commit to user
RESOLUSI KONFLIK BERBASIS
COMMUNITY GOVERNANCE
(Studi Deskriptif Kualitatif di Kawasan Pasar Klewer Kota Surakarta)
SKRIPSI
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
Pada Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:
KUSNIA RATIH APRILIA SAFITRI
D0108075
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan Judul
RESOLUSI KONFLIK BERBASIS
COMMUNITY GOVERNANCE
(Studi Deskriptif Kualitatif di Kawasan Pasar Klewer Kota Surakarta)
Telah Disetujui untuk Dipertahankan Penguji Skripsi
Jurusan Ilmu Administrasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Tanggal : 22 Oktober 2012
Mengetahui,
Pembimbing Skripsi
Drs. Sudarmo, M.A, Ph.D
commit to user
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan disahkan oleh Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Pada Hari
:
Tanggal
:
Panitia Penguji :
1.
Drs. H. Marsudi, M.S
.
(_____________________)
NIP. 195508231983031001
Ketua
2.
Faizatul Ansoriyah, S.Sos, M.Si
(_____________________)
NIP. 198203042008122003
Sekretaris
3.
Drs. Sudarmo, M.A, Ph.D.
(_____________________)
NIP. 196311011990031002
Penguji
Mengetahui,
Dekan
Fakultas ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
commit to user
MOTTO
“Keber
hasilan tidak akan datang pada orang-orang yang hanya menunggu tanpa
melakukan usaha apapun
”
(Mario Teguh)
“Kesuksesan ibarat tangga darurat, kita harus menaiki anak tangga satu per satu
untuk mencapai kesuksesan itu”
(Dedy Corbuzier dalam Hitam Putih)
“
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya
”
( Potongan ayat QS. Al-Baqarah : 286)
commit to user
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya kecil ini aku persembahkan kepada:
Suprapti (Almh),
my lovely mom
, kau adalah inspirasiku, semangatku,
motivasiku dan juga panutanku. Tak lupa pula
my lovely dad
, Khusnul Yakin.
Terima kasih atas semua doa, bimbingan, nasehat, kasih sayang, cinta kasih,
dan pengorbanan yang telah kalian berikan selama ini. Kalian adalah inspirasi
dan penyemangat hidupku.
Kusniawan dan Lathifah Puteri Kusuma Wardani, terima kasih karena kalian
selalu ada untukku di saat suka maupun duka. Terima kasih untuk dukungan
yang tidak henti-hentinya kalian berikan kepadaku.
Ade Mayangsari (Almh), terima kasih atas waktu-waktu yang berharga.
Terima kasih karena sudah berjuang bersamaku, perjuangan dan kisah
hidupmu adalah motivasi terbesarku.
Terima kasih untuk sahabat-sahabatku yang telah memberikan hari-hari yang
tak akan terlupakan. Terima kasih karena selalu ada dan selalu memberikan
commit to user
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil‟alamin segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat ALLAH SWT, yang senantiasa memberi petunjuk dan karunia-Nya,
sehingga penulis memperoleh kemudahan untuk menyelesaikan skripsi yang
berjudul:
“
RESOLUSI KONFLIK BERBASIS
COMMUNITY GOVERNANCE
(Studi Deskriptif Kualitatif di Kawasan Pasar Klewer Kota Surakarta)
”.
Skripsi
ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak lepas dari kesulitan dan
hambatan, namun berkat dorongan, masukan, bimbingan, pengarahan dan bantuan
dari berbagai pihak maka penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini
dengan baik. Dengan segala kerendahan penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:
1.
Bapak Drs. Sudarmo, M. A, Ph. D, selaku pembimbing skripsi yang dengan
sabar telah memberikan pengarahan dan bimbingan.
2.
Ibu Dra. Retno Suryawati, M.Si, selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan akademis kepada penulis.
3.
Bapak dan Ibu Dosen Ilmu Administrasi Negara FISIP UNS yang telah
memberi bekal ilmu kepada penulis.
4.
Bapak Ahmad Fathoni, selaku Sekretaris Himpunan Pedagang Taman Parkir
Pasar Klewer (HPTPPK) yang telah memberikan ijin dalam penelitian.
5.
Bapak Ir. H. Kusbani, selaku Humas Himpunan Pedagang Pasar Klewer
(HPPK) yang telah memberikan ijin dalam penelitian.
6.
Bapak Drs. Subagyo, MM selaku Kepala Dinas Pengelola Pasar Kota
Surakarta yang telah memberikan ijin dalam penelitian.
7.
Bapak Mudo Prayitno, S. Si, T selaku perwakilan dari Unit Pelaksana Teknis
Daerah Perparkiran Kota Surakarta yang telah memberikan ijin dalam
commit to user
8.
Ibu Dra. Sularti, MM selaku Sekertaris Satuan Polisi Pamong Praja Kota
Surakarta yang telah memberikan ijin dalam penelitian.
9.
Semua pihak yang telah turut membantu penulis dalam menyelesaikan
tugas akhir ini.
Semoga Alloh SWT menerima serta memberikan balasan atas segala
kebaikan yang Bapak, Ibu, dan Saudara berikan kepada kami.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun, penulis nantikan dan terima
dengan senang hati. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis, juga Pemerintah Kota Surakarta maupun pihak-pihak yang
sedang berkonflik pada khususnya.
Surakarta, 22 Oktober 2012
commit to user
DAFTAR ISI
COVER SKRIPSI
………
i
HALAMAN PERSETUJUAN
………
ii
HALAMAN PENGESAHAN
……….
iii
MOTTO
………...
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
………..
v
KATA PENGANTAR
……….
vi
DAFTAR ISI
………...
viii
DAFTAR TABEL
………...
x
DAFTAR GAMBAR
………..
xi
ABSTRAK
………...
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
………
1
B.
Rumusan Masalah
……….
11
C.
Tujuan Penelitian
………..
11
D.
Manfaat Penelitian
………...
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
KAJIAN TEORI
………
13
1.
Konflik
………
13
2.
Manajemen Konflik
………
31
3.
Resolusi Konflik
……….
37
4.
Community Governance
……….
46
5.
Resolusi Konflik berbasis
Community Governance
…...
60
B.
KERANGKA BERPIKIR
……….
68
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
………..
72
B.
Lokasi Penelitian
………
72
commit to user
D.
Teknik Pengambilan Sampel
……….
73
E.
Teknik Pengumpulan Data
………
74
F.
Analisis Data
……….
77
G.
Validitas Data
………
78
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
DESKRIPSI LOKASI
………
79
1.
Pasar Klewer
………...
79
2.
Himpunan Pedagang Pasar Klewer (HPPK)
…………..
87
B.
PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA
………...
88
1.
Konflik antara PKL bermobil dengan Pedagang di
Kawasan Pasar Klewer Kota Surakarta
………..
89
2.
Resolusi Konflik-
Community Governance
dalam
Penyelesaian Konflik antara PKL Bermobil dengan
Pedagang di Kawasan Pasar Klewer
………....
103
3.
Faktor-faktor Penghambat dalam Penerapan
Resolusi Konflik-
Community Governance
……….
140
BAB V PENUTUP
A.
KESIMPULAN
………...
149
B.
SARAN
………...
152
DAFTAR PUSTAKA
………..
154
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Konflik sebagai Sistem Sosial
………
14
Tabel 4.1
Persebaran Kios di Pasar Klewer
………
84
Tabel 4.2
Jenis Dagangan Pedagang Oprokan di Pasar Klewer
………….
85
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Siklus Konflik Konstruktif
………..
24
Gambar 2.2
Siklus Konflik Destruktif
……….
25
Gambar 2.3
Kerangka Gaya Manajemen Konflik Thomas dan
Kilmann (1974)
………
37
Gambar 2.4
Model
Kerangka Pemikiran Penelitian ……… 71Gambar 4.1
Gapura Masuk Pasar Klewer
………
80
Gambar 4.2
Pasar Klewer
………
81
Gambar 4.3
Suasana di dalam Pasar Klewer
………...
82
Gambar 4.4
Transaksi yang Dilakukan oleh PKL Bermobil
………...
91
Gambar 4.5
PKL Bermobil yang sedang Mewarkan Barang
Dagangannya
………...
97
Gambar 4.6 Kepala Satpol PP Sutardjo Melakukan Penertiban
PKL Bermobil di Areal Parkir sekitar Pasar Klewer
…………
99
Gambar 4.7
PKL bermobil di Alun-alun Utara Keraton Surakarta
……….
109
Gambar 4.8
Mobil yang Menggunakan Stiker AM
……….
123
commit to user
ABSTRAK
Kusnia Ratih Aprilia Safitri, D0108075,
“
Resolusi Konflik berbasis
Community Governance
(Studi Deskriptif Kualitatif di Kawasan Pasar
Klewer)
”.
Skripsi, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2012, 159 halaman.
Konflik di kawasan pasar Klewer merupakan konflik yang terjadi antara
PKL bermobil dengan pedagang di kawasan Pasar Klewer. Konflik ini terjadi
akibat adanya perebutan sumber daya yang terbatas yaitu konsumen atau pembeli
di kawasan Pasar Klewer. Konflik ini bermula ketika PKL bermobil yang
merupakan distributor barang di Pasar Klewer maupun Pasar Cinderamata ikut
melayani pembeli secara langsung. PKL bermobil yang berasal dari Pekalongan,
Jepara, Kudus dan Pemalang ini menggunakan area parkir pasar Cinderamata
untuk berjualan. Hal ini memicu protes keras yang dilakukan oleh pedagng pasar
Klewer dan pedagang pasar Cinderamata. Berbagai upaya yang dilakukan oleh
Pemerintah Kota Surakarta seperti penertiban, pemasangan spanduk dan
pemberian surat edaran yang berisi larangan berjualan bagi PKL bermobil belum
membuahkan hasil yang signifikan. Hal inilah yang mendasari penulis untuk
melakukan penelitian mengenai penerapan resolusi konflik berbasis
community
governance
dalam penyelesaian konflik antara PKL bermobil dengan pedagang di
kawasan pasar Klewer serta untuk mengkaji faktor-faktor penghambat dalam
penerapan resolusi konflik berbasis
community governance
.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dengan
teknik pengumpulan sampel adalah
purposive sampling
. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah wawancara, observasi, metode dokumenter dan
metode penulusuran data online. Teknik analisis data dengan cara analisa data
efektif yaitu reduksi data, penyajian data dan verifikasi data, validitas data yang
digunakan adalah triangulasi.
commit to user
ABSTRACT
Kusnia Ratih Aprilia Safitri, D0108075,
“
Resolusi Konflik berbasis
Community Governance
(Studi Deskriptif Kualitatif di Kawasan Pasar
Klewer)
”.
Skripsi, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2012, 159 halaman.
Conflicts occur in Klewer traditional market are conflicts that happen
between the street vendors that use their car with thenative traders in the Klewer
traditional market area. The conflicts was the result of a limited competition over
resources is the consumer or buyer in the Klewer traditional market area. The
conflicts arose since the street vendors, which were originally as distributors of
goods in the area, also participated to serve the customers directly. They, who
came from outside Solo such as Pekalongan, Jepara, Kudus, and Pemalang, took
parking area of the market to run the business. This sparked a serial of serious
protests by the native traders. Various efforts made by the Government of
Surakarta City such as demolition, installation of banners and giving circular
banning street vendors selling has not yielded significant results. This is what
underlies the author to conduct research on the implementation of conflict
resolution based on community governance between the street vendors with
Klewer market traders in the region as well as to examine the factors inhibiting
the implementation of conflict resolution based on community governance.
The research method used is descriptive qualitative. The sample collection
technique used is purposive sampling. The data collection techniques used was
interviews, observation, documentary method and the internet searching data
method. Data analysis techniques is conducted in a way that is effective data
analysis such as data reduction, data presentation and data verification.And the
data validation used is triangulation.
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Konflik merupakan suatu situasi dimana terdapat beberapa orang
maupun kelompok yang tidak setuju dengan suatu keadaan, kebijakan
maupun keputusan yang telah diambil. Konflik ini dapat terjadi karena
adanya perebutan sumber daya yang terbatas, adanya persaingan bisnis,
adanya tujuan yang berbeda, adanya pembagian tugas dalam organisasi yang
tidak merata, terdapat komunikasi yang tidak baik atau tidak lancar, dan
sebagainya. Konflik dapat terjadi dimana saja baik konflik yang dialami diri
sendiri (konflik personal) maupun konflik yang terjadi di dalam suatu
organisasi, antar organisasi maupun konflik yang terjadi antara organisasi
dengan pemerintah. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemui
beberapa macam konflik seperti konflik sosial, konflik ekonomi, konflik
bisnis, konflik politik maupun konflik agama. Konflik-konflik ini dapat
menjadi konflik yang bersifat destruktif/merusak apabila tidak ditangani
dengan baik dan benar.
Salah satu konflik yang diakibatkan karena adanya perebutan sumber
daya yang terbatas dan adanya persaingan bisnis adalah konflik yang terjadi
di kawasan pasar Klewer Surakarta. Konflik ini merupakan konflik antar
commit to user
pedagang Pasar Cinderamata maupun pedagang Pasar Klewer Surakarta.
Konflik yang sudah ada sejak tahun 2000an ini diakibatkan karena PKL
bermobil yang umumnya berasal dari luar kota Surakarta seperti Pekalongan,
Kudus, Jepara maupun Pemalang menggunakan lahan parkir di area Pasar
Cinderamata untuk berjualan. Hal ini menimbulkan protes dari pedagang di
kawasan pasar Klewer, khususnya pedagang pasar Cinderamata. Pasalnya
pedagang di kawasan pasar Klewer merasa dicurangi dan dirugikan lantaran
PKL bermobil menggunakan lahar parkir pasar Cindermata untuk berjualan
dan mereka hanya membayar biaya parkir. Sedangkan pedagang pasar
Klewer dan pedagang pasar Cinderamata yang merupakan pedagang resmi
dan memiliki izin berdagang harus berdagang di kios, mereka juga harus
membayar retribusi, tagihan listrik dan tagihan air. Hal ini sependapat dengan
pernyataan dari sekertaris Himpunan Pedagang Taman Parkir Pasar Klewer
(HPTPPK), Bapak Ahmad Fathoni yang mengatakan bahwa:
“
pedagang Pasar Klewer maupun Pasar Cinderamata merasa dirugikan,
pasalnya mereka adalah pedagang resmi yang sudah mendapat izin dari
Pemkot Surakarta untuk berjualan. Para pedagang ini melakukan
transaksi jual-beli di kios dan setiap bulannya mereka membayar
tagihan listrik, tagihan air dan membayar retribusi. Sedangkan
pedagang bermobil hanya menggunakan mobil untuk melakukan
transaksi jual-beli dan mereka merupakan pedagang illegal karena tidak
ada izin dari Pemkot Surakarta sendiri
”.
(pra survey 15 Mei 2012)
PKL bermobil juga dianggap menjadi penyebab utama turunnya omzet
penjualan pedagang pasar. Pasalnya PKL bermobil yang awalnya merupakan
distributor barang di pasar Klewer maupun pasar Cinderamata ini menjual
commit to user
harga yang ditetapkan oleh pedagang pasar. Hal inilah yang menyebabkan
konsumen lebih memilih untuk membeli langsung pada PKL bermobil. Selain
itu, konsumen juga tidak perlu repot-repot untuk masuk ke dalam pasar
karena terdapat distributor yang siap melayani pembeli. Hal ini sesuai dengan
penjelasan dari Sekertaris HPTPPK yang menjelaskan bahwa:
“telah
terjadi penurunan pendapatan atau merosotnya omzet penjualan
para pedagang di kawasan Klewer terutama pedagang Pasar
Cinderamata hingga mencapai 80% dari hari-hari biasanya. Hal ini
terjadi akibat PKL bermobil yang umumnya adalah
distributor-distributor barang di Pasar Klewer maupun Pasar Cinderamata menjual
barang dengan harga yang jauh lebih murah
”
(solopos.com, 3 Mei
2012).
Selain mengakibatkan kerugian materi bagi pedagang Pasar Klewer
maupun Pasar Cinderamata, keberadaan PKL bermobil juga mengakibatkan
iklim persaingan di kompleks Pasar Klewer menjadi tidak sehat karena ada
permainan yang tidak
fair
(prasurvey 15 Mei 2012). Pada dasarnya polemik
antara pedagang di kawasan Pasar Klewer dengan PKL bermobil terjadi
akibat usaha PKL bermobil tidak lancar karena banyak pedagang grosir yang
hutang sehingga mereka pun ikut-ikutan berjualan dan melayani pembeli
secara langsung. Pada dasarnya, pihak yang merasa dirugikan dengan adanya
aktivitas PKL bermobil ini adalah pedagang pasar Cinderamata. Pasalnya
PKL bermobil membuka dagangannya di lahan parkir pasar Cinderamata
sehingga konsumen atau pembeli lebih tertarik untuk datang ke
PKL bermobil terlebih dahulu baru ke toko/kios pedagang pasar Cinderamata.
Untuk menangani masalah ini, berbagai upaya telah dilakukan oleh
commit to user
berbagai kegiatan atau aktivitas yang terjadi di seluruh pasar Kota Surakarta.
DPP sudah berusaha untuk menjembatani kedua belah pihak dengan cara
mempertemukan PKL bermobil dengan pedagang Klewer maupun pedagang
Cinderamata serta memberi pembinaan terkait peraturan berjualan di kawasan
Klewer. DPP Kota Surakarta yang dibantu dengan Satpol PP dan satpam
pasar juga telah rutin melakukan penertiban kepada PKL bermobil setiap hari
Senin dan Kamis. Selain itu, DPP Kota Surakarta pada tanggal 11 Mei 2012
lalu juga telah memasang spanduk yang berisi himbauan dan larangan
transaksi jual-beli bagi PKL bermobil di kawasan parkir Pasar Cinderamata.
Namun, upaya-upaya yang telah dilakukan oleh DPP Kota Surakarta ini
belum banyak memberikan hasil karena PKL bermobil masih tetap berdagang
di kawasan pasar Klewer. Hanya saja PKL yang tadinya berjualan di kawasan
parkir Pasar Cinderamata kini beralih ke Alun-alun Utara yang merupakan
cagar budaya milik Keraton Surakarta. Menanggapi hal tersebut, Pemkot
Surakarta pada tanggal 6 Agustus 2012 kemarin segera bertindak dengan
mengeluarkan Surat Edaran yang dikeluarkan oleh Sekertaris Daerah (Setda)
Kota Surakarta. Dalam Surat Edaran tersebut telah dijelaskan mengenai
larangan dan sanksi yang akan diberikan kepada PKL bermobil apabila PKL
bermobil tetap berjualan di kawasan parkir Pasar Cinderamata maupun
Alun-alun Utara Keraton Surakarta. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemkot
Surakarta ini masih belum memberikan hasil yang signifikan pasalnya sampai
sekarang PKL bermobil masih tetap melakukan transaksi jual-beli di kawasan
commit to user
Selain menuai berbagai protes dari pedagang-pedagang pasar, pada
dasarnya PKL bermobil juga melakukan banyak pelanggaran. Pelanggaran
yang dialakukan oleh PKL bermobil adalah pelanggaran terhadap berbagai
peraturan yang berlaku di Kota Surakarta. Peraturan-peraturan yang dilanggar
oleh PKL bermobil, diantaranya adalah: pertama, Undang-undang No. 22
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang menyatakan bahwa
setiap kendaraan bermotor yang dioperasikan di jalan harus memenuhi
persyaratan teknis dan laik jalan, persyaratan teknis di sini maksudnya adalah
rancangan teknis kendaraan harus sesuai dengan peruntukannya (pasal 48).
Menurut Undang-undang tersebut, mobil mini bus yang merupakan
kendaraan untuk mengangkut orang dilarang digunakan untuk mengangkut
barang dan dilarang untuk digunakan dalam melakukan transaksi
perdagangan. Kedua, Peraturan Daerah (Perda) Kota Surakarta No. 7 Tahun
2004 tentang Penyelenggaraan Tempat Khusus Parkir, tempat khusus parkir
adalah tempat yang secara khusus disediakan oleh Pemerintah Daerah, baik
yang dikelola sendiri atau di kerjasamakan pihak ketiga yang meliputi
pelataran, lingkungan, taman atau gedung parkir yang disediakan untuk
fasilitas tempat khusus parkir kendaraan (pasal 1). Berdasarkan Perda
tersebut, PKL bermobil yang berada di kawasan parkir Pasar Cinderamata
maupun di Alun-alun Utara Kota Surakarta tidak diizinkan untuk melakukan
aktivitas jual-beli di mobil pada area parkir. Ketiga adalah Perda Kota
Surakarta No. 3 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Pedagang Kaki Lima
commit to user
pada fasilitas-fasilitas umum yang dilarang digunakan untuk tempat usaha
atau lokasi PKL (pasal 5). Berdasarkan perda tersebut, PKL bermobil jelas
melakukan pelanggaran karena PKl bermobil menggunakan fasilitas umum
yaitu lahan parkir di area pasar Cinderamata maupun di Alun-alun Utara
untuk bertransaksi. Pelanggaran terhadap pasal 5 Perda No. 3 Tahun 2008
akan dikenakan sanksi pidana kurungan 3 bulan dan/ atau denda
sebanyak-banyaknya Rp 5.000.000,- (pasal 16 Perda No. 3 Tahun 2008). Dan yang
keempat adalah Peraturan Daerah Kota Surakarta yang terbaru yaitu Perda
No. 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional,
pedagang pasar adalah orang atau badan hukum yang melakukan kegiatan
dengan menjual dan/atau membeli barang dan/atau jasa yang menggunakan
pasar sebagai tempat kegiatannya (pasal 1). Dari pasal tersebut, diketahui
bahwa pelanggaran yang dilakukan oleh PKL bermobil adalah tidak
menggunakan kios di dalam pasar untuk melakukan aktivitas perdagangan.
Meskipun telah ada larangan resmi dari Pemerintah Kota Surakarta
terhadap para PKL bermobil yang berupa pemasangan spanduk dan
pemberian Surat Edaran, namun sampai sekarang kita masih dapat melihat
eksistensi mereka di kawasan pasar Klewer terlebih di Alun-alun Utara
Keraton Surakarta. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya keraguan pada
pedagang pasar Klewer maupun pedagang pasar Cindermata terhadap kinerja
dan upaya yang dilakukan oleh Pemkot Surakarta khusunya DPP Kota
Suarakarta. Pemkot Surakarta terkesan tidak tegas dalam menerapkan dan
commit to user
tidak memaksimalkan berbagai peraturan yang ada dan dianggap melakukan
pembiaran terhadap PKL bermobil. Pengurus HPTPPK, Ahmad Fatoni
berpendapat bahwa:
“
meski PKL bermobil telah melakukan banyak pelanggaran dengan
berjualan di kawasan parkir Pasar Cinderamata maupun di Alun-alun
Utara, Pemkot Surakarta terkesan tidak tegas dalam melakukan
penertiban tersebut. Keempat payung hukum tersebut seperti tidak
dimaksimalkan oleh DPP Kota Surakarta, Satpol PP, bahkan satpam di
area Pasar Klewer sendiri. Kurang maksimalnya upaya yang dilakukan
DPP Kota Surakarta ini dapat dilihat dengan masih banyaknya PKL
bermobil yang melakukan aktivitasnya setiap hari terlebih setiap hari
Senin dan Kamis. Hal inilah yang menimbulkan keraguan di dalam
pengurus HPTPPK maupun HPPK serta para pedagang resmi terhadap
upaya dari DPP Kota Surakarta dalam melakukan penertiban
.”
(prasurvey, 15 mei 2012)
Bahkan menurut Bapak Kusbani yang merupakan Humas Himpunan
Pedagang Pasar Klewer (HPPK), di dalam menangani konflik ini Pemerintah
Kota Surakarta sering saling lempar tanggung jawab. Pemkot Surakarta,
khusunya DPP Kota Surakarta dan UPTD Perparkiran Kota Surakarta
terkesan tidak mau disalahkan dan mereka berusaha untuk mencari
pembenaran. Hal ini disampaikan Bapak Kusbani kepada solopos.com:
“
selama ini kerap terjadi lempar tangung jawab antara UPTD
Perparkiran dengan DPP mengenai persoalan pedagang bermobil di
kawasan
Klewer.
Saling
lempar
tangungjawab
inilah
yang
menyebabkan pedagang resmi merasa dirugikan
.”
(7 Mei 2012).
Kurang maksimalnya upaya dan sanksi yang diberikan oleh Pemkot
Surakarta terhadap PKL bermobil menyebabkan pedagang pasar bertindak
sendiri. Para pedagang pasar telah berulang kali melakukan penertiban sendiri
commit to user
melakukan penggrebekan terhadap para PKL bermobil. Setelah dilakukan
penggrebekan tersebut, tidak ada PKL bermobil yang melakukan transaksi
jual-beli di kawasan Pasar Klewer. Namun, hal tersebut tidak bertahan lama
karena PKL bermobil muncul kembali sampai sekarang (pra survey, 15 mei
2012). Puncak dari konflik ini adalah pada awal bulan Mei tahun 2012
kemarin, sejumlah pedagang di kawasan Pasar Klewer nekat melakukan
sweeping
dan embargo terhadap pemasok barang yang ketahuan berjualan
menggunakan mobil di lahan parkir Pasar Cinderamata.
Menurut solopos.com, aksi penyisiran atau
sweeping
yang dilakukan
oleh pedagang Pasar Cinderamata maupun pedagang Pasar Klewer terhadap
PKL bermobil nyaris berbuntut konflik horisontal. Aksi yang dilakukan pada
hari Senin tersebut, dimulai dengan puluhan pedagang Pasar Cinderamata
yang menggelar dagangannya di tengah-tengah lahan parkir Pasar
Cinderamata. Aksi yang bertujuan untuk menggeser keberadaan pedagang
bermobil tersebut rupanya tak membuahkan hasil, lantaran PKL bermobil
tetap menjajakan barang dagangannya di tempat tersebut. Emosi antar
pedagang pun tersulut. Belasan pedagang pasar Cinderamata akhirnya
menyisir dan merampas barang milik pedagang yang rata-rata dari Kabupaten
Pekalongan itu untuk diamankan. Aksi ini sempat mendapatkan perlawanan
dari PKL bermobil dan berujung perang mulut (3 Mei 2012). Sedangkan
embargo yang dilakukan pedagang pasar Cinderamata dan pasar Klewer ini
dilakukan terhadap pemasok barang yang ketahuan berjualan di mobil di
commit to user
Dari kondisi yang telah dipaparkan di atas, kondisi seperti ini
memberikan kesempatan bagi ilmuwan administrasi publik untuk dapat
melakukan penelitian mengenai konflik dan manajemen konflik di kawasan
pasar Klewer. Dalam Isu-isu administrasi Publik, Nigro & Nigro
menyebutkan bahwa administrasi publik meliputi (1) suatu usaha kerjasama
kelompok dalam lingkungan publik; (2) mencakup tiga bidang yaitu
eksekutif, legislatif dan yudikatif; (3) dimana tiga bidang tersebut memiliki
peranan yang penting dalam merumuskan kebijakan publik dan termasuk
proses politik; (4) dalam beberapa hal, administrasi publik berbeda dengan
administrasi swasta serta; (5) berkaitan erat dengan sejumlah
kelompok-kelompok swasta dan individu-individu dalam memberikan pelayanan publik
(Sudarmo, 2011: 10). Dari pendapat Nigro & Nigro tersebut, dapat diketahui
bahwa konflik yang terjadi antara PKL bermobil dengan pedagang di
kawasan pasar Klewer Kota Surakarta termasuk salah satu aspek kajian dari
administrasi publik. Hal ini dikarenakan konflik ini terjadi di lingkungan
publik yaitu pasar yang merupakan fasilitas umum yang merupakan tanggung
jawab Pemerintah Kota Surakarta. Selain itu, pihak-pihak yang berkonflik
merupakan kelompok-kelompok masyarakat yang memberikan pelayanan
langsung kepada masyarakat yaitu dengan menjual dan menyediakan
barang-barang yang menjadi kebutuhan masyarakat.
Konflik yang terjadi antara PKL bermobil dengan pedagang di kawasan
Pasar Klewer dapat menjadi konflik destruktif apabila tidak mendapat
commit to user
manajemen konflik yang dapat meminimalisir dampak buruk dan dapat
mengendalikan konflik agar mendapatkan solusi yang tepat dan dapat
diterima semua pihak. Salah satu resolusi konflik yang dianggap efektif untuk
menyelesaikan konflik yang terjadi di kawasan Pasar Klewer ini adalah
resolusi konflik berbasis
community governance
. Resolusi konflik ini
dianggap efektif karena pendekatan
community governance
ini lebih
menekankan pada penyelesaian konflik yang dilakukan oleh
komunitas-komunitas atau kelompok-kelompok yang sedang berkonflik. Pendekatan ini
lebih menekankan pada kerjasama atau negosiasi yang dilakukan oleh
komunitas-komunitas untuk mendapatkan solusi konflik yang dapat diterima
oleh kedua belah pihak. Dengan adanya penerapan resolusi konflik berbasis
community governance
dalam menyelesaikan konflik di kawasan pasar
Klewer ini diharapkan dapat tercipta
win-win solution
. Dengan terciptanya
win-win solution
maka tidak ada pihak yang merasa dirugikan atau dicurangi
karena solusi atau pemecahan masalah yang diambil merupakan hasil
keputusan bersama. Selain itu,
win-win solution
yang tercipta tidak akan
menimbulkan konflik di kemudian hari karena pihak-pihak yang berkonflik
merasa bahwa solusi yang diambil tidak memihak salah satu pihak.
Dari pemaparan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Resolusi Konflik Berbasis
Community Governance
(Studi Deskriptif Kualitatif di Kawasan Pasar Klewer Kota Surakarta)
”.
commit to user
B.
RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang di atas, maka penulis merumuskan rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1.
Bagaimanakah penerapan resolusi konflik berbasis
community
governance
dalam penyelesaian konflik antara PKL bermobil dengan
pedagang di kawasan Pasar Klewer Kota Surakarta?
2.
Apa saja faktor-faktor penghambat dalam penerapan resolusi konflik
berbasis
community governance
dalam penyelesaian konflik di
kawasan Pasar Klewer Kota Surakarta?
C.
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan oleh penulis, memiliki beberapa tujuan baik
tujuan operasional maupun tujuan individual. Berikut merupakan
tujuan-tujuan dalam penelitian ini:
1.
Tujuan Operasional
Untuk memetakan penerapan resolusi konflik berbasis
community
governance
yang digunakan dalam penyelesaian konflik antara PKL
bermobil dan pedagang di kawasan Pasar Klewer sehingga menghasilkan
solusi konflik, baik itu
win-win solution, win-lose solution
maupun
lose-lose solution
.
2.
Tujuan Individual
Untuk mencapai gelar sarjana pada jurusan Ilmu Administrasi, Program
commit to user
D.
MANFAAT PENELITIAN
Hasil dari kegiatan penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, yaitu:
1.
Bagi pihak-pihak yang berkonflik
a.
Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang berkonflik baik
pedagang Pasar Klewer, pedagang Pasar Cinderamata maupun PKL
bermobil dalam kaitannya dengan penyelesaian konflik di Kawasan
Pasar Klewer.
b.
Sebagai bahan pertimbangan dalam penetapan strategi untuk
menyelesaikan konflik di kawasan Pasar Klewer melalui resolusi
konflik berbasis
community governance
.
2.
Bagi masyarakat
a.
Sebagai acuan untuk dapat mengelola, mengendalikan dan
menyelesaikan konflik yang sedang dihadapi.
b.
Sebagai bahan wacana dan informasi bagi masyarakat luas mengenai
resolusi konflik berbasis
community governance
dalam mengelola,
mengendalikan dan menyelesaikan suatu konflik.
3.
Bagi akademisi
Penelitian
ini
diharapkan
adpat
memberikan
kontribusi
bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan bahan referensi bagi
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
KAJIAN TEORI
1.
KONFLIK
Konflik merupakan sebuah fenomena yang melekat dalam
kehidupan manusia. Manusia memiliki beragam karakteristik mulai dari
perbedaan jenis kelamin, agama, suku, budaya, ras, status sosial dan
ekonomi serta tujuan dari hidupnya. Beragam karakteristik tersebut
terkadang menimbulkan konflik. Konflik tidak hanya terjadi pada diri
seseorang tetapi konflik juga dapat terjadi antar individu, antara individu
dengan organisasi bahkan antara individu dengan negara/pemerintah.
Banyak pakar/ahli yang memberikan definisi tentang konflik. Salah
satunya adalah Stephen P. Robbins (2008: 173) yang memberikan definisi
konflik sebagai:
“
sebuah proses yang dimulai ketika satu pihak memiliki persepsi
bahwa pihak lain telah mempengaruhi secara negatif atau akan
mempengaruhi secara negatif sesuatu yang menjadi perhatian atau
kepentingan pihak pertama.
”
Kirk Blackard & James W. Gibson (Wirawan, 2010: 5)
memberikan definisi konflik sebagai:
commit to user
Hal yang hampir senada juga diungkapkan oleh Hardjana
(Wahyudi, 2011: 18) yang mendefinisikan konflik sebagai:
“perselisihan, pertentangan antara dua orang
atau dua kelompok
dimana perbuatan yang satu berlawanan dengan yang lainnya
sehingga salah satu atau keduanya saling terganggu.”
Dari beberapa definisi mengenai konflik di atas, dapat diketahui
bahwa konflik pada dasarnya memiliki beberapa karakteristik yang selalu
melekat di dalamnya, yaitu:
a.
Proses. Konflik terjadi melalui sebuah proses, proses konflik yang
satu berbeda dengan proses konflik lainnya. Proses konflik ini terdiri
dari masukan, proses dan keluaran konflik sehingga konflik dapat
dikatakan sebagai sistem interaksi sosial (Wirawan, 2010: 5-6).
commit to user
c.
Saling tergantung. Sebuah tindakan atau perbuatan yang dilakukan
salah satu pihak yang sedang berkonflik dapat mempengaruhi pihak
yang lain.
d.
Adanya pertentangan mengenai obyek di dalam konflik. Obyek
konflik dapat berupa perbedaan pendapat, perbedaan tujuan, ataupun
kondisi kerja, jaminan atau upah yang tidak layak.
e.
Diekspresikan. Suatu konflik harus diekspresikan sehingga banyak
orang yang mengetahuinya. Konflik dapat diekspresikan melalui
tindakan, ucapan maupun bahasa tertulis.
f.
Pola perilaku. Ketika terjadi sebuah konflik, pihak yang terlibat dalam
konflik tersebut menggunakan pola perilaku tertentu untuk mengatasi
konflik. Pola perilaku itu sering disebut gaya manajemen konflik atau
taktik konflik.
g.
Interaksi konflik. Interaksi konflik ini diakibatkan oleh proses konflik
dari pihak-pihak yang terlibat dan dapat berupa saling menuduh,
saling menyalahkan, saling melakukan agresi, melakukan negosiasi
atau meminta bantuan pihak ketiga dalam menyelesaikan konflik.
h.
Keluaran konflik. Keluaran konflik dihasilkan dari interaksi konflik
dan dapat menciptakan perubahan sistem sosial. Keluaran konflik
dapat berupa ditemukannya solusi konflik seperti
win-win solution
,
win-lose solution
ataupun
lose-lose solution
(Wirawan, 2010: 5-7).
Konflik yang terjadi baik di dalam suatu organisasi maupun
commit to user
kelompok maupun antar komunitas dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Faktor-faktor ini yang dapat memicu timbulnya suatu konflik:
a.
Keterbatasan atau kelangkaan sumber daya. Untuk menyelenggarakan
aktivitas di dalam suatu organisasi dibutuhkan sumber daya yang
memadai.
Apabila
sumber
daya
yang
diperlukan
tersebut
langka/terbatas muncullah kompetisi dan dapat menyebabkan konflik.
Kelangkaan sumber daya dalam suatu orgasnisasi dapat berupa
terbatasnya anggaran, fasilitas kerja, jabatan, dan kesempatan untuk
berkarir (Wirawan, 2010: 8). Sedangkan dalam organisasi informal,
kelangkaan sumber daya dapat berupa terbatasnya ruang/lokasi yang
digunakan untuk melakukan aktivitas seperti berjualan yang diijinkan
atau diperbolehkan oleh otoritas setempat (Sudarmo, 2011: 207).
b.
Tujuan yang berbeda (kompetisi tujuan). Setiap organisasi pasti
mempunyai tujuan yang ingin dicapai dan anggota-anggota organisasi
juga mempunyai tujuan pribadi di luar tujuan dari organisasi. Hal ini
dapat memicu konflik apabila dalam mencapai tujuan pribadinya,
anggota organisasi menyalahgunakan tugas/wewenang yang dimiliki
dan menyebabkan organisai mengalami kerugian. Konflik di dalam
organisasi juga dapat terjadi ketika cara yang digunakan untuk
mencapai tujuan organisasi berbeda (Wirawan, 2010: 8).
c.
Saling tergantung atau interdependensi pekerjaan. Interdependensi
pekerjaan dapat berlangsung dalam satu arah maupun dua arah, dan
commit to user
atau sumber daya maupun informasi. Adanya ketergantungan antara
satu pihak dengan pihak yang lain dapat menyebabkan konflik apabila
ketersediaan sumber daya maupun informasi menjadi langka dan sulit
didapat (Wahyudi, 2011: 38).
d.
Struktur. Struktur yang dimaksud di sini mencakup variable-variabel
seperti ukuran, kadar spesialisasi dalam tugas-tugas yang diberikan
kepada anggota kelompok, kejelasan yurisdiksi, keserasian antara
anggota dan tujuan, gaya kepemimpinan, sistem imbalan dan kadar
ketergantungan antar kelompok (Robins: 2008: 178). Selain itu,
menurut Sudarmo (2011: 210), pemilahan struktural mencakup
pembagian kerja, fungsi, satuan organisasi, penempatan orang-orang
dalam posisi tertentu, hirarki dan pemanfaatan sumber daya yang
tersedia untuk masing-masing orang atau unit kerja. Adanya struktur
dan pemilahan struktur yang tidak adil dapat menyebabkan konflik.
e.
Kekaburan peran atau bidang tugas. Kekaburan bidang tugas dapat
menyebabkan konflik apabila batasan-batasan bidang kerja tidak jelas,
terjadi tumpang tindih dalam tanggung jawab atau ketimpangan dalam
menjalankan tugas (Wahyudi, 2011: 40).
f.
Sistem imbalan yang tidak layak atau tidak adil. Pemberian imbalan,
upah atau gaji yang tidak adil dapat menyebabkan konflik. Sistem
imbalan dapat menyebabkan konflik ketika perolehan salah seorang
commit to user
g.
Komunikasi juga dapat menjadi pemicu timbulnya konflik apabila
komunikasi yang digunakan memiliki makna yang berbeda atau
ambiguitas makna, jargon, adanya pertukaran informasi yang tidak
memadai dan adanya kegaduhan dalam saluran komunikasi.
Komununikasi yang tidak baik dan lancar ini dapat menyebabkan
kesalahpahaman yang dapat memicu konflik (Robins: 2008: 178).
h.
Konflik terdahulu yang belum sempat tertuntaskan (
unresolved prior
conflict
). Konflik ini dapat menyebabkan konflik-konflik baru ketika
terjadi ketidaksepakatan diantara anggota organisasi. Apabila konflik
ini tidak dituntaskan secara menyeluruh dapat menyebabkan
penumpukan konflik dan dapat menyebabkan timbulnya konflik
multidimensional (Sudarmo, 2011: 212).
Ketika orang berada dalam situasi konflik dapat diartikan bahwa
mereka memiliki kebutuhan yang belum terpenuhi. Kebutuhan ini
biasanya berhubungan dengan satu atau lebih dari lima dimensi yang
berbeda, yaitu struktural, instrumental, kepentingan, nilai atau pribadi.
Dimensi yang berbeda akan menghadirkan tantangan yang berbeda pula.
Perlu dicatat bahwa konflik tidak harus berurusan dengan hanya satu
dimensi tetapi kebanyakan konflik terjadi dalam dua atau lebih dimensi.
Menurut
Bjarne Vestergaard, Erik Helvard & Aase Rieck Sørensen (2011:
7-8),
dimensi-dimensi dalam konflik dapat dibedakan menjadi lima, yaitu:
a.
Dimensi Struktural.
Dimensi struktural adalah kerangka eksternal
undang-commit to user
undang, kepemilikan dan struktur organisasi. Dimensi struktural tidak
dapat diubah secara langsung oleh resolusi konflik antara pihak yang
bertikai, namun pekerjaan yang dilakukan berurusan dengan konflik
yang spesifik dapat menjelaskan daerah dari dimensi struktural yang
perlu diperhatikan untuk mencegah konflik di masa depan. Tindakan
yang dapat dilakukan ketika berhadapan dengan konflik dalam
dimensi struktural misalnya untuk mempengaruhi pengambil
keputusan melalui penggunaan hak-hak
demokratis (
Bjarne
Vestergaard
, dkk, 2011: 8).
b.
Dimensi Instrumental.
Pusat gravitasi dari konflik adalah dalam
dimensi instrumental. Dua pihak dalam perselisihan mengenai
bagaimana tugas yang diberikan adalah untuk ditangani. Sebagian
besar waktu, orang tetap fokus pada masalah ketika berhadapan
dengan konflik instrumental. Orang sering memiliki perbedaan
pendapat
tersebut
tanpa
eskalasi/peningkatan.
Hanya
jika
ketidaksepakatan berakar pada dimensi lain atau jika permusuhan
besar hadir mereka meningkat. Cara yang paling masuk akal untuk
mendekati masalah yang bersifat instrumental adalah melalui
argumentasi dan mencari solusi yang dapat diterima kedua belah
pihak (
Bjarne Vestergaard
, dkk, 2011: 8).
c.
Dimensi Kepentingan/
Interest
.
Dimensi ini berpusat pada sumber
daya. Sumber daya ini dapat berupa uang, waktu dan ruang misalnya.
commit to user
diperebutkan. Dalam skala besar konflik, sumber daya dapat
mencakup wilayah, pasokan air dan sumber daya alam. Ketika
berhadapan dengan dimensi yang menarik, pendekatan yang masuk
akal adalah untuk bernegosiasi untuk mencapai kesepakatan tentang
pembagian sumber daya (
Bjarne Vestergaard
, dkk, 2011: 8).
d.
Dimensi Nilai/
Value
.
Dengan nilai-nilai kita mengartikan nilai-nilai
pribadi dan budaya. Ini termasuk, ideologi, agama, moral, nilai-nilai
estetika dan politik. Nilai-nilai ini adalah sesuatu yang Anda
perjuangkan. Mereka mendefinisikan apa yang benar dan salah, apa
yang bisa atau tidak bisa dilakukan. Konflik yang meningkat sering
tertanam dalam salah satu dimensi dari nilai atau dimensi pribadi
sebagai dimensi-dimensi adalah tidak dapat dicairkan. Tujuannya
adalah untuk mencapai pemahaman yang lebih besar dari posisi pihak
lain. Ketika seseorang memahami alasan dan latar belakang dari
nilai-nilai orang lain, mereka lebih mudah untuk menerima atau mentolerir.
Cara untuk mengatasi konflik yang bersifat berorientasi nilai adalah
melalui dialog terbuka, penyelidikan apresiatif dan komunikasi yang
tidak berdasar pada kekerasan (
Bjarne Vestergaard
, dkk, 2011: 8).
e.
Dimensi Personal.
Dimensi ini merupakan akar dari banyak konflik.
dimensi ini adalah di mana orang didorong oleh emosi dan ketakutan
yang kuat. Dimensi personal meliputi pengertian seperti identitas,
loyalitas, penolakan dan harga diri. Dialog terbuka, penyelidikan
commit to user
dimensi nilai, pendekatan yang terbaik ketika berhadapan dengan
dimensi pribadi (
Bjarne Vestergaard
, dkk, 2011: 8).
Konflik yang melekat dalam kehidupan manusia sangat beraneka
ragam dan dapat dikelompokkan berdasarkan berbagai kriteria. Sebagai
contoh, konflik dapat dibedakan berdasarkan jumlah orang yang terlibat,
latar belakang terjadinya konflik, substansi konflik maupun konflik
menurut bidang kehidupan manusia. Berikut ini merupakan beberapa jenis
konflik yang sering terjadi dalam suatu organisasi, perusahaan maupun di
dalam komunitas:
a.
Konflik personal dan konflik interpersonal
Konflik personal adalah konflik yang terjadi dalam diri seorang
individu karena dihadapkan pada beberapa alternatif pilihan yang
yang harus diambil. Konflik personal dapat dibagi ke dalam konflik
pendekatan ke pendekatan, konflik menghindar ke menghindar dan
konflik pendekatan ke menghindar (Wirawan, 2010: 55).
Konflik interpersonal adalah konflik yang terjadi di dalam suatu
organisasi atau konflik yang terjadi di tempat kerja. Konflik ini
terjadi ketika pihak-pihak yang terlibat konflik saling tergantung
dalam melaksanakan tugas/pekerjaan untuk mencapai tujuan
organisasi. Konflik interpersonal dapat terjadi dalam tujuh bentuk,
yaitu: konflik antar manajer, konflik antara pegawai dan
manajer/pimpinannya, konflik hubungan industrial (konflik antara
commit to user
dalam suatu organisasi, konflik antara anggota kelompok kerja
dengan kelompok kerjanya, konflik interes (konflik kepentingan)
dan konflik antara organisasi dengan pihak luar organisasi
(Wirawan, 2010: 55-56).
b.
Konflik interes atau konflik kepentingan adalah suatu situasi konflik
dimana seorang individu-pejabat atau aktor sistem sosial mempunyai
kepentingan personal lebih besar daripada kepentingan organisasinya
sehingga mempengaruhi pelaksanaannya sebagai pejabat sistem sosial
dalam melaksanakan kepentingan (tujuan) sistem sosial. Konflik ini
dapat merusak kepercayaan yang diberikan organisasi dan anggota
sistem sosial. Konflik interes ini merupakan salah satu fenomena yang
memicu timbulnya praktek korupsi, kolusi dan nepotisme. Konflik
interes ini biasanya terjadi dalam proses pengadaan barang dan jasa
serta tender-tender proyek baik di lembaga pemerintah maupun
lembaga bisnis (Wirawan, 2010: 57).
c.
Konflik realistis dan konflik nonrealistis
Konflik realistis merupakan konflik yang terjadi akibat perbedaan
cara dalam mencapai tujuan organisasi. Di dalam konflik ini,
interaksi konflik memfokuskan pada perbedaan obyek konflik yang
harus diselesaikan oleh pihak yang terlibat konflik. Gaya
manajemen yang digunakan adalah dialog, persuasi, musyawarah,
commit to user
Konflik nonrealistis adalah konflik yang dipicu oleh kebencian atau
prasangka buruk terhadap orang lain sehingga mendorong
seseorang
melakukan
agresi
untuk
menghancurkan
atau
mengalahkan lawannya. Metode manajemen konflik yang
digunakan adalah agresi, menggunakan kekuasaan, kekuaan dan
paksaan (Wirawan, 2010: 59).
d.
Konflik destruktif dan konflik konstruktif
Konflik konstruktif adalah konflik yang prosesnya berusaha untuk
menemukan solusi mengenai substansi konflik. Konflik ini
berusaha untuk mempererat hubungan pihak-pihak yang terlibat
konflik atau memperoleh sesuatu yang bermanfaat dari konflik.
Guna menyelesaikan konflik ini, manajemen konflik yang
digunakan adalah negosiasi,
take and give
, humor, bahkan voting
untuk mencapai kesepakatan bersama sehingga tercipta
win-win
solution
. Di dalam konflik ini, terdapat siklus konstruktif dimana
pihak-pihak yang terlibat konflik sadar akan terjadinya konflik dan
memberikan respon yang positif untuk menyelesaikan konflik
(Wirawan, 2010: 59).
Gambar 2.1 Siklus Konflik Konstruktif
Organisasi lebih sehat
Kompromi atau kolaborasi
Give and take
commit to user
Konflik destruktif merupakan konflik dimana pihak-pihak yang
terlibat konflik berusaha untuk mengalahkan satu sama lain.
Pihak-pihak yang terlibat konflik menggunakan manajemen konflik
seperti kompetisi, ancaman, konfrontasi, kekuatan, dan agresi.
Konflik jenis ini dapat merusak organisasi karena pihak-pihak yang
terlibat konflik berusaha untuk menyelamatkan muka mereka
(Wirawan, 2010: 62).
Gambar 2.2 Siklus Konflik Destruktif
e.
Konflik menurut bidang kehidupan
Konflik ekonomi terjadi karena adanya perebutan sumber-sumber
ekonomi yang terbatas. Konflik ini dapat terjadi antar anggota
masyarakat, antar kelompok masyarakat maupun antara masyarakat
dengan pemerintah pusat atau daerah. Konflik ekonomi ini dapat
berupa konflik mengenai hak wilayah ekonomi seperti daerah
tangkapan ikan, lahan pertanian, lahan parkir, dsb. Konflik ini juga
dapat terjadi apabila berkaitan dengan pertambangan emas, timah
atau penggalian pasir (Wirawan, 2010: 63).
Konflik Respons
negatif
Kompetisi dan agresi
Win & lose
solution