ANALISIS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI KELURAHAN TANJUNG SARI
KECAMATAN MEDAN SELAYANG TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh :
0510020031 ASNY OLYFTA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI KELURAHAN TANJUNG SARI
KECAMATAN MEDAN SELAYANG TAHUN 2010
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
NIM. 051000031 ASNY OLYFTA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul
ANALISIS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI KELURAHAN TANJUNG SARI
KECAMATAN MEDAN SELAYANG TAHUN 2010
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :
NIM. 051000031 ASNY OLYFTA
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 15 Juni 2010
dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I
(Prof. dr. Nerseri Barus, MPH)
NIP : 194508171973022001 NIP : 195908181985032002 (drh. Rasmaliah, M.Kes)
Penguji II Penguji III
(Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH)
NIP : 196404041992031005 NIP : 196501121994022001 (drh. Hiswani, M.Kes)
Medan, Juni 2010
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Dekan,
ABSTRAK
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan bagi masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan diare serta menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan anak balita. Dari laporan Puskesmas Pembantu Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang tahun 2009 bahwa penyakit diare menduduki urutan kelima dalam sepuluh penyakit terbesar dengan proporsi 1,97%
Penelitian bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectional dilakukan di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 dengan tujuan untuk menganalisis kejadian diare pada anak balita. Populasi dalam penelitian ini adalah anak balita berusia 12 - 59 bulan yang berdomisili di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang. Sampel diambil secara porposive yaitu semua anak balita di lingkungan 14 yang berjumlah 110 orang .
Dari hasil penelitian didapatkan prevalensi kejadian diare pada anak balita dalam 1 bulan 38,2%. Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara status imunisasi campak (p=0,014; RP=1,916), pemberian ASI eksklusif p=(0,016; RP=5,495) dengan kejadian diare pada anak balita, dan tidak ada hubungan antara umur anak balita (p=0,127), jenis kelamin anak balita (p=0,085), status gizi (p=0,131), umur ibu (p=0,808) , pendidikan ibu (p=0,092), pekerjaan ibu (p=0,262), ketersediaan jamban (p=0,136), sanitasi lingkungan (p=0,792), dan penyediaan air bersih (p= 0,643) dengan kejadian diare pada anak balita.
Hasil analisis multivariat diperoleh faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian diare adalah status imunisasi campak (p=0,011; RP=4,299).persamaan regresinya yang diperoleh adalah Y = -4,456 + 1,458 X1.
Disarankan kepada ibu-ibu yang tinggal di Kelurahan Tanjung Sari yang mempunyai bayi agar membawa bayinya untuk imunisasi campak setelah berumur 9 bulan.
ABSTRACT
Diarrhea has become one of main social problem in Indonesia. It is caused the high number of morbidity and mortality of diarrhea and it has became caused baby and under five age children death. Public Health Center of Tanjung Sari Medan Selayang in 2009 report that diarrhea was the fifth in ten greatest diseases and it proportion 1,977%
Analytical research with cross sectional design was taken place in Tanjung Sari Medan Selayang on 2010, in order to analyze diarrhea in under five age children. The population in this research was under five age children 12 - 59 months in Tanjung Sari, Medan Selayang. The sample was taken by purposive in lingkungan 14.
The results of this research got prevalence of diarrhea in a month are 38,2%. The result of bivariat analysis show a huge relation among measles immunization status (p=0,014; RP=1,916) , exlusive breast milk (p=0,016;RP=5,495) with diarrhea in under five age children. There is no relation among age (p=0,127), sex (p=0,085), nutrition status (p=0,131), mother age (p=0,808), mother educational (p=0,092), mother job (p=0,262), existence of toilet (p=0,136), sanitasi environment sanitation (p=0,792), a ndexistence of pure water (p= 0,643) with diarrhe in under five age children.
The result of multivariat analysis is got factors that most related with diarrhea was measles immunization. The formula was Y = -4,456 + 1,458 X1.
It’s suggested to Public Health Center of Tanjung Sari so that increase measles immunization after their babies have been 9 month.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul :
“Analisis Kejadian Diare pada Anak Balita di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ”
Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada
kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH, selaku Ketua Departemen
Epidemiologi FKM USU sekaligus sebagai Dosen Penguji II yang telah
banyak memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan penulisan
skripsi ini.
3. Ibu Prof. dr Nerseri Barus, MPH, selaku Ketua Penguji yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
4. Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes, selaku Dosen Penguji I yang telah banyak
meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan petunjuk dan
5. Ibu drh. Hiswani, M. Kes, selaku Dosen Penguji III, yang telah banyak
memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.
6. Bapak Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes, selaku Dosen Penasehat Akademik
yang telah memberi bimbingan dan nasehat selama perkuliahan di Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
7. Para dosen dan pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
8. Bapak Lurah Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang dan bapak
Hulman Panjaitan yang telah banyak membantu peneliti dalam pengumpulan
data di daerah penelitian serta pegawai di kantor Kelurahan Tanjung Sari
Kecamatan Medan Selayang
9. Kepada ayahanda tercinta B. Samosir (alm) dan ibunda tercinta J. Hutabarat,
abang-abangku Luhut Samosir, Christer Samosir, Mawan Manik, adikku
Jimmy Samosir, serta saudaraku semuanya yang tersayang atas doa, semangat
dan bantuan yang diberikan kepada penulis.
10.Teman-teman satu kos gang Berkat no. 2 (Ega, Masri, Eli, Herbi, Rini,
Melinda, dan lain-lain) yang selalu memberikan dukungan doa, dan semangat
dalam kesehariaannya kepada penulis.
11.Sahabat-sahabatku tersayang Sri Septenia, Ellina, Irfani, Yessy, dan Lastiar
yang selalu memberikan semangat, dukungan doa, maupun bantuannya
kepada penulis.
12.Teman-teman mahasiswa peminatan epidemiologi FKM USU terutama
Melvida, Nduma, k’Novel, Ester, dan Mena) terima kasih atas kebersamaan
dan bantuannya sampai pengerjaan skripsi ini selesai, serta teman-teman
peminatan epidemiologi lain yang tidak dapat disebut satu persatu,
terimakasih buat dukungan semangat dan doa-doanya.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna, maka
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan
dan kesempurnaannya skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
para pembaca.
Medan, Juni 2010
Penulis
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS
Nama : Asny Olyfta
Tempat/Tanggal Lahir : Sidamanik, 12 Februari 1987
Agama : Kristen Protestan
Anak ke : 3 dari 4 bersaudara
Nama Ayah : B. Samosir (Alm.)
Nama Ibu : J. Hutabarat
Alamat : Jl. Dr. Mansyur gg Berkat no. 2 Medan
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SD Negeri 091409 Sarimatondang : Tahun 1993 - 1999
2. SMP Negeri 1 Sidamanik : Tahun 1999 - 2002
3. SMU Negeri 1 Sidamanik : Tahun 2002 - 2005
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan ... i
Abstrak ... ii
Daftar Riwayat hidup ... iii
Kata Pengantar ... iv
Daftar Isi ... vii
Daftar Tabel ... xi
Daftar Gambar ... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
2.3. Epidemiologi Penyakit Diare ... 7
2.3.1. Distribusi dan Frekuensi Penyakit Diare ... 7
a. Orang ... 7
b. Tempat ... 9
c. Waktu ... 10
2.3.1. Determinan Penyakit Diare... 10
a. Host (Penjamu) ... 10
b. Agent ... 13
c. Environment (Lingkungan) ... 14
2.4. Mekanisme Penularan ... 15
2.5. Tanda-Tanda dan Gejala ... 16
2.8. Penatalaksanaan ... 25
2.8.1. Mencegah Terjadinya Dehidrasi ... 25
2.8.2. Mengobati Dehidrasi ... 25
2.8.3. Memberi Makanan ... 25
2.8.4. Mengobati Masalah Lain ... 26
BAB 3 KERANGKA KONSEP
3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 28
3.2. Defenisi Operasional... 29
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian ... 33
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 33
4.2.1. Lokasi Penelitian ... 33
b. Tehnik Pengambilan Sampel ... 35
4.4. Metode Pengumpulan Data ... 33
4.4.1. Data Primer ... 33
4.4.2. Data Sekunder ... 33
4.5. Teknik Analisa data ... 33
BAB 5 HASIL 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 38
5.1.1. Geografis ... 38
5.1.2. Demografi ... 38
5.1.3. Sarana dan Prasarana ... 39
5.2. Analisis Univariat ... 40
5.2.1. Kejadian Diare ... 40
5.2.2. Karakteristik Anak Balita ... 41
5.2.3. Karakteristik Ibu dari Anak Balita ... 43
5.2.4. Karakteristik Lingkungan ... 44
5.3. Analisis Bivariat ... 45
5.3.1. Hubungan Umur Anak Balita dengan Kejadian Diare ... 45
5.3.2. Hubungan Jenis Kelamin Anak Balita dengan Kejadian Diare ... 45
5.3.3. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Diare ... 46
5.3.4. Hubungan Status Imunisasi dengan Kejadian Diare ... 47
5.3.5. Hubungan ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare ... 48
5.3.6. Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian Diare ... 48
5.3.7. Hubungan Pendididikan Ibu dengan Kejadian Diare ... 49
5.3.8. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Kejadian Diare ... 50
5.3.9. Hubungan Ketersediaan Jamban dengan Kejadian Diare ... 50
5.3.10.Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare ... 51
5.3.11.Hubungan Penyediaan Air Bersih dengan Kejadian Diare ... 52
BAB 6 PEMBAHASAN
6.1. Analisis Univariat ... 56
6.1.1. Prevalens Rate Diare ... 56
6.1.2. Karakteristik Anak Balita ... 58
a. Umur ... 58
b. Jenis Kelamin ... 59
b. Status Gizi ... 60
c. Status Imunisasi ... 61
d. ASI eksklusif ... 62
6.1.3. Karakteristik Ibu dari Anak Balita ... 63
a. Umur Ibu ... 63
b. Pendidikan Ibu ... 64
c. Pekerjaan Ibu ... 65
6.1.4. Karakteristik Lingkungan ... 66
a. Ketersediaan Jamban ... 67
b. Sanitasi Lingkungan ... 68
c. Penyediaan Air Bersih ... 68
6.2. Analisis Bivariat... 69
6.2.1. Hubungan Umur Anak Balita dengan Kejadian Diare ... 69
6.2.2. Hubungan Jenis Kelamin Anak Balita dengan Kejadian Diare ... 70
6.2.3. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Diare ... 72
6.2.4. Hubungan Status Imunisasi dengan Kejadian Diare ... 73
6.2.5. Hubungan ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare ... 75
6.2.6. Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian Diare ... 76
6.2.7. Hubungan Pendididikan Ibu dengan Kejadian Diare ... 77
6.2.8. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Kejadian Diare ... 78
6.2.9. Hubungan Ketersediaan Jamban dengan Kejadian Diare ... 80
6.2.10.Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare ... 81
6.2.11.Hubungan Penyediaan Air Bersih dengan Kejadian Diare ... 82
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 39
Tabel 5.2. Distribusi Sarana Kesehatan di Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 39
Tabel 5.3. Distribusi Sarana Pendidikan di Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 40
Tabel 5.4. Distribusi Prevalens Rate Kejadian Diare pada Anak Balita di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 40
Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Anak Balita di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 41
Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Ibu di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010... 43
Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Lingkungan di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 44
Tabel 5.8. Tabulasi Silang Kejadian Diare Berdasarkan Umur Anak Balita di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 45
Tabel 5.9. Tabulasi Silang Kejadian Diare Berdasarkan Jenis Kelamin Anak Balita di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 45
Tabel 5.10. Tabulasi Silang Kejadian Diare Berdasarkan Status Gizi Anak Balita di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 46
Tabel 5.11. Tabulasi Silang Kejadian Diare Berdasarkan Status Imunisasi di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 47
Tabel 5.12. Tabulasi Silang Kejadian Diare Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif pada Anak Balita di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 48
Tabel 5.13. Tabulasi Silang Kejadian Diare Berdasarkan umur Ibu di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 48
Tabel 5.14. Tabulasi Silang Kejadian Diare Berdasarkan Pendidikan Ibu di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 49
Tabel 5.16. Tabulasi Silang Kejadian Diare Berdasarkan Ketersediaan Jamban di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 50
Tabel 5.17. Tabulasi Silang Kejadian Diare Berdasarkan Sanitasi Lingkungan di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 51
Tabel 5.18. Tabulasi Silang Kejadian Diare Berdasarkan Penyediaan Air Bersih di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 52
Tabel 5.19. Identifikasi Variabel Dominan Penyebab Kejadian Diare Pada Anak Balita di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 53
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 28
Gambar 6.1. Diagram Pie Prevalensi Kejadian Diare Pada Anak Balita di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 56
Gambar 6.2. Diagram Bar Distribusi Proporsi Anak Balita Berdasarkan Umur di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 58
Gambar 6.3. Diagram Bar Distribusi Proporsi Anak Balita Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 59
Gambar 6.4. Diagram Pie Distribusi Proporsi Anak Balita Berdasarkan Status Gizi di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 60
Gambar 6.5. Diagram Pie Distribusi Proporsi Anak Balita Berdasarkan Status Imunisasi di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 61
Gambar 6.6. Diagram Pie Distribusi Proporsi Anak Balita Berdasarkan ASI Eksklusif di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 62
Gambar 6.7. Diagram Pie Distribusi Proporsi Anak Balita Berdasarkan Umur Ibu di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 63
Gambar 6.8. Diagram Pie Distribusi Proporsi Anak Balita Berdasarkan Pendidikan Ibu di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 64
Gambar 6.9. Diagram Pie Distribusi Proporsi Anak Balita Berdasarkan Pekerjaan Ibu di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 65
Gambar 6.10. Diagram Pie Distribusi Proporsi Anak Balita Berdasarkan Ketersediaan Jamban di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 66
Gambar 6.12. Diagram Pie Distribusi Proporsi Anak Balita Berdasarkan Penyediaan Air Bersih di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 68
Gambar 6.13. Diagram Bar Prevalensi Kejadian Diare pada Anak Balita Berdasarkan Umur di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 69
Gambar 6.14. Diagram Bar Prevalensi Kejadian Diare pada Anak Balita Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 70
Gambar 6.15. Diagram Bar Prevalensi Kejadian Diare pada Anak Balita Berdasarkan Status Gizi di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 72
Gambar 6.16 Diagram Bar Prevalensi Kejadian Diare pada Anak Balita Berdasarkan Status Imunisasi di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 73
Gambar 6.17. Diagram Bar Prevalensi Kejadian Diare pada Anak Balita Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 75
Gambar 6.18. Diagram Bar Prevalensi Kejadian Diare pada Anak Balita Berdasarkan Umur Ibu di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 76
Gambar 6.19. Diagram Bar Prevalensi Kejadian Diare pada Anak Balita Berdasarkan Pendidikan Ibu di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 77
Gambar 6.20. Diagram Bar Prevalensi Kejadian Diare pada Anak Balita Berdasarkan Pekerjaan Ibu di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 78
Gambar 6.21. Diagram Bar Prevalensi Kejadian Diare pada Anak Balita Berdasarkan Ketersediaan Jamban di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 80
Gambar 6.22. Diagram Bar Prevalensi Kejadian Diare pada Anak Balita Berdasarkan Sanitasi Lingkungan di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 81
ABSTRAK
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan bagi masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan diare serta menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan anak balita. Dari laporan Puskesmas Pembantu Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang tahun 2009 bahwa penyakit diare menduduki urutan kelima dalam sepuluh penyakit terbesar dengan proporsi 1,97%
Penelitian bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectional dilakukan di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 dengan tujuan untuk menganalisis kejadian diare pada anak balita. Populasi dalam penelitian ini adalah anak balita berusia 12 - 59 bulan yang berdomisili di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang. Sampel diambil secara porposive yaitu semua anak balita di lingkungan 14 yang berjumlah 110 orang .
Dari hasil penelitian didapatkan prevalensi kejadian diare pada anak balita dalam 1 bulan 38,2%. Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara status imunisasi campak (p=0,014; RP=1,916), pemberian ASI eksklusif p=(0,016; RP=5,495) dengan kejadian diare pada anak balita, dan tidak ada hubungan antara umur anak balita (p=0,127), jenis kelamin anak balita (p=0,085), status gizi (p=0,131), umur ibu (p=0,808) , pendidikan ibu (p=0,092), pekerjaan ibu (p=0,262), ketersediaan jamban (p=0,136), sanitasi lingkungan (p=0,792), dan penyediaan air bersih (p= 0,643) dengan kejadian diare pada anak balita.
Hasil analisis multivariat diperoleh faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian diare adalah status imunisasi campak (p=0,011; RP=4,299).persamaan regresinya yang diperoleh adalah Y = -4,456 + 1,458 X1.
Disarankan kepada ibu-ibu yang tinggal di Kelurahan Tanjung Sari yang mempunyai bayi agar membawa bayinya untuk imunisasi campak setelah berumur 9 bulan.
ABSTRACT
Diarrhea has become one of main social problem in Indonesia. It is caused the high number of morbidity and mortality of diarrhea and it has became caused baby and under five age children death. Public Health Center of Tanjung Sari Medan Selayang in 2009 report that diarrhea was the fifth in ten greatest diseases and it proportion 1,977%
Analytical research with cross sectional design was taken place in Tanjung Sari Medan Selayang on 2010, in order to analyze diarrhea in under five age children. The population in this research was under five age children 12 - 59 months in Tanjung Sari, Medan Selayang. The sample was taken by purposive in lingkungan 14.
The results of this research got prevalence of diarrhea in a month are 38,2%. The result of bivariat analysis show a huge relation among measles immunization status (p=0,014; RP=1,916) , exlusive breast milk (p=0,016;RP=5,495) with diarrhea in under five age children. There is no relation among age (p=0,127), sex (p=0,085), nutrition status (p=0,131), mother age (p=0,808), mother educational (p=0,092), mother job (p=0,262), existence of toilet (p=0,136), sanitasi environment sanitation (p=0,792), a ndexistence of pure water (p= 0,643) with diarrhe in under five age children.
The result of multivariat analysis is got factors that most related with diarrhea was measles immunization. The formula was Y = -4,456 + 1,458 X1.
It’s suggested to Public Health Center of Tanjung Sari so that increase measles immunization after their babies have been 9 month.
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujudnya derajat kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa
dan negara Indonesia ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan
dalam lingkungan dan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan
yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia.1
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut dilakukan
upaya-upaya kesehatan. Salah satu upaya-upaya kesehatan yang dilakukan pemerintah dalam
meningkatkan derajat kesehatan yang optimal adalah program pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular. Penyakit menular yang sampai saat ini masih
menjadi program pemerintah di antaranya adalah program pemberantasan penyakit
diare yang bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit diare, menurunkan angka
kesakitan dan kematian akibat penyakit diare. 2
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan bagi masyarakat
Indonesia. Hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan karena diare
Menurut data WHO pada tahun 2000-2003 diare merupakan penyebab
kematian nomor tiga di dunia pada anak di bawah umur lima tahun, dengan
Proportional Mortality Rate (PMR) 17% setelah kematian neonatal 37% dan
pnemonia 19%. Pada tahun yang sama, diare di Asia Tenggara juga menempati
urutan nomor tiga penyebab kematian pada anak di bawah umur lima tahun dengan
Proportional Mortality Rate (PMR) sebesar 18%.3
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001
menunjukkan bahwa di Indonesia penyakit diare merupakan penyebab kematian
nomor tiga pada balita dengan Proportional Mortality Rate (PMR) 10% setelah
penyakit sistem pernafasan (28%) dan gangguan perinatal (26%). Sedangkan dari
hasil Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) tahun 2001 diketahui bahwa penyakit
diare penyebab kematian nomor dua pada balita dengan Proportional Mortality Rate
(PMR) 13,2% setelah penyakit sistem pernafasan. Dalam upaya mempertahankan
kelangsungan hidup anak, penanggulangan diare merupakan program prioritas yang
diwujudkan melalui penurunan angka kesakitan dan kematian serta penanggulangan
Kejadian luar Biasa (KLB). 4
Menurut data di provinsi Sumatera Utara tahun 2005 penyakit diare
menyebabkan kematian pada saat terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) di enam
Kabupaten yaitu, kabupaten Deli Serdang dengan Attack Rate (AR) 0,82% dan Case
Fatality Rate (CFR) 3,23%, Kabupaten Asahan dengan AR 0,04% dan CFR 4%,
Kabupaten Labuhan Batu dengan AR 3,29% dan CFR 1,62%, Kabupaten
Simalungun dengan AR 1,16% dan CFR 2,6%, Kabupaten Mandailing Natal dengan
Menurut Profil Kesehatan Kota Medan tahun 2005 dilaporkan proporsi
penderita rawat jalan di puskesmas untuk balita 2,68% yaitu 20.996 penderita dari
780.706 seluruh penderita berbagai jenis penyakit dan lain-lain. Penyakit diare
menduduki urutan ke enam pada sepuluh penyakit terbesar di seluruh puskesmas kota
Medan. 6
Berdasarkan laporan SP2TP di puskesmas Padang Bulan Selayang II yang
wilayah kerjanya adalah Kecamatan Medan Selayang, didapatkan bahwa penyakit
diare masuk dalam sepuluh penyakit terbesar yang menduduki peringkat ke sembilan
dengan proporsi sebesar 2,44%.7
Hasil laporan dari Puskesmas Pembantu Tanjung Sari Kecamatan Medan
Selayang tahun 2009 bahwa penyakit diare menduduki urutan kelima dalam sepuluh
penyakit terbesar dengan proporsi 1,97%.8
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan suatu penelitian
untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada anak
balita di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang.
1.2. Perumusan Masalah
` Belum diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengenalisis kejadian diare pada anak balita di Kelurahan Tanjung
Sari Kecamatan Medan Selayang tahun 2010.
1.3.2.Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui prevalens rate diare pada anak balita di Kelurahan Tanjung
Sari Kecamatan Medan Selayang tahun 2010.
b. Untuk mengetahui distribusi proporsi karakteristik anak balita (umur dan jenis
kelamin, status gizi, status imunisasi dan ASI eksklusif) di Kelurahan Tanjung
Sari Kecamatan Medan Selayang tahun 2010.
c. Untuk mengetahui distribusi proporsi karakteristik ibu dari anak balita (umur ,
pendidikan dan pekerjaan) di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan
Selayang tahun 2010.
d. Untuk mengetahui distribusi proporsi karakteristik lingkungan (ketersediaan
jamban, sanitasi lingkungan, penyediaan air bersih) anak balita di Kelurahan
Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang tahun 2010.
e. Untuk mengetahui hubungan faktor anak balita (umur, jenis kelamin, status
gizi, status imunisasi, dan ASI eksklusif) dengan kejadian diare pada anak
balita di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang tahun 2010.
f. Untuk mengetahui hubungan faktor ibu (umur, pendidikan, dan pekerjaan)
dengan kejadian diare pada anak balita di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan
g. Untuk mengetahui hubungan faktor lingkungan (ketersediaan jamban, sanitasi
lingkungan, penyediaan air bersih) dengan kejadian diare pada anak balita di
Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang tahun 2010.
h. Untuk mengetahui faktor yang paling dominan terhadap kejadian diare pada
anak balita di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang tahun
2010.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Pembantu Tanjung Sari dalam
program pencegahan dan pemberantasan diare.
1.4.2. Sebagai bahan referensi bagi perpustakaan FKM-USU Medan dan penelitian
selanjutnya.
1.4.3. Dapat menambah wawasan dan kesempatan penerapan ilmu yang telah
diperoleh selama perkuliahan di FKM-USU dan juga sebagai salah satu syarat
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Diare
Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari, dengan/tanpa darah dan
lendir dalam tinja.9 Diare dikatakan sebagai keluarnya tinja berbentuk cair sebanyak
tiga kali atau lebih dalam dua puluh jam pertama, dengan temperatur rectal di atas
38°C, kolik, dan muntah-muntah.10
Diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja
yang encer dan frekuensinya lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare
bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali. Sedangkan untuk bayi berumur
lebih dari satu bulan dan anak dikatakan diare bila frekuensinya lebih dari 3 kali. 11
Diare dibedakan menjadi dua berdasarkan waktu serangan (onset) yaitu diare
akut dan diare kronik. 12 Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang
meningkat dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair dan bersifat mendadak
datangnya, dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu.13
Diare kronik atau diare berulang adalah suatu keadaan meningkatnya
frekuansi buang air besar yang dapat berlangsung berminggu-minggu atau
berbulan-bulan baik secara terus-menerus atau berulang, dapat berupa gejala fungsional atau
2.2. Etiologi Diare12
Penyebab diare dapat dikelompokkan menjadi:
2.2.1. Virus: Rotavirus (40-60%), Adenovirus.
2.2.2. Bakteri: Escherichia coli (20-30%), Shigela sp. (1-1%), Vibrio cholerae, dan
lain-lain.
2.2.3. Parasit: Entamoeba histolytica (<1%), Giardia lambia, Crystosporidium
(4-11%).
2.2.4. Keracunan makanan
2.2.5. Malabsorbsi: karbohidrat, lemak dan protein.
2.2.6. Alergi: makanan, susu sapi
2.2.7. Imunodefisiensi: AIDS
2.3. Epidemiologi Diare
2.3.1. Distribusi dan Frekuensi Penyakit Diare a. Menurut Orang
Penyakit diare akut lebih sering terjadi pada bayi daripada anak yang lebih
besar. Kejadian diare akut pada anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan.9
Hasil survei Program Pemberantasan (P2) Diare di Indonesia menyebutkan
bahwa angka kesakitan diare di Indonesia pada tahun 2000 sebesar 301 per 1.000
penduduk dengan episode diare balita adalah 1,0 – 1,5 kali per tahun. Survei
Departemen Kesehatan tahun 2003 penyakit diare menjadi penyebab kematian nomor
diare pada golongan balita secara proporsional lebih banyak dibandingkan kejadian
diare pada seluruh golongan umur yakni sebesar 55 %.14
Berdasarkan Survei Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan
Penyehatan Lingkungan (Ditjen PPM-PL) jumlah kasus diare pada tahun 2005 di
Sulawesi Selatan berdasarkan umur yang paling tinggi terjadi pada usia >5 tahun
yaitu sebesar 100.347 kasus sedangkan kematian yang paling banyak terjadi berada
pada usia <1 tahun yakni sebanyak 25 kematian. 15
Perbedaan sifat keadaan karateristik personal/individu secara tidak langsung
dapat memberikan perbedaan pada sifat/keadaan keterpaparan faktor resiko penyakit
diare maupun derajat resiko penyakit diare serta reaksi individu terhadap setiap
keadaan keterpaparan, sangat berbeda dan dipengaruhi oleh berbagai sifat karateristik
tertentu. Sifat karateristik itu antara lain: umur, jenis kelamin, kelas sosial, jenis
pekerjaan, penghasilan, golongan etnik, status perkawinan, besarnya keluarga,
struktur keluarga, dan paritas.
Hasil penelitian Zulkifli (2003) dengan desain cross sectional di Kecamatan
Mutiara Kabupaten Pidie menunjukkan bahwa diare terbanyak pada anak balita
b. Tempat
Penyakit diare tidak hanya terdapat di negara-negara berkembang atau
terbelakang saja, akan tetapi juga dijumpai di negara industri bahkan di negara yang
sudah maju sekalipun, hanya saja di negara maju keadaan penyakit diare infeksinya
jauh lebih kecil. 10
Berdasarkan Ditjen PPM & PL tahun 2005 bahwa KLB diare yang paling
tinggi yang paling besar terjadi pada daerah NTT dengan jumlah penderita 2.194
orang dengan CFR sebesar 1,28% diikuti oleh Kota Banten dengan jumlah pederita
1.371 orang dan CFR 1,9% . Hali ini di sebabkan tingkat sanitasi masyarakat yang
msih rendah, dimana pada daerah NTT tersebut terjadi kekurangan air, sehingga
aktivitas mereka terbatasi dengan minimnya persediaan air. 15
Pada tahun 2004, di Indonesia diare merupakan penyakit dengan frekuensi
KLB kelima setelah DBD, Campak, Tetanus Neonatorum dan keracunan makanan.
Angka kesakitan diare di Kalimantan Tengah dari tahun 2000-2004 fluktuatif dari
15,87 sampai 23,45. Pada tahun 2005 kasus diare 37,53% terjadi pada balita. 17
Berbagai penelitian tetang diare telah dilakukan di berbagai tempat. Hasil
penelitian Kasman di Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto Tangah Kota Padang
Sumatera Barat (2003) dengan desain cross sectional didapatkan proporsi diare pada
c. Waktu
Masih seringnya terjadi wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) diare
menyebabkan pemberantasannya menjadi suatu hal yang sangat penting. Di
Indonesia, KLB diare masih terus terjadi hampir di setiap musim sepanjang tahun.12
Angka kesakitan diare tahun 2000 berdasarkan Survei Ditjen PPM-PL adalah
301 per 1.000 penduduk dan episode pada balita 1,3 kali per tahun. Pada tahun 2003
angka kesakitan diare meningkat menjadi 374 per 1.000 penduduk dan episode pada
balita 1,08 kali per tahun. Cakupan penderita diare yang dilayani dan dilaporkan
selama lima tahun terakhir cenderung menurun. Sementara itu jumlah penderita diare
yang dapat dihimpun dalam lima tahun terakhir ditemukan bahwa jumlah penderita
yang dilaporkan paling tinggi yakni pada tahun 2000 sebesar 4.771.340 penderita,
sedangkan jumlah penderita yang dilaporkan paling rendah yakni pada tahun 2004
sebesar 596.050 penderita. 15
2.3.2. Determinan Penyakit Diare a. Host (Penjamu)
a.1. Umur
Survei Departemen Kesehatan tahun 2003 penyakit diare menjadi
penyebab kematian nomor dua pada balita, nomor tiga pada bayi, dan nomor
lima pada semua umur. 14
Hasil penelitian Zulkifli (2003) dengan desain cross sectional di
Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie menunjukkan bahwa diare terbanyak
a.2. Jenis Kelamin
Penyakit diare akut lebih sering terjadi pada bayi daripada anak yang
lebih besar. Kejadian diare akut pada anak laki-laki hampir sama dengan anak
perempuan.9 Penelitian Efrida Yanthi (2001) di Kecamatan Padang Bolak
Julu Kabupaten Tapanuli Selatan dengan desain cross sectional menunjukkan
hubungan yang tidak bermakna antara jenis kelamin anak balita dengan
kejadian diare dengan nilai p=0,997.19
a.3. Status Gizi
Penderita gizi buruk akan mengalami penurunan produksi antibodi
serta terjadinya atropi pada dinding usus yang menyebabkan berkurangnya
sekresi berbagai enzim sehingga memudahkan masuknya bibit penyakit ke
dalam tubuh terutama penyakit diare.
Hasil penelitian Elmi Haryuni (2005) dengan desain case control di
wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalifah Kecamatan Percut Sei Tuan
Kabupaten Deli Serdang menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan
antara status gizi balita dengan kejadian diare dengan nilai p=0,000, OR=3,5.
Hasil penelitian Zulkifli (2003) dengan desain cross sectional di Kecamatan
Mutiara Kabupaten Pidie menunjukkan bahwa diare terbanyak pada anak
balita dengan kelompok umur < 24 bulan.20
a.4. Status imunisasi
Diare sering timbul menyertai campak, sehingga pemberian imunisasi
campak juga dapat mencegah diare. Untuk itu anak harus segera diberi
Hasil penelitian Efrida Yanthi (tahun 2001) di Kecamatan Padang
Bolak Julu Kabupaten Tapanuli Selatan, yang melakukan analisis faktor
resiko terhadap kejadian diare yang menggunakan desain penelitian cross
sectional menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara status imunisasi
dengan kejadian diare dengan nilai p=0,000 (p<0,05). Ini berarti balita yang
tidak imunisasi memiliki kemungkinan lebih besar untuk menderita diare. 19
a.5. ASI Eksklusif
Pemberian makanan berupa ASI sampai bayi mencapai usia 4-6 bulan,
akan memberikan kekebalan kepada bayi terhadap berbagai macam penyakit
karena ASI adalah cairan yang mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, jamur dan
parasit. Oleh karena itu, dengan adanya zat anti infeksi dari ASI, maka bayi
ASI eksklusif akan terlindungi dari berbagai macam infeksi baik yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan parasit.
Hasil penelitian Dina Kamalia (2005) tentang hubungan pemberian
ASI eksklusif dengan kejadian diare pada bayi usia 1-6 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Kedungwuni I yang menggunakan desain cross sectional,
menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara pemberian ASI
b. Agent11
Beberapa penyebab diare dapat dibagi menjadi :
b.1. Peradangan usus oleh:
b.1.1. Bakteri, seperti : Escheria coli, Salmonella typhi, Salmonella paratyphi
A, B, C, Shigella flexneri, Vibrio cholera, Vibrio eltor, Vibrio
parahemolytius, Clostridium perferingens, Campilobacter,
Staphilococcus, Streptococcus, Coccidiosis.
b.1.2. Parasit, seperti : Protozoa (Entamoeba histolyca, Giardia lambia,
Trichomonashominis isospora), cacing (Ascaris lumbricoides,
Ancylostoma duodenale, Necator americanus, Trichuris tricura,
Vermiccularis, Taenia saginata, Taenia solium), jamur (Candida).
b.1.3.Virus, seperti : Rotavirus, Farvovirus, Adenovirus, Norwalk.
b.2. Makanan, yaitu:
b.2.1.Sindroma malaborsi : malabsorpsi karbohidrat, lemak dan protein.
b.2.2. Keracunan makanan dan minuman yang disebabkan bakteri
(Clostridium bottulinus, Staphilococcus) atau bahan kimia.
b.2.3. Alergi, misalnya tidak tahan pada makanan tertentu seperti susu kaleng
atau susu sapi.
b.2.4.Kekurangan energi protein (KEP).
b.3. Immunodefisiensi terutama SIg A (secretory immunoglobulin A) yang
mengakibatkan berlipat gandanya bakteri/flora usus dan jamur terutama
b.4. Psikologis : rasa takut dan cemas. Walaupun jarang, dapat menimbulkan
diare terutama pada anak yang lebih besar.
c. Environment (Lingkungan)
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua
faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini
akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak
sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang
tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman maka dapat menimbulkan
kejadian penyakit diare.
c.1. Ketersediaan Jamban
Penelitian Dewi Ratnawati dkk ( tahun 2006) di Kabupaten Kulon
Progo Yogyakarta dengan desain penelitian case control, menunjukkan bahwa
penggunaan jamban yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan meningkatkan
risiko 2,550 kali lebih besar balitanya untuk terkena diare akut dibandingkan
dengan penggunaan jamban yang memenuhi syarat dan secara statistik
bermakna. 22
c.2. Penyediaan Air Bersih
Penelitian Dewi Ratnawati dkk (tahun 2006) di Kabupaten Kulon
Progo Yogyakarta dengan desain penelitian case control, menunjukkan bahwa
penggunaan sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan
dibandingkan dengan penggunaan sarana air bersih yang memenuhi syarat
namun secara statistik tidak bermakna. 22
c.3. Sanitasi Lingkungan
Rendahnya mutu sanitasi lingkungan merupakan keadaan yang
potensial untuk menjadi sumber penularan penyakit diare. Hasil penelitian
Efrida Yanthi (tahun 2001) yang melakukan analisis hubungan sanitasi
lingkungan dengan kejadian diare yang menggunakan desain penelitian cross
sectional menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sanitasi
lingkungan dengan kejadian diare dengan nilai p=0,000(p<0,05) 19
2.4. Mekanisme Penularan23
Kuman penyebab diare dapat ditularkan melalui:
2.4.1. Kontaminasi makanan atau air dari tinja atau muntahan penderita yang
mengandung kuman penyebab.
2.4.2. Kuman pada kotoran dapat langsung ditularkan pada orang lain apabila
melekat pada tangan dan kemudian dimasukkan ke mulut atau dipake untuk
memegang makanan.
2.4.3. Kontaminasi dari alat-alat rumah tangga yang tidak terjaga kebersihannya,
tidak memakai sabun pada saat mencuci alat-alat makan dan minum, mencuci
2.5. Tanda dan Gejala 23
Adapun tanda-tanda dan gejala-gejala yang ditimbulkan akibat diare:
2.5.1. Diare dengan dehidrasi ringan, dengan gejala sebagai berikut:
1) Frekuensi buang air besar 3 kali atau lebih dalam sehari
2) Keadaan umum baik dan sadar
3) Mata normal dan air mata ada
4) Mulut dan lidah basah
5) Tidak merasa haus dan bisa minum
2.5.2. Diare dengan dehidrasi sedang, kehilangan cairan sampai 5-10% dari berat
badan, dengan gejala sebagai berikut :
1) Frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari dan sering
2) Kadang-kadang muntah, terasa haus
3) Kencing sedikit, nafsu makan kurang
4) Aktivitas menurun
5) Mata cekung, mulut dan lidah kering
6) Gelisah dan mengantuk
7) Nadi lebih cepat dari normal, ubun-ubun cekung
2.5.3. Diare dengan dehidrasi berat, kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan,
dengan gejala:
1) Frekuensi buang air besar terus-menerus
2) Muntah lebih sering, terasa haus sekali
3) Tidak kencing, tidak ada nafsu makan
5) Mata sangat cekung, mulut sangat kering
6) Nafas sangat cepat dan dalam
7) Nadi sangat cepat, lemah atau tidak teraba
8) Ubun-ubun sangat cekung
2.6. Komplikasi 11
Kehilangan cairan dan elektrolit yang secara mendadak dapat mengakibatkan
berbagai macam komplikasi, yaitu:
2.6.1. Dehidrasi : ringan, sedang, dan berat.
2.6.2. Renjatan hipovolemik yaitu kejang akibat volume darah berkurang.
2.6.3. Hipokalemia yaitu kadar kalium dalam darah rendah dengan gejala
meteorismus (kembung perut karena pengumpulan gas secara berlebihan
dalam lambung dan usus), hipotonik otot, lemah, bradikardi, perubahan pada
elektrokardiogram.
2.6.4. Hipoglikemia yaitu kadar glukosa darah yang rendah.
2.6.5. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defesiensi enzim laktase karena
kerusakan vili mukosa usus halus.
2.6.6. Kejang terutama pada hidrasi hipotonik.
2.6.7. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
2.7. Pencegahan Diare
2.7.1. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)
Pencegahan tingkat pertama ini dilakukan pada masa prepatogenesis dengan
tujuan untuk menghilangkan faktor resiko terhadap diare. Adapun tindakan-tindakan
yang dilakukan dalam pencegahan primer yaitu:
a. Pemberian ASI 24
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia
dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna diserap secara optimal oleh
bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 4-6 bulan,
tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini.
ASI steril berbeda dengan sumber susu lain. Susu formula atau cairan lain
disiapkan dengan air atau bahan-bahan yang terkontaminasi dalam botol yang kotor.
Pemberian ASI saja tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol
dapat menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan
menyebabkan diare .
Setiap harus diberi ASI saja rgna sampai mereka berumur 6 bulan . Setelah 6
bulan kehidupan, pemberian ASI harus diteruskan sambil ditambah dengan makanan
lain (proses menyapih).
ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi
dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap
diare pada bayi yang baru lahir. Pemberian ASI eksklusif mempunyai daya lindung 4
botol. Flora usus pada bayi yang sedang menyusui mencegah tumbuhnya bakteri
penyebab diare.
Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama
kehidupan resiko terkena diare adalah 30 kali lebih besar. Pemberian susu formula
merupakan cara lain dari menyusui. Penggunaan botol untuk susu formula biasanya
menyebabkan risiko tinggi terkena diare sehingga bisa mengakibatkan terjadinya gizi
buruk.
b. Pemberian Makanan Pendamping ASI24
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai
dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada masa tersebut merupakan masa yang
berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian makanan pendamping ASI dapat
menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang
menyebabkan kematian. Perilaku pemberian makanan pendamping ASI yang baik
meliputi perhatian kapan, apa dan bagaimana makanan pendamping ASI diberikan.
Ada beberapa saran yang dapat meningkatkan cara pemberian makanan
pendamping ASI yang lebih baik yaitu :
b.1. Memperkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 4-6 bulan
tetapi masih meneruskan pemberian ASI. Menambahkan macam
makanan sewaktu anak berumur 6 bulan atau lebih. Memberikan
makanan lebih sering (4 kali sehari) setelah anak berumur 1 tahun ,
memberikan semua makanan yang dimasak dengan baik 4-6 kali
b.2. Menambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi/bubur dan
biji-bijian untuk energi. Menambahkan hasil olahan susu, telur, ikan,
daging, kacang–kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke
dalam makanannya. Mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan
dan menyuapi anak, serta menyuapi anak dengan sendok yang bersih.
b.3. Memasak atau merebus makanan dengan benar, menyimpan sisa
makanan pada tempat yang dingin dan memanaskan dengan benar
sebelum diberikan kepada anak.
c. Menggunakan Air Bersih yang cukup 24
Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur
fecal-oral mereka dapat ditularkan dengan memasukkan kedalam mulut, cairan atau benda
yang tercemar dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang
disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar.
Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih
mempunyai resiko menderita diare lebih kecil dibandingkan dengan masyarakat yang
tidak mendapatkan air bersih.
Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan
menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari
sumbernya sampai penyimpanan di rumah.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga adalah:
c.1. Air harus diambil dari sumber terbersih yang tersedia.
c.2. Sumber air harus dilindungi dengan: menjauhkannya dari hewan:
yang digunakan, serta lebih rendah, dan menggali parit aliran di atas
sumber untuk menjauhkan air hujan dari sumber.
c.3. Air harus dikumpulkan dan disimpan dalam wadah bersih. Dan
gunakan gayung bersih bergagang panjang untuk mengambil air.
c.4. Air untuk masak dan minum bagi anak anda harus dididihkan.
d. Mencuci Tangan24
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting
dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun,
terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum
menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makanan anak dan sebelum makan,
mempunyai dampak dalam kejadian diare.
e. Menggunakan Jamban24
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan
jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap penyakit
diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban, dan keluarga
harus buang air besar di jamban.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
e.1. Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat
dipakai oleh seluruh anggota keluarga.
e.2. Bersihkan jamban secara teratur.
e.3. Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat
jalan setapak dan tempat anak-anak bermain serta lebih kurang 10
meter dari sumber air, hindari buang air besar tanpa alas kaki.
f. Membuang Tinja Bayi yang Benar24
Banyak orang beranggapan bahwa tinja anak bayi itu tidak berbahaya. Hal ini
tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan
orangtuanya. Tinja bayi harus dibuang secara bersih dan benar, berikut hal-hal yang
harus diperhatikan:
f.1. Kumpulkan tinja anak kecil atau bayi secepatnya, bungkus dengan
daun atau kertas koran dan kuburkan atau buang di kakus.
f.2. Bantu anak untuk membuang air besarnya ke dalam wadah yang
bersih dan mudah dibersihkan. Kemudian buang ke dalam kakus dan
bilas wadahnya atau anak dapat buang air besar di atas suatu
permukaan seperti kertas koran atau daun besar dan buang ke dalam
kakus.
f.3. Bersihkan anak segera setelah anak buang air besar dan cuci
tangannya.
g. Pemberian Imunisasi Campak 24
Diare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian iimunisasi campak
juga dapat mencegah diare oleh karena itu beri anak imunisasi campak segera setelah
berumur 9 bulan.
Anak harus diimunisasi terhadap campak secepat mungkin setelah usia 9
bulan. Diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang
penurunan kekebalan tubuh penderita. Selain imunisasi campak, anak juga harus
mendapat imunisasi dasar lainnya seperti imunisasi BCG untuk mencegah penyakit
TBC, imunisasi DPT untuk mencegah penyakit diptheri, pertusis dan tetanus, serta
imunisasi polio yang berguna dalam pencegahan penyakit polio.
2.7.2. Pencegahan Tingkat Kedua ( Secondary Prevention) 25
Pencegahan tingkat kedua meliputi diagnosa dan pengobatan yang tepat. Pada
pencegahan tingkat kedua, sasarannya adalah mereka yang baru terkena penyakit
diare. Upaya yang dilkukan adalah:
a. Segera setelah diare, berikan penderita lebih banyak cairan daripada biasanya
untuk mencegah dehidrasi. Gunakan cairan yang dianjurkan, seperti larutan
oralit, makanan yang cair (sup, air tajin) dan kalau tidak ada berikan air
matang. Jika anak berusia kurang dari 6 bulan dan belum makan makanan
padat lebih baik diberi oralit dan air matang daripada makanan cair.
b. Beri makanan sedikitnya 6 kali sehari untuk mencegah kurang gizi. Teruskan
pemberian ASI bagi anak yang masih menyusui dan bila anak tidak mendapat
ASI berikan susu yang biasa diberikan.
c. Segera bawa anak kepada petugas kesehatan bila tidak membaik dalam 3 hari
atau menderita hal berikut yaitu buang air besar cair lebih sering, muntah
berulang-ulang, rasa haus yang nyata, makan atau minum sedikit, dengan atau
tinja berdarah.
d. Apabila ditemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain, maka
2.7.3. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention) 25
Sasaran pencegahan tingkat ketiga adalah penderita penyakit diare dengan
maksud jangan sampai betambah berat penyakitnya atau terjadi komplikasi. Bahaya
yang dapat diakibatkan oleh diare adalah kurang gizi dan kematian. Kematian akibat
diare disebabkan oleh dehidrasi, yaitu kehilangan banyak cairan dan garam dari
tubuh.
Diare dapat mengakibatkan kurang gizi dan memperburuk keadaan gizi yang
telah ada sebelumnya. Hal ini terjadi karena selama diare biasanya penderita susah
makan dan tidak merasa lapar sehingga masukan zat gizi berkurang atau tidak ada
sama sekali.
Upaya yang dilakukan dalam pencegahan tingkat ketiga ini adalah:
a. Pengobatan dan perawatan diare dilakukan sesuai dengan derajat dehidrasi.
Penilaian derajat dehidrasi dilakukan oleh petugas kesehatan dengan
menggunakan tabel penilaian derajat dehidrasi. Bagi penderita diare dengan
dehidrasi berat segera diberikan cairan intarvena dengan Ringer Laktat
sebelum dilanjutkan dengan terapi oral.
b. Berikan makanan sebelum serangan diare untuk memberikan gizi pada
penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan.
c. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama dua
2.8. Penatalaksanaan24
Prinsip tata laksana penderita diare yaitu:
2.8.1. Mencegah Terjadinya Dehidrasi
Mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan
memberikan minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang dianjurkan
seperti air tajin, kuah sayur dan air sup.
Macam cairan yang dapat digunakan akan tergantung pada:
a. Kebiasaan setempat dalam mengobati diare
b. Tersedianya cairan sari makanan yang cocok
c. Jangkauan pelayanan kesehatan
d. Tersedianya oralit
Bila tidak mungkin memberikan cairan rumah tangga yang dianjurkan,
berikan air matang.
2.8.2. Mengobati Dehidrasi
Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segera dibawa ke
petugas kesehatan atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat
dan tepat, yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita harus segera
diberikan cairan intravena Ringer Laktat sebelum dilanjutkan terapi oral.
2.8.3. Memberikan Makanan
Amatlah penting untuk tetap memberikan nutrisi yang cukup selama diare,
terutama pada anak dengan gizi yang kurang. Minuman dan makanan jangan
yang cukup. Bila tidak maka hal ini akan merupakan faktor yang memudahkan
terjadinya diare kronik. Pemberian kembali makanan atau minuman (refeeding)
secara cepat sangatlah penting bagi anak dengan gizi kurang yang mengalami diare
akut dan hal ini akan mencegah berkurangnya berat badan lebih lanjut dan
mempercepat kesembuhan. 26
Berikan makanan selama diare untuk memberikan gizi pada penderita
terutama pada anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan.
Berikan cairan termasuk oralit dan makanan sesuai yang dianjurkan. Anak yang
masih minum ASI harus lebih sering diberi ASI, anak yang minum susu formula
diberikan lebih sering dari biasanya, anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang
telah mendapat makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna
sedikit-sedikit tetapi sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan
selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak.
2.8.4. Mengobati Masalah Lain
Anak yang menderita diare mungkin juga disertai dengan penyakit lain.
Sehingga dalam menangani diarenya juga perlu diperhatikan penyakit penyerta yang
ada. Beberapa penyakit penyerta yang sering terjadi bersamaan dengan diare antara
lain: infeksi saluran nafas, infeksi susunan saraf pusat, infeksi saluran kemih, infeksi
sitemik lain (sepsis, campak), dan kurang gizi. 26
Apabila ditemukan penderita diare disertai penyakit lain, maka diberikan
pengobatan sesuai dengan indikasi, dengan tetap mengutamakan dehidrasi. Tidak ada
2.9. Pemutusan Rantai Penularan23
Upaya yang perlu dilakukan untuk memutuskan rantai penularan diare yaitu:
2.9.1. Penyediaan air bersih dengan memperhatikan syarat-syarat lokasinya,
termasuk cara penyimpanannya untuk mencegah kontaminasi.
2.9.2. Pembuangan air limbah, penggunaan jamban keluarga dan kebersihan
perorangan serta rumah tangga ditingkatkan melalui penyuluhan kesehatan
masyarakat dengan pesan utama antara lain memasak air minum,
membiasakan mencuci tangan sebelum makan.
2.9.3. Meningkatkan pengetahuan ibu-ibu dalam perawatan anak yang berkaitan
dengan pencegahan diare.
2.9.4. Perlu promosi penggunaan ASI yang lebih gencar, dan dalam penyuluhan
promosi penggunaan ASI ditekankan pula mengenai pemberian makanan
BAB 3
KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Konsep
Dari teori dan beberapa penelitian terdahulu di susun kerangka teori yang
merupakan alur pikir peneliti, faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare
seperti terlihat di bawah ini:
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Faktor Ibu:
Umur Pendidikan Pekerjaan
Kejadian diare Faktor Balita:
Umur
Jenis Kelamin Status Gizi Status Imunisasi ASI Eksklusif
3.2. Definisi Operasional
3.2.1. Kejadian diare yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali dalam sehari yang
terjadi pada anak balita dalam 1 bulan terakhir.
3.2.2. Umur anak balita adalah umur dari anak balita termuda pada saat
pengumpulan data yang dikelompokkan berdasarkan rumus Sturgess.
Dalam analisa statistik, umur balita dikelompokka n menjadi:
1. <24 bulan 2. ≥24 bulan
3.2.3. Jenis kelamin yaitu jenis kelamin anak balita, dibedakan atas:
1. Laki-laki 2. Perempuan
3.2.4. Status gizi yaitu keadaan gizi anak balita yang ditentukan dengan pengukuran
antropometri berat badan menurut umur (BB/U). Diinterpretasikan menurut
WHO NHCS dan dikelompokkan atas atas:
1. Gizi lebih, bila : Z – Score > +2 SD
2. Gizi baik, bila : ≥ -2 SD Z - Score ≤ +2 SD 3. Gizi kurang, bila : < - 2 SD Z - Score ≥ -3 SD 4. Gizi buruk, bila : Z – Score < - 3 SD
Dalam analisa statistik, status gizi balita dikategorikan atas :
1. Status gizi buruk : jika anak mempunyai status gizi kurang dan buruk. 2. Status gizi baik : jika anak mempunyai status gizi baik dan gizi lebih.
3.2.5. Status imunisasi yaitu jenis imunisasi yang sudah didapatkan oleh balita.
Dalam hal ini dikhususkan imunisasi campak karena campak sering disertai
dengan cara melihat KMS serta wawancara dengan ibu balita. Dibagi dalam 2
kategori:
1. Tidak, bila anak balita tidak mendapatkan imunisasi campak. 2. Ya, bila anak balita mendapatkan imunisasi campak
3.2.8. ASI Eksklusif adalah tindakan ibu dalam pemberian ASI secara Eksklusif
selama 6 bulan kepada bayi yang dikategorikan menjadi :
1. Tidak 2. Ya
3.2.7. Umur ibu adalah umur ibu pada saat pengumpulan data yang dikelompokkan
berdasarkan rumus Sturgess.
Untuk analisa statistik, umur ibu dikategorikan berdasarkan nilai median dari
umur ibu yaitu:
1. < 30 tahun
2. ≥ 30 tahun
3.2.10.Pendidikan ibu adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang telah dicapai
oleh ibu yang terbagi atas tingkatan :
1. Tidak sekolah/tidak tamat SD 2. Tamat SD/sederajat
3. Tamat SLTP/sederajat 4. Tamat SLTA/sederajat 5. Tamat Diploma/ Sarjana
Untuk analisa statistik, pendidikan ibu dikategorikan menjadi:
1. Pendidikan rendah : jika pendidikan responden tidak sekolah, tamat SD dan SLTP.
3.2.11.Pekerjaan adalah aktivitas/ kegiatan rutin yang dilakukan sehari-hari oleh ibu
pada saat dilakukan survei, yang di kelompokkan atas :
1. Pegawai Negri 2. Karyawan/buruh 3. Petani
4. Wiraswata
5. Tidak bekerja/Ibu rumah tangga
Dalam analisa statistik, pekerjaan ibu dikelompokkan menjadi:
1. Bekerja : Pegawai negri, karyawan/buruh, petani, wiraswasta 2. Tidak bekerja : Tidak bekerja/ibu rumah tangga
3.2.10. Ketersediaan jamban yaitu kepemilikan jamban atau ada tidaknya jamban
untuk setiap rumah tangga. Pengukuran dilakukan dengan sistem skoring dan
pembobotan. Jumlah pertanyaan ada 5 buah. Jika jawaban A diberi nilai 2,
dan jika jawaban B diberi nilai 1. Berdasarkan jumlah pertanyaan maka skor
tertinggi 10 dan skor terendah 5. Berdasarkan skoring maka ketersediaan
jamban dikategorikan: (lihat lampiran instrumen)
1. Buruk : jika responden mendapat nilai <8 2. Baik : jika responden mendapat nilai ≥8
3.2.11. Sanitasi lingkungan yaitu keadaan kebersihan lingkungan rumah. Pengukuran
dilakukan dengan sistem skoring dan pembobotan. Jumlah pertanyaan ada 5
buah. Jika jawaban A diberi nilai 2, dan jika jawaban B diberi nilai 1.
Berdasarkan jumlah pertanyaan maka skor tertinggi 10 dan skor terendah 5.
Berdasarkan skoring maka sanitasi lingkungan dikategorikan: (lihat lampiran
instrumen)
3.2.12. Penyediaan air bersih yaitu keadan penggunaan dan pengolahan air bersih
sebelum dikonsumsi atau dipergunakan untuk kepentingan lain. Pengukuran
dilakukan dengan sistem skoring dan pembobotan. Jumlah pertanyaan ada 4
buah. Jika jawaban A diberi nilai 3, jika jawaban B diberi nilai 2, dan jika
jawaban C diberi nilai 1. Berdasarkan jumlah pertanyaan maka skor tertinggi
12 dan skor terendah 4. Berdasarkan skoring maka penggunaan air bersih
dikategorikan: (lihat lampiran instrumen)
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif analitik dan menggunakan desain cross
sectional.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan
Selayang Kota Medan dengan pertimbangan belum pernah dilakukan penelitian untuk
menganalisis kejadian diare pada anak balita di daerah tersebut.
4.2.2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan mulai bulan Januari sampai dengan Juni
2010. Penelitian dimulai dengan melakukan pengajuan judul proposal, penelusuran
kepustakaan, survei pendahuluan, penyusunan proposal, penelitian dan analisa data
4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah anak balita berusia 12-59 bulan yang
berdomisili di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang yang terdiri dari
14 lingkungan dan berjumlah 1.470 balita .
4.3.2. Sampel a. Besar Sampel
Sampel adalah anak balita berusia 12-59 bulan dari keluarga yang tinggal di
lingkungan 14 Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang.
Untuk menghitung besar sampel minimal digunakan rumus sebagai berikut:27
n = d2
Z21-α/2 p(1-p)
Keterangan :
N = Besar sampel
p = proporsi populasi (0,5)
d = Delta, presisi, absolute atau margi of error yang diinginkan di kedua sisi proporsi (0,1)
Z1-α/2 = Statistik Z (misalnya Z= 1,96 untuk α=0,05)
Maka besar sampel adalah : n = (
0,12 1,96)2 x 0,5 x 0,5
= 0,01
0,96
Besar sampel minimal biasanya diperoleh dari besar sampel ditambah 10%.
Jadi besar sampel minimal yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah 106 anak
b. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive yaitu berdasarkan
pertimbangan peneliti. Oleh karena keterbatasan waktu dan dana maka peneliti
memilih lingkungan 14 dengan pertimbangan bahwa lingkungan 14 memiliki jumlah
balita yang terbanyak yaitu sebesar 110 orang, memenuhi besar sampel minimal yang
di butuhkan, penduduknya mempunyai karakteristik yang sama dengan penduduk di
lingkungan lainnya dari segi pekerjaan, tingkat pendidikan, sosial ekonomi. Dalam
hal ini semua lingkungan dianggap mempunyai risiko penularan yang sama terhadap
kejadian diare.
4.4. Metode Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer
Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan ibu anak balita
mengenai kejadian diare selama satu bulan terakhir pada anak balita berusia 12-59
bulan dengan menggunakan kuesioner yang meliputi: umur anak balita, jenis
kelamin, status gizi balita, status imunisasi, ASI eksklusif, umur ibu, pendidikan ibu,
pekerjaan ibu, ketersediaan jamban, sanitasi lingkungan, penyediaan air bersih. (lihat
4.4.2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari:
a. Puskesmas Pembantu Kelurahan Tanjung Sari tentang laporan kesakitan
diare.
b. Data umum, sebagai data demografi dan geografi lokasi penelitian
diperoleh dari kantor Kelurahan Tanjung Sari..
4.5. Teknik Analisa Data
Data yang sudah terkumpul di olah secara manual dan dilanjutkan dengan
bantuan computer dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solution),
melalui tahapan editing, coding, entry data dan cleaning. Jenis analisis yang
dilakukan adalah:
4.5.1. Analisis Univariat
Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi atau
besarnya proporsi berdasarkan variabel yang diteliti.
4.5.2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas
dan variabel terikat dengan menghitung rasio prevalens. Untuk mengetahui
ada tidaknya kemaknaan dilakukan uji Chi-Square dengan tingkat
kepercayaan 95% (α = 0,05).
Pengukuran Ratio Prevalens dilakukan dengan menggunakan rumus : 28
Keterangan :
A/(A+B) = proporsi ( prevalens ) subyek yang mempunyai faktor
risiko yang mengalami diare
C/(C+D) = proporsi ( prevalens ) subyek tanpa faktor risiko yang
mengalami diare
4.5.3. Analisis Multivariat
Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel bebas
dengan variabel terikat yang mempunyai kemaknaan statistik pada analisis
bivariat, melalui analisis regresi logistik berganda (Multiple Logistic
Regression) untuk mencari faktor risiko yang paling dominan pada beberapa
variabel yang dilakukan secara bersama-sama terhadap terhadap kejadian
diare. Tahapan analisis multivariat yang akan dilakukan adalah sebagai
berikut:29
a. Melakukan pemilihan variabel yang potensial untuk dimasukkan dalam
model. Variabel yang dipilih atau yang dianggap berpengaruh terhadap
kejadian diare adalah variabel yang mempunyai nilai p<0,25.
b. Penentuan faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare, variabel
yang akan dimasukkan adalah variabel yang mempunyai nilai p<0,05.
Analisis regresi logistik berganda dilakukan dengan memasukkan
secara serentak variabel independen menurut kriteria kemaknaan statistik
tertentu (p < 0,25). Variabel independen tersebut akan dikeluarkan kembali
secara bertahap (Backward Selection) sampai tidak ada lagi variabel
BAB 5
HASIL PENELITIAN
5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian30 5.1.1 Geografis
Kelurahan Tanjung Sari terletak di Kecamatan Medan Selayang Kota Medan
dengan luas wilayah 520 km2 dan memiliki 14 lingkungan.
Batas-batas wilayah Kelurahan Tanjung Sari adalah :
a. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Asam Kumbang Tanjung
Selamat.
b. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Medan Selayang I dan
Medan Selayang II.
c. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Rejo.
d. Sebelah selatan berbatasan dengan Simpang Selayang dan Sempakata.
5.1.2. Demografi
Jumlah penduduk di Kelurahan Tanjung Sari sebanyak 27.108 jiwa yang
terdiri dari laki-laki sebanyak 13.778 jiwa (48,01%) dan perempuan sebanyak 13.330
jiwa (51,99%). Secara rinci data kependudukan di Kelurahan Tanjung Sari dapat