• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II FAKTOR PENJUALAN LAHAN DAN MENGALIH FUNGSIKAN

2.2. Faktor Ekonomi

2.2.1. Masuknya Pendatang

Kota umumnya mempunyai daya tarik yang kuat dalam hal menjanjikan tersediannya lapangan kerja yang luas, pendapatan yang lebih tinggi dan berbagai kemudahan yang lainnya, misalnya pelayanan pendidikan,kesehatan dan rekreasi sehingga menarik arus urbanisasi yang tinggi, makanya semakin lama semakin banyak orang yang tertarik untuk bertempat tinggal di wilayah Tanjung Sari ini.

Penduduk kelurahan Tanjung Sari ini dulunya ditempati oleh masyarakat yang suku Karo, sebelum lahan diolah menjadi lahan non-pertanian, dan tentunya lahan tersebut dalam arti masih kebanyakan lahan pertanian yang diolah oleh masyarakat tersebut.

Akan tetapi, dihitung dari tahun ketahun dengan semakin banyaknya penduduk pendatang ke tempat ini, banyak pendatang dari kalangan suku, diantaranya suku Karo, suku Batak Toba, India, Melayu, Padang dan Aceh, mereka datang ke tempat ini dengan berbagai tujuan dan maksud masing-masing orang. Ada orang yang memang benar-benar pindah dan membeli lahan pertanian tersebut untuk dijadikan menjadi rumah, dan menjadi bangunan-bangunan lainnya sesuai dengan tujuan mereka masing-masing.

Selain itu juga masyarakat pendatang membeli lahan tersebut yaitu lahan pertanian dan lahan pertanian tersebut diolah sementara, dan dengan semakin maraknya peralihan fungsi lahan yang dilakukan masyarakat pendatang dan masyarakat lokal, otomatis mereka juga membuat lahan pertanian yang dibeli tadi menjadi lahan non-pertanian,dimana banyak yang ingin mendapatkan hal- hal yang ingin mereka capai. Semakin banyaknya penduduk atau semakin padatnya keberadaan suatu tempat tinggal terutama di wilayah perkotaan itu karena

banyaknya pendatang atau yang pindah ke wilayah tersebut, seperti daerah pinggiran kota yang ada di Kelurahan Tanjung Sari, dimana beberapa tahun belakangan ini semakin banyak pendatang yang pindah maupun yang datang hanya untuk beberapa saat saja ke wilayah pinggiran kota ini dengan adanya banyak maksud dan tujuan dari masing-masing orang alasan mereka pindah ke wilayah ini.

Adanya pertambahan jumlah pendatang dari berbagai kalangan yang berbeda-beda suku atau yang berbeda-beda latar belakang itu tidak menjadi masalah karena di daerah kota memang antara yang satu dengan yang lainnya selau dijuluki dengan saling cuek memang begitulah kehidupan di kota termasuk masyarakat yang ada di kelurahan Tanjung Sari tersebut, mereka datang dari berbagai tempat baik itu yang datang dari luar kota maupun yang datang dari dalam kota itu sendiri, masyarakat yang datang ke tempat ini ada yang datang dari luar kota maksudnya di luar kota Medan, dan yang datang dari dalam kota Medan itu sendiri juga hanya saja berpindah daerah saja, mereka berpindah tempat tinggal dan memilih untuk tetap tinggal di wilayah Tanjung Sari tersebut dengan keinginan atau kemauan tersendiri dalam memilih daerah ini untuk dijadikan sebagai tempat tinggal dan ada juga mereka yang datang ke daerah ini yang mengikuti keluarga yang memang pindah ke wilayah ini, mereka pindah dari berbagai daerah yang masih di kawasan kota Medan, ada yang pindah dari Padang Bulan, ada yang pindah dari daerah Mandala dan dari daerah yang lainnya yang masih berada di kawasan diatau yang masih berada di dalam kota Medan.

Seperti penuturan salah satu informan:

“Au nunga sapuluh taon naung tinggal di daerah on, napindah do au sian Mandala alana suamiku nahinan pangidoanna ikkon tinggal dison hami,alai au

manuhor jabuon sapittuma, au manuhor jabuon sian halak Karo,argani jabuon hutohor dang pola arga nian dibandingkon sonari alai dabah au nunga mabalu dua minggu naung lewat. Au dison sambil mambuka warungma di jolo jabuon, tarhilala daripada somarhua do iba,alana nga matua iba kan asa adong

lalap-lalap di jabu”.

“Saya udah lebih dari sepuluh tahun tinggal di tempat ini, saya pindah dari daerah Mandala karena suamiki yang dulu yang minta kami pindah ke sini ,karena saya membeli rumah disini satu pintu, saya membelinya dari orang Karo, harga rumah yang saya beli dulu tidak terlalu mahal dibandingkan harga yang sekarang ini , saya disini membuka satu warung di depan rumah, berhubung karena saya sudah berumur supaya ada aja kesibukan supaya tidak bosan”.

Salah satu pendatang yang memasuki daerah Tanjung Sari ini adalah ibu Bina Tambunan yang umurnya 65 tahun, ibu ini pindah ke daerah ini sekitar sepuluh tahun yang lalu, ibu ini pindah ke daerah ini bersama suaminya yang bernama Jito Pasaribu 67 tahun dan bersama kedua anaknya, akan tetapi suaminya ibu ini sudah tiada satu bulan yang lalu suaminya meninggal karena sakit, dan ibu ini masih dalam keadaan sedih dalam menceritakan kepergian suaminya tersebut ibu ini mempunyai dua orang anak kedua anaknya tersebut adalah laki-laki adapun nama kedua anaknya yaitu Kalvin Pasaribu dan Dion Pasaribu dimana kedua anaknya sudah menikah dan kedua ankanya tersebut bertempat tinggal di luar kota Medan. Kedua anaknya datang melihat keadaan ibu ini paling sekali dalam satu tahun, kedua anaknya tersebut bergantian melihat keadaan ibu ini. Ibu ini sekarang tinggal sendiri di rumahnya dan dalam mengurus rumah juga ibu ini, baik itu mau mencuci, memasak maupun kegiatan yang lainnya, setiap hari ibu ini menghabiskan hari-harinya di rumahnya saja dan membuka sebuah warung pas di depan rumahnya, warung tersebut masih sederhana dan kecil, dan jualan ibu ini juga masih terbats tidak terlalu banyak, warung ini didirikan di depan rumahnya untuk dijadikan sebagai kesibukan sehari-hari supaya ada kegiatan dan kebetulan ibu ini memang orangnya pembosan apalagi tidak ada kegiatan dan ibu ini paling

tidak bisa diam saja tanpa adanya kegiatan dan kondisi kesehatan ibu ini juga masih bisa dikatakan masih sehat melihat dari umurnya yang sudah lumayan tua

Seperti penuturan Ibu Bina berikut ini.

“ Daripada bosan au dijabu holanna hundul, tumagonma hubaen sada warung asa adong lalap-lalap niba di jabu, alana dang boi au holanna hundul torus-torus, parbosan hian do au, ianungpe saotik tiga-tiga hu dang pola bohai

alana setiap ari sai adongdo panuhor ro, kan lumayan do i da asa adong pemasukan, unang holan na sai manjalo i iba sian gelleng niba, alana gelleng

nibape dao do sian iba muse”.

“ Daripada saya bosan dirumah hanya duduk-duduk saja, lebih baik saya buka sebuah warung untuk menjadi kesibukan saya setiap harinya, karena setiap

hari saya bosan kalau hanya duduk-duduk saja karena saya juga orangnya pembosan, walaupun jualan saya sedikit itu tidak jadi masalah karena setiap hari

ada-ada saja orang yang membeli jualan saya, dan itu menjadi pemasukan buat saya untuk mendapatkan uang kan lumayan, daripada saya meminta-minta terus

sama anak saya, kebetulan juga anak saya memang jauh tinggalnya”.

Ibu ini membeli rumah yang ditempatinya sekarang ini dari orang asli atau penduduk asli yang sudah lama bertempat tinggal di daerah ini, ibu ini membeli rumah yang sudah dibangun satu pintu dan orang yang menjual rumah itu sudah pergi keluar kota karena lahan tersebut dulunya memang lahan pertanian yang dijadikan sebagi rumah yang kemudian dijual kepada ibu ini dengan alasan sudah tidak mau lagi mengolah lahan pertanian tersebut mengingat karena semakin lahan pertanian yang dimilikinya tersebut sudah semakin dikelilingi oleh banyak bangunan-bangunan rumah atau bangunan-bangunan lainnya, jadi dengan keadaan terpaksa orang yang menjual rumah ini membuat lahan pertanian yang dimilikinya tersebut menjadi beberapa bangunan seperti kebanyakan rumah, ada tiga pintu rumah yang dibangunnya, akan tetapi rumah yang dibangunnya tersebut dijual kepada orang pendatang salah satunya yang membeli rumah tersebut adalah ibu Bina.

Para pendatang datang ke wilayah ini dengan maksud untuk menyambung kehidupan mereka dengan melakukan banyak kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan mereka di lingkungan yang mereka tempati yang sekarang ini sebelum menempati wilayah ini, mereka datang ke wilayah ini untuk mencari tempat sesuai dengan keinginan mereka masing-masing, baik itu tempat untuk bertempat tinggal ataupun untuk menjalankan usaha.

Ada pendatang yang menginginkan tempat tinggalnya dekat dengan pasar yang artinya mereka lebih nyaman mencari tempat tinggal di wilayah ini dibandingkan dengan tempat tinggal mereka yang sebelumnya walaupun masih sama-sama di Kota Medan, bagi mereka yang sudah berkeluarga yang aslinya orang Medan, dan mereka yang sudah mempunyai anakdan anak mereka sudah ada yang bersekolah, ada yang kuliah, mereka pindah ke wilayah ini dengan alasan supaya anak-anak mereka yang bersekolah, maupun yang sudah kuliah dekat dengan mereka menuntut ilmu seperti dekat dengan sekolah yang mereka inginkan dan dekat bagi mereka yang sudah kuliah seperti kampus yang diinginkan mereka, dekat dengan tempat mereka kerja dimana tempat yang mereka tempati lebih cepat dijangkau dan alasan mereka memilih daerah ini untuk mereka tempati dengan jangkauan yang sudah dekat bisa mengirit biaya.

Lain halnya dengan mereka pendatang dari luar kota Medan, dimana mereka datang ke wilayah ini dengan alasan mereka yang ingin bertempat tinggal di tempat ini ada yang membangun rumah sendiri dengan membeli lahan dari si pemilik lahan yang ada di lingkungan tersebut yaitu mereka yang memulai rumah tangga baru.

Seperti salah satu keluarga pendatang yang datang sudah dua tahun bertempat tinggal di daerah ini, dimana sepasang suami istri yang memulai rumah tangga baru yang bernama Roi yang berumur 32 tahun dan Isna yang berumur 28 tahun, mereka datang ke daerah ini dan membeli sebuah rumah untuk mereka tempati , rumah yang mereka beli tersebut masih sangat sederhana dan kecil rumah tersebut mereka tempati apa adanya. Niat mereka untuk bertempat tinggal di daerah ini dan kebetulan Roi ancang-ancang untuk mencari kerja yang berdekatan dengan tempat mereka tinggal, setelah beberapa bulan mereka datang ke daerah ini Roi langsung mendapatkan pekerjaan yang tidak jauh dari rumahnya sedangkan si Isna sebagai istri membuka rumah makan kecil-kecilan di depan rumahnya untuk membantu mencari uang untuk kebutuhan mereka hidup. Selain itu juga mereka yang datang ke daerah atau bertempat tinggal di daerah ini karena memang suka dan tertarik dengan suasana di daerah iniseperi mereka yang sudah ada yang mengontrak rumah seperti anak-anak kost yang kebanyakan anak kuliah, mereka yang kuliah seperti di kampus UNIKA, USU, METHODIST. Mereka memilih daerah ini sebagai tempat tinggal yang cocok untuk dijadikan tempat tinggal karena mereka sudah tertarik untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan mereka, seperti salah satu anak kost-kostan yaitu salah satu anak kuliah yang sebagai pendatang ke daerah ini yaitu Tati yang berumur 21 tahun, dimana Tati adalah salah satu Mahasiswi yang kuliah di salah satu Universitas yang dia inginkan, Tati datang ke Medan ini dan memilih tempat tinggalnya di daerah Tanjung Sari tersebut karena dia tertarik dengan suasana yang diinginkan dan juga tempat dia tinggal tidak terlalu jauh dengan kampusnya, disisi lain juga Tati sangat berpikir bahwa tempat dia tinggal itu dekat dengan kampusnya dimana dia kuliah selain dekat juga bisa

mengirit pengeluaran setiap harinya, karena Tati juga bisa jalan kaki ke kampus setiap harinya.

Seperti penuturan Tati salah satu mahasiswi:

“ Saya di sini pendatang, saya baru satu stengah tahun datang dan bertempat tinggal di daerah ini, saya di sini kost dan saya memilih tempat ini karena memang saya suka dengan keadaan daerah ini, saya lebih nyaman sampai saat

ini, kebetulan saya di sini kuliah dan tempat tinggal saya sangat berdekatan dengan kampus saya dan berdekatan juga dengan tempat-tempat yang saya inginkan, pokoknya nyamlah saya tinggal disini makanya saya memilih tinggal di

daerah kelurahan Tanjung Sari ini”.

Ada juga pendatang hanya untuk mencari kerja dengan tujuan yang diinginkan para pendatang, menurut mereka karena pindah dan datang serta bertempat tinggal di kota itu tentu akan mendapatkan pekerjaan yang lebih mantap atau lebih menjanjikan dan lebih bagus dibandingkan dengan yang sebelumnya itu adalah pemikiran mereka yang datang ke daerah ini yang ingin mau membuat kehidupannya lebih bagus lagi dibandingkan dengan kehidupan yang sebelumnya, dan tentunya bagi mereka atau pendatang yang mencari kerja akan membutuhkan tempat tinggal seperti mengontrak rumah, atau kost di daerah tersebut. Ada pendatang yang membeli rumah langsung dan ada juga yang membeli lahan langsung yang kondisi lahannya masih lahan pertanian karena sampai sekarang ini masih ada lahan pertanian di daerah Tanjung Sari ini, lahan yang mereka beli dari mereka yang punya lahan itu mereka mengolah ataupun memanfaatkan lahan yang mereka beli itu terserah mereka sesuai dengan keinginan dan tujuan mereka memanfaatkan lingkungan tersebut, baik digunakan untuk membangun tempat tinggal, ataupun tempat untuk membuka usaha.

Permintaan lahan juga akan semakin banyak, permintaan akan berpengaruh kepada harga lahan yang ingin dibeli oleh pendatang dan juga yang ingin dijual oleh pemilik lahan terlebih pemilik lahan pertanian.

Seperti penuturan salah satu informan:

“ Masuknya pendatang ke wilayah ini bermacam-macam, yaitu masuknya masyarakat pribumi seperti orang China, India, Batak Toba, Karo dan yang lain- lainnya masih banyak lagi lah pokoknya, dimana mereka datang ke wilayah ini untuk mencari pekerjaan yaitu dengan membuka bisnis atau usaha dan tentunya

banyak menarik perhatian dalam arti dalam penjualan lahan yang kami miliki, seperti ketertarikan kami untuk menjual lahan yang kami miliki tersebut kepada

pendatang ,seperti pembuatan harga lahan yang lebih mahal dari harga lahan yang sebelumnya kepada merekaa yang datang dan yang akan dibeli oleh

mereka”.

Masyarakat lokal atau masyarakat asli yang tinggal di daerah Tanjung Sari tersebut menjual lahan mereka kepada masyarakat pendatang dengan harga yang berbeda-beda, yang artinya mereka menjual lahan sesuai dengan kesepakatan bersama antara pemilik lahan dan pembeli lahan, masyarakat yang ingin membeli terutama masyarakat seperti orang pribumi langsung membeli lahan tersebut tanpa terlalu memikirkan berapa itu harga lahan yang ingin dibeli dari masyarakat lokal, yang ada dipikiran orang pribumi itu hanya bagaimana lahan itu bisa dimiliki secepatnya dan dijadikan menjadi lahan non-pertanian dimana lahan tersebut bisa didirikan suatu bangunan seperti ruko untuk berbisnis dan juga bangunan rumah untuk tempat tinggal.

Harga lahan yang dijual kepada orang pendatang berbeda-beda karena tergantung pada orangnya juga, kalau orang China yang membeli tentu harganya akan dibuat lebih mahal, akan tetapi jika orang diluar orang China harga lahan bisa dibuat harga biasa.

Harga lahan beberapa tahun yang lalu dibandingkan harga lahan sekarang ini berbeda, perbedaan harga lahan tersebut karena semakin banyaknya pendatang yang datang ke wilayah tersebut, lahan yang dijual juga berbeda yang artinya pemilik lahan bisa menjual lahan pertanian langsung kepada si pembeli dan si penjual juga menjual lahannya kepada si pembeli dengan lahan yang sudah jadi, atau yang sudah dijadikan rumah ataupun bangunan-bangunan lainnya dan si pembeli juga tinggal menempati lahan yang sudah dijadikan bangunan tersebut atau tinggal memakai bangunan tersebut, dan harga lahan yang sudah dijadikan bangunan seperti rumah, ruko dan yang lainnya berbeda dengan lahan yang masih kondisi lahan pertanian.

Lahan yang dijual masih kondisi lahan pertanian kepada orang yang membeli itu dijadikan untuk tempat tinggal, mereka membuat lahan yang dibeli tersebut untuk tempat tinggal dan juga sebagi tempat untuk berbisnis,lahan tersebut ditimbun dan lahan tersebut harus benar-benar di timbun dengan tanah yang cocok untuk dibuat untuk bangunan kalau tidak benar-benar ditimbun dan diatur dengan kesesuaian lahan untuk bangunan-bangunan bisa berakibat yang merugikan bagi mereka sendiri. Bukan hanya masyarakat lokal yang mempunyai lahan pertanian yang melakukan alih fungsi lahan, akan tetapi masyarakat pendatang juga ikut melakukannya sehingga mengakibatkan lahan yang baru yang rentan dengan proses alih fungsi yang semakin marak di wilayah ini.

Adanya alih fungsi lahan yang dilakukan oleh banyak pihak, baik itu dalam kegiatan-kegiatan seperti pembangunan industri, pembangunan tempat tinggal yang mewah, ruko-ruko yang dijadikan untuk berbisnis membuat lahan pertanian semakin sempit seperti yang ada di wilayah Kelurahan Tanjung Sari,

dimana lahan-lahan pertanian sudah banyak diapit oleh bangunan-bangunan seperti rumah-rumah mewah, dimana lahan pertanian yang ditanami padi dikelilingi oleh rumah dan semakin lama semakin sempit, dan lahan pertanian tersebut semakin tersiksa dalam perkembangan untuk mendapatkan hasil dibandingkan dengan hasil dari pertanian sebelum maraknya pembangunan-pembangunan ruamah-rumah. Hal ini membuktikan pendapatan pangan dari pertanian di wilayah ini semakin turun semakin lama semakin sedikit yang mengolah sawah dan beralih kepada kegiatan-kegiatan lainnya karena adanya alih fungsi lahan ke non-pertanian.

Adanya tuntutan tersendiri untuk kebutuhan mayarakat itu untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang dilakukan mereka, terutama halnya seperti kebutuhans yang paling penting itu adalah kebutuhan akan lahan, dimana lahan itu bisa digunakan untuk berbagai hal kepentingan, baik itu untuk dijadikan tempat tinggal atau kepentingan lainnya.

Sampai pada saat ini di sekitar tempat tinggal beliau masih ada proses pembangunan dimana lahan yang digunakan itu adalah lahan pertanian tadinya, di sekitar tempat tinggal beliau pas kali disamping rumahnya masih ada lahan pertanian yang masih diolah oleh beberapa orang dari masyarakat itu juga.

Pada sisi lain dengan adanya bangunan-bangunan yang dilakukan oleh berbagai pihak dan semakin lama semakin banyak bangunan, dan tentunya semakin banyaknya bangunan seperti rumah yang ada di wilayah ini membuat jalan-jalan kecil semakin bertambah untuk menuju tempat tinggal masyarakat tersebut dan tentunya semakin banyak rumah dan jalan juga memang dibutuhkan dan

seterusnya lahan yang digunakan untuk jalan juga semakin banyak dan lahan yang ada di wilayah ini semakin sempit lahan yang kosong.

Pada pembuatan suatu bangunan seperti tempat tinggal,ruko-ruko dan yang lainnya tentu harus ada izin dari pemerintah daerah setempat dan memang sudah ada undang-undang yang ditentukan, akan tetapi undang-undang yang berlaku itu seakan-akan membal pada masayarakat yang melakukan alih fungsi lahan tersebut, dengan kata lain masyarakat yang melakukan alih fungsi lahan tersebut secara tidak merata tidak terlalu peduli dengan hal tersebut, disamping itu juga selain ketidak pedulian masyarakat terhadap alih fungsi tersebut jika pemerintah yang melarang alih fungsi lahan yang semakin marak akan tetapi di sisi lain mendukung terjadinya alih fungsi lahan sesuai dengan tuntutan pertumbuhan industri dan keinginan masyarakat dengan kegiatan lainnya ke pertanian yang dalam kenyataannya membuat lahan pertanian ke lahan non-pertanian.

Undang-undang atau peraturan-peraturan yang sudah dibuat oleh pemerintah bisa saja tidak dilaksanakan oleh masyarakat yang melakukan alih fungsi tersebut berhubung karena kurang efektifnya peraturan yang sudah ada. Maraknya bangunan-bangunan karena alih fungsi lahan yang dilakukan oleh masyarakat itu semakin marak pula. Hal ini ada sangkut pautnya terhadap Rencana Tata Ruang sebuah kota, untuk mencapai sebuah Rencana Tata Ruang kota Medan disesuaikan dengan pola bangunan-bangunan dari hasil alih fungsi lahan yang dilakukan oleh masyarakat, seperti halnya yang terdapat pada beberapa usulan peningkatan kualitas perencanaan tata ruang dimasa mendatang:

• Agar perencananan tat ruang tidak lagi sekedar dilihat sebagai”managementof changes”melainkan lebih sebagai ‘management of conflicts’

Orientasi tujuan jangka panjang yang ideal perlu disenyawakan dengan pemecahan masalah jangkapendek yang bersifat inkremental.

• Mekanisme Development Control agar ditegakkan, lengkap dengan sanksi (dis-insentif) buat yang melanggar dan bonus (insentif) bagi mereka yang taat pada peraturan.

• Penataan ruang secara total,menyeluruh dan terpadu dengan model

participatory planning dan over-the-board planning atau perencanaan lintas sektoral,sudah saatnya dilakukan secara konsekuen.

• Kepekaan sosio-kultural para penentu kebijakan dan para profesional khususnya di bidang lingkungan binaan segoyanya lebih ditingkatkan melalui forum-forum pertemuan/diskusi/ceramah/publikasi, baik secara formal maupun informal.

• Dalam setiap perencanaan tata ruang kota dan daerah agar lebih

Dokumen terkait