• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

C. Definisi Operasional

1. Konflik Antar Orangtua

Konflik antar orangtua berarti suatu bentuk pertikaian yang terjadi

   

karena beberapa sumber pertikaian sehingga tidak terpenuhinya suatu

kebutuhan kehidupan.

Dalam penelitian ini aspek-aspek konflik antara orangtua yang

digunakanuntuk mengukur konflik yang terjadi mengacu pada teori

Gottman dan Declaire (1997), antara lain:

a. Terjadinya kekerasan fisik pada pasangan : pada hubungan antara

suami istri terjadi kekerasan fisik yang bertujuan untuk melukai baik

yang dilakukan suami pada istri maupun sebaliknya. Kekerasan fisik

tersebut contohnya : saling memukul, saling melempar barang,

ataupun saling mendorong.

b. Pelontaran kekerasan secara verbal : pada hubungan suami istri

terjadi kekerasan verbal yang juga bertujuan untuk melukai secara

psikologis baik yang dilakukan oleh suami pada istri, maupun

sebaliknya istri pada suami. Kekerasan verbal yang terjadi dapat

berupa : saling menghina, mengomel, memaki pasangan.

c. Sikap bertahan : sikap membela diri atau melindungi diri dari konflik

yang terjadi antara suami istri. Sikap bertahan tersebut dapat berupa

:saling mempertahankan pendapat yang dianggapnya paling benar.

d. Menarik diri dari interaksi pasangan : sikap untuk menolak atau

menghindari interaksi suami atau istri pada saat konflik sedang

terjadi. Menarik diri dari interaksi pasangan dapat berupa : menolak

berhubungan intim dan tidak memberikan perhatian satu dengan

yang lainnya.

Semakin tinggi skor yang diperoleh berarti menunjukkan semakin

tingginya persepsi anak terhadap konflik yang terjadi dalam hubungan

orangtua, begitu juga sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh

berarti menunjukan semakin rendah persepsi anak terhadap konflik yang

terjadi antar orangtua.

2. Perilaku Agresif

Perilaku agresifberarti perilaku yang dilakukan dengan niat untuk

mencelakai/melukai kepada organisme lain atau objek lain atau bahkan

pada dirinya sendiri dan menimbulkan harapan bahwa tindakan tersebut

akan menghasilkan suatu akibat yang dirasakan oleh individu atau pun

kelompok dengan adanya keinginan korban untuk menghindarinya.

Dalam penelitian ini menggunakan beberapa aspek perilaku agresif

yang mengacu pada teori Krahe (2005). Hal ini dikarenakan aspek

tersebut memiliki aspek yang luas dalam pengukuran perilaku agresif. Di

sisi lain, bentuk-bentuk perilaku agresif menurut teori Buss (dalam

Dayakisni dan Hudaniah, 2003) sudah banyak diteliti oleh beberapa

peneliti. Oleh karena itu, peneliti memilih aspek perilaku agresif menurut

teori Krahe (2005), antara lain :

a. Modalitas respon (Response modality), meliputi apakah subjek menunjukkan perilaku agresif dalam bentuk fisik atau bentuk verbal.

   

Perilaku agresif dalam bentuk fisik adalah tindakan yang dilakukan

untuk menyerang orang atau individu lain baik langsung maupun

tidak langsung pada fisik korban. Contoh: memukul, mendorong,

mencelakai korban, dll.

Perilaku agresifdalam bentuk verbal adalah tindakan yang dilakukan

untuk menyerang orang atau individu lain baik langsung maupun

tidak langsung dengan perkataan. Contoh: menghina, memaki,

mengancam, menyebarkan berita tidak benar, dll

b. Kualitas respon (Response quality), meliputi perilaku agresif yang berhasil mengenai sasaran atau perilaku agresif yang gagal mengenai

sasaran.

Perilaku agresif yang berhasil mengenai sasaran adalah agresivitas

yang dilakukan oleh pelaku berhasil menyakiti korban sasaran. Atau

dengan kata lain, korban merasakan akibat dari perilaku agresif

tersebut.

Kegagalan mengenai sasaran adalah perilaku agresif yang dilakukan

kepada korban sasaran tidak sampai melukai atau merasakan akibat

dari perilaku tersebut.

c. Kesegeraan (Immediacy), meliputi perilaku agresif yang dilakukan individu langsung kepada sasaran atau yang dilakukan melalui

Perilaku agresif langsung adalah tindakan yang dilakukan secara

spontan oleh pelaku agresif saat ia mengalami stimulus yang

membuat perilaku agresif tersebut muncul.

Perilaku agresif tidak langsung adalah tindakan yang dilakukan

pelaku dengan melakukan strategi-strategi terlebih dahulu sebelum

untuk melakukan tindakan tersebut.

d. Visibilitas (Visibility), meliputi perilaku agresif yang tampak dari perilaku individu atau yang tak tampak dari luar namun dirasakan

oleh individu.

Perilaku agresif secara tampak adalah perilaku agresif yang

dilakukan dengan jelas dan tidak dilakukan dengan diam-diam atau

dengan bersembunyi-sembunyi dari korban. Sehingga korban tahu

dengan jelas siapa pelaku dan apa bentuk perilaku tersebut.

Contohnya: kemarahan.

Perilaku agresif yang tidak tampak dari luar adalah pelaku dapat

menyembunyikan kemarahan atau perasaan yang ada, sehingga tidak

terlihat oleh korban.

e. Hasutan (Instigation), meliputi perilaku agresif yang terjadi karena diprovokasi atau yang merupakan tindakan balasan.

Perilaku agresif yang terjadi karena provokasi adalah perilaku

tersebut timbul karena stimulus dari individu lain yang menimbulkan

   

Perilaku balasan adalah adanya keinginan pelaku untuk melakukan

balasan atas apa yang mungkin pelaku rasakan dan alami yang

dilakukan oleh korban.

f. Arah sasaran (Goal direction), meliputi perilaku agresif yang terjadi karena adanya rasa permusuhan kapada sasaran (hostility) atau yang dilakukan karena adanya tujuan lain yang diinginkan (instrumental). Rasa permusuhan adalah adanya keinginan pelaku untuk melakukan

perilaku agresif sebagai alasan untuk membuat suatu hubungan

permusuhan antara pelaku dan korban.

Intrumental adalah perilaku agresif yang dilakukan pelaku adalah

dengan tujuan adanya keinginan untuk memperoleh sesuatu yang

diinginkan. Contoh: keinginan memiliki barang yang dimiliki

korban.

g. Tipe kerusakan (Type of damage), meliputi perilaku agresif yang menyebabkan kerusakan fisik atau yang menyebabkan kerusakan

psikologis pada sasaran agresi.

Kerusakan fisik adalah akibat dari perilaku pelaku tersebut dapat

mengakibatkan kerusakan fisik pada korban. Kerusakan fisik ini

dapat berhubungan dengan bentuk perilaku agresif yang digunakan

seperti perilaku agresif dalam bentuk fisik, maka akan

mengakibatkan kerusakan fisik. Contoh: luka-luka.

Kerusakan psikologis adalah akibat yang timbul dari perilaku agresif

dll. Kerusakan psikologis ini dapat dikarenakan segala bentuk

perilaku agresif, baik fisik maupun verbal.

h. Durasi akibat (Duration of consquences), meliputi perilaku agresif yang menyebabkan kerusakan sementara atau yang menyebabkan

kerusakan jangka panjang.

Kerusakan sementara adalah akibat yang dirasakan hanya sementara

yang ditimbulkan dari perilaku agresif. Contoh: menangis, sedih, dll.

Kesusakan jangka panjang adalah akibat yang dirasakan oleh korban

selama waktu yang lama atau selama-lamanya akibat dari perilaku

agresif tersebut. Contoh: luka berat, frustasi, stres, dll.

i. Unit-unit sosial yang terlibat (Social unit involved), meliputi perilaku agresif yang dilakukan individu atau yang dilakukan secara

berkelompok.

Individu adalah pelaku melakukan agresivitas tersebut tanpa ada

individu lain yang ikut membantu atau menemani.

Berkelompok adalah individu bergabung dengan individu lain untuk

bersama-sama melakukan perilaku agresif tersebut pada korban.

Contoh : tawuran, geng, dll.

Semakin tinggi skor yang diperoleh berarti remaja tersebut

memiliki kecenderungan yang tinggi pada perilaku agresif, demikian juga

sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh berarti remaja tersebut

   

Dokumen terkait