• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. LANDASAN TEORI

B. Konformitas

Kelompok adalah sekumpulan orang yang dipersepsikan terikat satu sama lain dalam sebuah unit yang koheren pada derajat tertentu (Dasgupta, Banaji & Abelson, 1999; Lickel dkk., 2000). Anggota-anggota kelompok tersebut bertemu karena kepentingan atau minat yang sama dalam berbagai kegiatan (Santrock, 1998). Konformitas itu sendiri berarti tunduk pada tekanan kelompok meskipun tidak ada permintaan langsung untuk mengikuti apa yang telah diperbuat oleh kelompok (Deaux et al., 1993 dalam Zebua & Nurdjayadi, 2001). Konformitas juga merupakan cerminan perubahan perilaku sebagai hasil tekanan kelompok secara nyata atau hanya imajinasi individu (Zebua & Nurdjayadi, 2001).

Seseorang bersikap konform terhadap suatu kelompok disebabkan karena adanya tekanan sosial, meskipun biasanya tuntutan tersebut tidak terbuka. Penyesuaian ini dilakukan agar dalam kelompok tersebut tercipta suasana yang harmonis dan terdapat kesepakatan dengan anggota lainnya (Klopf, 1985).

Konformitas terhadap kelompok teman sebaya ternyata merupakan hal penting yang terjadi pada fase remaja (Berk, 1993 dalam Zebua & Nurdjayadi 2001). Menurut Santrock (1998) konformitas mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan remaja seperti pilihan terhadap aktivitas sekolah ataupun aktivitas sosial yang akan diikuti dan nilai-nilai yang dianut. Konformitas remaja pada umumnya terjadi karena mereka tidak ingin dipandang berbeda dari teman-teman atau kelompoknya.

Apabila seorang remaja mempunyai konformitas yang tinggi terhadap kelompoknya, maka ia akan cenderung melakukan hal yang sama dengan kelompok dan begitupun sebaliknya (Mappiare, 1982). Sehingga dapat dikatakan bahwa masa remaja merupakan masa dimana individu mempunyai gejolak yang meningkat untuk mengetahui perubahan-perubahan di dalam kehidupannya.

Brehm dan Kassin (1990) mengemukakan bahwa terdapat tendensi seseorang akan mengubah persepsi, opini maupun perilaku dengan cara yang konsisten sesuai norma kelompok. Konformitas juga terjadi ketika terdapat penilaian, opini maupun sikap seseorang yang dibandingkan dengan orang atau kelompok lain. (De Montmollin, 1977 dalam Hewstone, 1996).

Seseorang akan bersikap menyesuaikan diri dengan alasan antara lain : a. Perilaku orang lain memberikan informasi yang bermanfaat.

b. Ingin diterima secara sosial dan menghindari celaan.

Konformitas disimpulkan sebagai perilaku yang diubah untuk menyesuaikan diri dengan harapan kelompok. Pengaruh sosial menjadi faktor yang mengubah perilaku seseorang ketika terdapat perbandingan ataupun penilaian dari orang ataupun kelompok lain.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konformitas

Faktor-faktor yang menentukan sejauh mana seseorang mengikuti tekanan konformitas antara lain :

a. Faktor Kohesivitas

Kohesivitas merupakan derajat ketertarikan yang dirasakan oleh individu terhadap suatu kelompok. Besar atau tidaknya bentuk konformitas diawali dengan rasa suka atau kagum terhadap kelompok tersebut. Salah satu bentuk perilaku agar kita diterima dalam suatu kelompok adalah dengan menjadi sama seperti mereka (kelompok) dalam berbagai hal. Sebaliknya, apabila tingkat kohesivitas kita rendah maka tekanan terhadap konformitas juga akan rendah. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa kohesivitas memunculkan pengaruh yang kuat terhadap konformitas (Crandall, 1988; Latané & L’Herrou, 1996 dalam Baron & Byrne, 2005).

b. Ukuran Kelompok

Faktor selanjutnya yang berpengaruh adalah ukuran kelompok. Menurut penelitian-penelitian yang dilakukan Asc, 1956; Gerrard, Wilhelmy & Conolley 1968 (dalam Baron & Byrne, 2005) diketahui bahwa konformitas meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah anggota kelompok. Jadi, semakin besar kelompok tersebut, maka semakin besar pula kecenderungan kita untuk ikut serta bersikap konformis, meskipun itu berarti kita akan menerapkan tingkah laku yang berbeda dari yang sebenarnya kita inginkan.

c. Pemberian Norma Sosial.

Norma sosial dapat bersifat informal dan formal. Kedua peraturan ini dibedakan berdasarkan tertulis dan tidak tertulis. Namun, ini bukanlah satu-satunya bentuk perbedaan norma. Norma masih dapat dibedakan menjadi norma deskriptif/himbauan (descriptive norms) dan norma injungtif/perintah (injunctive norms) (Cialdini, Kallgren & Reno, 1991 dalam Baron & Byrne, 2005).

Norma deskriptif adalah norma yang hanya mendeskripsikan apa yang sebagian besar orang lakukan pada situasi tertentu. Norma ini memberitahukan kita tentang hal-hal efektif dan adaptif pada situasi tertentu. Sebaliknya, norma injungtif menetapkan tingkah laku kita yang harus kita lakukan, tingkah laku apa yang akan diterima ataupun tingkah laku apa yang tidak diterima (Brown, 1998 dalam Baron & Byrne 2005). Teori yang ada menyatakan bahwa norma akan mempengaruhi tingkah laku apabila menjadi sebuah fokus dari orang yang terlibat pada saat tingkah laku tersebut muncul.

3. Aspek Konformitas pada Remaja

Menurut Deutsch dan Gerard (1955) dalam Baron dan Byrne (2005), terdapat dua aspek pada konformitas remaja yaitu :

a. Aspek Informatif

Aspek informatif ini didasarkan pada keinginan untuk merasa benar, sehingga kita lebih merujuk informasi dari orang lain ataupun pendapat kelompok sebagai referensi atau sebagai panduan opini dan tindakan kita. Rujukan atas informasi orang lain inilah yang menjadi sumber kuat atas kecenderungan untuk melakukan konformitas. Ketergantungan akan informasi dari kelompok membuat kita tidak dapat memutuskan ataupun menilai tentang diri sendiri karena didasarkan hanya pada informasi orang lain.

b. Aspek Normatif

Aspek normatif ini didasarkan pada keinginan untuk disukai dan tidak ditolak oleh kelompok. Pengaruh secara normatif membuat kita melakukan perubahan tingkah laku untuk memenuhi harapan orang lain ataupun kelompok. Konformitas yang kita lakukan adalah berdasarkan norma sosial yang telah disepakati oleh kelompok.

4. Tipe-tipe Konformitas

Menurut Allen (1965), Kellman (1958) dan Mozcovici (1980) dalam Brehm & Kassin (1990), terdapat dua tipe konformitas yaitu private conformity

a. Privat Conformity

Merupakan perilaku konfomitas yang dilakukan dengan tidak hanya mengubah perilaku luar akan tetapi mengubah pola pikir. Perilaku ini merupakan pengaruh dari informasi.

b. Public Conformity

Konformitas ini hanya terjadi pada perubahan perilaku luar tanpa terjadi perubahan pola pikir. Hal ini lebih dipengaruhi oleh norma. Menurut Kellman (1958, dalam Worchel & Cooper, 1983) terdapat 3 tipe konformitas, yakni

compliance / simple compliance, acceptance / privat compliance dan

identification.

1) Compliance / Simple Compliance

Individu akan bersikap setuju jika berada di tengah tengah kelompok. Apabila berada di luar kelompok, individu tersebut akan mengembangkan pendapatnya sendiri. Hal ini dilakukan untuk menghindari penolakan. 2) Acceptance / Privat Compliance

Individu benar-benar bersikap sama dengan kelompok sebab individu percaya bahwa pandangan dan perilaku kelompok semua adalah benar. 3) Identification

Individu akan meniru perilaku orang lain yang dianggap penting hanya untuk mempertahankan hubungan.

5. Konformitas pada Remaja

Dalam tahap perkembangan remaja, pengaruh kuat teman sebaya atau sesama merupakan hal penting yang terjadi dalam masa remaja. Di antara mereka terjalin perasaan yang kuat. Dalam kelompok teman sebaya, remaja menerapkan prinsip-prinsip hidup bersama dan bekerjasama. Melalui kelompok terbentuklah norma, nilai dan simbol yang dianut oleh para anggotanya. Berdasarkan hal ini tingkah laku, minat bahkan sikap dan pikiran banyak dipengaruhi oleh teman-teman dalam kelompok mereka. Remaja yang mempunyai konformitas tinggi terhadap kelompoknya cenderung melakukan hal menyerupai perlakuan kelompok dan begitupun sebaliknya. Konformitas yang dilakukan oleh para remaja terjadi karena remaja itu merasa takut atau untuk menghindari dikucilkan dari kelompok (Mappiare, 1982).

C. Remaja yang Bergaya Harajuku

Dokumen terkait