Penulis berharap kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Penulis,

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN

PERNYATAAN ORISINALITAS... i

ABSTRAK ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 8

1.3. Lokasi Penelitian ... 8

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

1.5. Tinjauan Pustaka ... 9

1.6. Metode Penelitian ... 18

1.7. Teknik Pengumpulan data... 18

1.8. Analisia Data ... 20

BAB II FAKTOR PENJUALAN LAHAN DAN MENGALIH FUNGSIKAN LAHAN 2.1. Status Kepemilikan Lahan ... 21

2.1.1 Lahan Pertanian ... 28

(12)

2.2. Faktor Ekonomi ... 32

2.2.1. Masuknya Pendatang ... 42

2.3. Alih Profesi ... 54

2.4. Faktor Lemahnya Perundang – Undangan yang ada ... 62

2.5.Dampak Harga Lahan ... 66

2.6.Penggunaan Lahan ... 69

2.6.1.Konflik Pemanfaatan Lahan ... 70

(13)

ABSTRAK

Santa, 2012 . “Alih Fungsi Lahan di Perkotaan di Kel.Tanjung Sari,Kec.Medan Selayang ” (Studi Etnografi TentangAlih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Non-Pertanian di Kel.Tanjung Sari, Kec.Medan Selayang-Medan).

Latar belakang masalah ini adalah banyaknya penduduk yang semakin lama semakin pesat jumlah penduduk yang menempati kota terutama kota Medan yang khususnya di daerah Tanjung Sari, semakin lama semakin banyak masyarakat yang berdatangan ke wilayah Tanjung Sari tersebut ada hal-hal yang sering dilakukan oleh mastarakat di kelurahan Tanjung Sari itu yaitu alih fungsi lahan yang mereka miliki, maknaya penulis tertarik untuk meneliti hal tersebut. Permasalahan yang muncul adalah apa alasan masyarakat melakukan alih fungsi lahan pertanian yang dulunya banyak menghasilkan panen yang baik dan memuaskan dialih fungsikan ke lahan non-pertanian, dan siapa-siapa saja yang terlibat pada proses alih fungsi lahan yang terjadi di wilayah kelurahan Tanjung Sari tersebut. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan alasan masyarakat melakukan alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian dan untuk mengetahui bagaimana pendapat masyarakat dan pejabat daerah mengenai alih fungsi lahan tersebut di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang. Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif sebagai upaya, digunakan penulis untuk menghasilkan kajian antropologi. Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa laih fungsi lahan sudah menjadi multifungsi yang dilakukan oleh masyarakat. Alih fungsi lahan yang terjadi dapat berpengaruh terhadap turunnya produksi pertanian terutama turunnya atau berkurangnya pertanian terutama pangan, serta akan berdampak pada dimensi yang dimana berkaitan dengan aspek-aspek perubahan orientasi ekonomi, sosial, budaya, politik serta lingkungan hidup.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan bukan pertanian dengan susunan fungsi sebagai kawasan pemukiman perkotaan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan dan pelayanan sosial. Kota besar adalah kota yang terdapat banyak aktivitas-aktivitas. Pada umumnya, kota itu selalu dipandang sebagai pusat pendidikan, pusat kegiatan ekonomi, pusat pemerintahan, dan sebagainya. Jadi, fungsi dan perannya sebagi sumber dan pengaruh atau sumber stimulasinya banyak berasal dari kota itu sendiri. Lain halnya dengan kelurahan Tanjung Sari dimana daerah ini memang daerah kota akan tetapi daerah ini berketepatan di pinggriran kota dimana dulu daerah ini banyak lahan pertanian padahal daerah ini adalah termasuk daerah kota yaitu salah satu daerah kota Medan, tidak semua daerah kota itu yang dikatakan bukan daerah pertanian, akan tetapi di beberapa daerah yang ada di kota Medan banyak daerah pertanian salah satunya adalah daerah kelurahan Tanjung Sari.

(15)

dicegah, di Negara berkembang seperti kota Medan khususnya di daerah Tanjung Sari atau daerah pinggiran kota Medan.

Memasuki era globalisasi diperlukan sarana dan prasarana untuk menunjang terlaksananya suatu pembangunan, salah satunya adalah lahan. Lahan memegang peranan yang penting sebagai faktor utama untuk merealisasikan pembangunan, pembangunan yang dimaksud dalam hal ini adalah pembangunan fisik. Seperti diketahui, lahan tidak dapat dipisahkan dengan manusia karena lahan merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia. Lahan yaitu suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi, dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaannya1

Hampir semua lahan selalu dilihat sebagai pemuas kebutuhan atau bahkan keserakahan manusia akan ruang kehidupannya, tidak dianggap sebagai entitas kehidupan atau sumber daya yang terbatas. Seperti yang ada di wilayah Kelurahan Tanjung Sari dimana lahan yang ada di wilayah ini adalah lahan pertanian kebanyakan beberapa tahun yang lalu, akan tetapi untuk yang sekarang ini di wilayah tersebut banyak yang dibuat menjadi lahan non-pertanian.

.

Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk Indonesia, meningkat pula kebutuhan akan perumahan. Untuk mencukupi meningkatnya kebutuhan rumah, selalu digunakan lahan pertanian dan lahan produktif. Kecenderungan pengembangan kebutuhan penduduk mengarah pada arah pinggiran kota yaitu di daerah kelurahan Tanjung Sari. Pertambahan penduduk yang semakin meningkat mengindikasikan bahwa perkembangan penduduk menyebar ke arah pinggiran kota (sub- urban), sehingga konsekuensinya adalah

1

(16)

terjadi perubahan penggunaan lahan di wilayah Tanjung Sari dan semakin lama semakin banyak lahan pertanian dibuat menjadi lahan non-pertanian.

Banyaknya pendatang ditambah dengan penduduk asli akan mengakibatkan kebutuhan akan ruang untuk tempat tinggal maupun bangunan kegiatan yang lainnnya akan semakin meningkat,banyak kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri setelah melakukan alih fungsi lahan yang ada di wilayah mereka tersebut, bagi masyarakat semakin meningkatnya alih fungsi lahan yang mereka lakukan baik dalam melakukan kegiatan sosial, ekonomi, budaya dan politik dan fungsi kekotaan yang meningkat selalu akan dapat terpenuhi. Secara signifikan gejala ini akan selalu diikuti oleh meningkatnya transaksi jual beli lahan di wilayah perkotaan khususnya di wilayah kelurahan Tanjung Sari.

Lahan yang digunakan di daerah kota guna untuk menampung kebutuhan, baik dalam pemukiman ataupun fungsi yang lainnya di wilayah kota tersebut lahan sudah susah untuk didapat atau nyaris habis terutama lahan pertanian untuk sekarang ini susah untuk ditemui di wilayah ini, karena sudah banyak dialih fungsikan menjadi lahan non-pertanian.

Pemanfaatan lahan untuk keperluan atau kebutuhan masyarakat itu sendiri perlu mempertimbangkan beberapa faktor diantaranya adalah tinjauan kesesuaian dan kemampuan lahan tersebut sesuai dengan peruntukannnya.

(17)

bangunan-bangunan seperti perumahan, ruko-ruko, rumah penduduk, ataupun bangunan-bangunan lainnya.

Lahan adalah suatu proses menduga potensi sumber daya lahan untuk berbagai penggunaannya. Defenisi lahan yang digunakan di dalam penelitian ini adalah defenisi yang dirumuskan oleh FAO. Kemampuan lahan indikator utama kesesuaian lahan yang digunakan adalah kesesuaian lahan dan kemampuan lahan. Lahan yang digunakan untuk banyak kegiatan seperti membuat bangunan-bangunan yang dilakukan. Ada beberapa pembagian kelas lahan sesuai dengan kemampuan yaitu kemampuan lahan menunjukan kesamaan besarnya faktor-faktor penghambat. Kemampuana lahan dibagi menjadi beberapa kelas, ada beberapa pembagian kelas lahan sesuai dengan kemampuannya dan kriteria yang digunakan dalam pembangunan yaitu kelas lahan. Adapun beberapa pembagian kelas lahan sesuai dengan kemampuannya yaitu:

• Lahan kelas I yaitu sesuai untuk berbagai kegunaan pertanian, padang

pengembsangan hutan dan cagar alam.

Lahan dalam kelas ini aman dari bahaya banjir, umumnya sesuai untuk penanaman yang intensif. Iklim setempat harus sesuai bagi pertumbuhan tanaman. Lahan kelas ini biasanya lahan yang subur atau lahan yang produktif, dimana lahan ini biasanya lebih sesuai digunakan untuk lahan pertanian. Karena sangat cocok sekali terutama dalam hal tingkat kesuburan untuk dijadikan sebagai lahan pertanian.

• Lahan kelas II yaitu lahan yang memiliki beberapa kendala yang

(18)

konservasi yang sedang. Lahan dalam kelasa ini mungkin memerlukan sistem penanaman konservasi khusus, tindakan-tindakan pencegahan erosi, pengendalian air yang berlebihan atau metode pengolahan lahan jika dugunakan untuk tanaman semusim dan tanaman yang menggunakan pengolahan lahan.

• Lahan kelas III yaitu lahan yang mempunyai kendala yang berat sehingga

mengurangi pilihan penggunaan atau memerlukan tindakan konservasi khusus atau keduanya. Lahan-lahan kelas III mempunyai pembatas yang lebih berat dari lahan-lahan kelas II dan jika digunakan untuk tanaman yang memerlukan pengolahan lahan, tindakan konservasi yang diperlukan biasanya lebih sulit diterapkan dan dipertahankan.

Kendala yang terdapat pada lahan dalam kelas III adalah terbatasnya waktu penggunaan dan waktu pengolahan, pilihan jenis tanaman bagi tanaman semsusim atau kombinasi dari ketiganya. Kendala-kendala tersebut dapat disebabkan oleh salah satu atau lebih dari sifat berikut:

- Lereng yang cukup curam

- Peka terhadap erosi atau telah mengalami erosi yang agak berat - Seringkali mengalami banjir yang merusak tanaman

- Lapisan bawah lahan berperbeamilitas sangat lambat

- Terlalu basah atau terus-menerus jenuh air setelah didrainase - Hambatan iklim sedang

- Kapasitas menahan air rendah

(19)

• Lahan kelas IV yaitu lahan yang mempunyai kendala yang sangat berat

sehingga membatasi pilihan penggunaan atau memerlukan tindakan pengelolaan yang sangat hati-hati atau keduanya.

Faktor penghambat bahaya kerusakan pada lahan-lahan di dalam lahan kelas III, sehingga pilihan penggunaannya juga lebih terbatas. Lahan-Lahan kelas IV mungkin hanya cocok untuk dua atau tiga macam tanaman pertanian atau tanaman yang memiliki produksi rendah.

• Lahan kelas V yaitu lahan yang memiliki bahaya erosi, tetapi memiliki

pembatas lain yang sulit dihilangkan sehingga pilihan penggunaannnya menjadi sangat terbatas, yaitu untuk padang rumput, padang pengembalaan, hutan produksi atau suaka-alam.

• Lahan kelas VI yaitu lahan yang memiliki penghambat yang berat sehingga

lahan-lahan ini tidak sesuai untuk pertanian. Penggunaan lahan ini hanya terbatas untuk padang rumput atau padang pengembalaan, hutan produksi, hutan lindung atau cagar alam

• Lahan kelas VII yaitu lahan yang memiliki pembatas yang berat sehingga

tidak sesuai untuk pertanian dan penggunaannnya sangat terbatas untuk padang rumput, hutan produksi, dan cagar alam.

• Lahan kelas VIII yaitu lahan yang memiliki pembatas yang menghalangi

penggunaan lahan ini untuk produksi tanaman secara komersial dan membatasi penggunaannnya hanya untuk pariwisata dan suaka alam

(20)

- Iklim sangat tidak mendukung - Lahan selalu basa

- Sangat berbatu

- Kapasitas menahan air sangat rendah - Salinitas dan kandungan Na tinggi

Contoh lahan kelas VII adalah lahan-lahan yang telah rusak atau sangat terdegradasi (badland).

(21)

yang ada di Wilayah Tanjung Sari banyak lahan pertanian yang dialih fungsikan menjadi lahan non-pertanian.

1.2. Perumusan Masalah

Yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah alih fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian seperti bangunan-bangunan, juga dari pokok permasalahan tersebut dijabarkan kedalam 3 pertanyaan penelitian yaitu:

1. Faktor apa yang mendorong masyarakat Tanjung Sari melakukan alih fungsi lahan?

2. Apakah alih fungsi lahan tersebut sesuai dengan Rencana Tata Ruang kota Medan?

3. Bagaimana pandangan Pejabat Pemerintah kota Medan, Developer dan masyarakat lokal tentang alih fungsi lahan tersebut?

1.3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan kota Medan tepatnya di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang ,alasan penulis memilih lokasi ini karena sangat relevan dan strategis karena tempat ini dulunya banyak lahan pertanian dan sekarang sudah menjadi lahan non-pertanian atau banyak bangunan-bangunan yang dijadikan oleh masyrakat untuk berbagai kegiatan.

1.4. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

• Tujuan penelitian

(22)

Selain itu penelitian ini juga tujuannnya untuk mengetahui suatu tindakan yang dilakukan oleh masyarakat tersebut yaitu proses alih fungsi dari lahan pertanian menjadi lahan non-pertanaian, mengetahui kesesuaian dengan konsep Tata Ruang kota Medan, serta mengetahui pandangan Pejabat Pemerintah, Developer, serta masyarakat lokal tentang alih fungsi tersebut.

• Manfaat Penelitian

Pada suatu cakupan akademis harapan saya semoga penelitian ini bisa berguna untuk menambah kepustakaan tentang alih fungsi lahan di perkotaan dan banyak kalangan-kalangan yang membutuhkannya, seperti mahasiswa yang ingin membuat suatu penelitian yang juga terfokus kepada alih fungsi lahan, ataupun yang ada kaitannya dengan hal-hal yang lain. Bagi peneliti sendiri dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai suatu yang berarti dan bisa merangkum suatu pengetahuan dan pengalaman-pengalaman selama menjalani perkuliahan serta manfaat yang praktis.

1.5. Tinjauan Pustaka

(23)

Kota itu sendiri sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi yang diwarnai dengan srata sosial-ekonomi yang heterogen dan coraknya yang materialistis, atau dapat pula diartikan sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non-alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah belakangnya. Prinsip umum yang harus dipegang materialisme Kebudayaan adalah”budaya dikembangkan oleh suatu masyarakat berdasarkan pada materi (benda) yang dimilikinya"2

Memang harus diakui bahwa diantara berbagai kota di atas maka bumi ini terdapat karakteristik yang sama maupun yang berbeda serta kota itu sendiri berwawasan lingkungan yang mempunyai kegiatan fungsional3

Pemikiran Spencer yang berpengaruh pada Emile Durkheim (1958-1917). Durkheim menggunakan analogi tubuh tersebut kemudian mengembangkannya ke dalam sebuah perspektif baru yang kemudian disebut fungsionalisme struktural. Perspektif ini bisa pula disebut fungsionalisme atau paradigma fungsionalis. Paradigma ini melihat masyarakat sebagai sebuah sistem yang kompleks yang

. Namun, persamaan dan perbedaan itu tidaklah di sebabkan oleh faktor-faktor yang sama, atau kalaupun faktornya sama tapi reaksi-reaksi atau responnya berbeda-beda.

2

Materialisme kebudayaan

Sumber:http://rukawahistoria blogspot.com/2009/07/materialisme-kebudayaan.html

3

Menurut Spencer fungsionalisme dalam arti sederhana yaitu masyarakat diartikan sebagai tubuh di mana bagian-bagiannya(ekonomi,kebijakan pelayanan

kesehatan,pendidikan,dsb)bekerja bersama-sama untuk menjaga keutuhan dan keberlangsungan seluruh sistem.

(24)

srtukturalisme-bagian-bagiannya saling berhubungan dan bekerja bersama untuk menjaga stabilitas.

Menurut perspektif ini (1) bagian-bagian sistem sosial bergantung satu sama lain; (2) kondisi normal/sehat sistem tersebut berada pada titik ekuilibrium

(dianalogikan pada tubuh yang sehat); (3) ketika sistem tersebut terganggu,bagian-bagiannya akan dengan sendirinya melakukan pengaturan kembali dan menyesuaikan diri untuk mengembalikan sistem pada keadaan

ekuilibrium4

Durkheim menyadari bahwa masyarakat mempengaruhi tindakan manusia. Namun masyarakat, dalam pengertian Durkheim, adalah sesuatu yang berada di luar individu. Bagi Durkheim, masyarakat harus dipahami dan dipelajari dalam pengertian apa yang ia sebut sebagai fakta sosial. Fakta-fakta sosial tersebut yakni hukum, sistem moral, nilai-nilai, keyakinan religi, dan peran-peran sosial yang mengatur kehidupan sosial.

. Berbagai perubahan berlangsung secara evolutif dan terjadi di dalam struktur.

Sebagai contoh, terjadinya urbanisasi. Faktor pendorong terjadinya urbanisasi itu antara lain ialah faktor politik dan keamanan, serta faktor-faktor sosio-kultural lainnya. Reaksi terhadap lingkungan perkotaan oleh mereka yang berurbanisasi itu adalah berbeda-beda, yakni mencari perlindungan dalam kelompok sedaerah, berjuang sendiri dengan segala konsekuensinya, membentuk kelompok-kelompok senasib,dan sebagainya.

Studi antropologis lainnya telah difokuskan kepada usaha melakukan komparasi antara kehidupan rural dan kehidupan urban, dan sering hanya

4

Ekuilibrium adalah suatu keadaan yang mantap Karena adanya kekuatan-kekuatan yang berlawanan,sehingga seimbang dan sepadan yang melekat tanpa berubah.

(25)

mempersoalkan kaum migran yang berasal dari masyarakat pedesaan yang pindah dan bermukim di kota-kota.

Pada dasarnya kota ditujukan untuk penyebaran perkembangan perkotaan secara berimbang ke pusat-pusat konsentrsai tersebut. Dalam menentukan batas-batas kawasan metropolitan ditentukan olh beberapa kriteria diantaranya adalah:

• Letak geografis

• Pusat-pusat pertumbuhan

• Fungsi dan peranan kota

• Pengelompokan aktivitas (kegiatan)

Untuk menghadapi atau menampung perkembanagan dan pembangunan perkotaan dalam jangka panjang mendatang, maka penggunaan atau pemanfaatan lahan perkotaan perlu ditata dan dikelola. Dalam penata ruang (lahan) perkotaan perlu disusun suatu Rencana Umum Tata Ruang Kota yang berdimensi jangka panjang , misalnya 15 tahun, selama 15 tahun Rencana Tata Ruang Kota tersebut harus ditinjau kembali.

(26)

fisikal, pemilik-pemilik lahan miskin yang sangat ingin menjual lahannya, tiadanya peraturan tertentu yang melarang pembangunan dan maraknya pembangunan yang dilakukan oleh para pengembang jelas akan menawarkan kondisi yang jauh lebih kondusif untuk perkembangan bentuk pemanfaatan lahan kekotaan dibandingkan dengan apabila kondisinya berlawanan dengan apa yang sudah dicontohkan tersebut (Lee, 1979: 124).

Perencanaan tata guna lahan sangat diperlukan karena:

1. Jumlah lahan terbatas dan merupakan sumberdaya yang hampir tak terbaharui(non renewable),sedangkan manusia yang memerlukan lahan jumlahnya terus bertambah.

2. Meningkatnya pembangunan dan taraf hidup masyarakat dapat meningkatkan persaingan penggunaan ruang (lahan), sehingga sering terjadi konflik (perebutan penggunaan lahan).

3. Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya dapat menyebabkan kerusakan lahan.

4. Konversi lahan pertanian dengan lahan subur termasuk sawah irigasi menjadi lahan non-pertanian seperti lahan industri, perumahan dan lain-lain perlu ditata karena sulitnya mencari lahan pengganti yang lebih subur atau minimal sama, diluar lahan pertanian yang telah ada.

5. Pandangan bahwa lahan semata-mata merupakan faktor produksi,cenderung mengabaikan pemeliharaan kelestarian lahan. Padahal, lahan juga mempunyai kemampuan terbatas dalam memberi daya dukung bagi kehidupan manusia.

(27)

peraturan tata ruang tertentu; (3)faktor pemilik lahan; (4) faktor spekulasi lahan; (5) faktor keberadaan pengembang dan (6) faktor kondisi perekonomian nasional, (Yunus,2001.)

Faktor ini akan selalu diikuti oleh meningkatnya transaksi jual beli lahan di WPU pada khususnya. Ketidaksinambungan antara penawaran dan permintaan akan lahan akan jelas mengakibatkan meningkatnya harga lahan. Harga pasaran lahan yang ditimbulkan oleh maraknya praktik spekulasi akan berbeda dengan daerah yang tidak banyak spekulator lahan yang begentayangan di kawasan tersebut. Hal ini sangat terkait dengan besar kecilnya ekspektasi yang muncul di dalam masyarakat terkait porspek wilayah yang bersangkutan.

(28)

Penentuan kelas suatu lahan untuk bangunan-bangunan didasarkan pada kemampuan lahan sebagai penopang pondasi. Sifat lahan yang berpengaruh adalah daya dukung tanah, dan sifat-sifat tanah yang berpengaruh terhadap biaya penggalian dan konstruksi.

Faktor yang tentang harga lahan yang berada disuatu tempat tersebut akan menghubungkan peran pemilik-pemilik lahan,karena pemilik-pemilik lahan tersebut ada yang pemilik lahan yang mempunyai statu sosial ekonomi yang kuat akan berbeda dengan pemilik lahan yang berstatus sosial ekonomi lemah. Pemilik lahan dengan status sosial ekonomi kuat lebih tahan untuk menahan transaksi jual beli lahannya sampai pada suatu saat dimana harga lahan dianggap paling tinggi ,dibandingkan dengan mereka yang berstatus sosial ekonomi yang lemah.

Berdasarkan perannya dalam harga jual beli lahan di WPU dikenal ada 3 faktor kunci,yaitu (1) pemilik lahan awal sebelum ada pembangunan;(2)pihak perantara dan (3) konsumen akhir (Bryant,1982:103).

Evaluasi lahan adalah bagian dari proses perencanaan tataguna lahan.Inti evaluasi lahan adalah membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe penggunaan lahan yang akan diterapkan, dengan sifat-sifat atau kualitas lahan yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan. Evaluasi kesesuaian lahan untuk pertanian yang biasa digunakan di berbagai negara, pada dasarnya mengacu pada klasifikasi Kemampuan Lahan USDA (Klingebied & Montgomery,1961)atau klasifikasi Kesesuaian Lahan yang dikembangkan oleh FAO (1976).

(29)

lahan aktual, kesesuain lahan potensial, kesesuaian lahan ekonomik dan sebagainya.

Dasar pertimbangan diperlukannya evaluasi lanah adalah: 1. Sifat lahan beragam

2. Keragaman tersebut memengaruhi jenis penggunaan lahan;masing-masing penggunaan lahan terdapat satuan-satuan lahan yang lebih sesuai atau kurang sesuai dari segi fisik dan/atau ekon omi.

3. Keragaman tersebut bersifat sistematik.

4. Keragaman tersebut (secara fisik, politik, ekonomi dan sosial) dapat dipetakan. 5. Perilaku atau kesesuaian lahan jika diusahakan untuk penggunaan tertentu

dapat diprediksi dengan tingkat kepastian tertentu, tergantung kualitas data sumber daya lahan tersebut dan tingkat pengetahuan hubungan antara sifat-sifat lahan dan penggunaan lahan yang direncanakan.

6. Kesesuaian lahan bagi berbagai penggunaan lahan aktual dan yang diusulkan dapat dideskripsikan dan dipetakan secara sistematis.

7. Pengambilan keputusan (pemakai lahan, perencana tata-guna lahan dan penyuluh pertanian) dapat menggunakan prediksi tersebut (peta kesesuaian lahan) sebagai panduan untuk pengambilan keputusan (Rossiter 1994).

(30)

Kebijakan penggunaan lahan didasarkan pada berbagai aspek,yaitu:

1. Aspek teknis yang menyangkut potensi sumber daya lahan yang dapat dapat diperoleh dengan cara melakukan evaluasi kesesuaian lahan.

2. Aspek lingkungan, yaitu dampaknya terhadap lingkungan.

3. Aspek hukum, yaitu harus sesuai dengan peraturan dan undang-undang yang berlaku.

4. Aspek sosial, menyangkut penggunaan lahan untuk kepentingan sosial. Kepentingan tidak boleh hanya menguntukan seseorang, melainkan juga harus bermanfaat bagi seluruh masyarakat yang tinggal di daerah tersebut dan sekitarnya.

5. Aspek ekonomi,yaitu penggunaan lahan yang optimal yang memberi keuntungan setinggi-tingginya tanpa merusakkan lahannya sendiri serta lingkungannya.

6. Aspek politik atau kebijakan pemerintah.

Pada bagian WPU yang kepemilikan lahannya didominasi para spekulator lahan, akan mengakibatkan kesulitan dalam hal perencanaan tata ruang dan implementasinya, sehingga untuk mengatasi gejala spekulasi lahan yang merebak bagi pemerintah daerah yang mempunyai kekuatan finansial yang tinggi akan menerapkan teknik untuk mengantisipasi implementasi tata ruang pada masa yang akan datang (Yunus,2005).

(31)

Kualitas lahan kemungkinan berperan positif atau negatif terhadap penggunaan lahan tergantung dari sifat-sifatnya. Kualitas lahan yang berperan positif adalah yang sifatnya menguntungkan bagi suatu penggunaan lahan. Sebaliknya kualitas lahan yang bersifat negatif karena keberadaannnya akan merugikan (merupakan kendala) terhadap penggunaan tertentu, sehingga merupakan faktor penghambat atau pembatas.

1.6. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif, yang berusaha untuk menggambarkan alih fungsi lahan yang terjadi di masyarakat Tanjung Sari kota Medan.

Semua hasil penelitian akan menjabarkan proses alih fungsi dari lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian, digunakannya metode kualitatif tersebut supaya mampu menghasilkan data-data deskriptif yang mendukung kajian penelitian, oleh karena itu penelitian yang dilakukan bisa menghasilkan dan mendeskripsikan sesuai dengan kajian antropologi.

1.7. Teknik pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah:

a.Observasi

(32)

Observasi memang biasanya dilakukan setiap peneliti sebagai langkah awal, pastinya ini penting untuk memprrmudah sebelum wawancara dilakukan dan tentu saja akan menggambarkan kondisi awal.

b.Wawancara

Teknik wawancara yang dilakukan guna untuk mendapat informasi dengan selengkap-lengkapnya dari informan.Wawancara5

• Informan pangkal yaitu informan yang banyak mengetahui tentang

lingkungan sekitar pada lokasi penelitian tersebut.

yang dilakukan pada informan dengan langsung tatap muka dan langsung tanya jawab dengan pedoman interview guide. Adapun informan yang dipilih dalam penelitian ini yaitu:

• Informan kunci yaitu informan yang sudah lama tinggal di lingkungan

tersebut atau masyarakat lokal,informan inilah yang menjadi perhatian dalam mengetahui masalah-masalah proses perubahan fungsi lahan pada lingkungan tersebut.

• Informan biasa yaitu informan masyarakat yang berada di lingkungan

sekitar yang sedikit banyaknya memberikan informasi mengenai masalah lingkungan tersebut, akan tetapi bukan ahlinya. Pada informan biasa yaitu semua golongan yang tinggal di lingkungan tersebut, baik tua, ataupun muda yang bisa diwawancarai dan yang mengetahui tentang perubahan fungsi lahan daripada lingkungan tersebut.

c. Studi kepustakaan

(33)

Literatur (studi pustaka) dilakukan guna untuk melengkapi data yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan yaitu data primer dan data sekunder.Adapun literatur-literatur tersebut yaitu artikel, surat kabar, laporan penelitian dan media online.

1.8. Analisis Data

Penelitian yang dilakukan dan dianalisis secara kualitatif,peneliti akan memeriksa ulang data untuk melihat kelengkapan data. Data yang diperoleh dari lapangan akan dianalisis secara kualitatif dan disusun sesuai dengan kategori-kategori tertentu sebagaimana yang dikemukakan oleh informan di lapangan. Analisa data dilakukan dengan mengorganisasikan data dari hasil observasi, wawancara kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema.

(34)

BAB II

FAKTOR PENJUALAN LAHAN DAN MENGALIH FUNGSIKAN LAHAN

2.1. Status Kepemilikan Lahan

Pemilik lahan yang ada di di kelurahan Tanjung Sari pada awalnya adalah kebanyakan orang Karo karena memang sebelumnya juga kebanyakan orang karo yang menempati atau yang tinggal di sekitar wilayah Tanjung Sari ini, sebelumnya juga lahan yang ditempati mereka itu lahan mereka sendiri, lahan yang dimiliki mereka itu adalah kebanyakan lahan pertanian mereka tinggal tidak berjauhan dengan lahan pertanian yang mereka miliki dengan rumah yang mereka tempati, lahan pertanian yang mereka olah sebelumnya semakin lama lahan yang mereka miliki itu dijual ketika ada orang yang mau membeli.

(35)

disini lahan tersebut masih sah miliknya si pemilik lahan tersebut, hanya saja lahan itu diberikan kepada orang lain hanya untuk sementara saja dalam arti lahan tersebut disewakan kepada orang lain dan orang lain itu yang mengolah lahan yang diberikan oleh pemilik lahan tersebut, si pemilik lahan memberikan lahannya kepada orang yang mau mengolah lahan tersebut yang masih bertempat tinggal di sekitar mereka tinggal atau bisa dibilang masih orang yang berada di daerah tersebut atau di sekitar lingkungan mereka tinggal yaitu daerah kelurahan Tanjung Sari. Jika lahan tersebut diolah seperti mengolah lahan pertanian yaitu mengolah lahan sawah yang disewakan pemilik lahan dan kemudian jika lahan pertanian tersebut diolah dan sekitar dalam setahun dua kali menghasilkan panen maka hasilnya tersebut akan dibagi dua hasilnya, pembagian hasil yang dibagi dua artinya sebagian untuk si pemilik lahan dan sebagian lagi untuk si pengolah lahan tersebut.

Serta ada juga lahan yang dimiliki oleh si pemilik lahan tersebut ada pembagiannya, seperti pembagian kepada keturunannya pembagian lahan yang dimaksud adalah seperti pembagian kepada anak-anak atau keturunan jika mempunyai keturunan dan hal ini memang wajib dilakukan apalagi mereka yang mempunyai lahan tersebutyang sudah berumur dan tidak bisa lagi untuk mengolah lahan tersebut atau sudah mulai tua, dan lahan tersebut akan dibagi-bagikan kepada keturunannya yaitu pembagian kepada anak.

Seperti penuturan salah satu informan:

“Lahan yang saya punya yang dulunya lahan pertanian saya

memberikannya atau membagikannya kepada anak-anak saya dan

membagikannya kepada setiap anak baik itu yang sudah berumah tangga dan

(36)

lahan tersebut, terserah anak-anak sayan itu lahan mau diapain karena saya

sudah tua dan hanya tinggal duduk dan tidak ada kegiatan lagi, saya tinggal

tenang saja melihat anak-anak saya dalam mengolah lahan yang saya berikan

kepada mereka, itu teserah kepada mereka, yang peneting mereka dapat bagian

dari lahan tersebut, lahan saya berikan ada yang mereka jadikan rumah untuk

mereka tinggal atau dijual kepada orang lain, lahan yang saya berikan kepada

anak-anak tersebut supaya mereka tetap menjaga warisan dan tetap menjaga

lahan yang saya berikan, akan tetapi lahan yang saya berikan tersebut

mudah-mudahan bisa dijaga dengan baik”.

Seperti lahan yang dimiliki oleh satu keluarga yaitu keluarga ibu Sani yang berumur 64 tahun dengan suaminya yang bernama Jery yang berumur 66 tahun, keluarga ibu ini sudah lama tinggal di Medan ini dan terutama sudah lama tinggal di daerah Tanjung Sari ini, sudah dari kecil dan ibu ini memang lahirnya di daerah kelurahan Tanjung Sari ini, dan ibu ini bertemu dengan Jerry di daerah Tanjung Sari ini juga, begitu juga dengan bapak Jery yang kelahirannya juga di daerah kelurahan Tanjung Sari tersebut, mereka menikah dan mempunyai dua orang anak, kedua dari pasangan keluarga ini adalah perempuan, adapun nama-nama anak perempuan dari pasangan keluarga ini tersebut yaitu:

• Tia umur 40 tahun

• Susi 35 tahun

(37)

tidak ada perbedaan walaupun itu anak yang paling besar atau anak yang paling kecil, seperti anak yang paling pertama yaitu yang bernama Tia, Tia adalah anak pertama dari pasangan keluarga tersebut dimana Tia yang mendapat pembagian lahan dari orang tuanya yaitu lahan sebanyak panjang 12 meter dan lebar 10 meter, lahan ini diberikan kepada ibu Sani kepada Tuti dalam keadaan atau kondisi lahan yang masih lahan pertanian dan mengingat bahwa Tuti sudah menikah dan akan pisah tempat tinggal dari orang tuanya dan akan mengikut suami serta akan satu rumah dengan suaminya karena sudah mempunyai keluarga yang baru dengan suaminya dan akan hidupa dengan keluarga kecilnya, maka keluarga yang memulai hidup baru itu akan membutuhkan yang namanya lahan yataaupun tempat tinggal, jadi dengan pemberian lahan yang diberikan oleh orang tuanya kepada Tuti inilah yang dijadikan mereka sebagai tempat tinggal mereka, keluarga Tuti membangun dan mendirikan sebuah rumah tersebut untuk mereka tempati dengan keluarga barunya, dan kebetulan lahan yang diberikan ibu Sani ini kepada Tuti kebetulan berada di belakang orang tuanya yaitu ibu Sani dan jarak rumah mereka tidak jauh dan lahan tersebut sudah menjadi sah milik dari keluarga ibu Tuti dan keluarga barunya.

(38)
(39)

sayang kepada kedua orang tua mereka tersebut dan mereka memang sangat senang dengan dekatnya tempat tinggal mereka dengan kedua orang tuanya.

Pemberian pembagian lahan yang diberikan oleh ibu Sani kepada kedua anaknya yaitu Tuti dan Susi karena ibu Sani memang berharap kedua anaknya mendapatkan pembagian supaya adil berhubung karena mereka juga sudah berumah tangga. Pemberian lahan kepada kedua anaknya tersebut sudah sah sebagai milik mereka dan suratnya juga ada, jadi hak kepemilikan atas lahan yang diberikan tadi itu sah menjadi milik mereka, pembagian lahan yang dilakukan oleh keluarga ini adalah pemberiah hak waris akan lahan yang dimiliki oleh keluarga tersebut. Jadi pemberian lahan tersebut menjadi hal yang biasa nanti dilakukan kepada keturunan mereka, jadi lahan tersebut masih terus diolah oleh keturunan keluarga, akan tetapi beda halnya dengan lahan yang dijual kepada orang lain, jika lahan tersebut dijual kepada orang lain maka beda halnya, lahan tersebut akan menjadi hak milik orang lain dan lahan tersebut akan ganti nama atas nama hak milik orang yang membeli lahan tersebut.

(40)

membeli lahan dan membuat beberapa bangunan, dan bangunan tersebut ada yang disewakan kepada orang lain.

Jika pemilik lahan yang pada awalnya menjual lahan yang mereka punya kepada pembeli lahan seperti pendatang dengan mengurus surat tentang lahan yang diperjual belikan, akan tetapi ada juga masyarakat yang menjual lahan ayang mereka punya kepada orang lain dari tangan ke tangan. Lahan yang telah mereka perjual belikan baik yang sudah mengurus surat-surat tentang lahan maupun penjualan lahan dari tangan ketangan itu sudah menjadi hal yang sudah biasa, akan tetapi lahan yang sudah ada di tangan si pembeli itu sudah menjadi hak, tidak ada lagi orang yang bisa mengganggu gugat tentang lahan yang sudah dibeli dari si pemilik lahan yang awalnya menjual lahan tersebut kepada si pembeli.

(41)

2.1.1 Lahan Pertanian

Lahan pertanian biasanya banyak ditanami tanaman yang bermacam-macam seperti tanaman padi yang ada di kelurahan Tanjung Sari, lahan pertanian adalah segala perbuatan ataupun tindakan yang diberikan kepada suatu lahan untuk menjaga dan mempertinggi produktifitas lahan tersebut dengan mempertimbangkan kelestariannya. Tingkat produktifitas lahan sangat dipengaruhi oleh kesuburan tanah, curah hujan, suhu, kelembagaan, sistem pengolahan lahan serta pemilihan landcover (Djaenudin,2006). Pengelolaan lahan sebagai suatau komponen pengelolaan tekhnologi pertanian diperlukan dalam sistem pertanian berkelanjutan karena sistem pertanaman intensif bisa mengarah kepada trade-off antara manfaat ekonomi dalam jangka pendek dan kerusakan lingkungan seperti degragasi kesuburan tanah dalam jangka panjang.

Adapun tujuan pengelolahan lahan yaitu:

• Mengatur pemanfaatan sumber daya lahan pertanian secara optimal

• Mendapatkan hasil yang optimal

• Mempertahankan kelestarian sumber daya lahan.

(42)

memadai bagi masyarakat luas terutama bagi masyarakat setempat,karena kebanyakan mendapatkan hasil panen dari pengelolaan lahan pertanian yang mereka miliki. Seiring dengan berjalannya waktu semakin berubah pula peran lahan yang sudah ada dari lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian.

Penuturan salah satu informan Tanjung Sari:

“Lahan pertanian yang kami tanami seperti sayur, padi dan yang lain-lainnya, akan tetapi biasanya yang kami tanami itu adalah padi, itusudah dari dulu, dan

banyak juga kawan-kawan atau tetangga yang lainnya menanam padi di lahan yang kami punnya.

Lahan pertanian yang kami olah selama bertahun-tahun memang hasilnya lumayan memuaskan lah setiap kali mengambil hasil panennnya dan bisa membutuhi kebutuhan kami sehari-hari, dengan keadaan terpaksa lama-lama

lahan yang kami tanami dulu padi sudah mulai punah karena banyaknya penawaran dari pihak orang lain untuk membeli lahan pertanian kami, yang dijadikan mereka untuk kegiatan lain juga ada lahan yang kami punya tersebut menjadi bangunan seperti rumah dan rumah tersebut kami sewakan kepada orang

lain, sebenarnya lahan pertanian yang kami olah selama ini memang menghasilkan yaang sangat memuaskan, akan tetapi dengan banyaknya permintaan akan lahan yang ditawar oleh bergai pihak dari luar dan lahan

pertanian yang kami punya kami jual, secara perlahan-lahan.

Ada lahan pertanian yang kami miliki tersebut yang kami jual dan kami membeli lahan pertnian lagi di luar daeranh ini, karena di daerah ini kalau masih tetap

saja diteruskan mengolah lahan pertanian yang ada hanya membuat rugi”.

Banyaknya perumahan-perumahan atau bangunan-bangunan yang dilakukan oleh masyarakat tersebut yang mengelilingi beberapa lahan pertanian yang masih tersisa dan yang ada di sekitar kelurahan Tanjung Sari yang di sekitarnya masih ada lahan pertanian yang ditanami oleh padi akan tetapi lahan pertanian yang ada hanya beberapa saja, karena lahan pertania yang sekarang ini di wilayah ini sudah mulai jarang untuk dijumpai atau hanya tinggal sedikit yang diolah oleh sebagian kecil masyarakat tersebut.

(43)

lahan tersebut masih pasif yang artinya tidak diolah siapa- siapa, lahan tersebut dibiarkan begitu saja, lahan itu hanya di dapat di daerah yang paling pinggir sekali tempat warga tinggal atau di sekitar rumah warga yang paling ujung seperti daerah pasar VI yang berada di belakang Ring road.

3.5. Lahan Non-Pertanian

Lahan pertanian dan lahan non-pertanian itu berbeda, perbedaannya yaitu dimana lahan pertanian untuk mendapatkan hasil tani dari pertanian atau hasil pengelolaan lahan pertanian tersebut. Lain halnya dengan lahan non-pertanian itu dimana lahan tersebut dipakai untuk berbagai macam kegiatan manusia atau aktivitas-aktivitas manusia itu sendiri diluar aktivitas yang lahannya lahan pertanian, seperti dibangunnya rumah untuk tempat tinggal, dibangunnya ruko-ruko untuk berbisnisatau bangunan lainnnya yang dibuat menjadi tempat kerja, hal ini dilakukan oleh banyak masyarakat yaitu untuk kebutuhan yang terutama untuk membutuhi kehidupan masyarakat yang semakin bertumbuh semakin pesat terutama di wilayah perkotaan dan pada khususnya yang di wilayah kelurahan Tanjung Sari yang sekarang lahan tersebut kebanyakan dijumpai lahan non-pertanian dan lahan non-pertanian dijumpai hanya beberapa saja atau tinggal sedikit, itupun dijumpai hanya di tempat tertentu saja yang ada di kelurahan Tanjung Sari tersebut.

(44)

non-pertanian, ketika manusia semakin banyak terutama di perkotaan semakin banyak permintaan akan lahan dan dunia nyatanya semakin banyak lahan yang dijadikan untuk lahan non-pertanian yaitu bangunan rumah untuk bertempat tinggal, adanya bangunan-bangunan lain seperti bangunan ruko, yaitu yang dijadikan masyarakat untuk berbisnis atau bangunan-bangunan lainnnya yang dijadikan untuk tempat kerja.

Seperti yang dikatakan oleh salah satu informan:

Lahan yang saya miliki yang sekarang ini beberapa tahun belakang ini, saya membelinya dalam kondisi lahan pertanian dan lahan pertanian tersebut saya buat menjadi rumah dan kost-kostan dan bangunan tersebut saya sewakan kepada

orang yang ingin menyewa.

Banyak pendatang yang datang ke wilayah ini lah, dan mereka itu tentunya banyak tuch yang menyewa rumah saya, dan ada juga masyarakat yang langsung

membeli rumah untuk mereka yang berkeluarga dan orang yang hanya mengontrak atau menewa kebanyakan anak-anak kuliah atau orang yang bekerja

(45)

2.2. Faktor Ekonomi

Pada faktor ekonomi adalah salah satu faktor yang biasaanya yang selalu dicapai dan dipenuhi oleh banyak masyarakat, terutama dan pilihan yang paling utama adalah melakukan penjualan lahan dan mengalih fungsi lahan, seperti lahan yang dimiliki oleh masyarakat yang ada di kelurahan Tanjung Sari, dan lahan tersebut itu banyak untuk dijadikan sebagai salah satu yang bisa diandalkan atau yang bisa diharapkan setiap orang untuk mendapatkan uang, itu bagi mereka yang mempunyai lahan pertanian yang lumayan luas , akan tetapi ada juga masyarakat yang memutuskan untuk menjual lahnnya tersebut walaupun tidak begitu banyak atau tidak begitu banyak untuk mendapatkan uang, karena memang uang itu sangat dibutuhkan terutama dalam faktor ekonomi baik itu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam faktor ini banyak masyarakat yang melakukan proses jual lahan kepada orang lain, karena adanya permintaan yang tinggi dari ssektor non-pertanian dibandingkan oleh sektor pertanian, atau masyarakat yang mempunyai kegiatan-kegiatan di kota tersebut, dan hasil dari pertanian juga relatif rendah. Ada masyarakat yang berasal dari kalangan ekonomi yang rendah, dengan adanya tawaran dari pihak luar atau orang lain untuk membeli lahan pertanian yang mereka miliki tentunya akan tergoda untuk menjual lahan tersebut dengan tawaran yang menjanjikan untuk mendapatkan uang dari si pembeli lahan tersebut, secara bersamaan dan juga sejalan dengan desakan ekonomi untuk kebutuhan keluarga, baik itu untuk kebutuhan sehari-hari maupun untuk kebutuhan yang lainnya. Seperti yang dikatakan oleh salah satu informan yang ada di lingkungan XII Tanjung Sari:

(46)

on, apalagi kebutuhan sonarion asa boi mangan, apalagi adong muse tawaran sian halak, piccan arga tano kan lumayan”.

“Kalau tidak ada lagi uang lebih baik menjual tanah kepada orang lain yang mau membeli untuk keperluan rumah yang mendesak terutama untuk

kebutuhan makan,apalagi ada pula orang yang mau membeli lahan yang harganya lumayan tinggi harganya kan lumayan”.

Salah satunya yaitu ada keluarga ibu Roida, ibu ini sudah berumur 60 tahun dan ibu ini berprofesi sebagai petani, dimana keluarga ini adalah salah satu keluarga yang berada di kelurahan Tanjung Sari, tepatnya yang di jalan Ring Road, keluarga ibu ini adalah termasuk keluarga yang sederhana suami dari ibu ini berma Rahman Silalahi akan tetapi suami dari ibu ini sudah tiada lagi empat tahun yang lalu, ibu ini hidup bersama keempat anaknya dan anaknya tersebut sudah tiga tamat SMA, ibu ini dan keempat anaknya tinggal bersama dan rumah yang mereka tempati tersebut adalah rumah mereka sendiri, itu adalah rumah sepeninggalan suami ibu ini, rumah yang mereka tempati tersebut memang sangat sederhana, akan tetapi mereka betah dan senang menempati rumah tersebut karena rumah itu memang sangat berharga bagi ibi ini dan keempat anaknya. Adapun nama anak-anak dari ibu Roida ini adalah:

• Rio 27 tahun

• Sandy 25 tahun

• Tirta 23 Tahun

• Sihar 17 Tahun

(47)

hanya tamatan SMA dan satu orang lagi masih bersekolah, ibu ini mempunyai lahan pertanian sampai sekarang ini dan lahan tersebut masih diolah oleh ibu ini sendiri, keempat anaknya memang jarang membantu ibu ini mengolah lahan pertanian tersebut, ibu ini hanya mengolah sendiri, inilah kegiatan sehari-hari ibu Roida tersebut, selain mengerjakan pekerjaan rumah dan kegiatan-kegiatan lainnya yang diikuti oleh ibu ini, baik itu ke pesta maupun kegiatan yang lainnya, lahan yang dimiliki oleh ibu initidak terlalu luas hanya saja lahan tersebut sebanyak 35 meter dan lebarnya 20 , seperti yang ditunjukan oleh ibu ini lahan pertanian tersebut kebetulan tidak jauh dari tempat mereka tinggal, atau berada di belakang rumah mereka.

(48)

hanya sebagai petani saja dan kurang untuk membuthi kebutuhan terutama kebutuhan akan keperluan anak-anaknya.

Sampai sekarang juga masih ada salah satu anak ibu ini yang masih menuntut ilmu yaitu anak keempatnya yang masih duduk di bangku SMA, dan tentunya akan membutuhkan biaya yang cukup banyak, berhubung juga karena anaknya yang paling bungsu atau anaknya yang paling kecil itu sekolah di slah satu sekolah yang lumayan mahal biaya uang sekolah, ataupun biaya-biaya yang ada sangkut pautnya dengan sekolah anak yang masih sekolah terutama karena mereka ini adalah keluarga yang sederhana dan untuk mendapatkan uang setiap harinya juga susah, ibu ini hanya mengolah lahan pertanian lah lahan dari pembagian dari orang tua suami ibu ini, ibu ini mendapatkan hasil pertaniannya hanya dua kali dalam satu tahun. Jadi ibu ini menjual lahannya sebagian dua tahun yang lalu seluas 35 meter dan lebarnya 20 meter, lahan tersebut dijual kepada orang pendatang, hal ini dilakukan oleh ibu ini karena memang keadaan terpaksa mengingat kondisi keluarga pada saat itu memang sangat membutuhkan uang, lahan tersebut dijual kepada orang ketika suaminya masih hidup dan laahn tersebut dijual dengan persetujuan dari suami ibu ini.

(49)

masyarakat yang mempunyai lahan pertanian menjual lahan mereka dengan keadaan terpaksa, mengingat dengan desakan dari tuntutan kebutuhan yang harus dipenuhi.

Seperti penuturan oleh ibu Roida:

“Tumagonma hugadis tanoi asalma marsikkola akka gelenghi Asalma saut akka napinarsitta ni akka anakkoki, ai holan inama arta na boi gadison asa boi mambiayai sikkola ni akka gelleng niba i, nijualanpe akka

arta i dang gabe masalah, boi do i muse paulakon ni akka gelleng nibai molo dung gabe jolma haduan dah inanggg.... “.

“lebih baik tanah itu dijual untuk menyekolahkan anak-anak kami Asalkan kesampaian cita-cita dari anak-anak kami itu, karena hanya tanah yang kami punya itu satu-satunya yang bisa dijual untuk membiayai sekolah anak-anak kami, dijualpun tidak jadi maslah buat kami orang tua ini, bisanya itu nanti dibalikan oleh anak-anak kasmi itu kalau sudah sukses nantinya

”.

(50)

banguna rumah yang terdiri dari enam rumah jadi sewa rumah tersebut dibagi kepada sipemilik lahan mendapatkan hasil sewa rumah dengan harga tiga sewa rumah dan kepada si pembeli lahan tersebut mendapat hasil sewa dari sewa tiga rumah.

Pemilik lahan yang menjual lahannya kepada orang lain karena mereka sudah tidak ada waktu lagi untuk mengelolah lahan pertanian mereka tersebut, karena ada kegiatan lain, juga kerena semakin banyaknya permintaan lahan untuk dijadikan rumah, dan untuk bisnis jadi mereka menjualnya dengan harga sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan orang yang ingin membeli lahan mereka tersebut, ada orang yang ingin membeli lahan mereka karena memang butuh sekali untuk dijadikan sebagi tempat tinggal.

(51)

jalan dan mereka sewakan kepada orang lain atau mereka yang melakukan bisnis di tempat tersebut, dan setiap bulannya si pemilik bangunan tersebut akan mendapatkan hasil sewa dari bangunan yang disewakannya kepada orang lain atau ada juga yang mendapatkan hasil sewa hanya sekali dalam setahun dari orang yang menyewa lahan yang mereka sewakan seperti danya orang yang menyewa rumah dan akan memberikan sewa rumah tersebut hanya dalam sekali setahun.

Hasil penjualan lahan yang mereka jual kepada orang lain itu juga digunakan untuk membangun atau memperbaiki rumah untuk disewakan atau dikontrakan kepada orang lain, dimana kalau rumah yag ingin dikontrakan kepada orang lain itu tidak dalam keadaan yang baik tentunya orang yang ingin mengontrak rumah tersebut tidak terlalu suka dan otomatis pelanggan kontrakan akan berali kepada orang lain, untuk mengatasi hal ini tentu lahan yang dijual tadi kepada orang lain akan dibuat untuk memperbaiki rumah yang ingin dikontrakan kepada orang lain supaya mendapatkan hasil yang maksimal untuk kebutuhan ekonomi keluarga.

2.2 Faktor Kependudukan

(52)

pula lahan pertanian yang terpakai untuk dijadikan ke lahan non-pertanian mengingat di daerah ini banyak lahan pertanian.

Menurut masyarakat, lahan yang ada di Tanjung Sari itu dulunya adalah kebanyakan lahan pertanian yang ditanami banyak padi dan diolah oleh masyarakat yang ada di sekitar atau masyarakat lokal, akan tetapi dengan berkembangnya populasi peradaban manusia penguasaan dan penggunaan lahan mulai terusik yang artinya semakin berkembangnya manusia-manusia yang membutuhkan banyak kebutuhan terutama kebutuhan akan lahan.

Lahan yang dulunya digunakan untuk bercocok tanam (lahan pertanian) kini berangsur-angsur menjadi lahan yang multifungsi pemanfaatan yang artinya lahan tersebut banyak fungsi atau banyak manfaat. Perubahan spesifik lahan pertaniaan ke lahan non-pertanian dan kini dikenal dengan konversi lahan, semakin lama semakin meningkat.

Seiring dengan berjalannya waktu semakin bertambahnya jumlah penduduk yang sangat pesat di kota Medan maka semakin bertambah pula permintaan terhadap lahan untuk digunakan masyarakat dalam berbagai kegiatan. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam pemanfaatan lahan tersebut yaitu meningkatanya permintaan lahan dalam membangun perumahan, jasa, industri dan penggunaan yang lainnnya.

Seperti penuturan salah satu informan di Kelurahan Tanjung Sari:

“Semakin lama semakin banyak orang yang berdatangan ke daerah ini, entah dari mana-mana sajamereka berdatangan dan wilayah ini juga semakin sempit karena banyaknya penduduk yang membangun bangunan untuk dijadikan

tempat tinggal di daerah ini, lihat saja seperti yang sekarang ini banyak bangunan- bangunan yang berderet atau berbaris, lihat tuch apalagi di daerah

(53)

yang lainnya dan banyak yang membangun rumah-rumah baru atau bangunan-banguan yang lainnnya”.

Selain itu juga pemanfaatan lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian dalam hal untuk kawasan perdagangan, kawasan industri dan kawasan yang lainnnya, peralihan fungsi lahan yang dilakukan masyarakat tersebut lebih identik dengan dari lahan pertanian sawah. Hal ini dapat dipahami karena pemilihan lahan tersebut karena dekat dengan penggunaan jasa yang dekat di perkotaan. Lokasi yang dulunya didominasi atau digunakan akan mati karena untuk sekarang ini lahan yang digunakan lebih banyak dalam kegiatan-kegiatan masyarakat dalam aktivitas-aktivitas mereka. Mendapatkan lahan tersebut akan lebih mudah karena lahan tersebut memang berada di perkotaan, dan proses kegiatan masyarakat juga akan lebih mudah, karena sudah ada jalan, telepon dan yang lain-lainnnya.

Seiring dengan berjalannya waktu semakin banyak pula peralihan lahan untuk kegiatan manusia atau kegiatan masyarakat dengan brbagai aktivitas-aktivitas, oleh karena itu tentu lahan pertanian atau lahan sawah semakin lama semakin sedikit, jadi lahan sawah semakin dijepit oleh banyak bangunan-bangunan, seperti bangunan rumah, ruko dan bangunan yang lainnya. Semakin banyaknya alih fungsi lahan tersebut semakin terapit pula lahan sawah yang tinggal sedikit dan akan mengakibatkan sawah tersebut akan sulit untuk mendapatkan air, tenaga kerja dan bahan produksi untuk sawah mereka tersebut.

Seperti penuturan salah satu informan:

“Seperti yang sekarang inilah semakin banyak penduduk seperti sekarang dan banyak yang melakukan alih fungsi lahan, yah...tentunya saya juga ikut karena kasihan lahan pertanian saya yang banyak diapit banyak rumah dan susah untuk

berkembang dan hasilnya juga tidak seperti hasil yang dulu atau tidak memungkinkan lagi bisa diharapkan dibandingkan yang hasil pertanian dulu

(54)

Petani yang memiliki lahan sawah tersebut, yang sawah mereka telah diapit oleh rumah-rumah atau bangunan-bangunan lainnya, dengan adanya kesulitan yang mereka alami dalam mengolah lahan sawah mereka dengan keadaan dimana banyak bangunan-bangunan yang berada di sekeliling sawah yang mereka miliki, mereka dengan terpaksa menjual lahan sawah tersebut kepada orang lain baik itu masyarakat lokal ataupun masyarakat pendatang.

Semakin banyaknya pendatang ke kota Medan dan banyaknya kebutuhan yang diperlukan dalam hidup atau beraktvitas, banyak lahan yang diperlukan dalam arti permintaan akan lahan akan semakin banyak, baik itu dalam membangun tempat tinggal, tempat untuk berbisnis dan yang lainnya.

Semakin pesatnya pendatang ke dalam kota, seperti daerah yang dipenuhi penduduk yang ada di pinggiran kota seperti Tanjung Sari, pendatang banyak yang memilih untuk tinggal di daerah pinggiran kota tersebut dengan banyak alasan-alasan. Pendatang yang memenuhi tempat tersebut datang dari banyak kalangan atau dari berbagai daerah dan ada juga yang pindah dari sekitar kota Medan itu juga, mereka pindah ke tempat tersebut untuk memulai rumah tangga baru, mereka memilih tinggal ditempat tersebut seperti pilihan karena pindah untuk mencari kerja, pindah untuk menuntut ilmu dan yang lain-lainnya,sehingga wilayah tersebut semakin lama semakin padat, sehingga membuat lahan-lahan banyak yang dialih fungsikan dengan adanya kebutuhan dan permintaan manusia tersebut.

(55)

2.2.1. Masuknya Pendatang

Kota umumnya mempunyai daya tarik yang kuat dalam hal menjanjikan tersediannya lapangan kerja yang luas, pendapatan yang lebih tinggi dan berbagai kemudahan yang lainnya, misalnya pelayanan pendidikan,kesehatan dan rekreasi sehingga menarik arus urbanisasi yang tinggi, makanya semakin lama semakin banyak orang yang tertarik untuk bertempat tinggal di wilayah Tanjung Sari ini.

Penduduk kelurahan Tanjung Sari ini dulunya ditempati oleh masyarakat yang suku Karo, sebelum lahan diolah menjadi lahan non-pertanian, dan tentunya lahan tersebut dalam arti masih kebanyakan lahan pertanian yang diolah oleh masyarakat tersebut.

Akan tetapi, dihitung dari tahun ketahun dengan semakin banyaknya penduduk pendatang ke tempat ini, banyak pendatang dari kalangan suku, diantaranya suku Karo, suku Batak Toba, India, Melayu, Padang dan Aceh, mereka datang ke tempat ini dengan berbagai tujuan dan maksud masing-masing orang. Ada orang yang memang benar-benar pindah dan membeli lahan pertanian tersebut untuk dijadikan menjadi rumah, dan menjadi bangunan-bangunan lainnya sesuai dengan tujuan mereka masing-masing.

(56)

banyaknya pendatang atau yang pindah ke wilayah tersebut, seperti daerah pinggiran kota yang ada di Kelurahan Tanjung Sari, dimana beberapa tahun belakangan ini semakin banyak pendatang yang pindah maupun yang datang hanya untuk beberapa saat saja ke wilayah pinggiran kota ini dengan adanya banyak maksud dan tujuan dari masing-masing orang alasan mereka pindah ke wilayah ini.

Adanya pertambahan jumlah pendatang dari berbagai kalangan yang berbeda-beda suku atau yang berbeda-beda latar belakang itu tidak menjadi masalah karena di daerah kota memang antara yang satu dengan yang lainnya selau dijuluki dengan saling cuek memang begitulah kehidupan di kota termasuk masyarakat yang ada di kelurahan Tanjung Sari tersebut, mereka datang dari berbagai tempat baik itu yang datang dari luar kota maupun yang datang dari dalam kota itu sendiri, masyarakat yang datang ke tempat ini ada yang datang dari luar kota maksudnya di luar kota Medan, dan yang datang dari dalam kota Medan itu sendiri juga hanya saja berpindah daerah saja, mereka berpindah tempat tinggal dan memilih untuk tetap tinggal di wilayah Tanjung Sari tersebut dengan keinginan atau kemauan tersendiri dalam memilih daerah ini untuk dijadikan sebagai tempat tinggal dan ada juga mereka yang datang ke daerah ini yang mengikuti keluarga yang memang pindah ke wilayah ini, mereka pindah dari berbagai daerah yang masih di kawasan kota Medan, ada yang pindah dari Padang Bulan, ada yang pindah dari daerah Mandala dan dari daerah yang lainnya yang masih berada di kawasan diatau yang masih berada di dalam kota Medan.

Seperti penuturan salah satu informan:

(57)

manuhor jabuon sapittuma, au manuhor jabuon sian halak Karo,argani jabuon hutohor dang pola arga nian dibandingkon sonari alai dabah au nunga mabalu dua minggu naung lewat. Au dison sambil mambuka warungma di jolo jabuon, tarhilala daripada somarhua do iba,alana nga matua iba kan asa adong

lalap-lalap di jabu”.

“Saya udah lebih dari sepuluh tahun tinggal di tempat ini, saya pindah dari daerah Mandala karena suamiki yang dulu yang minta kami pindah ke sini ,karena saya membeli rumah disini satu pintu, saya membelinya dari orang Karo, harga rumah yang saya beli dulu tidak terlalu mahal dibandingkan harga yang sekarang ini , saya disini membuka satu warung di depan rumah, berhubung karena saya sudah berumur supaya ada aja kesibukan supaya tidak bosan”.

(58)

tidak bisa diam saja tanpa adanya kegiatan dan kondisi kesehatan ibu ini juga masih bisa dikatakan masih sehat melihat dari umurnya yang sudah lumayan tua

Seperti penuturan Ibu Bina berikut ini.

“ Daripada bosan au dijabu holanna hundul, tumagonma hubaen sada warung asa adong lalap-lalap niba di jabu, alana dang boi au holanna hundul torus-torus, parbosan hian do au, ianungpe saotik tiga-tiga hu dang pola bohai

alana setiap ari sai adongdo panuhor ro, kan lumayan do i da asa adong pemasukan, unang holan na sai manjalo i iba sian gelleng niba, alana gelleng

nibape dao do sian iba muse”.

“ Daripada saya bosan dirumah hanya duduk-duduk saja, lebih baik saya buka sebuah warung untuk menjadi kesibukan saya setiap harinya, karena setiap

hari saya bosan kalau hanya duduk-duduk saja karena saya juga orangnya pembosan, walaupun jualan saya sedikit itu tidak jadi masalah karena setiap hari

ada-ada saja orang yang membeli jualan saya, dan itu menjadi pemasukan buat saya untuk mendapatkan uang kan lumayan, daripada saya meminta-minta terus

sama anak saya, kebetulan juga anak saya memang jauh tinggalnya”.

(59)

Para pendatang datang ke wilayah ini dengan maksud untuk menyambung kehidupan mereka dengan melakukan banyak kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan mereka di lingkungan yang mereka tempati yang sekarang ini sebelum menempati wilayah ini, mereka datang ke wilayah ini untuk mencari tempat sesuai dengan keinginan mereka masing-masing, baik itu tempat untuk bertempat tinggal ataupun untuk menjalankan usaha.

Ada pendatang yang menginginkan tempat tinggalnya dekat dengan pasar yang artinya mereka lebih nyaman mencari tempat tinggal di wilayah ini dibandingkan dengan tempat tinggal mereka yang sebelumnya walaupun masih sama-sama di Kota Medan, bagi mereka yang sudah berkeluarga yang aslinya orang Medan, dan mereka yang sudah mempunyai anakdan anak mereka sudah ada yang bersekolah, ada yang kuliah, mereka pindah ke wilayah ini dengan alasan supaya anak-anak mereka yang bersekolah, maupun yang sudah kuliah dekat dengan mereka menuntut ilmu seperti dekat dengan sekolah yang mereka inginkan dan dekat bagi mereka yang sudah kuliah seperti kampus yang diinginkan mereka, dekat dengan tempat mereka kerja dimana tempat yang mereka tempati lebih cepat dijangkau dan alasan mereka memilih daerah ini untuk mereka tempati dengan jangkauan yang sudah dekat bisa mengirit biaya.

(60)
(61)

mengirit pengeluaran setiap harinya, karena Tati juga bisa jalan kaki ke kampus setiap harinya.

Seperti penuturan Tati salah satu mahasiswi:

“ Saya di sini pendatang, saya baru satu stengah tahun datang dan bertempat tinggal di daerah ini, saya di sini kost dan saya memilih tempat ini karena memang saya suka dengan keadaan daerah ini, saya lebih nyaman sampai saat

ini, kebetulan saya di sini kuliah dan tempat tinggal saya sangat berdekatan dengan kampus saya dan berdekatan juga dengan tempat-tempat yang saya inginkan, pokoknya nyamlah saya tinggal disini makanya saya memilih tinggal di

daerah kelurahan Tanjung Sari ini”.

Gambar

Tabel 2.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini berjudul Tayangan Iklan 3M (Mengubur, Menutup, Menguras) dan Tindakan Masyarakat Dalam Mencegah Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan

Untuk mengetahui dampak negatif pada remaja yang merokok dan karakteristik remaja merokok di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Tuntungan5. mampu melakukan tahap pengkajian

Alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian di Desa Drancang Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik begitu tinggi, ini dikarenakan didalam RTRW(Rencana Tata

Negatif dan Diskriminasi Masyarakat Terhadap Orang dengan HIV/AIDS. (ODHA) di Medan Plus, Tanjung

Berdasarkan pengamatan dan memperhatikan rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kota Denpasar 1999 – 2004, ruang terbuka hijau (RTH) koefisien dasar bangunan (KDB) 0%, lokasi

Alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan terbangun di Kawasan Perkotaan Mangupura, Kabupaten Badung mengindikasikan bahwa peraturan daerah terkait peraturan tata ruang

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor diijinkannya alih fungsi lahan di Kabupaten Tegal yaitu harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah

Beberapa strategi tersebut antara lain yaitu para imigran berusaha berinteraksi dengan warga khususnya warga di Kelurahan Tanjung Sari dengan menggunakan aplikasi google translate untuk