• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESOLUSI KONFLIK BERBASIS COMMUNITY GOVERNANCE (Studi Deskriptif Kualitatif di Kawasan Pasar Klewer Kota Surakarta)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "RESOLUSI KONFLIK BERBASIS COMMUNITY GOVERNANCE (Studi Deskriptif Kualitatif di Kawasan Pasar Klewer Kota Surakarta)"

Copied!
167
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

RESOLUSI KONFLIK BERBASIS

COMMUNITY GOVERNANCE

(Studi Deskriptif Kualitatif di Kawasan Pasar Klewer Kota Surakarta)

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Pada Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh:

KUSNIA RATIH APRILIA SAFITRI

D0108075

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan Judul

RESOLUSI KONFLIK BERBASIS

COMMUNITY GOVERNANCE

(Studi Deskriptif Kualitatif di Kawasan Pasar Klewer Kota Surakarta)

Telah Disetujui untuk Dipertahankan Penguji Skripsi

Jurusan Ilmu Administrasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Tanggal : 22 Oktober 2012

Mengetahui,

Pembimbing Skripsi

Drs. Sudarmo, M.A, Ph.D

(3)

commit to user

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui dan disahkan oleh Panitia Penguji Skripsi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Pada Hari

:

Tanggal

:

Panitia Penguji :

1.

Drs. H. Marsudi, M.S

.

(_____________________)

NIP. 195508231983031001

Ketua

2.

Faizatul Ansoriyah, S.Sos, M.Si

(_____________________)

NIP. 198203042008122003

Sekretaris

3.

Drs. Sudarmo, M.A, Ph.D.

(_____________________)

NIP. 196311011990031002

Penguji

Mengetahui,

Dekan

Fakultas ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

(4)

commit to user

MOTTO

“Keber

hasilan tidak akan datang pada orang-orang yang hanya menunggu tanpa

melakukan usaha apapun

(Mario Teguh)

“Kesuksesan ibarat tangga darurat, kita harus menaiki anak tangga satu per satu

untuk mencapai kesuksesan itu”

(Dedy Corbuzier dalam Hitam Putih)

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya

( Potongan ayat QS. Al-Baqarah : 286)

(5)

commit to user

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya kecil ini aku persembahkan kepada:

Suprapti (Almh),

my lovely mom

, kau adalah inspirasiku, semangatku,

motivasiku dan juga panutanku. Tak lupa pula

my lovely dad

, Khusnul Yakin.

Terima kasih atas semua doa, bimbingan, nasehat, kasih sayang, cinta kasih,

dan pengorbanan yang telah kalian berikan selama ini. Kalian adalah inspirasi

dan penyemangat hidupku.

Kusniawan dan Lathifah Puteri Kusuma Wardani, terima kasih karena kalian

selalu ada untukku di saat suka maupun duka. Terima kasih untuk dukungan

yang tidak henti-hentinya kalian berikan kepadaku.

Ade Mayangsari (Almh), terima kasih atas waktu-waktu yang berharga.

Terima kasih karena sudah berjuang bersamaku, perjuangan dan kisah

hidupmu adalah motivasi terbesarku.

Terima kasih untuk sahabat-sahabatku yang telah memberikan hari-hari yang

tak akan terlupakan. Terima kasih karena selalu ada dan selalu memberikan

(6)

commit to user

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil‟alamin segala puji dan syukur penulis panjatkan

kehadirat ALLAH SWT, yang senantiasa memberi petunjuk dan karunia-Nya,

sehingga penulis memperoleh kemudahan untuk menyelesaikan skripsi yang

berjudul:

RESOLUSI KONFLIK BERBASIS

COMMUNITY GOVERNANCE

(Studi Deskriptif Kualitatif di Kawasan Pasar Klewer Kota Surakarta)

”.

Skripsi

ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak lepas dari kesulitan dan

hambatan, namun berkat dorongan, masukan, bimbingan, pengarahan dan bantuan

dari berbagai pihak maka penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini

dengan baik. Dengan segala kerendahan penulis menyampaikan ucapan terima

kasih kepada:

1.

Bapak Drs. Sudarmo, M. A, Ph. D, selaku pembimbing skripsi yang dengan

sabar telah memberikan pengarahan dan bimbingan.

2.

Ibu Dra. Retno Suryawati, M.Si, selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan bimbingan akademis kepada penulis.

3.

Bapak dan Ibu Dosen Ilmu Administrasi Negara FISIP UNS yang telah

memberi bekal ilmu kepada penulis.

4.

Bapak Ahmad Fathoni, selaku Sekretaris Himpunan Pedagang Taman Parkir

Pasar Klewer (HPTPPK) yang telah memberikan ijin dalam penelitian.

5.

Bapak Ir. H. Kusbani, selaku Humas Himpunan Pedagang Pasar Klewer

(HPPK) yang telah memberikan ijin dalam penelitian.

6.

Bapak Drs. Subagyo, MM selaku Kepala Dinas Pengelola Pasar Kota

Surakarta yang telah memberikan ijin dalam penelitian.

7.

Bapak Mudo Prayitno, S. Si, T selaku perwakilan dari Unit Pelaksana Teknis

Daerah Perparkiran Kota Surakarta yang telah memberikan ijin dalam

(7)

commit to user

8.

Ibu Dra. Sularti, MM selaku Sekertaris Satuan Polisi Pamong Praja Kota

Surakarta yang telah memberikan ijin dalam penelitian.

9.

Semua pihak yang telah turut membantu penulis dalam menyelesaikan

tugas akhir ini.

Semoga Alloh SWT menerima serta memberikan balasan atas segala

kebaikan yang Bapak, Ibu, dan Saudara berikan kepada kami.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun, penulis nantikan dan terima

dengan senang hati. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada

umumnya dan penulis, juga Pemerintah Kota Surakarta maupun pihak-pihak yang

sedang berkonflik pada khususnya.

Surakarta, 22 Oktober 2012

(8)

commit to user

DAFTAR ISI

COVER SKRIPSI

………

i

HALAMAN PERSETUJUAN

………

ii

HALAMAN PENGESAHAN

……….

iii

MOTTO

………...

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

………..

v

KATA PENGANTAR

……….

vi

DAFTAR ISI

………...

viii

DAFTAR TABEL

………...

x

DAFTAR GAMBAR

………..

xi

ABSTRAK

………...

xii

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

………

1

B.

Rumusan Masalah

……….

11

C.

Tujuan Penelitian

………..

11

D.

Manfaat Penelitian

………...

12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.

KAJIAN TEORI

………

13

1.

Konflik

………

13

2.

Manajemen Konflik

………

31

3.

Resolusi Konflik

……….

37

4.

Community Governance

……….

46

5.

Resolusi Konflik berbasis

Community Governance

…...

60

B.

KERANGKA BERPIKIR

……….

68

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A.

Jenis Penelitian

………..

72

B.

Lokasi Penelitian

………

72

(9)

commit to user

D.

Teknik Pengambilan Sampel

……….

73

E.

Teknik Pengumpulan Data

………

74

F.

Analisis Data

……….

77

G.

Validitas Data

………

78

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.

DESKRIPSI LOKASI

………

79

1.

Pasar Klewer

………...

79

2.

Himpunan Pedagang Pasar Klewer (HPPK)

…………..

87

B.

PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

………...

88

1.

Konflik antara PKL bermobil dengan Pedagang di

Kawasan Pasar Klewer Kota Surakarta

………..

89

2.

Resolusi Konflik-

Community Governance

dalam

Penyelesaian Konflik antara PKL Bermobil dengan

Pedagang di Kawasan Pasar Klewer

………....

103

3.

Faktor-faktor Penghambat dalam Penerapan

Resolusi Konflik-

Community Governance

……….

140

BAB V PENUTUP

A.

KESIMPULAN

………...

149

B.

SARAN

………...

152

DAFTAR PUSTAKA

………..

154

(10)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1

Konflik sebagai Sistem Sosial

………

14

Tabel 4.1

Persebaran Kios di Pasar Klewer

………

84

Tabel 4.2

Jenis Dagangan Pedagang Oprokan di Pasar Klewer

………….

85

(11)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus Konflik Konstruktif

………..

24

Gambar 2.2

Siklus Konflik Destruktif

……….

25

Gambar 2.3

Kerangka Gaya Manajemen Konflik Thomas dan

Kilmann (1974)

………

37

Gambar 2.4

Model

Kerangka Pemikiran Penelitian ……… 71

Gambar 4.1

Gapura Masuk Pasar Klewer

………

80

Gambar 4.2

Pasar Klewer

………

81

Gambar 4.3

Suasana di dalam Pasar Klewer

………...

82

Gambar 4.4

Transaksi yang Dilakukan oleh PKL Bermobil

………...

91

Gambar 4.5

PKL Bermobil yang sedang Mewarkan Barang

Dagangannya

………...

97

Gambar 4.6 Kepala Satpol PP Sutardjo Melakukan Penertiban

PKL Bermobil di Areal Parkir sekitar Pasar Klewer

…………

99

Gambar 4.7

PKL bermobil di Alun-alun Utara Keraton Surakarta

……….

109

Gambar 4.8

Mobil yang Menggunakan Stiker AM

……….

123

(12)

commit to user

ABSTRAK

Kusnia Ratih Aprilia Safitri, D0108075,

Resolusi Konflik berbasis

Community Governance

(Studi Deskriptif Kualitatif di Kawasan Pasar

Klewer)

”.

Skripsi, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2012, 159 halaman.

Konflik di kawasan pasar Klewer merupakan konflik yang terjadi antara

PKL bermobil dengan pedagang di kawasan Pasar Klewer. Konflik ini terjadi

akibat adanya perebutan sumber daya yang terbatas yaitu konsumen atau pembeli

di kawasan Pasar Klewer. Konflik ini bermula ketika PKL bermobil yang

merupakan distributor barang di Pasar Klewer maupun Pasar Cinderamata ikut

melayani pembeli secara langsung. PKL bermobil yang berasal dari Pekalongan,

Jepara, Kudus dan Pemalang ini menggunakan area parkir pasar Cinderamata

untuk berjualan. Hal ini memicu protes keras yang dilakukan oleh pedagng pasar

Klewer dan pedagang pasar Cinderamata. Berbagai upaya yang dilakukan oleh

Pemerintah Kota Surakarta seperti penertiban, pemasangan spanduk dan

pemberian surat edaran yang berisi larangan berjualan bagi PKL bermobil belum

membuahkan hasil yang signifikan. Hal inilah yang mendasari penulis untuk

melakukan penelitian mengenai penerapan resolusi konflik berbasis

community

governance

dalam penyelesaian konflik antara PKL bermobil dengan pedagang di

kawasan pasar Klewer serta untuk mengkaji faktor-faktor penghambat dalam

penerapan resolusi konflik berbasis

community governance

.

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dengan

teknik pengumpulan sampel adalah

purposive sampling

. Teknik pengumpulan

data yang digunakan adalah wawancara, observasi, metode dokumenter dan

metode penulusuran data online. Teknik analisis data dengan cara analisa data

efektif yaitu reduksi data, penyajian data dan verifikasi data, validitas data yang

digunakan adalah triangulasi.

(13)

commit to user

ABSTRACT

Kusnia Ratih Aprilia Safitri, D0108075,

Resolusi Konflik berbasis

Community Governance

(Studi Deskriptif Kualitatif di Kawasan Pasar

Klewer)

”.

Skripsi, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2012, 159 halaman.

Conflicts occur in Klewer traditional market are conflicts that happen

between the street vendors that use their car with thenative traders in the Klewer

traditional market area. The conflicts was the result of a limited competition over

resources is the consumer or buyer in the Klewer traditional market area. The

conflicts arose since the street vendors, which were originally as distributors of

goods in the area, also participated to serve the customers directly. They, who

came from outside Solo such as Pekalongan, Jepara, Kudus, and Pemalang, took

parking area of the market to run the business. This sparked a serial of serious

protests by the native traders. Various efforts made by the Government of

Surakarta City such as demolition, installation of banners and giving circular

banning street vendors selling has not yielded significant results. This is what

underlies the author to conduct research on the implementation of conflict

resolution based on community governance between the street vendors with

Klewer market traders in the region as well as to examine the factors inhibiting

the implementation of conflict resolution based on community governance.

The research method used is descriptive qualitative. The sample collection

technique used is purposive sampling. The data collection techniques used was

interviews, observation, documentary method and the internet searching data

method. Data analysis techniques is conducted in a way that is effective data

analysis such as data reduction, data presentation and data verification.And the

data validation used is triangulation.

(14)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG MASALAH

Konflik merupakan suatu situasi dimana terdapat beberapa orang

maupun kelompok yang tidak setuju dengan suatu keadaan, kebijakan

maupun keputusan yang telah diambil. Konflik ini dapat terjadi karena

adanya perebutan sumber daya yang terbatas, adanya persaingan bisnis,

adanya tujuan yang berbeda, adanya pembagian tugas dalam organisasi yang

tidak merata, terdapat komunikasi yang tidak baik atau tidak lancar, dan

sebagainya. Konflik dapat terjadi dimana saja baik konflik yang dialami diri

sendiri (konflik personal) maupun konflik yang terjadi di dalam suatu

organisasi, antar organisasi maupun konflik yang terjadi antara organisasi

dengan pemerintah. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemui

beberapa macam konflik seperti konflik sosial, konflik ekonomi, konflik

bisnis, konflik politik maupun konflik agama. Konflik-konflik ini dapat

menjadi konflik yang bersifat destruktif/merusak apabila tidak ditangani

dengan baik dan benar.

Salah satu konflik yang diakibatkan karena adanya perebutan sumber

daya yang terbatas dan adanya persaingan bisnis adalah konflik yang terjadi

di kawasan pasar Klewer Surakarta. Konflik ini merupakan konflik antar

(15)

commit to user

pedagang Pasar Cinderamata maupun pedagang Pasar Klewer Surakarta.

Konflik yang sudah ada sejak tahun 2000an ini diakibatkan karena PKL

bermobil yang umumnya berasal dari luar kota Surakarta seperti Pekalongan,

Kudus, Jepara maupun Pemalang menggunakan lahan parkir di area Pasar

Cinderamata untuk berjualan. Hal ini menimbulkan protes dari pedagang di

kawasan pasar Klewer, khususnya pedagang pasar Cinderamata. Pasalnya

pedagang di kawasan pasar Klewer merasa dicurangi dan dirugikan lantaran

PKL bermobil menggunakan lahar parkir pasar Cindermata untuk berjualan

dan mereka hanya membayar biaya parkir. Sedangkan pedagang pasar

Klewer dan pedagang pasar Cinderamata yang merupakan pedagang resmi

dan memiliki izin berdagang harus berdagang di kios, mereka juga harus

membayar retribusi, tagihan listrik dan tagihan air. Hal ini sependapat dengan

pernyataan dari sekertaris Himpunan Pedagang Taman Parkir Pasar Klewer

(HPTPPK), Bapak Ahmad Fathoni yang mengatakan bahwa:

pedagang Pasar Klewer maupun Pasar Cinderamata merasa dirugikan,

pasalnya mereka adalah pedagang resmi yang sudah mendapat izin dari

Pemkot Surakarta untuk berjualan. Para pedagang ini melakukan

transaksi jual-beli di kios dan setiap bulannya mereka membayar

tagihan listrik, tagihan air dan membayar retribusi. Sedangkan

pedagang bermobil hanya menggunakan mobil untuk melakukan

transaksi jual-beli dan mereka merupakan pedagang illegal karena tidak

ada izin dari Pemkot Surakarta sendiri

”.

(pra survey 15 Mei 2012)

PKL bermobil juga dianggap menjadi penyebab utama turunnya omzet

penjualan pedagang pasar. Pasalnya PKL bermobil yang awalnya merupakan

distributor barang di pasar Klewer maupun pasar Cinderamata ini menjual

(16)

commit to user

harga yang ditetapkan oleh pedagang pasar. Hal inilah yang menyebabkan

konsumen lebih memilih untuk membeli langsung pada PKL bermobil. Selain

itu, konsumen juga tidak perlu repot-repot untuk masuk ke dalam pasar

karena terdapat distributor yang siap melayani pembeli. Hal ini sesuai dengan

penjelasan dari Sekertaris HPTPPK yang menjelaskan bahwa:

“telah

terjadi penurunan pendapatan atau merosotnya omzet penjualan

para pedagang di kawasan Klewer terutama pedagang Pasar

Cinderamata hingga mencapai 80% dari hari-hari biasanya. Hal ini

terjadi akibat PKL bermobil yang umumnya adalah

distributor-distributor barang di Pasar Klewer maupun Pasar Cinderamata menjual

barang dengan harga yang jauh lebih murah

(solopos.com, 3 Mei

2012).

Selain mengakibatkan kerugian materi bagi pedagang Pasar Klewer

maupun Pasar Cinderamata, keberadaan PKL bermobil juga mengakibatkan

iklim persaingan di kompleks Pasar Klewer menjadi tidak sehat karena ada

permainan yang tidak

fair

(prasurvey 15 Mei 2012). Pada dasarnya polemik

antara pedagang di kawasan Pasar Klewer dengan PKL bermobil terjadi

akibat usaha PKL bermobil tidak lancar karena banyak pedagang grosir yang

hutang sehingga mereka pun ikut-ikutan berjualan dan melayani pembeli

secara langsung. Pada dasarnya, pihak yang merasa dirugikan dengan adanya

aktivitas PKL bermobil ini adalah pedagang pasar Cinderamata. Pasalnya

PKL bermobil membuka dagangannya di lahan parkir pasar Cinderamata

sehingga konsumen atau pembeli lebih tertarik untuk datang ke

PKL bermobil terlebih dahulu baru ke toko/kios pedagang pasar Cinderamata.

Untuk menangani masalah ini, berbagai upaya telah dilakukan oleh

(17)

commit to user

berbagai kegiatan atau aktivitas yang terjadi di seluruh pasar Kota Surakarta.

DPP sudah berusaha untuk menjembatani kedua belah pihak dengan cara

mempertemukan PKL bermobil dengan pedagang Klewer maupun pedagang

Cinderamata serta memberi pembinaan terkait peraturan berjualan di kawasan

Klewer. DPP Kota Surakarta yang dibantu dengan Satpol PP dan satpam

pasar juga telah rutin melakukan penertiban kepada PKL bermobil setiap hari

Senin dan Kamis. Selain itu, DPP Kota Surakarta pada tanggal 11 Mei 2012

lalu juga telah memasang spanduk yang berisi himbauan dan larangan

transaksi jual-beli bagi PKL bermobil di kawasan parkir Pasar Cinderamata.

Namun, upaya-upaya yang telah dilakukan oleh DPP Kota Surakarta ini

belum banyak memberikan hasil karena PKL bermobil masih tetap berdagang

di kawasan pasar Klewer. Hanya saja PKL yang tadinya berjualan di kawasan

parkir Pasar Cinderamata kini beralih ke Alun-alun Utara yang merupakan

cagar budaya milik Keraton Surakarta. Menanggapi hal tersebut, Pemkot

Surakarta pada tanggal 6 Agustus 2012 kemarin segera bertindak dengan

mengeluarkan Surat Edaran yang dikeluarkan oleh Sekertaris Daerah (Setda)

Kota Surakarta. Dalam Surat Edaran tersebut telah dijelaskan mengenai

larangan dan sanksi yang akan diberikan kepada PKL bermobil apabila PKL

bermobil tetap berjualan di kawasan parkir Pasar Cinderamata maupun

Alun-alun Utara Keraton Surakarta. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemkot

Surakarta ini masih belum memberikan hasil yang signifikan pasalnya sampai

sekarang PKL bermobil masih tetap melakukan transaksi jual-beli di kawasan

(18)

commit to user

Selain menuai berbagai protes dari pedagang-pedagang pasar, pada

dasarnya PKL bermobil juga melakukan banyak pelanggaran. Pelanggaran

yang dialakukan oleh PKL bermobil adalah pelanggaran terhadap berbagai

peraturan yang berlaku di Kota Surakarta. Peraturan-peraturan yang dilanggar

oleh PKL bermobil, diantaranya adalah: pertama, Undang-undang No. 22

Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang menyatakan bahwa

setiap kendaraan bermotor yang dioperasikan di jalan harus memenuhi

persyaratan teknis dan laik jalan, persyaratan teknis di sini maksudnya adalah

rancangan teknis kendaraan harus sesuai dengan peruntukannya (pasal 48).

Menurut Undang-undang tersebut, mobil mini bus yang merupakan

kendaraan untuk mengangkut orang dilarang digunakan untuk mengangkut

barang dan dilarang untuk digunakan dalam melakukan transaksi

perdagangan. Kedua, Peraturan Daerah (Perda) Kota Surakarta No. 7 Tahun

2004 tentang Penyelenggaraan Tempat Khusus Parkir, tempat khusus parkir

adalah tempat yang secara khusus disediakan oleh Pemerintah Daerah, baik

yang dikelola sendiri atau di kerjasamakan pihak ketiga yang meliputi

pelataran, lingkungan, taman atau gedung parkir yang disediakan untuk

fasilitas tempat khusus parkir kendaraan (pasal 1). Berdasarkan Perda

tersebut, PKL bermobil yang berada di kawasan parkir Pasar Cinderamata

maupun di Alun-alun Utara Kota Surakarta tidak diizinkan untuk melakukan

aktivitas jual-beli di mobil pada area parkir. Ketiga adalah Perda Kota

Surakarta No. 3 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Pedagang Kaki Lima

(19)

commit to user

pada fasilitas-fasilitas umum yang dilarang digunakan untuk tempat usaha

atau lokasi PKL (pasal 5). Berdasarkan perda tersebut, PKL bermobil jelas

melakukan pelanggaran karena PKl bermobil menggunakan fasilitas umum

yaitu lahan parkir di area pasar Cinderamata maupun di Alun-alun Utara

untuk bertransaksi. Pelanggaran terhadap pasal 5 Perda No. 3 Tahun 2008

akan dikenakan sanksi pidana kurungan 3 bulan dan/ atau denda

sebanyak-banyaknya Rp 5.000.000,- (pasal 16 Perda No. 3 Tahun 2008). Dan yang

keempat adalah Peraturan Daerah Kota Surakarta yang terbaru yaitu Perda

No. 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional,

pedagang pasar adalah orang atau badan hukum yang melakukan kegiatan

dengan menjual dan/atau membeli barang dan/atau jasa yang menggunakan

pasar sebagai tempat kegiatannya (pasal 1). Dari pasal tersebut, diketahui

bahwa pelanggaran yang dilakukan oleh PKL bermobil adalah tidak

menggunakan kios di dalam pasar untuk melakukan aktivitas perdagangan.

Meskipun telah ada larangan resmi dari Pemerintah Kota Surakarta

terhadap para PKL bermobil yang berupa pemasangan spanduk dan

pemberian Surat Edaran, namun sampai sekarang kita masih dapat melihat

eksistensi mereka di kawasan pasar Klewer terlebih di Alun-alun Utara

Keraton Surakarta. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya keraguan pada

pedagang pasar Klewer maupun pedagang pasar Cindermata terhadap kinerja

dan upaya yang dilakukan oleh Pemkot Surakarta khusunya DPP Kota

Suarakarta. Pemkot Surakarta terkesan tidak tegas dalam menerapkan dan

(20)

commit to user

tidak memaksimalkan berbagai peraturan yang ada dan dianggap melakukan

pembiaran terhadap PKL bermobil. Pengurus HPTPPK, Ahmad Fatoni

berpendapat bahwa:

meski PKL bermobil telah melakukan banyak pelanggaran dengan

berjualan di kawasan parkir Pasar Cinderamata maupun di Alun-alun

Utara, Pemkot Surakarta terkesan tidak tegas dalam melakukan

penertiban tersebut. Keempat payung hukum tersebut seperti tidak

dimaksimalkan oleh DPP Kota Surakarta, Satpol PP, bahkan satpam di

area Pasar Klewer sendiri. Kurang maksimalnya upaya yang dilakukan

DPP Kota Surakarta ini dapat dilihat dengan masih banyaknya PKL

bermobil yang melakukan aktivitasnya setiap hari terlebih setiap hari

Senin dan Kamis. Hal inilah yang menimbulkan keraguan di dalam

pengurus HPTPPK maupun HPPK serta para pedagang resmi terhadap

upaya dari DPP Kota Surakarta dalam melakukan penertiban

.”

(prasurvey, 15 mei 2012)

Bahkan menurut Bapak Kusbani yang merupakan Humas Himpunan

Pedagang Pasar Klewer (HPPK), di dalam menangani konflik ini Pemerintah

Kota Surakarta sering saling lempar tanggung jawab. Pemkot Surakarta,

khusunya DPP Kota Surakarta dan UPTD Perparkiran Kota Surakarta

terkesan tidak mau disalahkan dan mereka berusaha untuk mencari

pembenaran. Hal ini disampaikan Bapak Kusbani kepada solopos.com:

selama ini kerap terjadi lempar tangung jawab antara UPTD

Perparkiran dengan DPP mengenai persoalan pedagang bermobil di

kawasan

Klewer.

Saling

lempar

tangungjawab

inilah

yang

menyebabkan pedagang resmi merasa dirugikan

.”

(7 Mei 2012).

Kurang maksimalnya upaya dan sanksi yang diberikan oleh Pemkot

Surakarta terhadap PKL bermobil menyebabkan pedagang pasar bertindak

sendiri. Para pedagang pasar telah berulang kali melakukan penertiban sendiri

(21)

commit to user

melakukan penggrebekan terhadap para PKL bermobil. Setelah dilakukan

penggrebekan tersebut, tidak ada PKL bermobil yang melakukan transaksi

jual-beli di kawasan Pasar Klewer. Namun, hal tersebut tidak bertahan lama

karena PKL bermobil muncul kembali sampai sekarang (pra survey, 15 mei

2012). Puncak dari konflik ini adalah pada awal bulan Mei tahun 2012

kemarin, sejumlah pedagang di kawasan Pasar Klewer nekat melakukan

sweeping

dan embargo terhadap pemasok barang yang ketahuan berjualan

menggunakan mobil di lahan parkir Pasar Cinderamata.

Menurut solopos.com, aksi penyisiran atau

sweeping

yang dilakukan

oleh pedagang Pasar Cinderamata maupun pedagang Pasar Klewer terhadap

PKL bermobil nyaris berbuntut konflik horisontal. Aksi yang dilakukan pada

hari Senin tersebut, dimulai dengan puluhan pedagang Pasar Cinderamata

yang menggelar dagangannya di tengah-tengah lahan parkir Pasar

Cinderamata. Aksi yang bertujuan untuk menggeser keberadaan pedagang

bermobil tersebut rupanya tak membuahkan hasil, lantaran PKL bermobil

tetap menjajakan barang dagangannya di tempat tersebut. Emosi antar

pedagang pun tersulut. Belasan pedagang pasar Cinderamata akhirnya

menyisir dan merampas barang milik pedagang yang rata-rata dari Kabupaten

Pekalongan itu untuk diamankan. Aksi ini sempat mendapatkan perlawanan

dari PKL bermobil dan berujung perang mulut (3 Mei 2012). Sedangkan

embargo yang dilakukan pedagang pasar Cinderamata dan pasar Klewer ini

dilakukan terhadap pemasok barang yang ketahuan berjualan di mobil di

(22)

commit to user

Dari kondisi yang telah dipaparkan di atas, kondisi seperti ini

memberikan kesempatan bagi ilmuwan administrasi publik untuk dapat

melakukan penelitian mengenai konflik dan manajemen konflik di kawasan

pasar Klewer. Dalam Isu-isu administrasi Publik, Nigro & Nigro

menyebutkan bahwa administrasi publik meliputi (1) suatu usaha kerjasama

kelompok dalam lingkungan publik; (2) mencakup tiga bidang yaitu

eksekutif, legislatif dan yudikatif; (3) dimana tiga bidang tersebut memiliki

peranan yang penting dalam merumuskan kebijakan publik dan termasuk

proses politik; (4) dalam beberapa hal, administrasi publik berbeda dengan

administrasi swasta serta; (5) berkaitan erat dengan sejumlah

kelompok-kelompok swasta dan individu-individu dalam memberikan pelayanan publik

(Sudarmo, 2011: 10). Dari pendapat Nigro & Nigro tersebut, dapat diketahui

bahwa konflik yang terjadi antara PKL bermobil dengan pedagang di

kawasan pasar Klewer Kota Surakarta termasuk salah satu aspek kajian dari

administrasi publik. Hal ini dikarenakan konflik ini terjadi di lingkungan

publik yaitu pasar yang merupakan fasilitas umum yang merupakan tanggung

jawab Pemerintah Kota Surakarta. Selain itu, pihak-pihak yang berkonflik

merupakan kelompok-kelompok masyarakat yang memberikan pelayanan

langsung kepada masyarakat yaitu dengan menjual dan menyediakan

barang-barang yang menjadi kebutuhan masyarakat.

Konflik yang terjadi antara PKL bermobil dengan pedagang di kawasan

Pasar Klewer dapat menjadi konflik destruktif apabila tidak mendapat

(23)

commit to user

manajemen konflik yang dapat meminimalisir dampak buruk dan dapat

mengendalikan konflik agar mendapatkan solusi yang tepat dan dapat

diterima semua pihak. Salah satu resolusi konflik yang dianggap efektif untuk

menyelesaikan konflik yang terjadi di kawasan Pasar Klewer ini adalah

resolusi konflik berbasis

community governance

. Resolusi konflik ini

dianggap efektif karena pendekatan

community governance

ini lebih

menekankan pada penyelesaian konflik yang dilakukan oleh

komunitas-komunitas atau kelompok-kelompok yang sedang berkonflik. Pendekatan ini

lebih menekankan pada kerjasama atau negosiasi yang dilakukan oleh

komunitas-komunitas untuk mendapatkan solusi konflik yang dapat diterima

oleh kedua belah pihak. Dengan adanya penerapan resolusi konflik berbasis

community governance

dalam menyelesaikan konflik di kawasan pasar

Klewer ini diharapkan dapat tercipta

win-win solution

. Dengan terciptanya

win-win solution

maka tidak ada pihak yang merasa dirugikan atau dicurangi

karena solusi atau pemecahan masalah yang diambil merupakan hasil

keputusan bersama. Selain itu,

win-win solution

yang tercipta tidak akan

menimbulkan konflik di kemudian hari karena pihak-pihak yang berkonflik

merasa bahwa solusi yang diambil tidak memihak salah satu pihak.

Dari pemaparan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “Resolusi Konflik Berbasis

Community Governance

(Studi Deskriptif Kualitatif di Kawasan Pasar Klewer Kota Surakarta)

”.

(24)

commit to user

B.

RUMUSAN MASALAH

Dari uraian latar belakang di atas, maka penulis merumuskan rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1.

Bagaimanakah penerapan resolusi konflik berbasis

community

governance

dalam penyelesaian konflik antara PKL bermobil dengan

pedagang di kawasan Pasar Klewer Kota Surakarta?

2.

Apa saja faktor-faktor penghambat dalam penerapan resolusi konflik

berbasis

community governance

dalam penyelesaian konflik di

kawasan Pasar Klewer Kota Surakarta?

C.

TUJUAN PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan oleh penulis, memiliki beberapa tujuan baik

tujuan operasional maupun tujuan individual. Berikut merupakan

tujuan-tujuan dalam penelitian ini:

1.

Tujuan Operasional

Untuk memetakan penerapan resolusi konflik berbasis

community

governance

yang digunakan dalam penyelesaian konflik antara PKL

bermobil dan pedagang di kawasan Pasar Klewer sehingga menghasilkan

solusi konflik, baik itu

win-win solution, win-lose solution

maupun

lose-lose solution

.

2.

Tujuan Individual

Untuk mencapai gelar sarjana pada jurusan Ilmu Administrasi, Program

(25)

commit to user

D.

MANFAAT PENELITIAN

Hasil dari kegiatan penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, yaitu:

1.

Bagi pihak-pihak yang berkonflik

a.

Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang berkonflik baik

pedagang Pasar Klewer, pedagang Pasar Cinderamata maupun PKL

bermobil dalam kaitannya dengan penyelesaian konflik di Kawasan

Pasar Klewer.

b.

Sebagai bahan pertimbangan dalam penetapan strategi untuk

menyelesaikan konflik di kawasan Pasar Klewer melalui resolusi

konflik berbasis

community governance

.

2.

Bagi masyarakat

a.

Sebagai acuan untuk dapat mengelola, mengendalikan dan

menyelesaikan konflik yang sedang dihadapi.

b.

Sebagai bahan wacana dan informasi bagi masyarakat luas mengenai

resolusi konflik berbasis

community governance

dalam mengelola,

mengendalikan dan menyelesaikan suatu konflik.

3.

Bagi akademisi

Penelitian

ini

diharapkan

adpat

memberikan

kontribusi

bagi

pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan bahan referensi bagi

(26)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.

KAJIAN TEORI

1.

KONFLIK

Konflik merupakan sebuah fenomena yang melekat dalam

kehidupan manusia. Manusia memiliki beragam karakteristik mulai dari

perbedaan jenis kelamin, agama, suku, budaya, ras, status sosial dan

ekonomi serta tujuan dari hidupnya. Beragam karakteristik tersebut

terkadang menimbulkan konflik. Konflik tidak hanya terjadi pada diri

seseorang tetapi konflik juga dapat terjadi antar individu, antara individu

dengan organisasi bahkan antara individu dengan negara/pemerintah.

Banyak pakar/ahli yang memberikan definisi tentang konflik. Salah

satunya adalah Stephen P. Robbins (2008: 173) yang memberikan definisi

konflik sebagai:

sebuah proses yang dimulai ketika satu pihak memiliki persepsi

bahwa pihak lain telah mempengaruhi secara negatif atau akan

mempengaruhi secara negatif sesuatu yang menjadi perhatian atau

kepentingan pihak pertama.

Kirk Blackard & James W. Gibson (Wirawan, 2010: 5)

memberikan definisi konflik sebagai:

(27)

commit to user

Hal yang hampir senada juga diungkapkan oleh Hardjana

(Wahyudi, 2011: 18) yang mendefinisikan konflik sebagai:

“perselisihan, pertentangan antara dua orang

atau dua kelompok

dimana perbuatan yang satu berlawanan dengan yang lainnya

sehingga salah satu atau keduanya saling terganggu.”

Dari beberapa definisi mengenai konflik di atas, dapat diketahui

bahwa konflik pada dasarnya memiliki beberapa karakteristik yang selalu

melekat di dalamnya, yaitu:

a.

Proses. Konflik terjadi melalui sebuah proses, proses konflik yang

satu berbeda dengan proses konflik lainnya. Proses konflik ini terdiri

dari masukan, proses dan keluaran konflik sehingga konflik dapat

dikatakan sebagai sistem interaksi sosial (Wirawan, 2010: 5-6).

(28)
(29)

commit to user

c.

Saling tergantung. Sebuah tindakan atau perbuatan yang dilakukan

salah satu pihak yang sedang berkonflik dapat mempengaruhi pihak

yang lain.

d.

Adanya pertentangan mengenai obyek di dalam konflik. Obyek

konflik dapat berupa perbedaan pendapat, perbedaan tujuan, ataupun

kondisi kerja, jaminan atau upah yang tidak layak.

e.

Diekspresikan. Suatu konflik harus diekspresikan sehingga banyak

orang yang mengetahuinya. Konflik dapat diekspresikan melalui

tindakan, ucapan maupun bahasa tertulis.

f.

Pola perilaku. Ketika terjadi sebuah konflik, pihak yang terlibat dalam

konflik tersebut menggunakan pola perilaku tertentu untuk mengatasi

konflik. Pola perilaku itu sering disebut gaya manajemen konflik atau

taktik konflik.

g.

Interaksi konflik. Interaksi konflik ini diakibatkan oleh proses konflik

dari pihak-pihak yang terlibat dan dapat berupa saling menuduh,

saling menyalahkan, saling melakukan agresi, melakukan negosiasi

atau meminta bantuan pihak ketiga dalam menyelesaikan konflik.

h.

Keluaran konflik. Keluaran konflik dihasilkan dari interaksi konflik

dan dapat menciptakan perubahan sistem sosial. Keluaran konflik

dapat berupa ditemukannya solusi konflik seperti

win-win solution

,

win-lose solution

ataupun

lose-lose solution

(Wirawan, 2010: 5-7).

Konflik yang terjadi baik di dalam suatu organisasi maupun

(30)

commit to user

kelompok maupun antar komunitas dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor. Faktor-faktor ini yang dapat memicu timbulnya suatu konflik:

a.

Keterbatasan atau kelangkaan sumber daya. Untuk menyelenggarakan

aktivitas di dalam suatu organisasi dibutuhkan sumber daya yang

memadai.

Apabila

sumber

daya

yang

diperlukan

tersebut

langka/terbatas muncullah kompetisi dan dapat menyebabkan konflik.

Kelangkaan sumber daya dalam suatu orgasnisasi dapat berupa

terbatasnya anggaran, fasilitas kerja, jabatan, dan kesempatan untuk

berkarir (Wirawan, 2010: 8). Sedangkan dalam organisasi informal,

kelangkaan sumber daya dapat berupa terbatasnya ruang/lokasi yang

digunakan untuk melakukan aktivitas seperti berjualan yang diijinkan

atau diperbolehkan oleh otoritas setempat (Sudarmo, 2011: 207).

b.

Tujuan yang berbeda (kompetisi tujuan). Setiap organisasi pasti

mempunyai tujuan yang ingin dicapai dan anggota-anggota organisasi

juga mempunyai tujuan pribadi di luar tujuan dari organisasi. Hal ini

dapat memicu konflik apabila dalam mencapai tujuan pribadinya,

anggota organisasi menyalahgunakan tugas/wewenang yang dimiliki

dan menyebabkan organisai mengalami kerugian. Konflik di dalam

organisasi juga dapat terjadi ketika cara yang digunakan untuk

mencapai tujuan organisasi berbeda (Wirawan, 2010: 8).

c.

Saling tergantung atau interdependensi pekerjaan. Interdependensi

pekerjaan dapat berlangsung dalam satu arah maupun dua arah, dan

(31)

commit to user

atau sumber daya maupun informasi. Adanya ketergantungan antara

satu pihak dengan pihak yang lain dapat menyebabkan konflik apabila

ketersediaan sumber daya maupun informasi menjadi langka dan sulit

didapat (Wahyudi, 2011: 38).

d.

Struktur. Struktur yang dimaksud di sini mencakup variable-variabel

seperti ukuran, kadar spesialisasi dalam tugas-tugas yang diberikan

kepada anggota kelompok, kejelasan yurisdiksi, keserasian antara

anggota dan tujuan, gaya kepemimpinan, sistem imbalan dan kadar

ketergantungan antar kelompok (Robins: 2008: 178). Selain itu,

menurut Sudarmo (2011: 210), pemilahan struktural mencakup

pembagian kerja, fungsi, satuan organisasi, penempatan orang-orang

dalam posisi tertentu, hirarki dan pemanfaatan sumber daya yang

tersedia untuk masing-masing orang atau unit kerja. Adanya struktur

dan pemilahan struktur yang tidak adil dapat menyebabkan konflik.

e.

Kekaburan peran atau bidang tugas. Kekaburan bidang tugas dapat

menyebabkan konflik apabila batasan-batasan bidang kerja tidak jelas,

terjadi tumpang tindih dalam tanggung jawab atau ketimpangan dalam

menjalankan tugas (Wahyudi, 2011: 40).

f.

Sistem imbalan yang tidak layak atau tidak adil. Pemberian imbalan,

upah atau gaji yang tidak adil dapat menyebabkan konflik. Sistem

imbalan dapat menyebabkan konflik ketika perolehan salah seorang

(32)

commit to user

g.

Komunikasi juga dapat menjadi pemicu timbulnya konflik apabila

komunikasi yang digunakan memiliki makna yang berbeda atau

ambiguitas makna, jargon, adanya pertukaran informasi yang tidak

memadai dan adanya kegaduhan dalam saluran komunikasi.

Komununikasi yang tidak baik dan lancar ini dapat menyebabkan

kesalahpahaman yang dapat memicu konflik (Robins: 2008: 178).

h.

Konflik terdahulu yang belum sempat tertuntaskan (

unresolved prior

conflict

). Konflik ini dapat menyebabkan konflik-konflik baru ketika

terjadi ketidaksepakatan diantara anggota organisasi. Apabila konflik

ini tidak dituntaskan secara menyeluruh dapat menyebabkan

penumpukan konflik dan dapat menyebabkan timbulnya konflik

multidimensional (Sudarmo, 2011: 212).

Ketika orang berada dalam situasi konflik dapat diartikan bahwa

mereka memiliki kebutuhan yang belum terpenuhi. Kebutuhan ini

biasanya berhubungan dengan satu atau lebih dari lima dimensi yang

berbeda, yaitu struktural, instrumental, kepentingan, nilai atau pribadi.

Dimensi yang berbeda akan menghadirkan tantangan yang berbeda pula.

Perlu dicatat bahwa konflik tidak harus berurusan dengan hanya satu

dimensi tetapi kebanyakan konflik terjadi dalam dua atau lebih dimensi.

Menurut

Bjarne Vestergaard, Erik Helvard & Aase Rieck Sørensen (2011:

7-8),

dimensi-dimensi dalam konflik dapat dibedakan menjadi lima, yaitu:

a.

Dimensi Struktural.

Dimensi struktural adalah kerangka eksternal

(33)

undang-commit to user

undang, kepemilikan dan struktur organisasi. Dimensi struktural tidak

dapat diubah secara langsung oleh resolusi konflik antara pihak yang

bertikai, namun pekerjaan yang dilakukan berurusan dengan konflik

yang spesifik dapat menjelaskan daerah dari dimensi struktural yang

perlu diperhatikan untuk mencegah konflik di masa depan. Tindakan

yang dapat dilakukan ketika berhadapan dengan konflik dalam

dimensi struktural misalnya untuk mempengaruhi pengambil

keputusan melalui penggunaan hak-hak

demokratis (

Bjarne

Vestergaard

, dkk, 2011: 8).

b.

Dimensi Instrumental.

Pusat gravitasi dari konflik adalah dalam

dimensi instrumental. Dua pihak dalam perselisihan mengenai

bagaimana tugas yang diberikan adalah untuk ditangani. Sebagian

besar waktu, orang tetap fokus pada masalah ketika berhadapan

dengan konflik instrumental. Orang sering memiliki perbedaan

pendapat

tersebut

tanpa

eskalasi/peningkatan.

Hanya

jika

ketidaksepakatan berakar pada dimensi lain atau jika permusuhan

besar hadir mereka meningkat. Cara yang paling masuk akal untuk

mendekati masalah yang bersifat instrumental adalah melalui

argumentasi dan mencari solusi yang dapat diterima kedua belah

pihak (

Bjarne Vestergaard

, dkk, 2011: 8).

c.

Dimensi Kepentingan/

Interest

.

Dimensi ini berpusat pada sumber

daya. Sumber daya ini dapat berupa uang, waktu dan ruang misalnya.

(34)

commit to user

diperebutkan. Dalam skala besar konflik, sumber daya dapat

mencakup wilayah, pasokan air dan sumber daya alam. Ketika

berhadapan dengan dimensi yang menarik, pendekatan yang masuk

akal adalah untuk bernegosiasi untuk mencapai kesepakatan tentang

pembagian sumber daya (

Bjarne Vestergaard

, dkk, 2011: 8).

d.

Dimensi Nilai/

Value

.

Dengan nilai-nilai kita mengartikan nilai-nilai

pribadi dan budaya. Ini termasuk, ideologi, agama, moral, nilai-nilai

estetika dan politik. Nilai-nilai ini adalah sesuatu yang Anda

perjuangkan. Mereka mendefinisikan apa yang benar dan salah, apa

yang bisa atau tidak bisa dilakukan. Konflik yang meningkat sering

tertanam dalam salah satu dimensi dari nilai atau dimensi pribadi

sebagai dimensi-dimensi adalah tidak dapat dicairkan. Tujuannya

adalah untuk mencapai pemahaman yang lebih besar dari posisi pihak

lain. Ketika seseorang memahami alasan dan latar belakang dari

nilai-nilai orang lain, mereka lebih mudah untuk menerima atau mentolerir.

Cara untuk mengatasi konflik yang bersifat berorientasi nilai adalah

melalui dialog terbuka, penyelidikan apresiatif dan komunikasi yang

tidak berdasar pada kekerasan (

Bjarne Vestergaard

, dkk, 2011: 8).

e.

Dimensi Personal.

Dimensi ini merupakan akar dari banyak konflik.

dimensi ini adalah di mana orang didorong oleh emosi dan ketakutan

yang kuat. Dimensi personal meliputi pengertian seperti identitas,

loyalitas, penolakan dan harga diri. Dialog terbuka, penyelidikan

(35)

commit to user

dimensi nilai, pendekatan yang terbaik ketika berhadapan dengan

dimensi pribadi (

Bjarne Vestergaard

, dkk, 2011: 8).

Konflik yang melekat dalam kehidupan manusia sangat beraneka

ragam dan dapat dikelompokkan berdasarkan berbagai kriteria. Sebagai

contoh, konflik dapat dibedakan berdasarkan jumlah orang yang terlibat,

latar belakang terjadinya konflik, substansi konflik maupun konflik

menurut bidang kehidupan manusia. Berikut ini merupakan beberapa jenis

konflik yang sering terjadi dalam suatu organisasi, perusahaan maupun di

dalam komunitas:

a.

Konflik personal dan konflik interpersonal

Konflik personal adalah konflik yang terjadi dalam diri seorang

individu karena dihadapkan pada beberapa alternatif pilihan yang

yang harus diambil. Konflik personal dapat dibagi ke dalam konflik

pendekatan ke pendekatan, konflik menghindar ke menghindar dan

konflik pendekatan ke menghindar (Wirawan, 2010: 55).

Konflik interpersonal adalah konflik yang terjadi di dalam suatu

organisasi atau konflik yang terjadi di tempat kerja. Konflik ini

terjadi ketika pihak-pihak yang terlibat konflik saling tergantung

dalam melaksanakan tugas/pekerjaan untuk mencapai tujuan

organisasi. Konflik interpersonal dapat terjadi dalam tujuh bentuk,

yaitu: konflik antar manajer, konflik antara pegawai dan

manajer/pimpinannya, konflik hubungan industrial (konflik antara

(36)

commit to user

dalam suatu organisasi, konflik antara anggota kelompok kerja

dengan kelompok kerjanya, konflik interes (konflik kepentingan)

dan konflik antara organisasi dengan pihak luar organisasi

(Wirawan, 2010: 55-56).

b.

Konflik interes atau konflik kepentingan adalah suatu situasi konflik

dimana seorang individu-pejabat atau aktor sistem sosial mempunyai

kepentingan personal lebih besar daripada kepentingan organisasinya

sehingga mempengaruhi pelaksanaannya sebagai pejabat sistem sosial

dalam melaksanakan kepentingan (tujuan) sistem sosial. Konflik ini

dapat merusak kepercayaan yang diberikan organisasi dan anggota

sistem sosial. Konflik interes ini merupakan salah satu fenomena yang

memicu timbulnya praktek korupsi, kolusi dan nepotisme. Konflik

interes ini biasanya terjadi dalam proses pengadaan barang dan jasa

serta tender-tender proyek baik di lembaga pemerintah maupun

lembaga bisnis (Wirawan, 2010: 57).

c.

Konflik realistis dan konflik nonrealistis

Konflik realistis merupakan konflik yang terjadi akibat perbedaan

cara dalam mencapai tujuan organisasi. Di dalam konflik ini,

interaksi konflik memfokuskan pada perbedaan obyek konflik yang

harus diselesaikan oleh pihak yang terlibat konflik. Gaya

manajemen yang digunakan adalah dialog, persuasi, musyawarah,

(37)

commit to user

Konflik nonrealistis adalah konflik yang dipicu oleh kebencian atau

prasangka buruk terhadap orang lain sehingga mendorong

seseorang

melakukan

agresi

untuk

menghancurkan

atau

mengalahkan lawannya. Metode manajemen konflik yang

digunakan adalah agresi, menggunakan kekuasaan, kekuaan dan

paksaan (Wirawan, 2010: 59).

d.

Konflik destruktif dan konflik konstruktif

Konflik konstruktif adalah konflik yang prosesnya berusaha untuk

menemukan solusi mengenai substansi konflik. Konflik ini

berusaha untuk mempererat hubungan pihak-pihak yang terlibat

konflik atau memperoleh sesuatu yang bermanfaat dari konflik.

Guna menyelesaikan konflik ini, manajemen konflik yang

digunakan adalah negosiasi,

take and give

, humor, bahkan voting

untuk mencapai kesepakatan bersama sehingga tercipta

win-win

solution

. Di dalam konflik ini, terdapat siklus konstruktif dimana

pihak-pihak yang terlibat konflik sadar akan terjadinya konflik dan

memberikan respon yang positif untuk menyelesaikan konflik

(Wirawan, 2010: 59).

Gambar 2.1 Siklus Konflik Konstruktif

Organisasi lebih sehat

Kompromi atau kolaborasi

Give and take

(38)

commit to user

Konflik destruktif merupakan konflik dimana pihak-pihak yang

terlibat konflik berusaha untuk mengalahkan satu sama lain.

Pihak-pihak yang terlibat konflik menggunakan manajemen konflik

seperti kompetisi, ancaman, konfrontasi, kekuatan, dan agresi.

Konflik jenis ini dapat merusak organisasi karena pihak-pihak yang

terlibat konflik berusaha untuk menyelamatkan muka mereka

(Wirawan, 2010: 62).

Gambar 2.2 Siklus Konflik Destruktif

e.

Konflik menurut bidang kehidupan

Konflik ekonomi terjadi karena adanya perebutan sumber-sumber

ekonomi yang terbatas. Konflik ini dapat terjadi antar anggota

masyarakat, antar kelompok masyarakat maupun antara masyarakat

dengan pemerintah pusat atau daerah. Konflik ekonomi ini dapat

berupa konflik mengenai hak wilayah ekonomi seperti daerah

tangkapan ikan, lahan pertanian, lahan parkir, dsb. Konflik ini juga

dapat terjadi apabila berkaitan dengan pertambangan emas, timah

atau penggalian pasir (Wirawan, 2010: 63).

Konflik Respons

negatif

Kompetisi dan agresi

Win & lose

solution

(39)

commit to user

Konflik bisnis muncul karena adanya keinginan setiap pengusaha

untuk menguasai keseluruhan pasar. Konflik ini menyebabkan

terjadinya persaingan pasar yang tidak sehat karena hanya dikuasai

beberapa orang (Wirawan, 2010: 66).

Konflik politik adalah konflik yang terjadi karena pihak-pihak yang

terlibat konflik memperebutkan kekuasaan untuk mencapai tujuan

atau ideologinya. Konflik politik tidak hanya terjadi pada

organisasi pemerintah dan partai politik saja tetapi juga terjadi pada

organisasi bisnis dan organisasi nirlaba. Untuk mencapai tujuan

organisasi digunakan politik organisasi (

organizational politic

)

seperti akumulasi, pembagian dan penggunaan kekuasaan atau

wewenang (Wirawan, 2010: 67).

Konflik agama merupakan konflik yang terjadi diantara pemeluk

agama bukan kanflik diantara ajaran atau kitab suci. Menurut

Wirawan (2010: 72), terdapat berbagai jenis konflik agama,

diantaranya adalah: konflik antar penganut suatu agama, konflik

antara agama dan ilmu pengetahuan dan sains, konflik antar

penganut agama yang berbeda serta konflik karena pemanfaatan

agama untuk mencapai tujuan (politik, ekonomi, sosial maupun

tujuan individu/kelompok tertentu).

Konflik sosial dapat terjadi apabila dilatarbelakangi oleh beberapa

faktor, yaitu: (1) kelompok sosial yang dimiliki oleh masyarakat

(40)

commit to user

yang dilakukan seseorang/sekelompok orang ke tempat lain untuk

memperbaiki kehidupannya; (4) adanya karakteristik dan perilaku

inklusif yang ada diantara kelompok-kelompok sosial (Wirawan,

2010: 81-82).

Konflik budaya adalah “isu mengenai persepsi atau a

ktual

inkompabilitas dari nilai-nilai, norma, proses, hubungan dan

pros

edural” (Stella Ting Tomey dalam Wirawan,

2010: 102).

Konflik antar budaya ini memiliki beberapa karakteristik seperti:

konflik budaya yang berkaitan dengan persepsi antar budaya atau

interkultural, konflik yang terjadi melalui interaksi, konflik yang

terjadi karena ada ketertarikan tujuan dan konflik budaya yang

meliputi citra antar kelompok (Wirawan, 2010: 102).

Sedangkan menurut Stephen P. Robins (2008: 175) dalam Perilaku

Organisasi, konflik dibagi menjadi beberapa jenis yakni:

a.

Konflik fungsional adalah konflik yang mendukung tujuan kelompok

dan meningkatkan kinerjanya.

b.

Konflik disfungsional adalah konflik yang mengahambat tujuan

kelompok.

c.

Konflik tugas yaitu konflik yang berhubungan dnegan muatan dan

tujuan pekerjaan.

d.

Konflik hubungan adalah konflik yang fokus pada hubungan

(41)

commit to user

e.

Konflik proses yaitu konflik yang berhubungan dengan bagaimana

suatu pekerjaan dilaksanakan.

Dari beberapa jenis konflik di atas, dapat kita ketahui bahwa suatu

konflik dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja. Suatu

konflik baik yang sedang dialami oleh seseorang, sebuah organisasi,

sebuah perusahaan bahkan sebuah bangsa dapat membawa perubahan.

Perubahan ini terjadi karena proses konflik tersebut memiliki

pengaruh/dampak bagi pihak-pihak yang terlibat konflik. Dampak dari

sebuah konflik dapat bersifat positif maupun bersifat negatif. dampak

negatif dari suatu konflik menurut Baden Eunson dalam bukunya yang

berjudul

Conflict Management

(2007: 2) adalah:

a.

konflik dapat menyebabkan emosi yang negatif,

b.

adanya pemblokiran atau pembatasan komunikasi,

c.

adanya peningkatan citra negatif dengan pihak-pihak yang

bertentangan dengan kita,

d.

mengurangi koordinasi diantara orang-orang yang harus bekerja dan

hidup bersama,

e.

adanya pergeseran ke arah kepemimpinan otokratis ketika diskusi

yang mendasarkan pada laporan pengambilan keputusan,

f.

mengurangi kemampuan untuk melihat perspektif lainnya serta

(42)

commit to user

Di samping memiliki dampak negatif, konflik juga memiliki

dampak positif. Beberapa dampak positif dari adanya suatu konflik

menurut Baden Eunson (2007: 2-3) adalah:

a.

Tekanan dan rasa frustasi dapat dilepaskan. Ketika konflik yang

terpendam akhirnya diekspresikan, pihak-pihak yang berkonflik

kadang-kadang mengalami rasa lega sehingga mereka dapat

menenangkan diri dan mempertimbangkan situasi dengan kepala

dingin (Baden Eunson, 2007: 2).

b.

Perspektif dan informasi baru dapat dikumpulkan dari pihak yang lain.

Pihak-pihak yang berkonflik dapat melihat dari sudut pandang lain

yang membuat mereka mengetahui berbagai manfaat dari sudut

pandang yang berbeda. Hal ini dapat menumbuhkan rasa empati dan

keputusan yang lebih baik dapat dibuat (Baden Eunson, 2007: 2).

c.

Perspektif baru di dalam organisasi dapat diperoleh. Situasi konflik

terkadang memaksa anggota organisasi untuk lebih memperhatikan

kemampuan dan kelebihan yang dimiliki organisasinya. Adanya

konflik juga menyebabkan anggota-anggota organisasi untuk dapat

menyadari kelemahan dan inkonsistensi organisasinya. Konflik juga

mengajarkan anggota-anggota organisasi untuk melakukan dan

berpikir mengenai hal-hal baru (Baden Eunson, 2007: 2).

d.

Pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang lebih baik dapat

terjadi. Hal ini dikarenakan munculnya informasi dan perspektif baru

(43)

commit to user

memungkinkan kita untuk melihat sesuatu dengan lebih jelas dan

mengambil tindakan yang sesuai (Baden Eunson, 2007: 3).

e.

Kekompakan organisasi atau kelompok dapat meningkat. Dengan

adanya konflik, anggota organisasi dapat lebih kompak dan lebih

dekat daripada sebelum mereka dihadapkan pada konflik. Ikatan

diantara anggota organisasi/kelompok dapat lebih kuat dan tidak

lemah (Baden Eunson, 2007: 3).

f.

Adanya kepuasaan terhadap diri sendiri karena adanya tantangan.

Konflik dapat memberikan tantangan dengan menyebabkan seseorang

berada dalam kondisi yang tidak menyenangkan. Dengan adanya

konflik, seseorang ditantang untuk menemukan ide-ide baru dalam

menyelesaikan persoalan-persoalan yang belum terselesaikan (Baden

Eunson, 2007: 3).

g.

Arus perubahan dapat terjadi. Hal ini karena konflik sering menjadi

mesin perubahan, baik dalam diri seseoorang maupun dalam

organisasi. Charles Darwin berpendapat bahwa konflik antara personal

menghasilkan kelangsungan hidup yang baik, sehingga evolusi itu

tergantung pada konflik. (Baden Eunson, 2007: 3).

h.

Konflik intrapersonal dapat diselesaikan. Kita terkadang dihadapkan

pada konflik dalam diri kita sendiri serta konflik dengan orang lain.

Kadang-kadang dengan kita terlibat konflik dan menyelesaikan

konflik dengan orang lain dapat mengatasi konflik batin (Baden

Gambar

Tabel 2.1
Konflik sebagai Sistem SosialTabel 2.1
Gambar 2.1 Siklus Konflik Konstruktif
Gambar 2.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bagaimana proses penegakan hukum Indonesia dalam perspektif filsafat hukum yang ditinjau dari tujuan hukum dengan studi kasus Lanjar Suryanto..

Segala agitasi mestilah cocok dengan keadaan tiap-tiap daerah. Penerangan terhadap seorang buruh industri tak boleh disamakan dengan seorang tani sebab keduanya mempunyai

Nilai skala utk menentukan nilai respons (jawaban) thd pernyataan, bukan favorabilitas pernyataan..  menggunakan distribusi respons “setuju atau tdk setuju” dari klp ujicoba

Hasil kajian menunjukkan tidak terdapat perbezaan yang bererti (signifikan) motivasi ekonomi dari segi keseluruhan di antara industri-industri yang terlibat. Walau

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan, hasil pembahasan yang di deskripsikan diatas lewat penelitian kualitatif dengan pendekatan triangulasi maka terkait

Pandangan Hukum Islam terkait pengangkatan anak secara Illegal bahwa Islam hanya menganjurkan pengangkatan anak yang tidak memutuskan hubungan nasab antara orang tua kandung

Plasma nutfah kacang tunggak yang peka ter- hadap cekaman lahan masam adalah aksesi nomor 27 (Kacang Dadap) dan 38 (Kacang Tolo merah) yang hanya menghasilkan biji berturut-turut 10%

Rajah 2.1 Rama-rama Ornithospila viculariayang telah disampel dalam kajian ini Rajah 2.2 Rama-rama Setothosea asigna yang telah disampel dalam kajian ini Rajah 2.3 Proses