HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN KONSEP DIRI PADA
REMAJA YANG BERGAYA HARAJUKU DI YOGYAKARTA
HALAMAN JUDUL
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Yohanna Dyah NurSanti NIM: 049114074
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
Keluargaku yang sangat aku sayangi,
Papa Nur, Alm. mama Arie, kakak ku Yoyok, mama Dewi dan juga adikku Julio
You’re all my lovely people
HALAMAN PERSEMBAHAN
Waktu mengajarkan banyak hal.
Waktu jugalah yang memberikan berlembar-lembar sketsa kehidupan. Ada sisi sketsa wajah senang, sedih, sendiri, tak berekspresi.
Ketika aku bisa melukis semua sketsa wajah itu. Aku bersyukur untuk semua hal.
Aku menjadi lebih dewasa
Kepada keluargalah, pertama kali kupersembahkan penghargaan. Terima kasih atas segala kasih sayang, semangat serta kepercayaan waktu untuk
menentukan hidupku.
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya susun ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.
Yogyakarta, 15 Mei 2009 Penulis
Yohanna Dyah NurSanti
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN KONSEP DIRI PADA REMAJA YANG BERGAYA HARAJUKU DI YOGYAKARTA
Yohanna Dyah Nur Santi
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan konformitas dan konsep diri pada remaja yang bergaya Harajuku di Yogyakarta. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara konformitas dan konsep diri pada remaja yang bergaya Harajuku di Yogyakarta. Konformitas dalam hal ini adalah sikap remaja yang berusaha menyesuaikan diri dengan kelompok. Mereka tidak ingin tampak berbeda dari kelompok, supaya mendapat penerimaan dalam kelompok. Konsep diri merupakan suatu bentuk kesadaran, persepsi kognitif, serta evaluasi terhadap diri. Konsep diri ini bukanlah unsur bawaan namun merupakan interaksi antara diri dan lingkungan.
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 50 remaja yang bergaya Harajuku. Subjek penelitian terdiri dari 28 remaja laki-laki dan 22 remaja perempuan, berusia antara 12 sampai 18 tahun. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah survey menggunakan skala Likert. Konformitas diukur dengan skala konformitas, konsep diri diukur dengan skala konsep diri. Pada uji validitas dan reliabilitas, skala konformitas memperoleh 48 aitem sahih dengan reliabilitas 0,935 sedangkan pada skala konsep diri diperoleh 50 aitem sahih dengan reliabilitas 0,962.
Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi
Product Moment dari Pearson dengan taraf signifikansi 0,01 dan menghasilkan koefisien korelasi sebesar -0,544.
Kata kunci: konformitas, konsep diri, remaja dan Harajuku
ABSTRACT
ABSTRACT
THE CORRELATION BETWEEN CONFORMITY AND SELF-CONCEPT OF HARAJUKU-STYLED TEENAGERS IN YOGYAKARTA
Yohanna Dyah Nur Santi
Faculty of Psychology Sanata Dharma University Yogyakarta
2009
This research was to find a correlation between conformity and self-concept of Harajuku-styled teenagers in Yogyakarta. The hypothesis stated there was a negative correlation betweeen conformity and self-concept of Harajuku-styled teenagers in Yogyakarta. Conformity was how teenagers adapted to group. They would not be different from the group, so that the group accepted them. Whereas self-concept was an awareness, cognitif perception, and evaluation of self. Self-concept was not natural but an interaction between self and environment.
The subjects were 50 teenagers, 28 males and 22 females, age of 12-18 year old and had Harajuku style. The method was a survey using Likert scale. Conformity measured by conformity scale and self-concept by self-concept scale. The validity and the reliability coefficient of conformity scale found 48 valid items with reliability of 0.935. Whereas the validity of self-concept found 50 items with reliability of 0.962. The data analysis used Pearson Product Moment with alpha (α) 0.01 shows the correlation coefficient between conformity and self-concept of -0.544.
Keywords: conformity, self-concept, teenagers and Harajuku
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Yohanna Dyah NurSanti
Nomor Mahasiswa : 049114074
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul :
HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN KONSEP DIRI PADA
REMAJA YANG BERGAYA HARAJUKU DI YOGYAKARTA
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 13 Juni 2009 Yang menyatakan,
(Yohanna Dyah NurSanti)
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KATA PENGANTAR
Segala puji, hormat serta syukur kepada Yesus Kristus yang selalu memberikan kekuatan dan keyakinan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa telah banyak pihak yang memberikan bantuan berupa dorongan, arahan, dan data yang diperlukan mulai dari persiapan, pelaksanaan penelitian hingga tersusunnya skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Sylvia Carolina, MYM., S.Psi., M. Si. selaku dosen pembimbing skripsi. 3. Drs. H. Wahyudi, M.Si. selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan
masukan dan kritik kepada penulis.
4. Dr. A. Priyono Marwan, SJ. selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan dan kritik kepada penulis.
5. Dosen-dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya selama penulis menempuh studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
6. Segenap staf Fakultas Psikologi, Mas Gandung, Pak Gie, Mbak Nanik, Mas Muji dan Mas Doni, terima kasih atas segala bantuan dan pelayanan yang diberikan selama belajar di Fakultas Psikologi.
7. Kepada seluruh keluarga atas segala bentuk sayangnya, segala doa, ketulusan dan kesabarannya yang takkan terbalas oleh apapun dan sampai kapan pun. 8. Sahabat-sahabat terbaik yang selalu memberikan semangat dan perhatian
tertulus : Dewi, Ella, Ika, Tere. Sampai kapan pun, kalian adalah sahabat terbaik, terima kasih telah membuat kehidupanku menjadi indah dan menyenangkan.
9. Sahabat-sahabat dari masa SMA yang terus mendukung dan mendoakan skripsiku. Winny, Lien-lien, Bon-bon, Yurika. Yuvina, Yully, Denny, Yudha, dan Not-not.
10.Teman-teman Psikologi 2004 yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan proses belajar di Psikologi : Galih, Hetty, Frenky, Yoan, Nico, Aji, Evi, Vonny, Susi, Anggit, Ocha, Ronald Psi ’02 dan teman-teman angkatan 2004 lainnya.
11.Ko Arfin yang selalu menjadi semangatku, dan berharga untukku.
12.Fung-Fung, ms. Albert, Ko Jemmy, Cie Aci, Cie Oliv, ms. Joko, mb. Cici, & ms. Arif. Terimakasih atas bantuan dan dukungannya.
13.Kak Bunga Siregar, terima kasih banyak untuk bantuannya.
14.Anata, Pika, Kike-chan, Ore, Nico, Ryant, serta anak-anak Shimatta,
Oregakure, Albatros, Netsubo, Amananogawa, Atsuki, Sinyuu. Terima kasih telah membantu dalam proses pembuatan skripsi ini.
15.Romo Koko, terima kasih untuk doa dan dukungan moralnya sehingga penulis bisa selalu merasa dikuatkan selalu dalam menjalani kehidupan ini.
16. Teman-teman kuliah di Fakultas Psikologi Sanata Dharma, semoga waktu yang telah kita habiskan bersama dapat menjadi kenangan indah sampai hari tua kita.
17.Semua pihak yang telah memberikan dukungan baik moral maupun material dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena memiliki berbagai keterbatasan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Akhir kata, semoga skripsi ini berguna bagi kita semua.
Yogyakarta, Mei 2009
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii
HALAMAN PENGESAHAN ...iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT... vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... ix
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xii
LAMPIRAN ...xiii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II. LANDASAN TEORI ... 7
A. Konsep Diri... 7
1. Definisi ... 7
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Konsep Diri... 9
4. Aspek-Aspek Konsep Diri pada Remaja ... 13
B. Konformitas ... 14
1. Definisi ... 14
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konformitas ... 16
3. Aspek Konformitas pada Remaja... 18
4. Tipe-tipe Konformitas ... 18
5. Konformitas pada Remaja ... 20
C. Remaja yang Bergaya Harajuku ... 20
1. Definisi dan Batasan Remaja ... 20
2. Karakteristik Remaja ... 21
3. Gaya Harajuku ... 23
D. Dinamika Hubungan antara Konformitas dan Konsep Diri pada Remaja ... 26
E. Hipotesis ... 29
BAB III. METODE PENELITIAN ... 30
A. Jenis Penelitian ... 30
B. Identifikasi Variabel... 30
C. Definisi Operasional Variabel-Variabel Penelitian... 30
D. Subjek Penelitian ... 32
E. Metode dan Tehnik Pengumpulan Data ... 32
F. Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpul Data ... 38
G. Pelaksanaan Uji Coba Alat Pengumpulan Data... 38
H. Hasil Uji Coba Alat Pengumpulan Data... 39
I. Metode Analisis Data ... 42
BAB IV. PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN ... 43
A. Pelaksanaan Penelitian ... 43
B. Deskripsi Subjek dan Data Penelitian ... 43
C. Hasil Penelitian ... 45
D. Pembahasan ... 48
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 50
A. Kesimpulan ... 50
B. Saran... 50
DAFTAR PUSTAKA ... 52
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Blue Print Skala konformitas... 34
Tabel 2. Distribusi Aitem Pra Uji Coba Skala konformitas Aspek dan Sifat Favorabel /Tidak favorabel... 34
Tabel 3. Blue Print Skala konsep diri ... 36
Tabel 4. Distribusi Aitem Pra Uji Coba Skala Konsep Diri Menurut Aspek dan Sifat Favorabel / Tidak favorabel... 37
Tabel 5. Aitem yang sahih dan gugur pada skala konformitas ... 40
Tabel 6. Susunan aitem-aitem skala konformitas (setelah uji coba) ... 40
Tabel 7. Aitem yang sahih dan gugur pada skala konsep diri... 41
Tabel 8. Susunan aitem-aitem skala konsep diri (setelah uji coba)... 41
Tabel 9. Deskripsi Umur dan Jenis Kelamin Subjek ... 44
Tabel 10. Deskripsi Statistik Data Penelitian... 44
Tabel 11. Perbandingan Data Teoritik dan Data Empirik... 44
Tabel 12. Hasil Uji Normalitas... 45
Tabel 13. Hasil Uji Linearitas ... 46
Tabel 14. Norma kategorisasi skor ... 46
Tabel 15. Kategorisasi Skor Konformitas dan Konsep diri ... 47
Tabel 16. Hasil Uji Hipotesis ... 48
LAMPIRAN
Lampiran A... 58
1. Skala Konformitas Sebelum Uji Coba ... 61
2. Skala Konsep Diri Sebelum Uji Coba... 65
Lampiran B... 68
1. Skala Konformitas Penelitian ... 71
2. Skala Konsep Diri Penelitian... 74
Lampiran C... 77
1. Data Tryout Skala Konformitas ... 78
2. Reliabilitas dan Validitas Konsep Konformitas ... 82
3. Data Tryout Skala Konsep Diri... 85
4. Reliabilitas dan Validitas Skala Konsep Diri ... 89
Lampiran D... 93
1. Data Penelitian Skala Konformitas ... 94
2. Data Penelitian Skala Konsep Diri ... 97
3. Uji Normalitas... 101
4. Uji Linearitas ... 102
5. Uji Hipotesis ... 103
Lampiran E... 104
Gaya Harajuku ... 104
BAB I. PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa Remaja merupakan masa yang unik dan menarik. Pada masa ini terjadi transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Banyak perubahan terjadi dalam masa remaja. Perubahan itu antara lain perubahan secara biologis, psikologis, kognitif dan perubahan secara sosio-emosional. Remaja mulai membentuk konsep dirinya sesuai dengan perubahan-perubahan tersebut.
Konsep diri seseorang sangat bersifat pribadi sebab hanya orang itu sendirilah yang dapat memahami ataupun mengerti bagaimana konsep dirinya. Konsep diri seorang remaja satu dengan yang lain dapat sangat berbeda. Konsep diri dipengaruh oleh lingkungannya sosial. Pengaruh sosial dapat berasal dari lingkungan eksternal maupun internal. Pengaruh sosial yang berasal dari lingkungan eksternal adalah pengaruh teman-teman sebaya sedangkan yang berasal dari lingkungan internal yaitu pengaruh dari lingkungan keluarga. Pengaruh atau tekanan dari teman sebaya cukup berarti dalam kehidupan seorang remaja. Pengaruh ini berkaitan dengan interaksi sosial remaja di luar keluarga yaitu dengan pembentukan kelompok.
Pembentukan kelompok remaja sangat berbeda dengan kelompok anak-anak. Kelompok remaja mempunyai sifat yang lebih formal daripada kelompok anak-anak, sebab kelompok remaja cenderung memiliki keanggotaan yang lebih besar. Relasi yang terjalin dalam kelompok remaja lebih didasarkan pada tingkat
kelekatan atau terbentuk dari kepentingan maupun minat yang sama setiap anggotanya.
Remaja diberi banyak peluang untuk mengeksplorasi diri terhadap hal-hal yang menjadi kebutuhan mereka. Pengeksplorasian ini berkaitan dengan kebutuhan dalam mengungkapkan identitas diri serta konsep diri (Santrock, 1998). Pengeksplorasian diri yang dilakukan oleh remaja beserta teman-temannya antara lain dengan memberikan sifat khas dalam pembentukan sebuah kelompok. Kelompok yang dibentuk oleh kebanyakan remaja umumnya ingin menampilkan kesan lain, menciptakan suatu gaya sendiri atau satu subkultur sendiri. Saat ini, banyak bentuk kelompok remaja yang menjadi alternatif untuk mengekspresikan diri. Salah satu kelompok yang mempunyai peminat tersendiri yaitu golongan remaja yang bergaya ataupun mempunyai ketertarikan dengan gaya Harajuku. Konsep Harajuku diadaptasi oleh para remaja dari subbudaya Jepang.
Harajuku merupakan semangat dandan yang memuliakan kebebasan kreasi, kemerdekaan ekspresi dari kaum muda Jepang yang berkembang di jalanan, sekitar kawasan Harajuku, Tokyo (Megumi-Minori, 2006). Harajuku style
berkaitan dengan perasaan unik tentang diri, sedangkan imaging audience adalah perilaku yang ditunjukkan untuk mencari perhatian orang lain (Santrock, 1998).
Pengaruh sosial dalam kelompok remaja dengan gaya Harajuku memberikan kontribusi besar pada cara penilaian mereka terhadap diri mereka sendiri. Mereka menganggap diri mereka unik dan berbeda dengan remaja lainnya. Keunikan tersebut tampak pada penampilan atau style yang berbeda daripada remaja lain. Penampilan unik mereka berawal dari minat para remaja mengenai tokoh-tokoh animasi, manga, band-band dan film Jepang. Konsep kreativitas yang ditunjukkan oleh remaja bergaya Harajuku, tidak hanya terlihat dari gaya berpakaian tetapi juga meliputi tatanan rambut dan tata rias wajah. Model Harajuku dapat terlihat pada acara costume play atau lebih sering disebut
Cosplay (Kurniawati dkk, 2008).
Para remaja yang bergaya Harajuku merasakan bahwa mereka dapat mengaktualisasikan diri sesuai dengan minat dan mempunyai kesempatan untuk mengekspresikan diri. Perasaan remaja tentang diri sendiri memberikan komposisi unik dan merupakan faktor yang dipelajari melalui pengalaman seseorang berinteraksi dengan orang lain.
rambut dan gaya tingkah laku. Semua hal ini mereka manifestasikan sebagai bentuk kelompok anak muda dengan gaya sendiri.
Menurut hasil observasi, para remaja yang tergabung dalam kelompok ini, mengekspresikan diri tidak jauh berbeda dengan anggota kelompok lainnya dalam hal tata rambut atau make up. Tujuan yang ingin didapat oleh para remaja yang bersikap konformis yaitu diterima dalam kelompok sebagai bentuk dari eksistensi anggota kelompok, menjaga hubungan dengan kelompok dan mempunyai ketergantungan dengan kelompok. Adanya sikap konformis yang ada pada kelompok memberikan pengaruh tersendiri terhadap konsep diri para remaja sebagai anggotanya.
Sikap konformis merupakan salah satu bentuk pengaruh sosial yang dialami oleh remaja. Konformitas muncul ketika seorang remaja bergabung pada suatu kelompok. Konformitas adalah menyerah pada tekanan kelompok walaupun tidak ada permintaan langsung untuk mengikuti apa yang telah dibuat oleh kelompok tersebut. Penyesuaian diri terhadap kelompok terkadang mengakibatkan seseorang banyak mengubah kepribadian menurut harapan kelompok, namun tanpa konformitas seorang remaja akan dihadapkan pada kekacauan sosial. Konformitas mempunyai sisi positif yaitu adanya pemberian norma yang secara tidak langsung mengatur tingkah laku kita. Akibatnya, kekacauan sosial tidak terjadi. Pada beberapa situasi konformitas memang sangat diperlukan dan sangat berguna (Kallgren, Reno, & Cialdini, 2000 dalam Baron & Bryne 2005).
terlalu tinggi maka akan mempengaruhi tingkat kepercayaan dan keyakinan orang tersebut pada kemampuannya. Sedangkan Moustakas (1974) dalam Calhoun & Acocella (1990), mengemukakan bahwa terlalu mengandalkan pengakuan dari orang lain dapat menimbulkan konsep diri seseorang melemah. Hal ini juga didukung oleh Ellis (1958) dalam Calhoun & Acocella (1990). Ellis menyatakan harapan terus menerus akan pengakuan orang lain dapat membuat seseorang menyalahkan diri sendiri bila ternyata harapan orang lain tersebut tidak dapat tercapai. Seseorang merasa dirinya negatif ketika mereka tidak dapat mencapai kriteria atau harapan orang lain.
Penelitian ini ingin mengetahui hubungan antara konformitas dan konsep diri pada remaja yang bergaya Harajuku apakah pengaruh sosial yang terjadi dalam kelompok membuat mereka kesulitan untuk menentukan konsep diri. Memilih untuk mempercayai diri sendiri atau hanya mengikuti pengaruh sosial.
B. Rumusan Masalah
Penelitian ini ingin melihat apakah terdapat hubungan antara konformitas dan konsep diri pada remaja yang bergaya Harajuku di Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang ditulis sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konformitas dan konsep diri pada remaja yang bergaya Harajuku di Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki dua manfaat, yaitu : a. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru bagi ilmu psikologi mengenai remaja yang bergaya Harajuku mengingat penelitian mengenai remaja dengan gaya Harajuku belum banyak diteliti secara ilmiah di daerah Yogyakarta.
b. Manfaat Teoritis
BAB II. LANDASAN TEORI
LANDASAN TEORI
A. Konsep Diri
1. Definisi
Konsep diri merupakan keseluruhan gambaran, pandangan, keyakinan dan penghargaan seseorang terhadap dirinya. Konsep diri terbentuk dari pengalaman dan juga gambaran orang lain mengenai dirinya (Kelly, 1955 dalam Burn, 1979). Konsep diri adalah organisasi dari persepsi-persepsi diri (Burn, 1979 dalam Dayakisni & Yuniardi, 2004). Organisasi yang dimaksud yaitu bagaimana kita mengenal, menerima dan menilai diri kita sendiri. Suatu deskripsi mengenai seperti apa kita, mulai dari identitas fisik, sifat hingga prinsip. Konsep diri adalah inti keberadaan (existence) dan secara naluriah tanpa disadari mempengaruhi setiap pemilihan perasaan dan perilaku individu tersebut (Dayakisni & Yuniardi, 2004).
Konsep diri adalah sejumlah pandangan seseorang mengenai diri sendiri yang merupakan campuran dari apa yang kita pikirkan, pendapat orang lain mengenai diri kita dan seperti apa harapan kita terhadap diri. Secara umum konsep diri diartikan sebagai cara bagaimana individu bereaksi terhadap dirinya. Hal ini ditentukan oleh kesadaran diri yang dimiliki oleh individu mengenai dirinya.
Menurut Smith, et al (2003) kesadaran diri diperoleh dengan cara : a. Mengamati diri sebagai perantara
Kesadaran diri yang diperoleh melalui identifikasi melalui tubuh. Tubuh merasakan hal sensitif karena itu jika tubuh merasakan sakit, maka individu mengatakan dialah yang sakit. Ancaman terhadap tubuh dirasakan sebagai ancaman terhadap dirinya.
b. Mengamati diri sebagai kontinuitas
Kesadaran diri diperoleh melalui proses ingatan yang terus menerus. c. Mengamati diri dalam hubungan dengan orang lain
Konsep diri terbentuk melalui bagaimana orang lain menilai dirinya, bagaimana orang lain mengamati dan berpikir tentang dirinya. Penerimaan dan penolakan orang lain terhadap diri begitu penting.
Mead (1954, dalam Rakhmat, 1996) mengemukakan bahwa konsep diri merupakan bentuk refleksi dari pendapat orang lain mengenai diri seorang individu. Konsep diri merupakan suatu konstruk sentral untuk mengenal dan mengerti individu yang erat berhubungan dengan dunia fenomenalnya. Aspek yang paling menentukan adalah dirinya sendiri. Konsep diri menurut Fitts (1971) adalah bagaimana diri diamati, dipersepsikan dan dialami oleh orang tersebut, karena konsep diri mengandung unsur penilaian. Nantinya konsep tersebut akan mempengaruhi perilaku seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain.
seseorang terhadap identitas diri, kepuasan diri dan perilakunya. Dimensi eksternal adalah persepsi diri yang timbul karena adanya interaksi individu dengan lingkungan dunia luar, khususnya dalam hubungan interpersonal. Konsep diri tidak dibawa sejak lahir melainkan dipelajari dan terbentuk melalui pengalaman individu dalam berhubungan dengan orang lain.
Kesimpulannya, konsep diri merupakan suatu bentuk kesadaran, persepsi kognitif dan evaluasi terhadap dirinya sendiri. Konsep diri bukanlah unsur bawaan, namun terbentuk melalui interaksi diri dan lingkungan. Konsep diri penting dalam kehidupan manusia karena dapat menentukan tindakan individu dalam berbagai situasi.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Konsep Diri
Ada berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan konsep diri antara lain, usia, jenis kelamin, kondisi fisik dan penghayatan terhadap kondisi tersebut, perlakuan dan sikap orang lain di sekitarnya, pengalaman bermakna yang diperoleh dalam berhubungan dengan orang lain dan pengaruh dari figur-figur yang bermakna dalam kehidupan individu tersebut (Natalia & Pramadi, 1997). a. Usia
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin menjadi penentu untuk menetapkan individu digolongkan, perempuan atau laki-laki. Peran seksual akan mempengaruhi perkembangan konsep diri individu. Peran seksual yang diterapkan pada anak lambat laun akan menjadi konsep diri individu tersebut.
c. Kondisi Fisik
Gambaran fisik dipersepsi mengenai tubuhnya sendiri. Adanya proses evaluasi tentang tubuhnya didasarkan pada norma sosial dan umpan balik dari orang lain. Penilaian positif pada diri akan mengembangkan konsep diri yang positif.
d. Sikap-sikap Orang Di Lingkungan Sekitar
Individu yang dapat menjadi dirinya sendiri dan diterima oleh lingkungan sekitar akan mengembangkan konsep diri yang positif, sedangkan individu yang merasa ditolak akan mengembangkan perasaan rendah diri, terabaikan sehingga nantinya akan mengarah pada konsep diri yang negatif.
e. Figur-figur Bermakna
Proses psikologis yang berhubungan dengan perkembangan konsep diri seseorang (Magill, 1996).
a. Persepsi Diri
Merupakan proses yang menggambarkan bagaimana individu menarik kesimpulan berdasarkan observasi tersendiri mengenai sikap dan kepercayaannya mengenai berbagai hal yang dihadapi.
Contohnya : sebuah ungkapan “apa yang saya lakukan ini adalah tindakan benar. “
b. Reflected Appraisal
Merupakan proses yang menggambarkan bagaimana individu menarik kesimpulan mengenai dirinya berdasarkan reaksinya terhadap pandangan ataupun pendapat orang lain mengenai dirinya.
Contohnya : ungkapan bahwa “saya adalah anak yang tidak pintar bergaul” itu pendapat dari beberapa teman saya.
c. Social Comparison
Merupakan proses evaluasi diri yang berhubungan dengan kelompok referensi atau orang-orang yang bermakna dalam kehidupan individu. Pada remaja referensi itu dapat berasal dari orang tua, sahabat ataupun orang lain yang dianggap bermakna dalam kehidupannya.
Konsep diri akan berkembang ke arah positif apabila antara diri ideal dengan sesungguhnya banyak terdapat kesamaan. Pada diri remaja terjadi perkembangan konsep diri ke arah yang lebih realistik berdasarkan proses belajar (Rais, 1995). Perkembangan konsep diri dipengaruhi oleh pertambahan usia, penampilan, hubungan dengan keluarga dan kelompok teman sebaya. Pengaruh kelompok teman sebaya terlihat dalam dua hal utama yaitu:
a. Konsep diri remaja merupakan cerminan dari apa yang dipercayainya tentang pandangan teman sebaya terhadap dirinya.
b. Remaja tidak bisa terlepas dari tekanan kelompoknya sehingga mereka akan mengembangkan ciri-ciri kepribadian berdasarkan “persetujuan” kelompok.
3. Penggolongan Konsep Diri dan Ciri-cirinya
a. Konsep Diri Positif
Merupakan keyakinan atau pandangan seseorang tentang dirinya sendiri yang baik dan menyenangkan. Menurut Calhoun & Acocella (1990), konsep diri yang tinggi diartikan sebagai evaluasi diri yang positif. Evaluasi diri yang positif merupakan bentuk harga diri yang positif, dimana individu menjadi dirinya dan juga hidupnya menyenangkan.
Ciri-ciri individu yang mempunyai konsep diri yang positif atau tinggi : - Mempunyai kepercayaan diri yang tinggi
- Penerimaan yang baik terhadap diri sendiri - Memiliki rasa optimis
- Memiliki harga diri yang tinggi - Menerima pujian tanpa rasa malu b. Konsep Diri Negatif
Merupakan keyakinan atau pandangan seseorang tentang diri sendiri yang negatif dan cenderung tidak menyenangkan.
Ciri-ciri individu yang mempunyai konsep diri yang negatif atau rendah : - Tidak merasa percaya diri
- Penerimaan dalam diri tidak baik
- Lebih merasa pesimis dalam melihat beberapa hal
- Peka terhadap suatu kritik sehingga kecemasan mereka tinggi
- Responsif sekali tehadap pujian (pura-pura menghindari pujian padahal sebenarnya sangat antusias).
4. Aspek-Aspek Konsep Diri pada Remaja
Aspek konsep diri menurut Calhoun dan Acocella (1990), yaitu : a. Pengetahuan
b. Harapan
Harapan seseorang menjadi apa di masa mendatang juga mempengaruhi konsep diri seseorang (Rogers, 1991 dalam Calhoun & Acocella, 1990). Harapan ini akan membangkitkan kekuatan yang mendukung individu kepada masa depan dan mengarahkan aktivitas untuk mencapai arah yang dituju. Lebih ringkasnya setiap individu mempunyai pengharapan bagi dirinya sendiri dan pengharapan tersebut berbeda-beda pada setiap individu.
c. Penilaian
Individu berfungsi sebagai penilai terhadap dirinya sendiri setiap hari. Penilaian terhadap diri sendiri adalah pengukuran individu tentang keadaannya saat ini dengan apa yang menurutnya dapat dan terjadi pada dirinya.
B. Konformitas
1. Definisi
Seseorang bersikap konform terhadap suatu kelompok disebabkan karena adanya tekanan sosial, meskipun biasanya tuntutan tersebut tidak terbuka. Penyesuaian ini dilakukan agar dalam kelompok tersebut tercipta suasana yang harmonis dan terdapat kesepakatan dengan anggota lainnya (Klopf, 1985).
Konformitas terhadap kelompok teman sebaya ternyata merupakan hal penting yang terjadi pada fase remaja (Berk, 1993 dalam Zebua & Nurdjayadi 2001). Menurut Santrock (1998) konformitas mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan remaja seperti pilihan terhadap aktivitas sekolah ataupun aktivitas sosial yang akan diikuti dan nilai-nilai yang dianut. Konformitas remaja pada umumnya terjadi karena mereka tidak ingin dipandang berbeda dari teman-teman atau kelompoknya.
Apabila seorang remaja mempunyai konformitas yang tinggi terhadap kelompoknya, maka ia akan cenderung melakukan hal yang sama dengan kelompok dan begitupun sebaliknya (Mappiare, 1982). Sehingga dapat dikatakan bahwa masa remaja merupakan masa dimana individu mempunyai gejolak yang meningkat untuk mengetahui perubahan-perubahan di dalam kehidupannya.
Seseorang akan bersikap menyesuaikan diri dengan alasan antara lain : a. Perilaku orang lain memberikan informasi yang bermanfaat.
b. Ingin diterima secara sosial dan menghindari celaan.
Konformitas disimpulkan sebagai perilaku yang diubah untuk menyesuaikan diri dengan harapan kelompok. Pengaruh sosial menjadi faktor yang mengubah perilaku seseorang ketika terdapat perbandingan ataupun penilaian dari orang ataupun kelompok lain.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konformitas
Faktor-faktor yang menentukan sejauh mana seseorang mengikuti tekanan konformitas antara lain :
a. Faktor Kohesivitas
b. Ukuran Kelompok
Faktor selanjutnya yang berpengaruh adalah ukuran kelompok. Menurut penelitian-penelitian yang dilakukan Asc, 1956; Gerrard, Wilhelmy & Conolley 1968 (dalam Baron & Byrne, 2005) diketahui bahwa konformitas meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah anggota kelompok. Jadi, semakin besar kelompok tersebut, maka semakin besar pula kecenderungan kita untuk ikut serta bersikap konformis, meskipun itu berarti kita akan menerapkan tingkah laku yang berbeda dari yang sebenarnya kita inginkan.
c. Pemberian Norma Sosial.
Norma sosial dapat bersifat informal dan formal. Kedua peraturan ini dibedakan berdasarkan tertulis dan tidak tertulis. Namun, ini bukanlah satu-satunya bentuk perbedaan norma. Norma masih dapat dibedakan menjadi norma deskriptif/himbauan (descriptive norms) dan norma injungtif/perintah (injunctive norms) (Cialdini, Kallgren & Reno, 1991 dalam Baron & Byrne, 2005).
3. Aspek Konformitas pada Remaja
Menurut Deutsch dan Gerard (1955) dalam Baron dan Byrne (2005), terdapat dua aspek pada konformitas remaja yaitu :
a. Aspek Informatif
Aspek informatif ini didasarkan pada keinginan untuk merasa benar, sehingga kita lebih merujuk informasi dari orang lain ataupun pendapat kelompok sebagai referensi atau sebagai panduan opini dan tindakan kita. Rujukan atas informasi orang lain inilah yang menjadi sumber kuat atas kecenderungan untuk melakukan konformitas. Ketergantungan akan informasi dari kelompok membuat kita tidak dapat memutuskan ataupun menilai tentang diri sendiri karena didasarkan hanya pada informasi orang lain.
b. Aspek Normatif
Aspek normatif ini didasarkan pada keinginan untuk disukai dan tidak ditolak oleh kelompok. Pengaruh secara normatif membuat kita melakukan perubahan tingkah laku untuk memenuhi harapan orang lain ataupun kelompok. Konformitas yang kita lakukan adalah berdasarkan norma sosial yang telah disepakati oleh kelompok.
4. Tipe-tipe Konformitas
Menurut Allen (1965), Kellman (1958) dan Mozcovici (1980) dalam Brehm & Kassin (1990), terdapat dua tipe konformitas yaitu private conformity
a. Privat Conformity
Merupakan perilaku konfomitas yang dilakukan dengan tidak hanya mengubah perilaku luar akan tetapi mengubah pola pikir. Perilaku ini merupakan pengaruh dari informasi.
b. Public Conformity
Konformitas ini hanya terjadi pada perubahan perilaku luar tanpa terjadi perubahan pola pikir. Hal ini lebih dipengaruhi oleh norma. Menurut Kellman (1958, dalam Worchel & Cooper, 1983) terdapat 3 tipe konformitas, yakni
compliance / simple compliance, acceptance / privat compliance dan
identification.
1) Compliance / Simple Compliance
Individu akan bersikap setuju jika berada di tengah tengah kelompok. Apabila berada di luar kelompok, individu tersebut akan mengembangkan pendapatnya sendiri. Hal ini dilakukan untuk menghindari penolakan. 2) Acceptance / Privat Compliance
Individu benar-benar bersikap sama dengan kelompok sebab individu percaya bahwa pandangan dan perilaku kelompok semua adalah benar. 3) Identification
5. Konformitas pada Remaja
Dalam tahap perkembangan remaja, pengaruh kuat teman sebaya atau sesama merupakan hal penting yang terjadi dalam masa remaja. Di antara mereka terjalin perasaan yang kuat. Dalam kelompok teman sebaya, remaja menerapkan prinsip-prinsip hidup bersama dan bekerjasama. Melalui kelompok terbentuklah norma, nilai dan simbol yang dianut oleh para anggotanya. Berdasarkan hal ini tingkah laku, minat bahkan sikap dan pikiran banyak dipengaruhi oleh teman-teman dalam kelompok mereka. Remaja yang mempunyai konformitas tinggi terhadap kelompoknya cenderung melakukan hal menyerupai perlakuan kelompok dan begitupun sebaliknya. Konformitas yang dilakukan oleh para remaja terjadi karena remaja itu merasa takut atau untuk menghindari dikucilkan dari kelompok (Mappiare, 1982).
C. Remaja yang Bergaya Harajuku
1. Definisi dan Batasan Remaja
Remaja merupakan masa yang paling penting dalam proses perkembangan manusia. Masa remaja adalah masa perkembangan peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang mencakup perubahan secara biologis, kognitif dan sosio-emosional (Santrock, 2002)
2. Karakteristik Remaja
Remaja dalam perkembangannya mengalami perubahan dalam hal fisik, kognitif dan secara sosio-emosional. Perkembangan adalah pola gerakan atau perubahan yang dimulai pada waktu konsepsi dan berlanjut sepanjang siklus hidup. Pola ini bersifat kompleks karena mencakup hasil dari beberapa proses perubahan yang terjadi di antara tiga komponen dasar.
a. Perkembangan Fisik Remaja
Proses ini mencakup perubahan secara fisik dan secara hormonal. Perubahan hormonal menjadi penanda seorang remaja masuk dalam masa pubertas. Masa pubertas adalah perubahan cepat pada kematangan fisik meliputi perubahan tubuh dan hormonal yang terjadi selama masa remaja awal. Perubahan fisik dalam masa pubertas ini seperti meningkatnya berat, tinggi badan serta kematangan secara seksual. Pada tahap perkembangan biologis atau fisik remaja mulai berminat terhadap citra tubuhnya. Pada masa ini perhatian remaja awal terlalu berlebihan dibandingkan dengan akhir masa remaja nantinya (Wright, 1989 dalam Santrock, 1998).
b. Perkembangan Kognitif Remaja
Proses secara kognitif melibatkan dua proses yaitu akomodasi dan asimilasi. Asimilasi merupakan proses pemasukan informasi baru digabungkan dengan informasi yang dimilikinya. Akomodasi merupakan penyesuaian diri terhadap informasi baru. (Piaget, 1954 dalam Santrock, 1998).
Menurut Piaget, remaja berada pada tahap pemikiran operasional formal (11-15 tahun). Dalam tahap ini pemikiran remaja akan semakin bersifat abstrak, idealis dan logis. Pemikiran operasional formal ini berlangsung secara dua tahap yakni awal remaja dan akhir remaja. Pada tahap awal, remaja cenderung berpikir bebas dengan kemungkinan yang tidak terbatas. Pada tahap ini pemikiran remaja mengalahkan realitas, terlalu dipersepsi secara subjektif dan idealis sedangkan pada tahap akhir remaja terdapat keseimbangan intelektual antara informasi-informasi yang diperolehnya.
keunikan kepribadian mereka sedangkan imaginary audience yaitu adanya perilaku yang bertujuan untuk mencari perhatian orang lain.
c. Perkembangan Sosio-Emosional Remaja
Keluarga merupakan lingkungan awal yang sangat mempengaruhi perkembangan remaja. Pada lingkungan keluarga inilah remaja mulai mengembangkan cara untuk berelasi dengan orang lain. Lingkungan lain di luar keluarga yang berkaitan dengan tingkat relasi remaja adalah lingkungan sosial, khususnya lingkungan teman sebaya. Pada diri remaja pandangan teman sebaya merupakan aspek terpenting dalam kehidupan mereka.
Teman sebaya adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama. Tekanan untuk mengikuti teman sebaya menjadi sangat kuat pada diri remaja. Oleh sebab itu, hal ini dapat membentuk perilaku konformitas yang akan lebih berpengaruh jika dia membentuk kelompok sendiri. Kecenderungan ini terjadi karena dalam kelompok ada beberapa hal yang mempengaruhi remaja seperti adanya peraturan dan peran. Identitas remaja akan mulai terbentuk dalam perkembangan sosio-emosional.
3. Gaya Harajuku
Harajukuitu sendiri adalah semangat dandan yang memuliakan kebebasan kreasi, kemerdekaan ekspresi dari kaum muda Jepang dan telah berkembang di jalanan sekitar kawasan Harajuku, Tokyo. Gaya Harajuku menabrak tatanan, standar dan segala aturan berbusana berikut tata rambut dan rias wajah (Sari, 2008). Harajuku berkembang menjadi semacam subkultur kaum muda Jepang. Gaya Harajuku di Jepang sendiri seperti sebuah identitas diri mengenai siapa diri kita, di mana kita tinggal, dan apa yang kita rasakan sebagai manusia (Aoki, Desember 2006).
Harajuku sering terlihat dalam sebuah cosplay. Biasanya yang dimaksud dengan kostum di sini adalah kostum dari tokoh manga1, anime2, video game, tokoh serial action, film dan juga band-band musik di Jepang. Cosplay biasanya terlihat di acara-acara konser musik, taman hiburan dan pesta. Di Jepang bukan pemandangan asing melihat remaja ber-cosplay di distrik Harajuku. Sejak tahun 1998 tepatnya di distrik Akihabara, Tokyo muncul sejumlah kafe Cosplay tempat para fans cosplay biasa berkumpul.
Ada beberapa gaya dalam cosplay antara lain :
1. Para cosplay yang gemar terhadap tokoh artis Jepang mempunyai aliran tersendiri, yaitu Cosplay Japanese Star atau Cosplay J-Star. Gaya yang satu ini terdiri dari dua jenis, yaitu J-pop dan J-rock.
1 - Sebutan komik dalam bahasa Jepang
2. Cosplay Anime.
Cosplay anime lebih terinspirasi dari tokoh-tokoh animasi. Cosplay anime
mempunyai aliran khusus, dimana perempuan berdandan seperti laki-laki, ataupun sebaliknya. Pertukaran peran ini dikenal sebagai Cross Play.
3. Cosplay Original
Cosplay original menggunakan gaya tradisional ala Jepang yang desainnya sudah dimodifikasi dengan imajinasi sendiri, tetapi tetap membawa ciri utama dari gaya aliran tertentu. Misalnya, membuat kostum samurai digabungkan dengan obi atau sabuk kimono.
4. Cosplay Tokusatsu
Cosplay ini dikenal dengan kostum superhero Jepang, seperti Power Ranger.
Tokusatsu bisa dibuat dari kardus atau lempengan besi. Pembuatan kostum ini biasanya lebih mahal dan sulit daripada cosplay jenis lain.
5. CosplayGanguro
Mengadaptasi rias wajah tokoh pop Jepang. Aliran Ganguro di Jepang biasanya mencoklati wajah mereka. Mereka juga menggunakan lipstik dan perona mata putih. Sementara di Indonesia aliran ini diadaptasi hanya sebagian. Kebanyakan remaja meniru tanpa mencoklati wajah (Aprianti & Dhaniati, April 2006).
sedang menjadi trend adalah rambut asimetris gaya Harajuku. Sedangkan riasan wajah lebih pada aliran gothic3.
Para pecinta gaya Harajuku sebenarnya mengetahui dengan benar bahwa apa yang mereka senangi merupakan sesuatu yang ekstrem. Hal ini disebabkan karena terdapat perbedaan budaya antara Indonesia dan Jepang. Meskipun demikian, banyak dari peminat gaya Harajuku akan meneruskan hobinya ini sampai mati dan akan meneruskan kepada anak cucunya (Kurniawati dkk, 10 Februari 2008).
D. Dinamika Hubungan antara Konformitas dan Konsep Diri pada Remaja
Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa kedewasaan seseorang. Masa transisi ini membuat banyak hal-hal baru muncul dalam diri remaja yang nantinya membantu perkembangan diri atau mungkin malah menjadi penghambat dalam perkembangan dirinya. Remaja mulai untuk berinteraksi dengan lingkungan di luar keluarganya. Salah satunya adalah berinteraksi secara sosial dengan teman sebaya.
Remaja merupakan sasaran yang tepat dalam berkembangnya suatu bentuk kreativitas anak muda dengan segala keunikannya. Pembentukan kelompok teman sebaya dengan gaya tertentu merupakan salah satu cara mengekspresikan diri. Perilaku ini mencerminkan keinginan untuk tampil beda dan diperhatikan (Santrock, 2002). Hal ini berlaku pada remaja yang mempunyai gaya Harajuku.
Gaya Harajuku yang ekstrem dijadikan sebagai alternatif remaja untuk mengekspresikan diri dengan gaya yang unik.
Para remaja yang membentuk kelompok lebih banyak menghabiskan waktu di luar keluarganya, maka pengaruh teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku lebih besar daripada lingkungan keluarga. Remaja akan berusaha untuk menyesuaikan diri sesuai dengan trend yang berkembang dalam kelompok dengan harapan agar diterima dalam kelompok.
Sikap remaja yang berusaha untuk konform membuat mereka berusaha mengubah normanya sendiri, mengubah keyakinan pada diri dan secara tidak langsung mengubah persepsi, opini maupun perilaku sesuai dengan kelompoknya (Brehm & Kassin, 1990). Perilaku konformitas yang tinggi terkadang menyebabkan konsep diri remaja menjadi lemah. Hal ini dapat dilihat dari tinjauan aspek-aspek konformitas.
contohnya, keputusan untuk memilih gaya Harajuku apa yang paling baik/sesuai dengan dirinya diserahkan pada rujukan orang lain, cenderung untuk mengabaikan pendapat sendiri, merasa takut untuk mengeluarkan pendapat, dan menganggap informasi dari kelompok adalah yang paling akurat terkadang menyebabkan para remaja tidak dapat memutuskan ataupun menilai tentang diri sendiri, karena didasarkan hanya pada informasi kelompok.
Hal kedua adalah aspek normatif. Aspek ini didasarkan pada keinginan untuk disukai dan tidak ditolak oleh kelompok. Pengaruh secara normatif ini membuat kita melakukan perubahan tingkah laku untuk memenuhi harapan orang lain. Pengaruh secara normatif pada kelompok remaja yang bergaya Harajuku berkaitan dengan beberapa kesepakatan kelompok atau standar kelompok telah dengan tujuan agar tidak ditolak, memenuhi harapan kelompok dan diterima dalam kelompok. Bentuk norma itu antara lain adanya penetapan aturan memakai atribut kelompok, aturan pertemuan rutin dan pemakaian bahasa gaul yang diciptakan oleh kelompok meskipun sebenarnya sulit untuk menghafal istilah-istilah itu. Kesepakatan-kesepakatan tersebut dilakukan meskipun tidak sesuai dengan keinginan remaja. Perasaan takut akan penolakan orang lain terkadang menyebabkan individu merasa cemas dan ragu-ragu bagaimana pandangan orang lain terhadap dirinya, mengakibatkan mereka merasa tidak aman diri. Menurut Paul (1993), rasa tidak aman ini menyebabkan remaja tidak yakin dan pasti tentang diri sendiri.
lain juga dapat membuat seseorang menyalahkan diri sendiri bila ternyata harapan orang lain tersebut tidak dapat tercapai. Seseorang yang selalu merasa bahwa mereka tidak dapat mencapai kriteria atau harapan orang lain merupakan diri yang negatif (Moustakas, 1974; Ellis, 1958 dalam Calhoun & Acocella, 1990).
Sikap konformis yang ditunjukkan oleh para remaja yang bergaya Harajuku tanpa disadari akan berhubungan erat dengan bagaimana nantinya remaja mengungkapkan konsep dirinya. Apakah mereka mampu untuk membentuk konsep diri yang baik atau hanya bergantung pada kelompok. Berdasarkan pada penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap konfomitas mempunyai hubungan pada konsep diri seseorang.
E. Hipotesis
. METODE P BAB III. METODE PENELITIAN
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana variasi pada suatu variabel berkaitan dengan variasi pada variabel lain. Penelitian ini bertujuan melihat hubungan antara konformitas dan konsep diri pada remaja yang bergaya Harajuku.
METODE PENELITIAN
B. Identifikasi Variabel
Variabel merupakan objek yang menjadi sasaran penelitian, atau apa pun yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.
1. Variabel 1 : Konformitas
2. Variabel 2 : Konsep diri
C. Definisi Operasional Variabel-Variabel Penelitian
a. Konformitas
Konformitas merupakan perubahan perilaku yang dilakukan oleh remaja untuk memenuhi harapan kelompok, dengan mengambil standar perilaku kelompok dan norma kelompok. Konformitas ini dilakukan untuk diterima dalam kelompok serta diakui oleh kelompok. Sikap konformitas ini ditandai perilaku remaja agar sama dengan teman sebayanya. Konformitas akan diukur
menggunakan skala konformitas, yang disusun berdasarkan aspek-aspek konformitas yakni aspek informatif dan aspek normatif.
Data yang akan diperoleh nantinya akan diukur dengan menggunakan
method of summated rating atau yang sering disebut dengan metode skala Likert. Respon subjek akan diberi skor yang sesuai dengan nilai jawaban pada setiap aitem sehingga tinggi rendahnya skor keseluruhan subjek akan ditentukan oleh nilai jawabannya pada masing-masing aitem.
Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek maka semakin tinggi sikap konformitas subjek terhadap kelompok. Sebaliknya semakin rendah skor total yang diperoleh subjek, maka respon untuk bersikap konformis tersebut semakin rendah. Pada skala konformitas ini skor tertinggi 240 dan terendah 60.
b. Konsep Diri
Konsep diri merupakan pengetahuan pribadi tentang dirinya sendiri berupa pandangan ataupun hasil penghargaan seseorang terhadap diri individu. Variabel ini akan diukur menggunakan skala konsep diri yang disusun berdasarkan aspek-aspeknya antara lain pengetahuan tentang diri sendiri, harapan tentang diri sendiri, dan penilaian terhadap diri sendiri.
Sama halnya dengan skala konformitas, data yang diperoleh tiap aitem skala konsep diri nantinya akan diukur dengan menggunakan metode skala Likert. Dalam metode ini, respon subjek akan diberi skor yang sesuai dengan nilai jawaban pada setiap aitem.
pada masing-masing aitem. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek, maka semakin tinggi konsep diri subjek, sebaliknya semakin rendah skor total yang diperoleh subjek, maka konsep diri subjek semakin rendah. Pada skala konformitas ini skor tertinggi adalah 240 dan skor terendah adalah 60.
D. Subjek Penelitian
Pemilihan subjek ke dalam sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Teknik ini dilakukan dengan memilih sekelompok subjek berdasarkan atas ciri-ciri atau sifat tertentu yang dipandang memiliki hubungan erat dengan ciri-ciri sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Hadi, 1997).
Berdasarkan hal tersebut, maka subjek yang diteliti adalah : a. Subjek berjenis kelamin pria dan wanita.
b. Individu pada usia remaja, dengan rentang usia 12 sampai 18 tahun. c. Subjek dalam penelitian ini merupakan remaja yang bergaya Harajuku.
E. Metode dan Tehnik Pengumpulan Data
Teknik pengambilan data menggunakan angket. Alat penelitian berupa penggunaan dua skala, yakni skala konformitas dan skala konsep diri, menggunakan pedoman skala Likert.
1) Skala Konformitas
a) Aspek informatif, dengan batasan sebagai berikut :
- Adanya kebutuhan untuk menerima informasi sebagai bukti adanya realitas.
- Adanya kecenderungan untuk selalu merujuk pendapat atau opini kelompok jika mengalami ketidakjelasan terhadap suatu informasi. - Adanya kecenderungan menjadikan opini dan tindakan kelompok
sebagai acuan tindakan atau opini individu. b) Aspek normatif, dengan batasan sebagai berikut :
- Melakukan penyesuaian diri untuk memenuhi harapan orang lain atau harapan kelompok.
- Adanya ketakutan terhadap penolakan dan keinginan untuk dapat diterima dalam kelompok
- Adanya tuntutan dalam kelompok atau adanya tekanan dalam kelompok Skala konformitas terdiri dari aitem yang bersifat tidak favorabel (pernyataan yang tidak mendukung objek yang akan diungkap) dan aitem yang bersifat favorabel (pernyataan yang mendukung objek yang akan diungkap). Pada
skala konformitas ini subjek akan memilih jawaban SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju) dan STS (Sangat Tidak Setuju) terhadap pernyataan
Pengukuran kedua skala tersebut didasarkan pada kategori penilaian. 1) Aitem-aitem favorabel, dengan pilihan jawaban dan skor yaitu:
(a) Sangat setuju (SS) : skor 4
(b)Setuju (S) : skor 3
(c) Tidak Setuju (TS) : skor 2 (d)Sangat Tidak Setuju (STS) : skor 1
2) Aitem-aitemtidak favorabel, terdiri dari pilihan jawaban dan skor yaitu : (a) Sangat setuju (SS) : skor 1
(b)Setuju (S) : skor 2
(c) Tidak Setuju (TS) : skor 3 (d)Sangat tidak setuju (STS) : skor 4
Tabel 1.Blue Print Skala konformitas Blue Print Skala konformitas
No Aspek Favorabel Tidak favorabel Jumlah
1. Aspek informatif 15 aitem 15 aitem 30 aitem 2. Aspek normatif 15 aitem 15 aitem 30 aitem
Total 30 aitem 30 aitem 60 aitem
Tabel 2. Distribusi Aitem Pra Uji Coba Skala konformitas Aspek dan Sifat Favorabel / Tidak favorabel
Distribusi Aitem Pra Uji Coba Skala konformitas Aspek dan Sifat Favorabel / Tidak favorabel
No Aspek Favorabel Tidak favorabel Jumlah
2) Skala Konsep Diri
Konsep diri dalam hal ini akan diukur menggunakan skala konsep diri yang didasarkan pada aspek :
a) Pengetahuan diri sendiri
Segala sesuatu yang berkaitan dengan pemahaman tentang diri sendiri termasuk di dalamnya hal-hal yang mengacu pada istilah kualitas diri yaitu mengenai kemampuan dan penampilan fisik, sikap dan sifat yang dimiliki juga termasuk di dalamnya tentang kelebihan dan kekurangan diri.
b) Harapan tentang diri sendiri
Merupakan seperangkat pandangan tentang “menjadi apa” di masa mendatang. Hal ini berkaitan dengan pikiran, bayangan maupun cita-cita di masa depan. Harapan inilah yang membangkitkan kekuatan yang mendorong kita menuju masa depan dan memandu kegiatan kita dalam perjalanan hidup kita.
c) Penilaian terhadap diri sendiri.
Hal ini menjadikan kita sebagai penilai diri kita sendiri, dengan hasil pengukuran yang sering kita sebut harga diri. Pada dasarnya hal ini berkaitan sejauh mana kita menyukai diri sendiri.
Semakin tinggi skor yang diperoleh remaja pada skala konsep diri maka semakin tinggi konsep diri remaja tersebut, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh maka semakin rendah konsep dirinya.
Pengukuran kedua skala tersebut didasarkan pada kategori penilaian : 1) Aitem-aitem favorabel, dengan pilihan jawaban dan skor yaitu:
(a) Sangat setuju (SS) : skor 4
(b)Setuju (S) : skor 3
(c) Tidak Setuju (TS) : skor 2 (d)Sangat Tidak Setuju (STS) : skor 1
2) Aitem-aitem tidak favorabel, terdiri dari pilihan jawaban dan skor sebagai berikut:
(a) Sangat setuju (SS) : skor 1
(b)Setuju (S) : skor 2
(c) Tidak Setuju (TS) : skor 3 (d)Sangat Tidak Setuju (STS) : skor 4
Tabel 3.Blue Print Skala konsep diri Blue Print Skala konsep diri
No Aspek Favorabel Tidak favorabel Jumlah
1. Pengetahuan diri 10 aitem 10 aitem 20 aitem
2. Harapan 10 aitem 10 aitem 20 aitem
3. Penilaian diri 10 aitem 10 aitem 20 aitem
Tabel 4. Distribusi Aitem Pra Uji Coba Skala Konsep Diri Menurut Aspek dan Sifat Favorabel / Tidak favorabel
Distribusi Aitem Pra Uji Coba Skala Konsep Diri Menurut Aspek dan Sifat Favorabel / Tidak favorabel
No Aspek Favorabel Tidak favorabel Jumlah
1. Pengetahuan diri 1, 7, 13, 19, 25, 31,
Kedua skala di atas tidak menyertakan alternatif jawaban ragu-ragu (RR). Menurut Hadi (1991) hal ini didasarkan pada beberapa alasan :
1) Jawaban RR (ragu-ragu) ini berkategori undedicated, yaitu mempunyai arti ganda yang bisa diartikan belum memutuskan atau memberi jawaban dan bisa juga diartikan netral.
2) Menimbulkan kecenderungan menjawab ke tengah (Central tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas jawabannya mengarah pada setuju atau tidak setuju.
F. Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpul Data
Data hasil penelitian harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain aspek validitas dan reliabilitas (Azwar, 2001).
1. Validitas
Penelitian ini akan memakai validitas isi sebagai pengukur validitas skala. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgment yang dilakukan oleh dosen pembimbing. Validitas isi dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana aitem-aitem tersebut relevan dengan tujuan pengukuran dan menunjukkan sejauh mana tes tersebut komprehensif isinya (Azwar, 2001).
2. Reliabilitas
Reliabilitas merupakan tingkat kepercayaan terhadap hasil suatu pengukuran (Azwar, 2001). Reliabilitas alat ukur menunjukkan sejauh mana pengukuran itu dapat memberikan hasil yang relatif konsisten jika dilakukan pengukuran ulang pada subjek yang sama jika aspek yang akan diukur dalam diri subjek juga masih tetap sama. Suatu angket yang reliabel akan menunjukkan ketepatan, ketelitian, dan keajegan hasil dalam satu atau berbagai pengukuran. Reliabilitas akan diukur dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach dari program SPSS versi 13.00.
G. Pelaksanaan Uji Coba Alat Pengumpulan Data
di Yogyakarta. Pengambilan sampel tersebut dipilih berdasarkan ciri-ciri yang sudah ditetapkan yaitu subjek adalah pria dan wanita berusia dengan rentang usia remaja 12-18 tahun, dan merupakan remaja anggota kelompok yang bergaya ataupun menyukai gaya Harajuku. Penyebaran dilakukan dengan mendatangi subjek lalu menitipkan kuesioner untuk dibagikan kepada teman-teman sesuai dengan kriteria di atas. Pada masing-masing subjek tersebut diberikan 2 jenis skala yaitu skala konformitas dan skala konsep diri.
H. Hasil Uji Coba Alat Pengumpulan Data
Uji validitas yang dilakukan pada penelitian ini adalah validitas isi sebagai pengukur validitas skala. Validitas isi dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana aitem-aitem tersebut relevan dengan tujuan pengukuran dan menunjukkan sejauh mana tes tersebut komprehensif isinya (Azwar, 2001). Validitas isi pada penelitian ini dilakukan dengan mengkonsultasikan aitem-aitem skala dengan orang yang dianggap ahli (dosen pembimbing) sebagai profesional judgement.
Tindakan ini dilakukan untuk memastikan bahwa aitem tersebut sudah mencakup keseluruhan kawasan isi dan obyek yang hendak diukur sehingga tidak keluar dari indikator-indikator yang telah ditentukan.
a. Analisis Butir atau Diskriminasi Aitem
0,30 karena item yang mencapai korelasi minimal 0,30 daya diskriminasinya dianggap memuaskan (Azwar, 2001).
Tabel 5. Aitem yang sahih dan gugur pada skala konformitas
Aitem yang sahih dan gugur pada skala konformitas
No Aspek Favorabel Tidak favorabel Jumlah
1. Aspek
Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan penyebaran aitem skala konformitas setelah uji coba.
Tabel 6. Susunan aitem-aitem skala konformitas (setelah uji coba)
Susunan aitem-aitem skala konformitas (setelah uji coba)
No Aspek Favorabel Tidak favorabel Jumlah
1.
Tabel 7. Aitem yang sahih dan gugur pada skala konsep diri
Aitem yang sahih dan gugur pada skala konsep diri
No Aspek Favorabel Tidak favorabel Jumlah
1. Pengetahuan
Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan penyebaran aitem skala konsep diri setelah uji coba.
Tabel 8. Susunan aitem-aitem skala konsep diri (setelah uji coba)
Susunan aitem-aitem skala konsep diri (setelah uji coba)
No Aspek Favorabel Tidak favorabel Jumlah
1. Pengetahuan
b. Reliabilitas
Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Reliabilitas (rxx) ditunjukkan dengan angka atau koefisien korelasi yang berkisar antara 0-1. Semakin tinggi koefisien korelasi (mendekati 1) berarti alat tes tersebut semakin reliabel. Uji reliabilitas bertujuan untuk melihat taraf kepercayaan hasil pengukuran skala pada penelitian dihitung dengan koefisien Alpha Cronbach (Azwar, 2001).
Reliabilitas skala pada penelitian ini menggunakan teknik Alpha Cronbach dari program SPSS versi 13.00. Hasil perhitungan koefisien Alpha Cronbach dari skala konformitas pada skala uji coba adalah 0,916. Setelah seleksi aitem, dengan menyingkirkan aitem yang tidak terpakai, didapatkan nilai reliabilitas sebesar 0,935. Sedangkan, hasil perhitungan koefisien pada uji coba skala konsep diri adalah 0,952. Setelah seleksi item didapat koefisien alpha Cronbach sebesar 0,962.
I. Metode Analisis Data
Sesuai dengan tujuan dan identifikasi variabel, metode analisis data yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara konformitas dengan konsep diri remaja yaitu dengan menggunakan kolerasi Pearson Product Moment.
BAB IV. PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Pengambilan data penelitian dilakukan dengan membagikan skala konformitas dan skala konsep diri kepada responden penelitian sesuai dengan ciri-ciri yang telah ditetapkan sebelumnya. Alat ukur disebarkan kepada 50 orang remaja yang berdomisili di Yogyakarta. Penyebaran dilakukan dengan mendatangi subjek dan menitipkan kuesioner pada responden penelitian untuk disebarkan pada teman-teman subjek yang memang masuk dalam kategori remaja.
Pelaksanaan penelitian dilakukan pada tanggal 11 Januari 2009 sampai 22 Januari 2009. Pengambilan data penelitian dilakukan dengan membagikan dua buah skala penelitian yaitu skala konformitas dan skala konsep diri, dengan jumlah masing-masing skala sebanyak 50 eksemplar.
B. Deskripsi Subjek dan Data Penelitian
Pengambilan subjek dalam penelitian ini dilakukan dengan cara pemilihan sekelompok subjek berdasarkan pada kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Kriteria subjek dalam penelitian ini adalah para remaja dengan jenis kelamin laki-laki ataupun wanita yang mempunyai atau tertarik dengan gaya Harajuku berusia antara 12 – 18 tahun.
Tabel 9. Deskripsi Umur dan Jenis Kelamin Subjek
Deskripsi Umur dan Jenis Kelamin Subjek
Umur Jumlah Jenis Kelamin Jumlah
15
Tabel 10. Deskripsi Statistik Data Penelitian
Deskripsi Statistik Data Penelitian
Deskripsi Data Konformitas Konsep diri
Mean 116,98 140,46
SD 11,644 19,277
Xmax 139 200
Xmin 92 100
Tabel di atas menunjukkan jumlah mean dari skala konformitas sebesar 116,98. Nilai tertinggi yang diperoleh pada konformitas 139 sedangkan untuk nilai terendah didapat sebesar 92. Selanjutnya untuk skala konsep diri diperoleh mean keseluruhan sebesar 140, 46. Untuk nilai tertinggi sebesar 200 sedangkan nilai terendah sebesar 100.
Selanjutnya dilakukan perbandingan antara mean empiris dengan mean teoritis pada skala konformitas dengan skala konsep diri. Perbandingan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini yang berisi perbandingan antara mean teoritis dengan mean empiris dan standar deviasi teoritis dengan standar deviasi empiris.
Tabel 11.Perbandingan Data Teoritik dan Data Empirik
Perbandingan Data Teoritik dan Data Empirik
Skala Mean teoritis Mean Empiris SD teoritis SD empiris
Konformitas 120 116,98 24 11,644
Konsep diri 125 140,46 25 19,277
Hasil analisis dari skala konformitas diperoleh mean teoritis sebesar 120 dan nilai mean empiris sebesar 116,98. Hasil ini menunjukkan bahwa rata-rata sikap konformitas subjek termasuk dalam kategori sedang. Hasil analisis dari skala konsep diri diperoleh mean teoritis sebesar 125 dan nilai mean empiris sebesar 140,46. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata subjek mempunyai konsep diri yang tinggi.
C. Hasil Penelitian
1. Uji Asumsi
Sebelum melaksanakan analisis data untuk menguji hipotesis perlu dilakukan uji normalitas dan linearitas terlebih dahulu.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah distribusi frekuensi dari gejala yang diselidiki tidak menyimpang secara signifikan dari frekuensi harapan distribusi normal teoritiknya. Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan rumus one sample Kolmogorov–Smirnov Test, bantuan SPSS for Windows versi 13.0.
Tabel 12. Hasil Uji Normalitas
Konformitas Konsep diri
Kolmogorov-Smirnov
Z 0,613 0,779
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,846 0,578
sedangkan nilai K-SZ variabel konsep diri sebesar 0,779 dengan probabilitas 0,578 (p>0,05). Dengan demikian, dapat disimpulkan data subjek memiliki sebaran yang normal.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS for windows versi 13.0 dan mendapatkan hasil bahwa F = 28,840 dengan p = 0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa antara variabel konformitas dan variabel konsep diri memiliki hubungan yang linear.
Tabel 13. Hasil Uji Linearitas
F Asymp. Sign.
Konsep diri Deviation from Linearity 1,671 0,133
2. Kategorisasi Subjek Penelitian
Skala konformitas dan skala konsep diri dalam penelitian ini dikategorisasikan dalam 5 kategori. Tujuan dari kategorisasi yaitu untuk menempatkan subjek ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut kontinum. Berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2001).
Tabel 14. Norma kategorisasi skor
Skor Kategorisasi
Berdasarkan skala konformitas terdapat 48 aitem yang digunakan. Didapatkan skor maksimal 192 (48 dikalikan 4 untuk skor jawaban sangat setuju). Skor minimal 48 (48 dikalikan 1 untuk skor jawaban sangat tidak setuju). Mean teoritis sebesar 120 (skor max. 192 + skor min. 48 dibagi 2). Standar deviasi teoritis 24 (skor max. 192 - skor min. 48 dibagi 6).
Tabel 15. Kategorisasi Skor Konformitas dan Konsep diri
Frekuensi
Kategorisasi Konformitas Konsep diri
Konformitas Konsep diri
Berdasarkan kategori skor konformitas di atas, dapat diketahui bahwa 32 subjek dengan kategori skor sedang merupakan kategori skor yang paling besar. Sedangkan untuk kategori skor konsep diri, dapat diketahui bahwa 24 subjek dengan kategori skor sedang dari total subjek penelitian
3. UjiHipotesis
Tabel 16. Hasil Uji Hipotesis
Hubungan r r2 p
Konformitas*konsep diri -0,544 0,295 0.000
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara kedua variabel sebesar -0,544 dengan probabilitas 0,000 yang berarti bahwa kedua variabel memiliki hubungan negatif yang signifikan karena nilai p<0,01. Maka hipotesis yang menyatakan ada hubungan negatif antara konformitas dan konsep diri diterima.
D. Pembahasan
Analisis data yang telah dilakukan menggunakan perhitungan Pearson Product Moment mendapatkan hasil korelasi -0,544 dengan probabilitas 0,000 (p< 0,01). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara konformitas dengan konsep diri. Semakin tinggi sikap konformis remaja pada kelompoknya, konsep dirinya semakin rendah. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah nilai variabel konformitas remaja, konsep diri semakin tingi. Berdasarkan hasil penelitian maka hipotesis dalam penelitian ini diterima.
Hasil analisis statistik deskriptif menunjukkan menunjukkan bahwa konsep diri pada remaja yang bergaya Harajuku berada dalam kategori tinggi. Hal ini ditunjukkan dari nilai mean empiris yang lebih besar dari mean teoritis (140,46 >125,00). Namun, perlu diingat konsep diri pada remaja ini bersifat umum sedangkan konformitas remaja mengarah pada kelompok.
didukung oleh penelitian Dewi (2008) yang menyatakan bahwa konformitas dalam berbusana gaya Harajuku di Indonesia sebenarnya tidak terlalu menggambarkan apa-apa hanya sekedar mengadopsi gaya untuk penampilan.