• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tayangan Iklan 3 M (Mengubur, Menutup, Menguras) dan TindakanMasyarakat Dalam Mencegah Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tayangan Iklan 3 M (Mengubur, Menutup, Menguras) dan TindakanMasyarakat Dalam Mencegah Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

Tayangan Iklan 3 M (Mengubur, Menutup, Menguras) dan TindakanMasyarakat Dalam Mencegah Demam Berdarah Dengue di

Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

llmuSosial dan Ilmu Politik

Diajukan oleh:

BERTHA CH. GIRSANG

070904026

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberikan rahmat dan kasihNya kepada penulisdan mencukupkan segala

yang penulis butuhkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi berjudul “Tayangan Iklan 3M (Mengubur, Menutup,

Menguras) dan Tindakan Masyarakat Dalam Mencegah Demam Berdarah Dengue

di Kelurahan Tanjung Sari kecamatan Medan Selayang” ini dimaksud untuk

memenuhi salah satu persyaratan yang harus dilengkapi dalam memperoleh gelar

sarjana sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera

Utara. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak mengerjakannya dengan

begitu saja, melainkan merupakan hasil pelajaran yang penulis terima selama

mengikuti perkuliahan di Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara.

Terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu

penulis sejak awal hingga akhir penyusunan skripsi ini. Secara khusus,

terimakasih kepada orang dan keluarga penulis, Ayahanda Dj. Girsang dan Ibunda

N. Silalahi yang telah memberikan dukungan kepada penulis, baik moril maupun

materil yang tak terhingga nilainya, sehingga penulis dapat menjalani dan

menyelesaikan pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri dengan hasil yang

tentunya tidak akan sia-sia serta kepada saudari-saudarikuyang selalu memberikan

pengertian dan dorongan dalam mengerjakan skripsi ini, terlebih kepada

keponakan sulungku, abang Effell Jovalent Sianipar, yang selalu memberi

(3)

Dengan segala kerendahan hati, tidak lupa penulis mengucapkan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Drs. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Drs. Fatma Wardi Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu

Komunikasi serta Ibu Dayana, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu

Komunikasi periode 2011-2016, atas segala bantuan yang berguna dan

bermanfaat bagi penulis.

3. Bapak Humaizi selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan

masukan, arahan, dan waktunya untuk membimbing penulis dalam

pengerjaan skripsi ini.

4. Seluruh dosen dan staf pengajar Departemen Ilmu Komunikasi pada

khususnya dan FISIP USU pada umumnya, yang telah mendidik,

membimbing, dan membantu penulis selama masa perkuliahan. Dan juga

seluruh pegawai pendidikan FISIP USU yang membantu penulis dalam

segala urusan administrasi.

5. Kepada teman-teman di Kelompok Kecilku yaitu Kak Ica dan Astri yang

selalu mendukungku dalam doa.

6. Kepada Inda, Senti, Ira MS, Happy, serta teman-teman komunikasi

stambuk 2007 yang telah membantu penulis untuk mengerjakan skripsi ini

dengan sebaik-baiknya.

7. Teman-teman Paduan Suara Mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang

selalu memberikan keceriaan dan kenangan yang tak terlupakan, serta

(4)

semakin kompak, terkhusus sobat istimewa penulis, Elpan Juandi

Simanjorang, yang bersedia menjadi tempat sharing bagi penulis.

8. Seluruh masyarakat kelurahan Tanjung Sari yang bersedia membantu

penulis dalam mengisi kuesioner.

9. Dan kepada semuanya yang telah mendukung penulis dalam penyelesaian

pendidikan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan disini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum mencapai titik

kesempurnaannya karena adanya kekurangan. Penulis mengharapkan kepada para

pembaca untuk dapat memberikan saran dan kritik yang dapat mendukung

kesempurnaan skripsi ini sehingga penulis dan para pembaca dapat menjadikan

skripsi ini sebuah pengetahuan yang dapat dipahami oleh banyak pihak.

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar... i

Daftar Isi... ii

ABSTRAKSI... iii

Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah... 1

I.2 Rumusan Masalah... 5

I.3 Pembatasan Masalah... 5

I.4 Tujuan Penelitian... 6

I.5 Manfaat Penelitian... 7

I.6 Kerangka Teori... 7

I.7 Kerangka Konsep... 14

I.8 Model Teoritis... 16

I.9 Operasional Variabel... 16

I.10 Definisi Operasional Variabel... 17

Bab II URAIAN TEORITIS II.1 Komunikasi II.1.1Pengertian Komunikasi... 28

II.1.2Komponen Komunikasi... 29

II.1.3Ruang Lingkup Komunikasi... 32

II.2 Komunikasi Massa II.2.1Pengertian Komunikasi Massa... 34

II.2.2Ciri-Ciri Komunikasi Massa... 37

(6)

II.3 Iklan dan Iklan Layanan Masyarakat

II.3.1Definisi Iklan... 42

II.3.2Tujuan Iklan... 43

II.3.3Fungsi Iklan... 44

II.3.4Jenis-Jenis Iklan... 46

II.3.5Pengertian dan Sejarah Iklan Layanan Masyarakat... 47

II.4 Teori 7C... 48

(7)

Bab V PENUTUP

V.1 Kesimpulan... 116

(8)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Tayangan Iklan 3M (Mengubur, Menutup, Menguras) dan Tindakan Masyarakat Dalam Mencegah Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang yang bertujuan untuk menganalisis sejauhmana tayangan iklan layanan masyarakat 3M (Mengubur, Menutup, Menguras) berpengaruh terhadap tindakan masyarakat dalam mencegah demam berdarah dengue (DBD) di kelurahan Tanjung Sari kecamatan Medan Selayang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2011.

Penelitian ini menggunakan metode korelasional yang mencari hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang, dan uji hipotesis dengan menggunakan rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman. Untuk melihat kuat lemahnya korelasi (hubungan) kedua variabel digunakan skala Guilford. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah stratifikasi proporsional random sampling, purposive sampling, dan dilanjutkan dengan teknik accidental sampling.

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Komunikasi informasi kini sudah merupakan kebutuhan pokok manusia

dan telah menjadi studi yang penting pada saat ini. Salah satu bentuknya dapat

kita lihat yaitu komunikasi massa (televisi, radio, surat kabar, dan majalah), yang

dalam hal ini pesan yang disampaikan khusus ditujukan kepada massa dan untuk

kepentingan massa dimana pesan tersebut terdiri dari cerita maupun iklan.

Perkembangan dunia periklanan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari

perkembangan dunia pertelevisian. Keduanya mempunyai fungsi untuk

mempengaruhi khalayak. Model-model pendekatan komunikasi yang digunakan

media massa mampu mempengaruhi khalayak tentang sesuatu yang penekanannya

terdapat dalam satu prinsipnya, yaitu aspek pengulangan (redudancy), yang

menyatakan bahwa media massa memiliki efek yang besar (all powerfull) dalam

mempengaruhi opini, sikap, dan perilaku khalayak.

Terdapat berbagai jenis media yang digunakan dalam periklanan, mulai

dari media cetak hingga elektronik. Masing-masing media memiliki kelebihan dan

kekurangan sendiri. Jika memperhitungkan kualitas dan keefektifannya, iklan

televisi menjadi salah satu pilihan yang mampu memberi nilai lebih bagi si

pemasang iklan. Hal ini dikarenakan iklan televisi sifatnya audio visual (gabungan

penglihatan, bunyi, dan gerak) sehingga mampu menggelitik panca indera untuk

(10)

Menurut Lowe Indonesia (perusahaan komunikasi yang melakukan riset)

selama periode November sampai Desember 2004, sebanyak 53% pemirsa televisi

di Indonesia mengganti saluran ketika tayangan iklan dan 47% lagi melakukan

aktivitas lain. Para pemirsa menilai iklan televisi itu membosankan. Namun

walaupun demikian, penayangan iklan tetap didominasi oleh televisi dengan porsi

68%, sedangkan koran sebesar 30%, tabloid dan majalah sebesar 2%.

Iklan di televisi telah menjadi kekuatan yang memiliki daya rangsang

(stimulus) yang tinggi dengan menawarkan aneka ragam kebutuhan. Dengan kata

lain, iklan televisi mampu mengarahkan penontonnya memberikan respons secara

sukarela dan pada akhirnya ia memiliki andil yang kuat dalam pembentukan

lingkungan atau perilaku manusia.

Menurut UU Penyiaran jenis iklan dibagi atas 2, yaitu siaran iklan niaga

(komersil) dan iklan layanan masyarakat. Siaran iklan itu sendiri menurut UU

Penyiaran No.32 Tahun 2002 tentang Penyiaran memiliki arti siaran informasi

yang bersifat komersil dan layanan masyarakat tentang tersedianya jasa, barang,

dan gagasan yang dapat dimanfaatkan oleh khalayak dengan atau tanpa imbalan

kepada lembaga penyiaran yang bersangkutan. Dan berdasarkan survei AC

Nielson, stasiun televisi yang masuk 5 besar dalam banyaknya penayangan iklan

komersil dan iklan layanan masyarakat adalah RCTI dengan 77.796 tayangan,

Trans TV 77.393 tayangan, SCTV 68. 176 tayangan, Trans7sebanyak 66.888

tayangan, dan Indosiar sebanyak 53.329 tayangan.

Di negara-negara maju, iklan telah dimanfaatkan untuk menggerakkan

solidaritas masyarakat terhadap masalah yang mereka hadapi yakni kondisi yang

(11)

dimaksud adalah iklan layanan masyarakat yang dalam hal ini untuk memperbaiki

masalah-masalah yang menyangkut kebiasaan masyarakat atau perubahan nilai.

Di Indonesia sendiri, iklan layanan masyarakat pertama sekali dipelopori

oleh Biro Iklan Intervisa pada tahun 1968 yang bertujuan untuk menanggulangi

masalah mercon (petasan) yang pada saat itu banyak menimbulkan korban cacat

maupun kematian. Kemudian diikuti oleh Biro Iklan Matahari yang mengikrarkan

pentingnya kesehatan ibu dan anak (Khasali, 1990: 204). Memang banyak pihak

yang menduga bahwa pihak media seringkali keberatan memberi tempat bagi

iklan layanan masyarakat karena iklan ini tidak mendatangkan keuntungan materi.

Isi pesan dalam Iklan Layanan Masyarakat dari golongan atau instansi

tertentu (pemerintah, masyarakat, kelompok) yang memberikan informasi kepada

masyarakat tentang sesuatu yang harus diketahui dan dituruti oleh pemirsa,

sifatnya hanya mengingatkan. Atau dengan kata lain, Iklan Layanan Masyarakat

dibuat dan ditayangkan untuk tujuan-tujuan nonkomersil dan sosial atau

semata-mata untuk penerangan umum atau sebagai sarana informasi umum nonkomersial.

Iklan layanan masyarakat yang dijadikan penelitian ini adalah iklan 3M

(Mengubur, Menutup, Menguras). Fakta menunjukkan bahwa sampai saat ini,

penyakit demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan

masyarakat Indonesia. Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Dinas Kesehatan

Sumut hingga akhir tahun 2010, jumlah kasus penderita demam berdarah dengue

(DBD) meningkat dibandingkan tahun lalu. Tahun 2010, angka penderita DBD

mencapai 5.805 orang. Sementara tahun 2009 penderita DBD baru 4.643 orang.

Kepala Seksi Penanggulangan Permasalahan Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan

(12)

DBD, yakni teratas mencapai 40 % dari kasus atau 2.053 penderita

(www.waspada.co.id)

Semua kasus DBD sesuai dengan kriteria WHO harus mendapat perawatan

di tempat pelayanan kesehatan atau rumah sakit. Sebenarnya, penyakit DBD dapat

dicegah dengan menghindari gigitan nyamuk Aedes Aegypti atau Aedes

Albopictus. Selain itu, pencegahan dapat dilakukan dengan mengupayakan

perbaikan lingkungan. Pesan inilah yang didengung-dengungkan oleh iklan

layanan masyarakat 3M (Mengubur, Menutup, Menguras) guna mencegah

penyebaran penyakit DBD.

Berdasarkan data penderita DBD yang terhimpun oleh Dinkes Sumut,

jumlah terbanyak penderita DBD setiap tahunnya terjadi di daerah Sunggal,

Helvetia, Medan Denai, Medan Baru, Medan Selayang dan hal ini dikarenakan

jumlah kepadatan penduduk dan kurangnya kesadaran

masyarakat(www.waspada.co.id). Dari 5 kecamatan yang disebutkan di atas,

peneliti memilih salah satunya yakni kecamatan Medan Selayang. Pada

kecamatan Medan Selayang terdapat 6 kelurahan, antara lain kelurahan Padang

Bulan Selayang I, kelurahan Padang Bulan Selayang II, kelurahan Tanjung Sari,

Kelurahan Asam Kumbang, Kelurahan Beringin, Kelurahan Sempakatan. Oleh

karenanya, peneliti hanya memilih salah satu dari 6 kelurahan tersebut, yakni

kelurahan Tanjung Sari sebagai tempat penelitian. Peneliti menyadari bahwa

penayangan iklan 3M (Mengubur, Menutup, Menguras) tidak lagi seheboh

tahun-tahun kemarin. Namun dalam hal ini, peneliti ingin mengetahui sampai

(13)

Medan Selayang dalam mencegah penyakit DBD terkait dengan isi pesan yang

didengung-dengungkan dalam iklan 3M (Mengubur, Menutup, Menguras).

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti

sejauhmana tayangan iklan layanan masyarakat 3M (Mengubur, Menutup,

Menguras) berpengaruh terhadap tindakan masyarakat dalam mencegah penyakit

demam berdarah dengue(DBD) di kelurahan Tanjung Sari kecamatan Medan

Selayang.

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

penulis merumuskan masalah tersebut sebagai berikut: “sejauhmanakah tayangan

iklan layanan masyarakat 3M (Mengubur, Menutup, Menguras) berpengaruh

terhadap tindakan masyarakat dalam mencegah penyakit demam berdarah

dengue(DBD) di kelurahan Tanjung Sari kecamatan Medan Selayang?”

I.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas, maka

peneliti merasa perlu untuk membuat pembatasan masalah yang diteliti sehingga

lebih fokus dan spesifik. Adapun yang menjadi pembatasan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1) Penelitian ini bersifat korelasional yang bertujuan untuk mencari atau

(14)

2) Penelitian ini menganalisis tindakan masyarakat dalam mencegah penyakit

demam berdarah dengue (DBD) terhadap iklan layanan masyarakat3M

(Mengubur, Menutup, Menguras)

3) Objek penelitian yang dipilih adalah masyarakat yang tinggal di kelurahan

Tanjung Sari kecamatan Medan Selayang

4) Waktu penelitian dilakukan pada bulan April 2011 sesuai dengan tingkat

kebutuhan.

I.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Untuk mengetahui intensitas menonton iklan layanan masyarakat 3M

(Mengubur, Menutup, Menguras).

b) Untuk menganalisis tanggapan masyarakat di kelurahan Tanjung Sari

Kecamatan Medan Selayang terhadap iklan layanan masyarakat 3M

(Mengubur, Menutup, Menguras).

c) Untuk mengetahui efektivitas iklan layanan masyarakat 3M

(Mengubur, Menutup, Menguras)dalam mempengaruhi tindakan

masyarakat dalam mencegah maraknya penyakit demam berdarah

dengue (DBD) di kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Selayang.

d) Untuk menganalisis pengaruh iklan layanan masyarakat 3M

(Mengubur, Menutup, Menguras)terhadap tindakan masyarakat dalam

mencegah penyakit demam berdarah dengue (DBD) di kelurahan

(15)

I.5 Manfaat Penelitian

1) Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan

memperkaya bahan referensi, bahan penelitian, serta sumber bacaan di

lingkungan FISIP USU.

2) Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan

dan memperluas wawasan penelitidi bidang periklanan, khususnya

iklan layanan masyarakat.

3) Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi

yang positif bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

I.6 Kerangka Teori

Dalam penelitian, teori berperan sebagai landasan berpikir untuk

mendukung pemecahan suatu permasalahan dengan jelas dan sistematis. Hal ini

berkaitan erat dengan pengertian teori yakni serangkaian asumsi, konsep,

konstruk, definisi, proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara

sistematis dengan cara merumuskan antar konsep (Singarimbun, 1995: 77).

Dalam penelitian ini, teori yang relevan adalah komunikasi, komunikasi

massa, iklan dan iklan layanan masyarakat, teori 7C (Credibility, Content,

Context, Clearity, Continuity&Consistency, Channel, Capability), teori AIDDA

(Attention, Interest, Desire, Decision, Action), televisi sebagai media yang

(16)

I.6.1 Komunikasi

Istilah komunikasi (Effendy, 2001: 9) berasal dari bahasa Inggris

communication yang berasal dari bahasa latin communicatio dan bersumber dari

communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya sama makna. Jika kita

mengadakan komunikasi dengan orang lain, berarti kita sedang mengadakan

kesamaan makna dengan orang tersebut.

Salah satu tujuan komunikasi adalah untuk merubah sikap dan perilaku

seseorang atau sekelompok orang sebagaimana yang dikehendaki komunikator,

yakni agar isi pesan yang disampaikan dapat dipahami, diyakini serta pada tahap

selanjutnya komunikan mau melaksanakan isi pesan yang disampaikan (Purba,

2006: 33).

Secara umum, komunikasi dinilai efektif bila rangsangan yang

disampaikan dan yang dimaksud oleh pengirim atau sumber berkaitan erat dengan

rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima. Semakin besar kaitan

antara yang komunikator maksud dengan yang komunikan terima, maka semakin

efektif pula komunikasi yang dilakukan.

Menurut Tubbs dan Moss (Rakhmat, 2005: 13), komunikasi efektif

menimbulkan:

a. Pengertian

b. Kesenangan

c. Mempengaruhi sikap

d. Hubungan sosial yang baik

(17)

Selanjutnya, dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan proses

penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan dengan atau tanpa

perantara dengan tujuan untuk mengubah sikap, pendapat, dan perilaku

komunikan.

I.6.2 Komunikasi Massa

Effendy mendefinisikan komunikasi massa sebagai penyebaran pesan

dengan menggunakan media yang ditujukan kepada masyarakat yang abstrak,

sejumlah orang yang tidak tampak oleh si penyampai pesan (Effendy, 2001: 50).

Dengan demikian, maka jelas bahwa komunikasi massa atau komunikasi melalui

media massa sifatnya satu arah.

Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media

massa (media cetak dan media elektronik). Sebab pada awal perkembangannya,

komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass comunication

(media komunikasi massa) (Nurudin, 2003: 2).

Menurut Ellizabeth-Noelle Neuman (Rakhmat, 2005: 215) ada 4 tanda

kelompok dari komunikasi massa, yakni:

a) Bersifat tidak langsung, harus melewati media teknis

b) Bersifat satu arah, tidak ada interaksi antara peserta-peserta

komunikasi

c) Bersifat terbuka, ditujukan kepada publik yang tidak terbatas atau

anonim.

(18)

I.6.3 Iklan dan Iklan Layanan Masyarakat

Wright memberikan definisi iklan seperti yang dikutip oleh Alo Liliweri ‘iklan merupakan proses komunikasi yang mempunyai kekuatan yang sangat penting, alat pemasaran yang membantu menjual barang, memberikan pelayanan serta gagasan atau ide melalui saluran tertentu dalam bentuk informatif persuasif’ (Liliweri, 1992:20).

Seiring dengan perkembangan dunia periklanan, maka iklan tidak lagi

bersifat komersil semata. Djayakusumah (1982: 17) dalam bukunya yang berjudul

periklanan membagi iklan dalam dua bentuk, yakni iklan komersil dan iklan

layanan masyarakat.

Pengertian iklan layanan masyarakat menurut Astrid S.Susanto

merupakan pengumuman tentang berbagai pelayanan masyarakat, tidak

disebarluaskan melalui pembelian ruang dan waktu dan setiap kegiatan pelayanan

masyrakat dilaksanakan oleh suatu kegiatan non profit/ tidak mencari keuntungan

(Susanto, 1976: 203).

Menurut Bovee dan Arens, iklan layanan masyarakat bertujuan untuk:

• Merangsang penelitian atas suatu informasi

• Merubah kebiasaan aktivitas

• Mengurangi pemborosan sumber daya alam

• Mengkomunikasikan kebijakan pemerintah

• Memperbaiki sikap masyarakat

• Menginformasikan jalan keluar

Oleh karenanya, untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan iklan

layanan masyarakat harus merancang komunikasi yang efektif agar pesan mudah

diterima oleh komunikan. Komunikasi efektif menurut Ton Kertapati ( 1981: 20)

(19)

perhatiannya tidaklah tergantung kepada bentuknya semata-mata akan tetapi juga

isi pesannya.

I.6.4 Teori 7C

Teori 7C (Credibility, Content, Context, Clearity,

Continuity&Consistency, Channel, Capability) membahas mengenai bagaimana

kredibilitas suatu iklan. Kredibilitas disini maksudnya adalah ukuran kelayakan

pesan/ iklan dimata masyarakat yang akan menyangkut tentang pihak siapa yang

membuat atau mengeluarkan iklan. Suatu iklan akan dianggap memilliki

kredibilitas tinggi apabila pihak yang mengeluarkannya adalah pihak yang

berpengaruh atau sudah terkenal.

I.6.5 Teori AIDDA

Dalam strategi komunikasi, peranan komunikator sangatlah penting.

Itulah sebabnya strategi komunikasi harus luwes supaya komunikator sebagai

pelaksana dapat segera mengadakan perubahan bila dalam pelaksanaan menemui

hambatan. Salah satu upaya untuk melancarkan komunikasi yang lebih baik

mempergunakan pendekatan A-A Procedure (from Attention to Action Procedure)

dengan lima langkah yang disingkat AIDDA, yaitu Attention, Interest, Desire, De

cision, Action (www.kampuskomunikasi.blogspot.com).

Dimulainya komunikasi dengan membangkitkan perhatian (attention)

akan menjadikan suksesnya komunikasi. Setelah perhatian muncul kemudian

diikuti dengan upaya menumbuhkan minat (interest) yang merupakan tingkatan

(20)

hasrat. Selanjutnya seorang komunikator harus pandai membawa hasrat (desire)

tersebut untuk menjadi suatu keputusan (decision) komunikan untuk melakukan

suatu kegiatan/ tindakan (action) yang diharapkan komunikator.

Melalui teori AIDDA dapat diketahui tanggapan komunikator/ pemirsa

terhadap iklan layanan masyarakat tentang DBD, apakah mendapat respon

terhadap pesan-pesan yang disampaikan oleh pihak pengiklan sudah mencapai

tahap behaviour, atau baru sampai pada tahap afektif atau bahkan pada tahap

kognitif saja. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada bagan di bawah ini :

Tahapan Teori AIDDA

1. Kognitif (pengenalan) 2. Afektif (kesukaan)

3. Behavioural ( tingkah laku)

Attention- perhatian

Interest- minat

Desire-hasrat

Decision- keputusan

Action- tindakan

Pada tahap kognitif, pemirsa/ penonton mengenal ciri-ciri nyamuk Aedes

Aegypti sebagai penyebab DBD. Tingkat pengenalan ini diukur dengan adanya

perhatian (attention) terhadap pesan-pesan yang disampaikan dalam iklan.

Attention merupakan suatu perbuatan mendengarkan, memperhatikan, mengingat

suatu objek tertentu.

Pada tahap afektif, mulai timbul perasaan emosional pada pemirsa/

penonton. Pemirsa/ penonton mulai tertarik (interest) pada sajian iklan yang

dikemas oleh pihak pengiklan. Selanjutnya, pemirsa mulai merasa ingin (desire)

(21)

memiliki keputusan (decision) untuk menyukai isi pesan dalam iklan pencegahan

DBD ini.

Pada tahap behavioural, pemirsa mulai melakukan suatu tindakan

(action) apa yang menjadi isi pesan dalam iklan 3M (Mengubur, Menutup,

Menguras).

I.6.6 Televisi sebagai media yang digunakan untuk iklan

Televisi (Wahyudi, 1996: 49) adalah penangkap siaran bergambar.

Televisi berasal dari kata tele (jauh) dan vision (tampak). Televisi merupakan

media yang paling banyak menarik perhatian komunikan karena kelebihannya

yang mampu menyatukan unsur audio visual sekaligus. Televisi memiliki

keuntungan atas pesannya yang bisa dilihat serta didengar dalam waktu yang

bersamaan. Tujuan utama khalayak menonton televisi adalah untuk memperoleh

hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi.

I.6.7 Demam Berdarah Dengue (DBD)

Menurut riwayatnya, pada tahun 1779, David Bylon pernah melaporkan

terjadinya letusan demam dengue (dengue fever/ DF) di Batavia. Penyakit ini

disebut penyakit demam 5 hari yang dikenal dengan knee toruble atau knokkel

koortz (Hadinegoro, 2004: 14).

Pada dekade enam puluhan, penyakit ini mulai menyebar ke

negara-negara Asia Tenggara, seperti Singapura, Malaysia, Srilanka, dan Indonesia. Di

Indonesia, demam berdarah dengue (DBD) pertama kali dicurigai di Surabaya

(22)

Jakarta, kasus pertama dilaporkan pada tahun 1969. Kemudian DBD

berturut-turut dilaporkan di Bandung dan Jogjakarta (1972). Pada tahun 1994, DBD telah

menyebar ke seluruh propinsi di Indonesia hingga ke daerah-daerah pedesaan.

Berdasarkan jumlah kasus DBD, Indonesia menempati urutan kedua setelah

Thailand (Hadinegoro, 2004: 1).

Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus

dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Penyakit ini dapat

menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian terutama pada anak.

Penyakit ini ditularkan oleh orang yang dalam darahnya terdapat virus dengue.

Orang ini bisa menunjukkan gejala sakit, tetapi bisa juga tidak sakit, yaitu jika

mempunyai kekebalan yang cukup terhadap virus dengue.

Tidak semua orang yang digigit nyamuk aedes aegypti yang membawa

virus dengue itu akan terserang penyakit demam berdarah. Orang yang

mempunyai kekebalan yang cukup terhadap virus dengue, tidak akan terserang

penyakit ini, meskipun dalam darahnya terdapat virus tersebut. Sebaliknya, pada

orang yang tidak mempunyai kekebalan yang cukup terhadap virus dengue, akan

mengalami sakit demam yang ringan atau bahkan sakit berat, yaitu demam tinggi

disertai pendarahan bahkan syok, tergantung dari tingkat kekebalan tubuh yang

dimiliki orang tersebut.

I.7 Kerangka Konsep

Teori-teori yang dijadikan landasan pada kerangka teori harus dapat

menghasilkan beberapa konsep yang disebut dengan kerangka konsep. Menurut

(23)

dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai (Nawawi,

2001: 401).Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus

dioperasionalkan dengan mengubahnnya menjadi variabel.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel Bebas atau independent variable (X)

Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang diduga sebagai

penyebab atau pendahulu dari variabel lainnya.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tayangan iklan layanan

masyarakat 3M (Mengubur, Menutup, Menguras).

2. Variabel Terikat atau dependent variable (Y)

Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang diduga sebagai

akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya (Rakhmat,

2004:12).

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tindakan masyarakat dalam

mencegah penyakit demam berdarah dengue (DBD) di kelurahan Tanjung

Sari kecamatan Medan Selayang.

3. Variabel antara atau intervening variabel

Variabel antara adalah nilai-nilai yang dimiliki seseorang, yang

membedakannya dengan orang lain. Dalam penelitian ini yang ditetapkan

(24)

I.8 Model Teoritis

Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan

dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut:

-

±

I.9 Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan,

maka dibuatlah operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan

kesesuaian dalam penelitian yaitu sebagai berikut:

Variabel Teoritis Variabel Operasional

Variabel Bebas (X)

Iklan Layanan Masyarakat 3M ( Mengubur, Menutup, Menguras)

1. Credibility 2. Context 3. Content 4. Clearity

5. Continuity and Consistency 6. Channels

Iklan Layanan Masyarakat 3M (Mengubur, Menutup,

Menguras)

Variabel Z

(25)

I.10 Definisi Operasional

Definisi operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan kepada

suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti atau menspesifikkan

kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk

mengukur konstrak atau variabel tersebut. Definisi operasional yang dibuat dapat

berbentuk definisi operasional yang diukur (measured). Definisi operasional yang

diukur memberikan gambaran bagaimana variabel atau konstrak tersebut diukur

(Nazir, 2005: 126).

Definisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel bebas atau dependent variable(X) : Tayangan Iklan 3M. Terdiri

dari:

1. Credibility, yaitu ukuran kelayakan pesan/ iklan tersebut di mata

masyarakat yang akan menyangkut tentang pihak siapa yang membuat

atau mengeluarkan pesan.

2. Context, yaitu faktor yang menghubungkan isi dari pesan iklan layanan

masyarakat di televisi dengan kepentingan dan kebutuhan informasi

pemirsa.

3. Content, yaitu faktor makna dan arti yang tersimpulkan dalam pesan

iklan layanan masyarakat harus sederhana dan jelas sehingga dapat

dimengerti oleh pemirsa dan tidak merumitkan pemirsa sewaktu

menonton iklan tersebut. Baik melalui gambar maupun kata-kata dapat

benar-benar menyampaikan makna atau maksud yang diinginkan oleh

(26)

4. Clearity, yaitu kata-kata yang dimuat pada iklan harus betul-betul dapat

dimengerti khalayak sehingga tidak mengandung unsur kontraversi atau

melahirkan perbedaan arti dan makna.

5. Continuity, yaitu faktor kesinambungan antara bagian-bagian pesan yang

disampaikan. Dan consistency, yaitu adanya keselarasan variasi dengan

bagian-bagian pesan yang disampaikan.

6. Channels, yaitu media yang digunakan untuk menyampaikan pesan iklan.

7. Capability, yaitu kemampuan iklan layanan masyarakat menjelaskan isi

serta lambang dari pesan yang menyangkut penyakit DBD.

b. Variabel terikat atau independent variable(Y) terdiri dari :

1. Attention (perhatian), yaitu suatu perbuatan mendengarkan, memperhatikan,

mengingat suatu objek tertentu.

2. Interest (ketertarikan), yaitu keantusiasan komunikan terhadap isi pesan

komunikasi.

3. Desire (minat), yaitu tahapan keinginan untuk membaca ataupun melihat

iklan tersebut.

4. Decision (keputusan), yaitu tahapan keputusan untuk menerima

informasi dari iklan tersebut sebagai sesuatu yang benar dan layak

dipercaya.

5. Action (tindakan), yaitu tahapan munculnya reaksi dalam diri individu

ketika menerima informasi tentang pencegahan DBD melalui iklan

(27)

c. variabel antara atau intervening variabel) (Z) : karakteristik responden.

Terdiri dari :

1. usia : hitungan dari awal tahun kelahiran sampai sekarang

2. jenis kelamin : laki-laki atau perempuan

3. tingkat pendidikan : jenjang pendidikan formal yang terakhir atau yang

sudah dilalui

4. pekerjaan : mata pencaharian responden

I.11 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang

umumnya dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Hipotesis dikatakan jawaban

sementara karena masih didasarkan pada teori atau anggapan atau pengalaman

atau logika. Jawaban sebenarnya diperoleh setelah dikumpulkan data empiris

melalui pengujian hipotesis dengan menggunakan kriteria uji tertentu (Supranto,

2002: 327).

Iqbal Hasan dalam bukunya yang berjudul Pokok-Pokok Materi

Metodologi Penelitian dan Aplikasinya menyatakan bahwa kriteria hipotesis yang

baik adalah hipotesis harus menyatakan hubungan, hipotesis harus sesuai dengan

fakta, hipotesis harus sesuai dengan ilmu, serta sesuai dan tumbuh dengan ilmu

pengetahuan, hipotesis harus dapat diuji, hipotesis harus sederhana, hipotesis

(28)

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ho : tidak terdapat pengaruh iklan layanan masyarakat 3M (Mengubur,

Menutup, Menguras) terhadap tindakan masyarakat dalam mencegah

penyakit demam berdarah dengue (DBD) di kelurahan Tanjung Sari

kecamatan Medan Selayang.

Ha : terdapat pengaruh iklan layanan masyarakat 3M (Mengubur, Menutup,

Menguras) terhadap tindakan masyarakat dalam mencegah penyakit

demam berdarah dengue (DBD) di kelurahan Tanjung Sari kecamatan

Medan Selayang.

III Metodologi Penelitian

III.1 Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah korelasional.

Metode ini bertujuan untuk meneliti sejauhmana variabel pada satu faktor

berkaitan dengan variasi pada faktor lainnya.

III.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei dengan lama penelitian

(29)

III.3 Populasi dan Sampel

III.3.1 Populasi

Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki

karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang akan diteliti (Hasan, 2002:58).

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berdomisili di kelurahan

Tanjung Sari kecamatan Medan Selayang.

Tabel Populasi

Lingkungan N

Lingkungan I 408

Lingkungan II 575

Lingkungan III 404

Lingkungan IV 430

Lingkungan V 469

Lingkungan VI 484

Lingkungan VII 477

Lingkungan VIII 420

Lingkungan IX 304

Lingkungan X 308

Lingkungan XI 309

Lingkungan XII 608

Lingkungan XIII 304

Lingkungan IV 299

Jumlah 5799

Sumber: Data Umum TP.PKK Kec. Medan Selayang Kel.Tj.Sari

Dalam penelitian ini, tidak semua lingkungan dijadikan sebagai tempat

penelitian namun hanya 3 lingkungan saja. Dan untuk menetapkan dimana saja

peneliti akan meneliti, maka peneliti memakai cara dengan mengundinya yang

(30)

III.3.2 Sampel

Sampel harus memenuhi unsur representatif dari seluruh sifat-sifat

populasi. Sampel yang presentatif dapat diartikan bahwa sampel tersebut

mencerminkan semua unsur dalam populasi secara proporsional atau memberikan

kesempatan yang sama pada semua unsur populasi untuk dipilih, sehingga dapat

mewakili keadaan yang sebenarnya dalam populasi (Kriyantono, 2006: 151)

Karena banyaknya populasi lebih dari 500 orang, maka digunakan rumus

Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% yaitu sebagai

berikut:

n=

keterangan: n= sampel

N= populasi

d= presisi

Berdasarkan rumus diatas, maka banyaknya populasi adalah sebagai berikut:

n =

n =

III.4 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Stratifikasi Proporsional Random Sampling

Untuk mengetahui jumlah sampel/ pendistribusian sampel di

(31)

sampling. Penggunaan teknik ini dengan pertimbangan bahwa ada kalanya

banyaknya subjek yang terdapat pada setiap strata/ setiap wilayah tidak sama, oleh

karena itu untuk memperoleh sampel yang representatif, pengambilan subjek dari

setiap strata/ wilayah ditentukan seimbang dengan wilayah masing-masing strata/

wilayah (Arikunto, 1998: 120). Rumus pengambilan sampelnya yakni :

n=

Keterangan:

= jumlah KK dalam 1 lingkungan

n = jumlah sampel

N = populasi

Berdasarkan rumus diatas, maka dapat dihitung sampel yang terpilih dari 3

lingkungan tersebut yakni :

Contoh: Lingkungan 1= = 30,2 =30 orang

Demikianlah selanjutnya rumus tersebut digunakan untuk menghitung

pendistribusian sampel di lingkungan berikutnya yakni lingkungan 9 dan 12.

Distribusi sampel pada 3 lingkungan yang telah dihitung berdasarkan rumus diatas

dapat dilihat pada tabel berikut :

No. Lingkungan Jumlah jiwa Sampel

1 Lingkungan 1 408 KK = 30,2=30 KK

2. Lingkungan 9 304 KK = 22,5= 23 KK

3. Lingkungan 12 608 KK = 45,1= 45 KK

(32)

Untuk selanjutnya peneliti menggunakan sampling purposif (purposive sampling).

b. Sampling Purposif (Purposive Sampling)

Teknik ini mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria

tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan riset, sedangkan orang-orang

dalam populasi yang tidak sesuai dengan kriteria tersebut tidak dijadikan

sampel(Kriyantono, 2006: 154).

Adapun kriteria sampel yang dimaksud:

 Masyarakat yang berdomisili di kelurahanTanjung Sari kecamatan

Medan Selayang

 Pernah menonton tayangan iklan layanan masyarakat 3M (Mengubur,

Menutup, Menguras)

 Berusia >20 tahun

Selanjutnya, setelah peneliti menggunakan kedua teknik sampling di atas,

untuk memudahkan peneliti mencari sampel sesuai dengan kriteria yang telah

peneliti tentukan dalam penelitian ini, peneliti akan melanjutkan teknik sampling

yang ketiga yakni sampling accidental.

c. Sampling accidental (accidental sampling)

adalah teknik penarikan sampel yang dilakukan dengan cara memilih siapa

saja yang kebetulan ditemukan di lokasi penelitian untuk dijadikan sampel

(33)

III.5 Teknik Pengumpulan Data

1) Penelitian Kepustakaan (library research)

Yaitu dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literatur

dan sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian. Dalam hal ini,

penelitian kepustakaan dilakukan melalui buku, majalah, internet, dan sebagainya.

2) Penelitian Lapangan (field research)

Yaitu pengumpulan data dengan melakukan survey ke lokasi penelitian

melalui kuesioner, yaitu alat pengumpul data dalam bentuk sejumlah pertanyaan

tertulis yang harus dijawab secara tertulis oleh responden (Nawawi, 2001: 111).

Dalam hal ini, peneliti akan menyebarkan kuesioner kepadarespondendan

menunggu untuk diisi, yang kemudian akan dikumpulkan kembali setelah diisi

oleh responden.

III.6 Teknik Analisis Data

Analisis data diartikan sebagai proses penyederhanaan data ke dalam

bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipresentasikan (Singarimbun, 1995: 263).

Analisis dalam penelitian ini adalah analisis bivariat, yaitu analisis yang

dilakukan untuk melihat hubungan dua variabel. Kedua variabel tersebut

merupakan variabel pokok, berupa variabel pengaruh (bebas) dan variabel

terpengaruh (tak bebas) (Kriyantono, 2006: 166).

Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dalam beberapa

(34)

1) Analisa tabel tunggal

Analisis tabel tunggal merupakan analisis yang dilakukan dengan

membagi-bagikan variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan

atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa

data yang terdiri dari kolom, sejumlah frekuensi dan persentase untuk setiap

kategori (Singarimbun, 1995: 266).

2) Analisa tabel silang

Analisa tabel silang merupakan salah satu teknik yang dipergunakan untuk

menganalisa dan mengetahui variabel yang satu memiliki hubungan dengan yang

lainnya, sehingga dapat diketahui apakah variabel tersebut bernilai positif atau

negatif (Singarimbun, 1995: 273).

3) Uji hipotesis

Uji hipotesis adalah pengujian data statistik untuk mengetahui data

hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak

Dalam rumus Spearman, data dari variabel-variabel yang diteliti harus

ditetapkan peringkatnya dari yang terkecil sampai terbesar (Kriyantono, 2006:

176).

Rumus koefisien korelasinya adalah:

Rho =

1-Keterangan:

Rs (rho) = koefisien korelasi rank-order

(35)

Angka 6 = angka 6, yaitu bilangan konstan

d = perbedaan antara pasangan jenjang

∑ =sigma atau jumlah

N = jumlah individu dalam sampel

Spearman Rho Koefisien adalah metode untuk menganalisis data dan

untuk melihat hubungan antara variabel yang sebenarnya dengan skala ordinal.

Jika rho< 0, maka hipotesis ditolak

Jika rho> 0, maka hipotesis diterima

Selanjutnya untuk melihat tinggi rendahnya korelasi digunakan skala

Guilford, yaitu sebagai berikut:

Kurang dari 0,20 : hubungan rendah sekali

0,20 – 0,40 : hubungan rendah

0,41 – 0,70 : hubungan yang cukup berarti

0,71 – 0,90 : hubungan yang tinggi; kuat

Lebih dari 0,90 : hubungan yang sangat tinggi; kuat sekali; dapat diandalkan

Untuk melihat tingkat signifikasi,

Jika > , maka hubungannya signifikan

(36)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1 KOMUNIKASI

II.1.1 PENGERTIAN KOMUNIKASI

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari

kata latin communis yang berarti ‘sama’, communico, communicatio, atau

communicare yang berarti ‘membuat sama’ (to make common) (Mulyana, 2005:

41). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering disebut sebagai

asal-usul kata komunikasi yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang

mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu

pesan dianut secara sama.

Komunikasi dalam bahasa Inggris dikenal 2 macam: communication dan

communications. Communication adalah proses pengoperan lambang-lambang

yang mengandung arti, sedangkan communications adalah proses komunikasi

yang menggunakan alat-alat mekanis, yang biasa disebut media massa.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka komunikasi adalah proses pengoperan

lambang-lambang yang mengandung arti dari seseorang kepada orang lain dengan

menggunakan media massa (Mohammad, 2009: 2).

Secara terminologi, banyak defenisi komunikasi yang ditawarkan oleh

para ahli komunikasi. Carl I. Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah

proses mengubah perilaku orang lain (communication is the process to modify the

(37)

Lain lagi menurut Harold Lasswell. Menurutnya, cara yang terbaik untuk

menjelaskan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan: Who Says What In

Which Channel To Whom With What Effect?Atau siapa mengatakan apa dengan

saluran apa kepada siapa dengan pengaruh bagaimana? (Mulyana, 2005: 62)

Everret M. Rogers, seorang pakar Sosiologi Pedesaan Amerika

memberikan perhatian pada studi riset komunikasi, khususnya dalam hal

penyebaran inovasi. Menurutnya komunikasi adalah proses dimana suatu ide

dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk

mengubah tingkah laku mereka (Cangara, 2005: 19)

II.1.2 KOMPONEN KOMUNIKASI

Sebagaimana yang diungkapkan Ujang dalam bukunya Kapita Selekta

Komunikasi (2007: 9) bahwa dalam perkembangan mutakhir, para pakar

komunikasi kontemporer yang tergabung dalam The United Aristotelian

Description Of Communication membagi komponen komunikasi menjadi sepuluh

komponen. Kesepuluh komponen tersebut yaitu :

1) Source (sumber) adalah sumber atau individu yang menyampaikan pesan.

Boleh jadi, sumber itu adalah seseorang yang berbicara, menulis,

menggambar, memberi isyarat atau suatu organisasi komunikasi seperti

sebuah redaksi surat kabar, penerbit, stasiun televisi, atau studio film.

2) Encoding (proses penyandian) adalah proses penyandian atau pengalihan

pesan dalam bentuk lambang-lambang.

3) Message (pesan) adalah pesan yang merupakan seperangkat

(38)

bisa bersifat verbal (kata-kata lisan atau tulisan) maupun nirverbal (gerak,

gambar, isyarat, kial, dan sikap)

4) Channel (saluran) adalah saluran atau media yang dipakai oleh sumber dan

penerima pesan dalam berkomunikasi. Saluran yang digunakan bisa dua,

tiga, atau empat saluran secara serentak. Misalnya ketika berbicara atau

mendengar, kita menggunakan saluran suara, tetapi kita memberi atau

isyarat yang kita gunakan adalah saluran visual. Apabila kita mencium

bau-bauan, menggunakan saluran olfaktori (saluran penciuman). Tatkala

kita saling menyentuh, menggunakan saluran taktil. Saluran bisa juga

berupa media cetak seperti surat kabar, majalah, dan buletin; atau media

elektronik, seperti televisi, radio, film, dan internet.

5) Noise (hambatan) adalah gangguan yang menerpa proses komunikasi yang

dapat mengakibatkan diterima atau tidaknya pesan pada diri komunikan.

Gangguan ini bisa berupa gangguan semantik (bahasa), psikologis

(kejiwaan), sosiologis (status sosial), antropologis (perbedaan etnis), atau

ekologis (lingkungan).

6) Receiver (penerima) adalah penerima pesan dari komunikator atau sering

disebut sebagai komunikan. Komunikan ini bisa sendiri atau sekelompok

orang, bahkan suatu komunitas tertentu seperti kelompok pendengar radio,

penonton televisi, atau pembaca koran.

7) Decoding ( proses penerimaan) adalah proses penangkapan, pemahaman,

dan penerimaan pesan oleh komunikan dari komunikator. Proses

decodingini memerlukan kesiapan komunikan untuk menerima pesan

(39)

8) Receiver Response (tanggapan penerima) adalah tanggapan atau

seperangkat reaksi dari komunikan yang timbul setelah menerima pesan.

Hal ini berkenaan dengan reaksi spontanitas yang dirasakan oleh

komunikan.

9) Feedback (umpan balik) adalah umpan balik atau tanggapan dari

komunikan kepada komunikator. Umpan balik ini bisa berasal dari dalam

diri atau dari luar. Efek komunikasi adalah pengaruh yang terjadi pada diri

komunikan. De Vito mengatakan bahwa pada setiap komunikasi selalu ada

konsekuensi. Pertama, memperoleh pengetahuan atau belajar bagaimana

menganalisis, membuat sintetis, atau mengevaluasi sesuatu. Ini adalah efek

kognitif. Kedua, memperoleh sikap baru atau mengubah sikap, keyakinan,

emosi, dan perasaan. Ini disebut dampak afektif. Ketiga, memperoleh

cara-cara bertindak baru seperti cara-cara menulis feature, selain perilaku verbal dan

nonverbal yang baik. Inilah efek psikomotorik.

10) Context (situasi komunikasi) adalah situasi atau lingkungan yang

mencakup rasa persahabatan atau permusuhan, formal atau informal, serius

(40)

Response

Gambar Sepuluh Komponen Komunikasi

Sumber : Joseph A. De Vito dalam Ujang (2007: 26)

II.1.3 RUANG LINGKUP KOMUNIKASI

Ruang lingkup komunikasi terdiri dari beberapa bagian, antara lain:

1. Komponen Komunikasi

a. Proses secara primer

b. Proses secara sekunder

3. Bentuk Komunikasi

a. Komunikasi Persona (personal communication)

noise Source Encoding Message Channel Receiver Decoding

(41)

1) Komunikasi intrapersona (intrapersonal communication)

2) Komunikasi antarpersona (interpersonal communication)

b. Komunikasi Kelompok (group communication)

1) Komunikasi kelompok kecil (small group communication)

a) Ceramah (lecture)

b) Diskusi panel (panel discussion)

c) Simposium (symposium)

d) Forum

e) Seminar

f) Curahsaran (brainstorming)

2) Komunikasi kelompok besar(large group communication/ public

speaking)

a) Komunikasi Massa (Mass Communication)

b) Pers

c) Radio

d) Televisi

e) Film

3) Komunikasi Media (Media Communication)

a) Surat

b) Telepon

c) Pamflet

d) Poster

e) Spanduk

4. Sifat Komunikasi

(42)

b. Bermedia (mediated)

c. Verbal (verbal)  Lisan (oral)

Tulisan/ cetak ( written/ printed) d. Nonverbal (non-verbal)

Kial/ isyarat badaniah (gestural) Bergambar (pictorial)

5. Teknik Komunikasi

a. Komunikasi informatif (informative communication)

b. Komunikasi persuasif (persuasive communication)

c. Komunikasi instruktif/ koersif (instructive/ coersive communication)

d. Hubungan manusiawi (human relations)

6. Tujuan Komunikasi

a. Perubahan sikap (attitude change)

b. Perubahan pendapat (opinion change)

c. Perubahan perilaku (behaviour change)

d. Perubahan sosial (social change)

II.2 KOMUNIKASI MASSA

II.2.1 Pengertian Komunikasi Massa

Sama halnya dengan komunikasi, komunikasi massa pun memiliki banyak

pengertian yang dikemukakan oleh para ahli. Banyak ragam dan titik tekan yang

dikemukakannya. Tetapi dari sekian banyak definisi itu ada benang merah

kesamaan definisi satu sama lain. Pada dasarnya komunikasi massa adalah

komunikasi melalui media massa (medai cetak dan media elektronik). Sebab pada

awal perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari pengembangan kata

(43)

Disamping itu, agar tidak membingungkan kita juga perlu membedakan

antara mass communications (pakai ‘s’) dengan mass communication (tanpa ‘s’).

Seperti dikemukakan oleh Jay Black dan Frederick C. Whitney dalam bukunya

Introduction to mass communication (1988) dikatakan bahwa mass

communications lebih menunjuk kepada media mekanis yang digunakan dalam

komunikasi massa yakni media massa. Sedangkan mass communication lebih

menunjuk pada teori atau proses teoritik atau lebih menunjuk kepada proses

dalam komunikasi massa (Nurudin, 2003: 4).

Menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988) disebutkan bahwa

mass communication is a process whereby mass-produced message are

transmitted to large, anonymous, and heteregenous masses of receivers

(komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi

secara massal/ tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang

luas, anonim, dan heterogen (Nurudin, 2003: 11).

Menurut Tan dan Wright dalam Liliweri 1992 yang dikutip oleh Elvinaro,

komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran

(media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal,

berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan

menimbulkan efek tertentu (Elvinaro, 2004: 3).

Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh

Bittner Rakhmat, yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan

melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is message

communicated trough a mass medium to a large number of people). Dari defenisi

(44)

massa. Itu artinya bahwa sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak

yang banyak jika tidak menggunakan media massa maka itu bukanlah komunikasi

massa. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio siaran

dantelevisi (media elektronik), surat kabar dan majalah (media cetak), media film

seperti film bioskop.

Menurut Gerbner, komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang

berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling

luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (mass communication is the

technologically and institutionally based production and distribution of the most

broadly shared continuous flow of messages in industrial societies) (Elvinaro,

2004: 4)

Definisi yang dikemukakan Wright merupakan definisi yang lengkap yang

dapat menggambarkan karakteristik komunikasi massa secara jelas yakni

diarahkan pada khalayak yang relatif besar, heterogen dan anonim, pesan

disampaikan secara terbuka, seringkali dapat mencapai kebanyakan khalayak

secara serentak, bersifat sekilas, komunikator cenderung berada atau bergerak

dalam organisasi yang kompleks yang melibatkan biaya besar.

Severin & Tankard Jr. mendefinisikan komunikasi massa sebagai bagian

keterampilan, sebagian seni, dan sebagian ilmu.

Keterampilan dalam pengertian bahwa ia meliputi teknik-teknik fundamental

tertentu yang dapat dipelajari seperti memfokuskan kamera televisi,

mengoperasikan tape recorder atau mencatat ketika berwawancara.

Seni dalam pengertian bahwa ia meliputi tantangan-tantangan kreatif seperti

(45)

untuk iklan majalah atau menampilkan teras berita yang memikat bagi sebuah

kisah berita.

Ilmu dalam pengertian bahwa ia meliputi prinsip-prinsip tertentu tentang

bagaimana berlangsungnya komunikasi yang dapat dikembangkan dan

dipergunakan untuk membuat berbagai hal menjadi lebih baik.

Ahli komunikasi lainnya yaitu Joseph A. Devito mendefinisikan

komunikasi massa dalam dua item. Pertama, komunikasi massa adalah

komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa

banyaknya. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh

pemancar-pemancar yang audio dan /atau visual.

II.2.2 Ciri-Ciri Komunnikasi Massa

Adapun yang menjadi karakteristik dari komunikasi massa antara lain:

1) Komunikasi massa berlangsung satu arah

Secara singkat komunikasi massa diartikan dengan komunikasi yang

menggunakan atau melalui media massa, karenanya komunikator dan komunikan

tidak dapat melakukan kontak langsung. Hal inilah yang merupakan kelemahan

dalam komunikasi massa.Komunikator aktif menyampaikan pesan dan komunikan

pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan

dialog sebagaimana yang terjadi dalam komunikasi antarpersona.

2) Komunikator pada komunikasi massa melembaga

Menurut Wright, komunikasi massa melibatkan lembaga. Dan

(46)

dalam proses pembuatan sebuah berita di surat kabar. Adapun prosesnya dimulai

dari seorang komunikator yang menyusun pesan dalam bentuk artikel, apakah atas

keinginannya atau atas permintaan sebuah media massa. Selanjutnya, pesan

tersebut diperiksa oleh penanggung jawab rubrik. Dari penanggung jawab redaksi

diserahkan kepada redaksi untuk diperiksa layak tidaknya pesan itu untuk dimuat

dengan pertimbangan utama tidak menyalahi kebijakan dari lembaga media massa

tersebut. Dari tahap awal sampai kepada proses sampainya berita surat kabar ke

tangan konsumen inilah dinamakanterlembaganya komunikator pada komunikasi

massa.

3) Pesan pada komunikasi massa bersifat umum

Komunikasi massa ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk

sekelompok orang. Oleh karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum.

Pesannya dapat berupa fakta, peristiwa atau opini. Namun, tidak semua fakta dan

peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat dimuat dalam media massa. Pesan

komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus memenuhi kriteria

penting atau menarik bagi sebagian besar komunikan. Kriteria pesan yang penting

dan menarik itu mempunyai ukuran tersendiri. Ada peristiwa yang mempunyai

kategori penting, tetapi hanya penting bagi sekelompok orang. Misalnya, berita

pemilihan Lurah di Kelurahan X Kotamadya Medan dapat dianggap memenuhi

kriteria penting bagi masyarakat setempat, tetapi tidak penting bagi masyarakat di

(47)

4) Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan

Selain kelemahan, komunikasi massa memiliki kelebihan dibandingkan

komunikasi lainnya, yakni jumlah sasaran khalayaknya atau komunikan yang

dicapai relatif besar dan tidak terbatas. Bahkan, komunikan yang banyak tersebut

secara serempak pada wktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula.

Effendy mengartikan keserempakan media massa itu sebagai

keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh

dari komunikator dan penonton tersebut satu sama lain berada dalam keadaan

terpisah.

5) Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen dan anonim

Pada komunikasi antarpersona, komunikator mengenal komunikannya,

sedangkan komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikannya

(anonim) karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka.

Disamping itu, komunikannya terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang

berbeda (heterogen).

6) Komunikasi mengutamakan isi daripada hubungan

Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan sekaligus.

Pada komunikasi antarpersona, unsur hubungan sangat penting. Sebaliknya, pada

komunikasi massa yang terpenting adalah unsur isi. Pada komunikasi

antarpersona, pesan tidak disampaikan secara sistematis ata dengan kata lain

perpindahan dari satu topik ke topik lainnya mengalir begitu saja dan fleksibel.

(48)

bukanlah struktur tetapi aspek hubungan manusia, bukan kepada ‘apanya’ tetapi

pada ‘bagaimana’. Sebaliknya, komunikasi massa lebih menekankan kepada

‘apanya’. Dalam komunikasi massa. Pesan harus disusun sedemikian rupa

berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa

yang akan digunakan.

7) Stimulasi alat indra ‘terbatas’

Ciri komunikasi massa lainnya yang dapat dianggap salah satu

kelemahannya adalah stimulasi alat indra yang ‘terbatas’. Pada komunikasi

antarpersona yang bersifat tatap muka, maka seluruh alat indra pelaku

komunikasi, komunikator dan komunikan, dapat dilakukan secara maksimal.

Kedua belah pihak dapat melihat, mendengar secara langsung, bahkan mungkin

merasa

Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indra bergantung pada jenis media

massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat, pada radio siaran

dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar. Pada media televisi dan film,

kita menggunakan indra penglihatan dan pendengaran.

8) Umpan balik yang tertunda (delayed)

Komponen umpan balik (feedback) merupakan faktor penting dalam

bentuk komunikasi apapun. Efektivitas komunikasi dapat dilihat dari feedback

yang disampaikan oleh komunikan. Dalam komunikasi massa, umpan balik

(49)

II.2.3 FUNGSI KOMUNIKASI MASSA

Lebih dalam lagi mengenai komunikasi masssa yanng diartikan sebagai

kegiatan individu atau kelompok dalam proses tukar-menukar data, fakta dan ide,

maka komunikasi massa juga memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:

a Informasi: kegiatan dalam pengumpulan, penyebaran berita, penyimpanan

data, gambar, fakta, opini sehingga orang bisa mengerti segala sesuatu di luar

dirinya ataupun dalam lingkungannya sehingga dapat mengambil keputusan

yang benar.

b Sosialisasi: memungkinkan orang untuk bersikap dan bertindak sebagai

anggota masyarakat sehingga sadar akan fungsi dan peranan sosialnya dalam

tatanan masyarakat tersebut.

c Motivasi: mendorong orang untuk bertindak dan bersikap dalam mengikuti

kemajuan orang lain melalui apa yang mereka baca, lihat, dan dengar melalui

media massa.

d Bahan diskusi : menyediakan fakta atau saling bertukar informasi yang

diperlukan untuk menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah

publik.

e Pendidikan : membuka kesempatan untuk memperoleh pendidikan secara luas

sehingga mendorong perkembangan intelektual seseorang yang sangat

diperlukan dalam semua bidang kehidupan.

f Memajukan kebudayaan : media massa menyebarluaskan hasil-hasil

kebudayaan melalui pertukaran program siaran radio dan televisi, ataupun

bahan-bahan cetakan. Hal ini berguna untuk pelestarian dan kemajuan

(50)

g Hiburan : media massa menuangkan sifat estetikanya dalam bentuk lagu,

lirik, bunyi, maupun gambar dan bahasa, sehingga mampu membawa orang

pada situasi menikmati hiburan seperti halnya kebutuhan pokok lainnya.

h Integrasi : media massa memungkinkan individu atau kelompok untuk saling

kenal dan menghargai kondisi dan pandangan serta keinginan orang lain.

Komunikasi seperti satelit dapat dimanfaatkan untuk menjembatani

perbedaan-perbedaan itu dalam memupuk dan memperkokoh persatuan

bangsa.

II.3 IKLAN DAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT

II.3.1 Definisi Iklan

Iklan berasal dari bahasa Arab ‘iqlama’, yang dalam bahasa Indonesia

artinya pemberitahuan, sementara kata ‘advertensi’ barasala dari bahasa Inggris

‘advertising’ atau dalam bahasa Belanda ‘advertentie’, sedangkan reklame berasal

dari bahasa Prancis ‘re-klame’ yang berarti berulang-ulang. Sebenarnya semua

istilah diatas mempunyai pengertian yang sama yaitu memberi informasi tentang

suatu barang/jasa kepada khalayak.

Masyarakat periklanan Indonesia mendefinisikan iklan sebagai segala

bentuk pesan tentang suatu produk atau jasa yang disampaikan lewat media,

ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat (khasali, 1993: 28).

Menurut Wright (Liliweri, 1992: 20) bahwa iklan merupakan suatu proses

komunikasi yang mempunyai kekuatan yang sangat penting sebagai alat

pemasaran yang membantu menjual barang, memberikan layanan, serta gagasan

(51)

Pengertian yang diajukan Wright ini mengandung 2 makna, yaitu:

1. Iklan dipandang sebagai alat pemasaran

2. Iklan dalam pengertian proses komunikasi yang bersifat persuasif

Namun keduanya tetap mengandung arti yang sama, yaitu kegiatan

menjual barang, jasa, dan gagasan kepada pihak khalayak.

Sementara itu, iklan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan

sebagai:

1. Berita pesan (untuk mendorong, membujuk) kepada khalayak ramai tenang

benda dan jasa yang ditawarkan.

2. Pemberitahuan kepada khalayak ramai mengenai barang/ jasa yang dijual,

dipasang dalam media massa (Muda, 2006: 263)

II.3.2 Tujuan Iklan

Menurut Renald Khasali, aspek terpenting dalam manajemen adalah

tujuan. Tanpa tujuan yang baik tidaklah mungkin untuk mampu mengarahkan dan

mengendalikan keputusan. Tantangan dalam kegiatan periklanan sekarang ini

adalah membawa konsep manajemen efektif pada proses periklanan. Kunci

terpenting dari semuanya adalah penentuan tujuan. Jadi, hal yang paling mendasar

dalam kegiatan periklanan adalah bagaimana mengkomunikasikan pesan-pesan

dengan cara menarik perhatian khalayak dan mengubah serta mempengaruhi sikap

(52)

Menurut Crowford, tujuan iklan adalah:

1. Menyadarkan komunikan dan memberi informasi tentang suatu barang, jasa,

dan ide.

2. Menimbulkan dalam diri komunikan suatu perasaan suka akan barang, jasa,

ataupun ide yang dapat disajikan dengan memberikan preferensi kepada

mereka.

3. Meyakinkan komunikan akan kebenaran tantang apa yang dianjurkan dalam

iklan dan karenanya menggerakkan untuk berusaha memiliki atau

menggunakan barang atau jasa yang dianjurkan.

II.3.3 Fungsi Iklan

Iklan sebagai teknik penyampaian pesan dalam bidang bisnis yang sifatnya

non personal secara teoritik melaksanakan fungsi-fungsi yang dijalankan media

massa lainnya (Liliweri, 1992: 47). Fungsi-fungsi periklanan antara lain :

1. Fungsi Pemasaran

Fungsi pemasaran adalah fungsi untuk memenuhi pemintaan para pemakai

ataupun pembeli terhadap barang-barang ataupun jasa serta gagasan yang

diperlukan.

2. Fungsi Komunikasi

Fungsi komunikasi adalah semua bentuk iklan memang

mengkomunikasikan melalui media berbagai pesan dari komunikator kepada

komunikan yang terdiri atas sekelompok orang yang menjadi khalayaknya.

Sebagai fungsi komunikasi, ilan berisi cerita mengenai suatu produk sehingga

(53)

3. Fungsi Pendidikan

Fungsi pendidikan merupakan sebagian fungsi komunikasi. Secara khusus

sebenarnya dalam setiap ulasan efek komunikasi maka efek pendidikan lebih

diutamakan. Hal ini disebabkan karena semua orang ingin menghindari

terbentuknya suatu sikap yang negatif.Efek pendidikan atau efek positif yang

diharapkan adalah bisa menumbuhkan pengetahuan dan pandangan tertentu dan

mempunyai intensitas perasaan dan kemudian mengambil keputusan secara

rasional untuk menerima atau menolak pilihan terhadap produk yang ditawarkan

iklan. Efek negatif atau tidak diharapkan adalah akibat terbentuknya sikap yang

berlebihan dan mengakibatkan budaya massa (mass culture). Fungsi yang

terpenting dalam hal ini adalah orang dapat belajar dari suatu iklan yang

dibacanya, ditonton, dan didengar.

4. Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi mempunyai dua keuntungan, baik itu kepada produsen

(pemasang iklan) maupun konsumen (komunikan). Bagi produsen, iklan secara

ekonomis dapat menghemat biaya daripada membayar salesman. Bagi konsumen,

ia dapat mengetahui tempat-tempat penjualan produk terdekat dan terjauh melalui

iklan yang ditontonnya.Namun, keuntungan iklan yang dapat dirasakan adalah

iklan menambah dan merangsang konsumen untuk membeli, akibatnya dapat

meningkatkan produksi dan keuntungan.

5. Fungsi Sosial

Fungsi sosial iklan adalah membantu menggerakkan suatu perubahan standar

hidup yang ditentukan oleh kebutuhan manusia di seluruh bumi. Melalui

(54)

kemudian menningkatkan sikap, afeksi yang positif dan diikuti pelaksanaan nyata

atau tindakan sosial.

II.3.4 Jenis-Jenis Iklan

Jika seseorang berhadapan dengan surat kabar, majalah, radio, dan televisi,

seketika melihat adanya pesan yang menawarkan mengenai keunikan suatu

barang/ melayani suatu jasa, maka kita mengatakan itu adalah iklan. Iklan juga

ada di papan-papan reklame di perempatan ramai dengan lampu-lampu

berwarna-warni, ditempelkan di dinding bis-bis kota, atau dibagikan pedagang asongan

sewaktu lampu merah.

Menurut Bittner dalam bukunya Mass Communication an Introduction

(Liliweri, 1992: 31-32), secara umum ilan terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu:

1) Iklan standar adalah iklan yang ditata secara khusus untuk keperluan

memperkenalkan barang, jasa pelayanan untuk konsumen melalui sebuah

media. Tujuan iklan adalah untuk merangsang motif dan minat para pembeli

atau pemakai. Iklan standar bersifat komersial/ profit.

2) Iklan layanan masyarakat adalah jenis iklan yang bersifat non profit. Iklan ini

tidak mencari keuntungan akibat pemasangannya kepada khalayak. Iklan ini

bertujuan memberikan informasi dan penerangan serta pendidikan kepada

masyarakat dalam rangka mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dan

bersikap positif terhadap pesan yang disampaikan.

Yang dijadikan sebagai objek penelitian disini adalah iklan layanan masyarakat.

(55)

menjual gagasan atau ide untuk kepentingan atau pelayanan masyarakat. Biasanya

pesan dalam iklan layanan masyarakat berupa ajakan, pernyataan, atau imbauan

kepada masyarakat untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan demi

kepentingan umum atau merubah perilaku yang ‘tidak baik’ supaya menjadi lebih

baik, misalnya masalah kebersihan lingkungan, mendorong penghargaan terhadap

perbedaan pendapat, anti narkoba, dan sebagainya.

II.3.5 Pengertian dan Sejarah Iklan Layanan Masyarakat

Menurut Coompton dan Lamb (khasali, 1993: 201) definisi dari iklan

layanan masyarakat adalah “an announcement for which no charge is made and

which promotes programs, activities, or service of federal, state or local

government or the programs, activities, or service of nonprofit organizations and

other announcements regarded as servings community interest, excluding tune

signal, routine weather announcement”

Selanjutnya diterangkan Liliweri (1992: 32) bahwa iklan layanan

masyarakat adalah jenis iklan yang bersifat non profit, yaitu tidak mencari

keuntungan akibat pemasangannya kepada khalayak. Umumnya iklan ini

bertujuan memberikan informasi dan penerangan serta pendidikan kepada

masyarakat dalam rangka pelayanan dengan mengajak masyarakat untuk

berpartisipasi, bersikap positif terhadap pesan yang disampaikan.

Iklan memiliki fungsi yang sama yang diemban media massa, karena iklan

merupakan salah satu teknik dalam menyampaikan pesan kepada khalayak. Di

Gambar

Gambar Sepuluh Komponen Komunikasi
Tabel 3 Usia Responden
Tabel 5 Tingkat Pendidikan
Tabel  9
+7

Referensi

Dokumen terkait

Critical review in oral biology and medicine : Inflamation- induced bone remodeling in periodontal disease and the influence of post menopausal osteoporosis.. Journal of

Hasil yang dicapai pada penelitian ini adalah sebuah sistem yang digunakan untuk membantu perusahaan dalam manajemen penanganan gangguan serta evaluasi tingkat mutu pelayanan

Pada penulisan ilmiah ini Penulis mencoba mengangkat masalah ini yaitu membuat suatu permainan sederhana yang dapat dimainkan oleh siapa saja Program aplikasi ini dibuat

pekerjaan karena harus mengulang dan mengulang pekerjaan untuk mencapai hasil yang benar?. Akan lebih baik jika diteliti terlebih dahulu

• STATISTIKA DESKRIPTIF adalah jenis statistika yang mempelajari tentang metode-metode untuk (1) mengatur, (2) merangkum, dan (3) mempresentasikan data dengan cara yang informatif.

Begitu juga dengan sifat-sifat yang telah disepakati atau kesesuaian produk untuk aplikasi tertentu tidak dapat disimpulkan dari data yang ada dalam Lembaran Data Keselamatan

Data sidik ragam kadar lemak egg replacer dan uji DMRT efek utama pengaruh perbandingan isolat protein kedelai, isolat protein susu, pati jagung, pati kentang,

Jumlah total eksplan yang berhasil tumbuh pada tiap botol kultur Eksplan akar kontrol pada periode ko-kultivasi 5 hari mengalami peningkatan jumlah eksplan pada