• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

1. Konflik antara PKL bermobil dengan Pedagang di

Konflik yang terjadi di kawasan pasar Klewer ini sudah terjadi

sejak tahun 2003. Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam konflik ini

adalah PKL bermobil yang umumnya berasal dari luar kota Surakarta,

seperti Jepara, Kudus dan Pekalongan dengan pedagang pasar Klewer dan

pedagang pasar Cinderamata. Konflik ini pun juga telah merembet ke

himpunan masing-masing pedagang, seperti HPPK yang merupakan

Himpunan Pedagang Pasar Klewer dan Himpunan Pedagang Taman Parkir

Pasar Klewer (HPTPPK). Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh

Bapak Mudo selaku perwakilan dari UPTD Perparkiran Kota Surakarta:

“sebenarnya konflik yang terjadi disana itu, kalo menurut kami ya

antara PKL bermobil yang berasal dari Pekalongan, Jepara maupun

Kudus dengan pedagang pasar Klewer dan pedagang pasar

Cinderamata. Kalo sepengetahuan kami dulu, pedagang pasar

Klewer itukan ada himpunannya itu, Himpunan Pedagang Pasar

Klewer (HPPK) ya. Kalo di pasar Cinderamata dulu ada yang

namanya Himpunan Pedagang Taman Parkir Pasar Klewer

(HPTPPK). Akhirnya ya, sebenarnya kalo konflik yang terjadi

antara PKL bermobil dan pedagang pasar Klewer dan pedagang

pasar Cinderamata itu karena persaingan usaha trus merembet ke

himpunan.” (wawancara 13 Agustus 2012)

Konflik yang terjadi antara PKL bermobil dengan pedagang di

kawasan Pasar Klewer ini telah terjadi selama kurang lebih 9 tahun.

Konflik ini diakibatkan karena PKL bermobil yang pada mulanya

merupakan distributor barang di pasar Klewer maupun pasar Cinderamata

ikut melayani pembeli secara langsung. PKL bermobil ini tadinya

commit to user

Tetapi setelah PKL bermobil ikut melayani pembeli secara langsung,

mereka menggunakan lahan parkir pasar Cinderamata sebagai tempat

untuk melakukan transaksi jula-beli di atas mobil. Hal inilah yang

menyebabkan pedagang yang ada di pasar terutama pedagang pasar

Cinderamata merasa dirugikan, pasalnya transaksi jual-beli yang dilakukan

oleh PKL bermobil tersebut telah memotong jalur distribusi. Jalur

distribusi yang seharusnya masuk ke pasar Klewer dan pasar Cinderamata

terlebih dahulu baru ke tangan konsumen tetapi karena distributor juga ikut

melayani pembeli, barang dari distributor bisa langsung ke konsumen.

Adanya pemotongan jalur distribusi ini menyebabkan harga barang yang

ditawarkan pun relatif lebih murah, inilah yang menyebabkan banyak

bakul yang beralih membeli barang langsung kepada distributornya. Hal

ini sependapat dengan pendapat dari Bapak Ahmad Fathoni selaku

Sekretaris Himpunan Pedagang Taman Parkir Pasar Klewer (HPTPPK)

yang mengatakan bahwa:

“pedagang yang ada di kios ini merasa dipotong atau dirugikan atas

aksi jual-beli di mobil itu. Jadi, aksi jual-beli di mobil itu, transaksi

jual-beli itu memotong distribusi. Yang seharusnya mereka

mengirim barang dari Pekalongan dan Jepara itu masuk ke pasar

dan ke toko-toko kemudian dia melakukan jual-beli di mobilnya

dia itu. Ini yang menyebabkan pedagang yang di toko itu dirugikan,

seperti itu. Awalnya ya mereka itu menjadi distributor, mereka

mengirimkan barang menggunakan alat transportasi mobil itu

dikirim ke pasar Klewer & pasar Cinderamata. Kemudian mereka

melihat...jadi gini, ini kan di pasar Cinderamata ini kan bentuk

parkir atau parkirnya kan memang luas kan. Kebetulan mereka

yang datang dari Pekalongan ke sini itu menggunakan lahan parkir

di area pasar Cinderamata untuk tempat parkir mereka. Jadi,

otomatis karena mereka parkir di lahan parkir pasar Cinderamata

ini mereka melihat transaksi atau melihat bakul-bakul yang

commit to user

melakukan transaksi di toko-toko itu. Nah, kemudian mereka

langsung menawarkan langsung ke bakul-bakul itu. Selanjutnya,

mereka kemudian ya itu yang seharusnya mereka mengirim barang

ke toko tapi ini mereka transaksi langsung dengan bakul, itu alasan

pertama. Yang kedua, dari pihak bakulnya sendiri, mereka juga

proaktif kesana. Oh ternyata, barang yang dikirim ke toko itu

berasal dari mobil itu, gitu dan kemudian mereka transaksi di sana.

Dan disana ternyata memang lebih murah. Nah, ketika mereka

sudah merasakan lebih murah, mereka kontinyu ke situ. Dan ini

berjalan sudah bertahun-tahun.” (wawancara 1 Agustus 2012)

Gambar 4.4

Transaksi yang dilakukan oleh PKL bermobil

Selain itu, konflik yang terjadi antara PKL bermobil dengan

pedagang di kawasan pasar Klewer juga diakibatkan karena PKL bermobil

telah melakukan pelanggaran terhadap peraturan-peraturan yang ada di

Kota Surakarta. Pelanggaran-pelanggaran tersebut diantaranya adalah

pelanggaran terhadap Undang-undang No. 22 Tahun 2009, pelanggaran

terhadap Perda No. 7 Tahun 2004, pelanggaran terhadap Perda Kota

Surakarta No. 3 Tahun 2008 dan pelanggaran terhadap Perda No. 1 Tahun

commit to user

Jalan, setiap kendaraan bermotor yang dioperasikan di jalan harus

memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan, persyaratan teknis di sini

maksudnya adalah rancangan teknis kendaraan harus sesuai dengan

peruntukannya (pasal 48). Hal ini tidak sesuai dengan yang dilakukan oleh

PKL bermobil karena banyak diantara PKL bermobil yang menggunakan

mobil mini bus yang seharusnya digunakan untuk mengangkut orang tetapi

digunakan untuk mengangkut barang dan digunakan untuk melakukan

transaksi perdagangan.

Sedangkan menurut Perda Kota Surakarta No. 7 Tahun 2004

tentang Penyelenggaraan Tempat Khusus Parkir, tempat khusus parkir

adalah tempat yang secara khusus disediakan oleh Pemerintah Daerah,

baik yang dikelola sendiri atau di kerjasamakan pihak ketiga yang meliputi

pelataran, lingkungan, taman atau gedung parkir yang disediakan untuk

fasilitas tempat khusus parkir kendaraan (pasal 1). Berdasarkan Perda

tersebut, PKL bermobil yang ada di kawasan parkir Pasar Cinderamata

maupun di Alun-alun Utara Kota Surakarta tidak diizinkan untuk

melakukan aktivitas jual-beli di mobil pada area parkir. Hal ini

dikarenakan tempat khusus parkir hanya boleh digunakan untuk parkir.

Selain itu, PKL bermobil juga melanggar Perda Kota Surakarta No. 3

Tahun 2008 tentang Pengelolaan Pedagang Kaki Lima (PKL). Di dalam

Perda tersebut disebutkan bahwa setiap orang dilarang melakukan

transaksi perdagangan dengan PKL pada fasilitas-fasilitas umum yang

commit to user

itu, berdasarkan pasal 6 Perda No. 3 Tahun 2012 disebutkan bahwa setiap

orang yang melakukan usaha PKL pada fasilitas umum yang ditetapkan

dan dikuasai oleh Pemerintah wajib memliki Ijin Penempatan yg

dikeluarkan oleh Walikota. PKL bermobil jelas telah melakukan

pelanggaran terhadap Perda ini karena PKL bermobil melakukan transaksi

jual-beli di lahan parkir dan lahan parkir merupakan fasilitas umum. PKL

bermobil juga tidak memiliki Ijin Penempatan dari Walikota Surakarta.

Dalam Perda ini juga telah disebutkan bahwa pelanggaran terhadap

ketentuan ini akan dikenakan sanksi pidana kurungan 3 bulan dan/ atau

denda sebanyak-banyaknya Rp 5.000.000,- (pasal 16 Perda No. 3 Tahun

2008).

PKL bermobil juga dianggap melakukan pelanggaran terhadap

Perda No. 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar

Tradisional. Menurut pasal 1 Perda No. 1 Tahun 2010, pedagang pasar

adalah orang atau badan hukum yang melakukan kegiatan dengan menjual

dan/atau membeli barang dan/atau jasa yang menggunakan pasar sebagai

tempat kegiatannya. Hal ini berbeda dengan yang dilakukan oleh PKL

bermobil. Dalam melakukan transaksi jual-beli, PKL bermobil tidak

menggunakan kios maupun toko yang berada di dalam pasar tetapi PKL

bermobil berdagang dengan menggunakan mobil dan dilakukan di area

parkir. Bapak Ahmad Fathoni juga mempunyai pendapat yang sama:

“Mereka kan melanggar aturan, aturan yang dilanggar kan Perda

No 1 Tahun 2010 tentang pengelolaan dan perlindungan pasar

tradisional. Yang kedua, Perda tentang UPTD Perparkiran, tentang

commit to user

parkir, kemudian Undang-undang tentang lalu lintas karena mereka

kan menggunakan minibus, angkutan orang digunakan untuk

angkutan barang, itu kan melanggar aturan lalu lintas. Jadi

pelanggaran mereka itu banyak, bahkan yang keempat mereka

melanggar aturan tentang cagar budaya. Alun-alun utara Kota

Surakarta itu kan termasuk cagar budaya, digunakan untuk parkir.

Apakah itu dibolehkan? Itu pelanggarannya sudah banyak, tetapi

tidak ada upaya yang keras terhadap pelanggaran-pelanggaran itu

dari Pemerintah Kota atau dari pemangku undang-undang dan

perda itu.” (wawancara 1 Agustus 2012)

Dari pihak Pemerintah Kota Surakarta sendiri, peraturan-peraturan

yang digunakan sebagai dasar dalam melakukan penertiban PKL bermobil

adalah Perda No. 7 Tahun 2004, Perda Kota Surakarta No. 3 Tahun 2008

Perda No. 1 Tahun 2010. Upaya penertiban yang dilakukan oleh

Pemerintah Kota Surakarta rutin dilaksanakan setiap Senin dan Kamis.

Upaya penertiban ini dilakukan agar para PKL tidak lagi melakukan

transaksi jual-beli dengan menggunakan mobil di area pasar Klewer.

Penertiban ini dilakukan untuk melindungi keberadaan pedagang maupun

pasar tradisional dan untuk menciptakan kenyamanan dan ketertiban di

kawasan pasar Klewer. Upaya penertiban yang dilakukan oleh Pemkot

Surakarta ini melalui beberapa tahap, yaitu pertama adalah dengan

melakukan sosialisasi terkait peraturan-peraturan yang berlaku di Kota

Surakarta. Setelah Pemkot Surakarta melakukan sosialisasi, upaya

selanjutnya yang dilakukan oleh Pemerintah adalah pengawasan. Pemkot

Surakarta akan melakukan pengawasan terhadap aktivitas dari PKL

bermobil dan apabila PKL bermobil masih bertahan di kawasan pasar

Klewer dan masih melakukan transaksi jual-beli maka Pemkot Suarakarta

commit to user

dengan Perda yang berlaku. Hal ini seperti yang telah diungkapkan oleh

Bapak Subagyo selaku Kepala Dinas DPP Kota Surakarta bahwa:

“Pemkot Surakarta kan punya Perda, Perda Pasar, Perda PKL,

Perda Perparkiran. Perda-perda ini yang membingkai Pemerintah

untuk mengingatkan mereka, karena PKL kan dilarang berjualan di

fasilitas umum. Tempat parkir hanya dikhususkan untuk parkir dan

pasar adalah tempat untuk berjualan (tempat bertemunya pembeli

dan penjual). Inilah yang kita sosialisasikan kepada mereka. Selain

sosialisasi, kami juga melakukan edaran. Langkah pertama adalah

sosialisasi kemudian kita memberikan surat edaran (peringatan)

dan yang terakhir adalah kita melakukan pengawasan dan

penindakan. Dalam melakukan penertiban ini, mereka kita jerat

dengan Perda No. 1 tahun 2010 dengan ancaman hukuman yaitu

denda setinggi-tingginya 50 juta atau kurungan 3 bulan.”

(wawancara 7 Agustus 2012)

Meskipun Pemerintah Kota Surakarta sudah melakukan penertiban

secara rutin kepada PKL bermobil namun upaya yang dilakukan oleh

Pemkot Surakarta ini tidak begitu membuahkan hasil. Pasalnya PKL

bermobil hanya pindah lokasi dalam melakukan aktivitasnya. PKL yang

tadinya melakukan transaksi di lahan parkir pasar Cinderamata, sekarang

telah pindah ke Alun-alun Utara Keraton Kota Surakarta. Pindahnya lokasi

yang digunakan oleh PKL bermobil ini tidak terlepas dari penertiban yang

rutin digelar oleh Satpol PP dan satpam pasar. Hal ini sependapat dengan

pernyataan dari perwakilan Batik Najwa yang merupakan salah satu PKL

bermobil asal Pekalongan:

“kalo di kawasan parkir pasar Cinderamata kan dilarang sama

Satpol PP, security mbak. Tapi kalo di Alun-alun Utara sini kan

penertibane ndak begitu ketat. Kalo di sana kan ketat.” (wawancara

17 September 2012)

commit to user

Penertiban yang dilakukan oleh Satpol PP dan satpam pasar ini

merupakan salah satu upaya Pemkot Surakarta dalam hal ini adalah DPP

Kota Surakarta untuk membuat jera PKL bermobil. Dalam melakukan

penertiban ini, Pemerintah melandaskan pada proses non-yustisi untuk

menghindari konflik yang lebih destruktif. Proses non-yustisi yang

dilakukan oleh Pemkot Surakarta ini memiliki beberapa tahapan, yaitu:

tahap pertama adalah dengan melakukan pendekatan normatif yakni

Pemkot Surakarta memberikan aturan-aturan terkait pelanggaran yang

dilakukan oleh PKL bermobil, seperti Undang-undang No. 22 Tahun

2009, Perda No. 7 Tahun 2004, Perda Kota Surakarta No. 3 Tahun 2008

dan Perda No. 1 Tahun 2010. Tahap kedua adalah pendekatan sosiologis,

dimana Pemkot Surakarta memberikan sosialisasi kepada PKL bermobil

terkait aturan-aturan yang telah dibuat dan peraturan-peraturan yang

berlaku di Kota Surakarta. Dan yang ketiga adalah pendekatan yudikatif,

di sini Pemkot Surakarta akan memberikan peringatan, teguran bahkan

bisa berujung pada penyitaan dan penerapan denda maupun kurungan

terhadap PKL yang tetap melakukan pelanggaran. Hal ini sesuai dengan

yang disampaikan oleh Bapak Subagyo selaku Kepala DPP Kota

Surakarta:

“Pemerintah melandaskan pada proses non-yustisi artinya dengan

pendekatan-pendekatan, aturan (pendekatan normatif), pendekatan

sosiologis dan pendekatan yudikatif. Jadi ada tahapannya, tahap

pertama kita melakukan pendekatan normatif, memberikan aturan

seperti Perda kemudian kita melakukan pendekatan sosiologis, kita

melakukan komunikasi sosialisasi kemudian ketiga kita melakukan

pendekatan yudikatif. Sebenarnya pemerintah sudah bisa kalau

commit to user

misalnya kalau melanggar langsung memanggil polisi dan

kemudian ditangkap. Apakah cara seperti ini bisa efektif tatkala

hanyan menangkap orang dan memperkarakan di pengadilan?

Tidakkah orang itu tatkala diperlakukan seperti itu, tidak ada rasa

dendam, rasa jengkel? Apakah mereka menyadari menerima

kondisi itu? Iyakan? Iya gak? Baru begini saja sudah dibawa ke

pengadilan, wis dijatuhi hukuman percobaan kurungan 2 bulan

misalkan.” (wawancara 7 Agustus 2012)

Gambar 4.5

PKL bermobil yang sedang mewarkan barang dagangannya

Upaya lain yang dilakukan oleh Pemkot Surakarta untuk mengatasi

PKL bermobil yang kini berada di Alun-alun Utara adalah dengan

memberikan surat edaran kepada PKL bermobil yang masih melakukan

transaksi jual-beli. Surat edaran yang berisi larangan bagi PKL bermobil

tersebut telah diberikan Pemkot Surakarta pada tanggal 6 Agustus 2012

kemarin. Surat edaran tersebut berisi pelanggaran-pelanggaran yang

dilakukan oleh PKL bermobil dan sanksi yang akan diterima apabila PKL

tetap bandel. Surat larangan yang diterbitkan oleh Sekertaris Daerah

commit to user

bermobil. PKL bermobil boleh berada di kawasan pasar Klewer tetapi

hanya sebagai pemasok barang di pasar Klewer maupun pasar

Cinderamata. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Ibu Sularti selaku

Sekertaris dari Satpol PP Kota Suarakarta:

“ya kemarin, kami sudah turun ke lapangan..hari ini di koran

Solopos juga sudah ada. Jadi Satpol PP akan bertindak tegas kalo

masih ada pedagang bermobil yang nekat karena sudah diberi surat

peringatan. Surat peringatan juga sudah diberikan per orang.”

(wawancara 7 Agustus 2012)

Hal yang sama juga dipaparkan oleh Eko Nugroho yang merupakan

Kepala Bidang PKL DPP Kota Surakarta yang menyatakan bahwa DPP

Kota Surakarta akan bertindak tegas terhadap keberadaan pedagang kaki

lima (PKL) bermobil di Pasar Klewer dan Alun-alun Utara Keraton

Kasunanan serta di tikungan jalan di depan pasar Cinderamata. Lebih

lanjut, Kepala Bidang PKL DPP Kota Surakarta menjelaskan bahwa:

“Kemarin kita bersama Dishubkominfo, UPTD Parkir dan Satpol

PP sudah melakukan sosialisasi dan teguran langsung kepada para

pedagang bermobil tersebut. Mulai Kamis tanggal 9 Agustus,

Satpol PP akan melakukan penindakan. Yang berwenang

melakukan penindakan adalah Satpol PP karena itu memang

wewenang mereka. Yang pasti pedagang bermobil tidak boleh

berada di situ. Kalau hanya parkir silahkan, tetapi jika bertransaksi

maka itu tidak boleh.” (timlo.net, 8 Agustus 2012)

Surat edaran yang diberikan kepada PKL bermobil ini dilakukan

oleh Pemerintah Kota Surakarta. Dalam hal ini adalah DPP Kota Surakarta

yang bekerja sama dengan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota

commit to user

Surakarta dan UPTD Perparkiran Kota Surakarta. Pendapat ini diutarakan

oleh Kepala DPP Kota Surakarta:

“Jadi gini mbak, yang memberikan surat edaran ini adalah

Pemerintah Kota Surakarta. Jadi Dinas Pasar, Satpol PP, kemudian

Dinas Perhubungan, UPTD Perparkiran kemudian kita dibantu

Polisi, itu semua atas nama Pemerintah Kota. Kemudian tatkala

Satpol PP kemarin ke lapangan itu tidak Satpol PP tapi timnya

Pemerintah Kota. Jadi, kemarin itu ada Satpol PP, ada DPP

juga...lha edaran itu adalah edaran yang diberikan oleh Pemerintah

Kota kepada pedagang karena kamu berjualan di atas mobil, karena

melanggar Perda-perda dan Undang-undang yang ada tadi.

(wawancara 7 Agustus 2012)”

Gambar 4.6

Kepala Satpol PP ketika melakukan penertiban PKL bermobil di

areal parkir sekitar Pasar Klewer

Surat edaran yang diberikan Pemkot Surakarta merupakan larangan

bagi PKL bermobil untuk berdagang di area parkir Alun-alun Kota

Surakarta, area pasar Cinderamata dan area pasar Klewer Surakarta.

Berdasarkan surat edaran tersebut, apabila masih ada PKL yang melanggar

maka akan dikenakan sanksi pidana kurungan selama-lamanya 3 bulan

commit to user

Lebih lanjut, Bapak Subagyo menjelaskan bahwa di dalam

melaksankan surat edaran tersebut, terdapat beberapa tahapan yang

memang harus dilakukan oleh Pemkot Surakarta. Tahapan-tahapan yang

dilakukan oleh Pemkot Surakarta menurut Bapak Subagyo adalah:

“jadi begini, kita ada tahapannya...tahapan sosialisasi, dengan

memberikan edaran itu kemudian tahapan sosialisasi dengan

menegur/teguran kemudian juga ada tahapan peringatan. Dan

waktunya ada, kita berikan waktu satu minggu untuk sosialisasi,

satu minggu untuk peringatan. Setelah peringatan, nanti muncul

surat peringatan1, 2, 3 nanti kita tindak. Terkait dengan teguran

yang diberikan, kita memberikan teguran tertulis. Kalau ini untuk

pertama itu kita memberikan teguran lisan sambil melakukan

sosialisasi. Lha nanti ketika sudah, kita kan sudah ada

waktunya,..sosialisasi 1 minggu, peringatan 1 minggu 1, 2, 3 lalu

nanti kita tangkep. (wawancara 7 Agustus 2012)”

Dalam melakukan penertiban ini, Satpol PP akan bertindak tegas

dengan melakukan penyitaan terhadap barang dagangan milik PKL

bermobil apabila PKL bermobil tidak menggubris surat edaran yang telah

diberikan oleh Pemkot Surakarta. Lebih lanjut, Bapak Sutardjo selaku

Kepala Satpol PP Kota Surakarta menjelaskan mekanisme penyitaan yang

akan dilakukan oleh Satpol PP:

“Kalau surat peringatan sudah diberikan hingga tiga kali dan masih

tidak juga dibubris, tak ada pilihan lain selain semua dagangan

disita. Pedagang bermobil boleh saja ada di area pasar klewer tetapi

hanya untuk bongkar muat barang, yang dilarang adalah apabila

pedagang bermobil melakukan transaksi dagang di areal parkir.”

(krjogja.com, 6 Agustus 2012)

Upaya penertiban dan pemberian surat larangan kepada PKL

bermobil belum mampu menyelesaikan permasalahan PKL bermobil ini.

commit to user

terkesan kurang tegas dalam menghadapi PKL bermobil. Menurut mereka,

upaya yang dilakukan Pemkot Surakarta tidak dilakukan dengan tegas dan

tidak dilakukan dengan pemberian sanksi yang tegas pula. Hal ini sesuai

dengan yang disampaikan oleh Bapak Kusbani selaku Humas dari

Himpunan Pedagang Pasar Klewer (HPPK):

“Lha ini kembali lagi saya tegaskan supaya ada ketegasan dari

pemerintah. Tidak tegasnya pemerintah itu seperti penegakan

aturan, perda-perda yang harus ditegakkan. Sudah ada perda, sudah

ada sanksi yang mengatur, itukan tinggal dilaksankan saja.

Sekarang saya ambil contoh, umpamanya taman parkir, ketegasan

UPTD Perparkirannya apa? UPTD Perarkiran bagaimana

menertibkan mereka, kalo memang mobil itu untuk dagang ya

harus di luar taman parkir. Alun-alun itukan juga taman parkir,

sebagai lahan parkir. Kenapa nyatanya sampai sekarang kalo itu

bukan taman parkir kok digunakan untuk parkir. Berarti kan itu

taman parkir juga.” (wawancara 2 Agustus 2012)

Selain karena kurang tegasnya Pemerintah Kota Surakarta dalam

melakukan penertiban dan pemberian sanksi kepada PKL bermobil,

kendala yang lain adalah karena PKL bermobil selalu “kucing-kucingan”

dengan Satpol PP maupun satpam pasar yang sedang melakukan

penertiban. PKL bermobil akan menutup dagangannya ketika Satpol PP

atau satpam pasar sedang melakukan penertiban rutin atau mereka akan

berdalih bahwa mereka akan mengirimkan ke dalam pasar. Tetapi ketika

Satpol PP atau satpam pasar sudah tidak ada, mereka akan kembali

membuka dagangannya kembali. Selain itu, pedagang pasar baik tiu

pedagang pasar Klewr maupun pedagang pasar Cinderamata lebih

mengandalkan Pemerintah Kota Surakarta dalam menyelesaikan konflik

commit to user

dapat menyelesaikan konflik ini. Hal ini diutarakan oleh Bapak Ahmad

Fathoni selaku Sekertaris HPTPPK:

“mereka itu modelnya kucing-kucingan mbak. Jadi mereka datang

ke area parkir, kalo ada satpam yang keliling, mereka tutup semua

dan kalo satpamnya kembali ke pos, mereka buka semua. Trus

sekarang mereka juga menggunkan teknologi informasi kayak hp,

tidak perlu buka, mereka tinggal telpon-telponan dengan bakul,

kemudian pindah barang aja dari mobil ke mobil. Penyelesaian

konflik yang paling efektif antara PKL bermobil dengan pedagang

toko itu ya melalui pemerintah, Pemerintah Kota dalam hal ini

DPP. Pemerintah kan sudah punya Perda, sudah ada sanksi yang

mengatur juga, ya Pemerintah harus bisa tegas dalam menertibkan

PKL ini.” (wawancara 1 Agustus 2012)

Konflik yang terjadi di kawasan pasar Klewer antara PKL bermobil

dengan pedagang pasar juga sulit diselesaikan karena PKL-PKL yang ada

di kawasan pasar Klewer selalu ganti-ganti. Ketika sudah dilakukan

penertiban terhadap PKL bermobil dan mereka sudah tidak melakukan

transaksi di atas mobil tetapi PKL-PKL baru banyak yang datang dan

melakukan transaksi jual-beli. Hal inilah yang menyebabkan penertiban

Dokumen terkait