LAPORAN TUGAS AKHIR
PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI TENTANG
MEKANISME PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 GAJI KARYAWAN TETAP PADA PT. (PERSERO) PELABUHAN
INDONESIA I CABANG BELAWAN
DIAJUKAN OLEH
NAMA : IRMA SURIYANI NIM : 062600063
Untuk memenuhi salah satu syarat menamatkan studi pada Program Diploma III
Administrasi Perpajakan
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN TUGAS AKHIR PKLM INI DISETUJUI UNTUK DIPERSENTASIKAN
OLEH :
NAMA : IRMA SURIYANI
NIM : 062600063
PROGRAM STUDI : DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN
JUDUL : MEKANISME PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN
PASAL 21 GAJI KARYAWAN TETAP PADA PT. (PERSERO) PELABUHAN INDONESIA I CABANG
BELAWAN
Ketua PRODIP – III Dosen Pembimbing Supervisor Lapangan Administrasi Perpajakan a.n. General Manager
Manajer Umum
Drs. M. Husni Thamrin, M, Si. Harmaini Hasan, SH. MM Sri Suyono,SH.,M.Hum NIP. 131 572 443 NIP. 060 018 639
Diketahui Oleh : DEKAN FISIP USU
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR BAGAN DAN TABEL ... iv
DAFTAR LAMPIRAN ... v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 5
C. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri... 7
D. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 8
E. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri... 9
F. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 11
BAB II GAMBARAN UMUM PT. (Persero) PELABUHAN INDONESIA CABANG BELAWAN A. Sejarah dan Perkembangan PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan... 13
B. Strktur Organisasi PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan... 15
D. Gambaran Karyawan PT. (Persero) Pelabuhan
Indonesia I Cabang Belawan... 19
E. Visi dan Misi PT. ( Persero ) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan ... 24
BAB III DATA PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 A. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 ... 26
B. Dasar Hukum Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 ... 28
C. Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 ... 31
D. Objek Dan Subjek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21... 33
E. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Yang Ditanggung Pemerintah... 39
F. Pengurangan Yang Diperbolehkan Dalam Menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21 Bagi Karyawan Tetap ... 40
G. Tarif Pajak Penghasilan... 43
H. Cara Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 ... 45
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI A. Mekanisme Pemotongan dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Karyawan tetap di PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan... 53
B. Objek dan Subjek Pajak Penghasilan Pasal 21 di PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan... ………….. 54
C. Mekanisme Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh)
Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan ... ……….55
D. Mekanisme Penyetoran Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
Karyawan Tetap yang Dipotong PT. (Persero)
Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan ... ………. 59
E. Mekanisme Pelaporan PPh Pasal 21 Karyawan Tetap
PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan... ………… 60
F. Pendaftaran dan Penilaian... ……… 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 64
B. Saran ... 66
DAFTAR BAGAN DAN TABEL
Bagan
1. Bagan Struktur organisasi PT. (Persero) Pelabuhan
Indonesia I cabang Belawan……… 16
Tabel
1. Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) ... 42
2. Tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi
sampai Tahun 2008 ... 44
1. Tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah dan
kerunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
ini sebagai Laporan Tugas Akhir, guna memperoleh gelar Ahli Madya Administrasi
Perpajakan yang berjudul “Mekanisme Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal
21 Karyawan Tetap Pada PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I cabang Belawan”.
Adapun penulisan Laporan Tugas Akhir ini bertujuan agar penulis dapat
mengetahui mekanisme pemotongan pajak penghasilan pasal 21 karyawan tetap pada
PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan. Penulis menyadari bahwa
dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
untuk kesempurnaan Laporan Tugas Akhir ini.
Dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini, penulis telah banyak menerima
bantuan baik moril maupun materil berupa dorongan, bimbingan dan kerja sama dari
berbagai pihak, sehingga penulisan Laporan Tugas Akhir ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya.
Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan
terima kasih yang tulus kepada :
1. Bapak Prof. DR. M. Arif Nasution selaku Dekan FISIP USU.
2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, MA selaku ketua jurusan program
3. Bapak Harmaini Hasan, SH, MM. selaku Dosen Pembimbang yang dengan
ikhlas telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan
kepada penulis sampai Laporan Tugas Akhir ini dapat diselesaikan.
4. Bapak Drs. Mukti Sitompul, M.Si selaku Dosen Wali selama ini.
5. Seluruh Staf Pengajar Program Studi Diploma III FISIP USU.
6. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Misdi Susanto dan
Ibunda Nurli Hayati Lubis yang selalu memberikan kasih sayang dan selalu
berjuang dalam susah maupun senang memberikan dorongan, perhatian,
nasehat dan doa tulus yang tiada henti-hentinya kepada kami anak-anaknya.
7. Kakanda-kakandaku tersayang (Mbak Dede n bg Ridwan, mbak Iyet) dan
Adindaku Ilham yang selalu memberikan dorongan, perhatian, nasehat dan
doa yang tulus dalam perjuangan menyelesaikan perkuliahan ini..
8. Om dan Tanteku yang selalu memberikan dorongan baik materil n do’a
9. My Special Someone (makasi bwt perhatian, dorongan, nasehat dan doa
dalam menyelesaikan penulisan Laporan Tugas Akhir selam ini)
10. TAX RENGERS ’06 (makasi bwt pertemanan dan kebaikan selama ini),
Marniati (Ni), Rina Khairija (Na), Novi Citra (Ita), Ilmi Fadila(Mie2/Mietoen)
(perjuangan hidup belum berhenti sob, Lanjutkan!!)
11. Junior-junior perpajakn FISIP USU ( fadly, Bayu, Agung, dll..)
12. serta semua pihak yang terkait yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang
telah banyak membantu dan memberikan dorongan dala penulisan Laporan
Kiranya Allah SWT selalu memberkahi segala kebaikan yang telah diberikan.
Dan semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin
Yarabbal alamin.
Medan, Juni 2009 Penulis
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, perguruan tinggi dituntut untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di lingkungan kampus. Untuk menjawab tuntutan
tersebut, perguruan tinggi harus melakukan berbagai cara dalam usaha meningkatkan
kualitas tersebut. Salah satunya adalah dengan melakukan kegiatan intrakulikuler
Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).
Melalui praktik ini seorang mahasiswa dapat menerapkan teori-teori yang
telah diperoleh di bangku kuliah. Serta dapat mengembangkan semua keterampilan
yang dimiliki pada instansi-instansi pemerintah maupun perusahaan swasta tempat
mahasiswa tersebut melakukan praktik. Agar mahasiswa dapat mengetahui
bagaimana situasi dunia kerja yang sebenarnya dan siap menjadi tenaga baru yang
terampil dan profesional.
Pajak merupakan salah satu pemasukan negara yang terbesar, hal ini dapat
dilihat dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) bahwa penerimaan negara
dari sektor pajak yang menjadi primadona, sejak penerimaan negara dari sektor migas
lainnya merosot di pasar internasional. Pajak merupakan alternatif bagi pemerintah
untuk meningkatkan penerimaannya sebagaimana yang telah direncanakan dalam
Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN). Sehingga untuk
ekstensifikasi pajak (usaha untuk mengoptimalkan penerimaan pajak dengan
meningkatkan faktor-faktor penunjang dari luar) dan intensifikasi pajak (usaha
mengoptimalkan penerimaan pajak dengan meningkatkan faktor-faktor dari dalam),
dan perlunya asas keadilan dan kepastian hukum bagi para pembayar pajak.
Masalah pajak merupakan masalah yang dihadapi pihak pemerintah sebagai
pihak yang memungut pajak dengan rakyat sebagai pihak yang berkewajiban
membayar pajak. Masing-masing pihak memiliki kepentingan dan saling
ketergantungan. Tentang besarnya beban pajak, masyarakat wajib pajak
mengharapkan adanya pemungutan pajak yang adil, artinya besarnya pajak yang
terutang sesuai kemampuan wajib pajak, sedangkan harapan pemerintah sebagai
pemungut pajak, mengharapkan adanya pelunasan pajak yang tepat waktu dan sesuai
dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan pajak yang berlaku.
Penerimaan pajak oleh negara salah satunya diperoleh dari Pajak Penghasilan.
Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan yang
diterima/diperoleh seseorang atau badan dalam tahun pajak atau bagian tahun pajak.
Adanya peraturan Pajak Penghasilan Pasal 21 sebagaimana yang tertuang dalam
Undang-Undang No.7 Tahun 1983 dan selanjutnya diubah dengan Undang-Undang
No.7 Tahun 1991, Undang-Undang No.10 Tahun 1994, Undang-Undang No.17
Tahun 2000 dan terakhir diubah dengan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008
mengatur tentang pembayaran pajak dalam tahun pajak melalui pemotongan pajak
atas penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam
Pajak penghasilan sangat menentukan peningkatan penerimaan pajak, karena
dianggap memiliki peranan dan dapat memberikan sumber penerimaan yang bersifat
elastis khususnya pada karyawan/pegawai tetap di sebuah instansi atau perusahaan.
Para pegawai tetap tidak dapat mengelak untuk tidak membayar pajak karena data
berupa penghasilan lengkap ada pada badan selaku pemberi kerja.
Pajak Penghasilan dapat dilihat dari 2 (dua) subjek pajak yang berbeda yakni
Orang Pribadi dan Badan. Pajak Penghasilan Badan umumnya lebih mudah
teridentifikasi serta pemungutan pajak atas Badan jauh lebih optimal daripada Pajak
Penghasilan Orang Pribadi. Hal ini disebabkan adanya institusi finansial tanpa adanya
informasi transaksi finansial dari tiap orang.
Wajib Pajak PPh Pasal 21 diantaranya adalah :
1. Pejabat Negara
2. Pegawai Negeri Sipil (PNS)
3. Pegawai
4. Pegawai tetap
5. Pegawai dengan status Wajib Pajak Luar Negeri (WPLN)
6. Pegawai lepas
7. Penerima pensiun
8. Penerima honorarium
9. Penerima upah
Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah :
Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara teratur berupa gaji, uang pensiun
bulanan, upah honorarium (termasuk honorarium anggota dewan komisaris atau
anggota pengawas), premi bulanan, uang lembur, uang sokongan, uang tunggu, uang
ganti rugi, tunjangan istri, tunjangan anak, tunjangan kemahalan, tunjangan jabatan,
tunjangan khusus, tunjangan transport, tunjangan pajak, tunjangan iuran pensiun,
tunjangan pendidikan anak, beasiswa, hadiah, premi asuransi yang dibayar oleh
pemberi kerja dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun.
Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah :
1. Pemberi kerja yang terdiri dari Orang Pribadi dan Badan
2. Bendaharawan Pemerintah Pusat maupun Daerah (menyangkut Pegawai Negeri)
3. Dana pensiun, PT. Jamsostek, PT.Taspen
4. Perusahaan Badan, Bentuk Usaha Tetap.
Namun dalam kenyataan kendala-kendala masih muncul terutama akibat
informasi yang diberikan dalam bentuk buku panduan perpajakan dan pembaca tidak
selamanya mengerti, dimana pihak perusahaan atau disebut juga sebagai pemotong
PPh pasal 21 masih salah dalam melakukan perhitungan sehingga tidak jarang para
pegawainya merasa dirugikan.
Berdasarkan masalah-masalah tersebut di atas, menjadi latar belakang bagi
Penulis untuk melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pada kantor
pada PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan” yang nantinya akan
Penulis uraikan dalam bentuk Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
1. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan
Mandiri (PKLM) adalah sebagai berikut :
a. Untuk memperoleh dan melihat secara langsung data mengenai mekanisme
pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dilakukan oleh PT. (Persero)
Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan.
b. Untuk mengetahui bagaimana kebijaksanaan dan mekanisme pemotongan
Pajak Penghasilan Pasal 21 gaji karyawan.
c. Untuk memperkenalkan secara langsung kepada mahasiswa situasi yang
sebenarnya sehingga diharapkan nantinya mengetahui dan dapat
membedakan dunia kerja dengan dunia pendidikan.
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM )
Manfaaat Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM )
a. Bagi Mahasiswa
1) Mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah dipelajari di bangku kuliah ke dalam
perusahaan yang muncul selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan
2) Menumbuhkan dan menciptakan semangat kerja dan profesionalisme dalam
melaksanakan pekerjaan serta mengembangkan tanggung jawab dan disiplin.
3) Menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman.
4) Menguji dan mengukur kemampuan yang dimiliki oleh mahasiswa dalam
menghadapi situasi dunia kerja sebenarnya.
b. Bagi Instansi/Perusahaan tempat melaksanakan Praktek Kerja Lapangan Mandiri
1) Guna memenuhi kebutuhan akan tenaga-tenaga terampil yang sesuai dengan
keahliannya dan nantinya merupakan tenaga ahli yang siap pakai sesuai
dengan bidang ilmu yang diketahui.
2) Dengan dilaksanakan Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) bagi
mahasiswa dituntut sumbangsih terhadap instansi/perusahaan baik berupa
saran maupun kritikan yang bersifat membangun yang dapat digunakan
sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam mengatasi masalah yang ada
untuk dapat meningkatkan kinerja di lingkungan instansi/perusahaan tersebut.
3) Membuka kerja sama yang baik dengan Universitas Sumatera Utara,
khususnya Program Studi Administrasi Perpajakan.
c. Bagi Universitas/Lembaga Pendidikan
1) Membuka interaksi antara universitas dengan instansi/perusahaan yang
bersangkutan dalam memberikan uji nyata mengenai ilmu pengetahuan yang
2) Guna meningkatkan profesionalisme dan memperluas wawasan serta
memantapkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan
ilmu khususnya di bidang perpajakan.
3) Memberikan uji nyata disiplin ilmu yang telah disampaikan semasa
perkuliahan.
4) Mempertinggi Image (pandangan) masyarakat terhadap Sumber Daya
Manusia (SDM) yang dihasilkan dari Lembaga Pendidikan Nasional,
Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan.
C. Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan Mandiri
Dalam hal ini Penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan Mandiri di kantor
PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia-I Cabang Belawan, khususnya pada divisi
keuangan. Dalam PKLM ini Penulis mendapatkan Data Bulan Maret – April Tahun
2009, yang meliputi ruang lingkup dari Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini
adalah untuk :
1. Mengetahui sistem dan mekanisme pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal
21 gaji karyawan tetap pada PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang
Belawan.
2. Mengetahui tingkat kepatuhan PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang
3. Mengetahui bagaimana kebijaksanaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 gaji
karyawan tetap pada PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan.
D. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM )
Dalam melakukan praktek, Penulis melakukan metode-metode yang
diperlukan dalam Praktek Kerja Lapangan Mandiri untuk mendapatkan dan
mengumpulkan data serta informasi sesuai metode yang digunakan adalah sebagai
berikut :
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini Penulis melakukan pengajuan judul, penentuan tempat Praktik
Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ), mencari dan mengumpulkan bahan untuk
pembuatan proposal, pemberian dosen pembimbing, permohonan surat
jalan/Permohonan dari Fakultas dan sebagainya..
2. Studi Literatur
Pada tahap ini Penulis mencari dan mengumpulkan sumber – sumber pustaka
seperti undang – undang, buku – buku, majalah maupun literatur lain yang
berhubungan dengan Pajak Penghasilan Pasal 21 dalam melaksanakan Praktek
Kerja Lapangan Mandiri.
3. Observasi Lapangan
Pada bagian ini Penulis melakukan observasi lapangan/pengamatan langsung
Mekanisme pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas karyawan tetap pada
PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan.
4. Pengumpulan Data
Penulis melakukan pengumpulan data melalui :
a. Data Primer
Data yang diperoleh melalui wawancara terhadap orang-orang yang
dianggap mampu memberikan masukan dan informasi serta observasi
Penulis di lapangan tempat objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
b. Data Sekunder
Data/informasi yang diperoleh melalui studi literatur seperti
sumber-sumber pustaka, Undang-undang, dokumentasi maupun literatur lain yang
berhubungan dengan objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
5. Analisa dan Evaluasi
Setelah Penulis memperoleh data yang diperlukan telah terkumpul secara
lengkap maka Penulis melakukan analisa dan evaluasi terhadap data atau
keterangan mengenai mekanisme Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 yang
kemudian akan diinterprestasikan secara objektif, jelas dan sistematis.
E. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM )
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam Praktek Kerja Lapangan
1. Metode Wawancara ( Interview Guide )
Yaitu pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan
yang ditujukan kepada pegawai yang dianggap mampu memberikan
masukan data primer dan informasi tentang mekanisme pemotongan Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 21 maupun tulisan yang berhubungan dengan
objek studi.
2. Metode Observasi ( Observation Guide )
Yaitu pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung
ataupun tidak langsung terjun ke lapangan untuk melakukan peninjauan
dengan mengamati, mendengar dan bila perlu membantu mengerjakan
tugas yang diberikan pihak Instansi dengan diberikan petunjuk atau arahan
terlebih dahulu dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku pada
Instansi atas kegiatan yang akan dilakukan dalam pencatatan terhadap
fenomena yang menjadi objek penelitian.
3. Metode Dokumentasi ( Optional Guide )
Yaitu pengumpulan data dengan mengumpulkan dokumen – dokumen
yang berhubungan dengan mekanisme pemotongan Pajak Penghasilan
(PPh) Pasal 21 (seperti : peraturan perundang-undangan perpajakan,
Undang-Undang Perpajakan, lampiran-lampiran formulir), dan meminta
berbagai dokumen dari PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang
dan data-data lain) yang berhubungan dengan Praktek Kerja Lapangan
Mandiri.
F. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun yang menjadi sistematika dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini Penulis akan mengemukakan Latar Belakang melakukan
Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ), Tujuan dan manfaat Praktik
Kerja Lapangan Mandiri, Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan
Mandiri, Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri, ,
dan Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
BAB II : GAMBARAN UMUM PT. (Persero) PELABUHAN INDONESIA I CABANG BELAWAN
Pada bab ini Penulis akan menguraikan mengenai sejarah singkat
PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan, Struktur
Organisasi, Uraian Tugas Pokok dan Fungsi, Gambaran
Pegawai/Karyawan/anggota/personil.
BAB III : GAMBARAN OBJEK PAJAK
Pada bab ini Penulis akan menjelaskan tentang ketentuan-ketentuan
mengenai Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21, objek dan subjek PPh Pasal
21 Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah dengan
perundang-undangan, cara perhitungan, cara pelaporan, pendaftaran dan
penilaian dan lain-lain.
BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI
Pada bab ini Penulis akan menguraikan mengenai dasar hukum,
Mekanisme dalam pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
karyawan tetap pada PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang
Belawan. Serta pendaftaran dan penilaiannya.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini Penulis akan memaparkan bagaimana kesimpulan dari
objek yang telah diteliti serta saran-saran yang membangun bagi
BAB II
GAMBARAN UMUM PT. (Persero) PELABUHAN INDONESIA I CABANG BELAWAN
A. Sejarah dan Perkembangan PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan
PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan mempunyai lintasan
sejarah yang diawali dengan proses pengambilalihan perusahaan pada zaman Hindia
Belanda pada tahun 1945 – 1950 oleh pemerintahan Republik Indonesia yang dikenal
sebagai proses nasionalisasi perusahaan asing. Pada zaman Hindia Belanda dahulu
perusahaan Pelabuhan Belawan ini bernama Haven Bedrijf yang dipakai terus sampai
tahun 1950. Haven Bedrijf Belawan Deli ini mempunyai karyawan berjumlah 50
(lima puluh) orang yang berstatus pegawai Federal. Yang memegang pimpinan
disebut Dedirecteurder Haven.
Pada tahun 1951 nama Haven Bedrijf dirubah menjadi Jawatan Pelabuhan.
Pimpinan pada Jawatan Pelabuhan adalah Direktur Pelabuhan. Pada periode tahun
1956 – 1961 yang semula bernama Jawatan Pelabuhan diganti lagi dengan nama
Perusahaan Pelabuhan Negara dengan pejabat pimpinan disebut Direktur Perusahaan
Pelabuhan Negara.
Langkah awal perseroan dimulai pada tahun 1961 berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 15 Tahun 1961 Lembaran Negara Nomor 128 Tahun 1961, nama
Daerah I atau lebih dikenal dengan singkatan P.N. Pelabuhan Daerah I, dengan
pejabat pimpinan disebut Direktur P.N. Pelabuhan.
Dengan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1964 sistem organisasi
kepelabuhan berubah. Maka, pengusaha tunggal di pelabuhan adalah Komandan
Penguasa Pelabuhan yang di dalamnya tergabung Syahbandar sebagai staf operasi
dan P.N. Pelabuhan sebagai Staf Service atau Staf Jasa. P.N. Pelabuhan ditetapkan
kembali seperti semula dan organisasi Penguasa Pelabuhan lebih diarahkan kepada
segi ekonomi dan perdagangan. Penguasa pelabuhan dirubah menjadi Administrator
Pelabuhan selaku penanggung jawab tunggal di pelabuhan, di dalam organisasi
Badan Pengusahaan Pelabuhan ( BPP) Belawan dengan dibantu semacam penasehat
yakni Badan Pengawasan Kepala Daerah Pelayanan.
Setelah perubahaan struktur organisasi di pelabuhan berdasarkan PP. No. 1
Tahun 1969 dan PP. No. 18 Tahun 1969 nama penguasa pelabuhan ( port Authoryty)
dirubah menjadi Badan Pengusahaan Pelabuhan ( BPP ).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1983 pelabuhan sebagai
salah satu unsur penunjang kelancaran angkutan laut telah ditata kembali, baik status
pembinaannya maupun pengelolaannya. Seluruh pelabuhan yang diusahakan di
wilayah nusantara, dibagi dalam 4 (empat) kelompok yang pengusahaannya
diselenggarakan secara profesional dan menerapkan prinsip-prinsip manajemen serta
prinsip-prinsip ekonomi perusahaan dalam bentuk Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) dengan status Perusahaan Umum ( Perum ) di lingkungan Departemen
Belawan termasuk ke dalam Perum Pelabuhan I bersama 18 Pelabuhan
lainnya yang berada di Sumatera Utara, Aceh dan Riau. Pejabat pimpinan dari Perum
ini terdiri dari beberapa orang direksi, sedang pelabuhan cabangnya dipimpin oleh
kepala cabang, sementara jabatan Adpel tetap ada. Kepala Cabang Pelabuhan
Belawan yang pertama setelah berjalannya Perum Pelabuhan ini adalah Soetrisno
Muali yang dilantik pada tanggal 26 Juli 1984.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 1991
Tanggal 19 Oktober 1991 tentang Perubahan Status Perusahaan Umum (Perum)
Pelabuhan I menjadi PT. ( Persero ) Pelabuhan Indonesia I yang berkedudukan dan
berkantor pusat di Jl. Krakatau Ujung No. 100 Medan 20241 dan PT. ( Persero )
Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan berkedudukan di Jl. Kapten R. Sulian No. 1
Belawan 20411.
B. Strktur Organisasi PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan
Organisasi adalah alat manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan secara
efektif dan efesien. Secara khusus PT. ( Persero ) Pelabuhan Indonesia I Cabang
Belawan memiliki struktur organisasi tersendiri yang dapat dilihat pada bagan
DIVISI KOMERSIAL DINAS PENGKAJIAN PASAR & PROMOSI DINAS PUSAT PELAYANAN ADM. JASA/USAHA DINAS PELAYANAN PEMANDU DINAS PELAYANAN PMK & RUPA-RUPA
DINAS PERENCANAAN & PENGENDALIAN USAHA BONGKAR MUAT DINAS PENYIAPAN PERALATAN DINAS OPERASI DINAS TATA USAHA &
KEUANGAN
DIVISI SISTEM & TEKHNOLOGI
INFORMASI
DINAS PENGOPERASIAN SISTEM
DINAS DATA & INFORMASI
DINAS TATA USAHA & RUMAH TANGGA DIVISI UMUM DINAS PERSONALIA DINAS HUKUM & HUMAS DINAS KEAMANAN WAKIL MANAJEMEN MUTU
Bagan 2.1. Struktur Organisasi PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan PERWAKILAN
DINAS PENYIAPAN ARMADA
DIVISI PELAYANAN KAPAL & BARANG /PPSA
DINAS PELAYANAN & OPERASI DINAS ANEKA USAHA DIVISI TEKHNIK DINAS PEKERJAAN SIPIL DINAS PERENCANAAN & ADM. TEKNIK DINAS PERALATAN &
iNSTALASI
DINAS ANGGARAN
C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi
Pimpinan tertinggi dari kantor PT. ( Persero ) Pelabuhan Indonesia I Cabang
Belawan dipegang oleh seorang General Manager dan dibantu juga oleh beberapa
divisi untuk menunjang keberlangsungan perusahaan.
Dalam PT. ( Persero ) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan sendiri
pimpinan tertinggi merupakan hasil dari rapat anggota tahunan, yang menjadi titik
tolak dalam pengadaan dan keberlangsungan perusahaan.
Berikut adalah tugas pokok, wewenang dan tanggung jawab atau fungsi dari
masing-masing bagian :
1. General Manager
General manager merupakan unit pelaksana pengusahaan yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada direksi. General manager bertanggung jawab
atas pelaksanaan pengusahaan jasa ke pelabuhan dan aneka jasa lainnya secara efisien
dalam rangka menunjang kelancaran arus penumpang, arus kapal dan arus barang di
samping untuk mendapatkan keuntungan dan kebijakan yang diterapkan oleh Direksi.
2. Divisi Komersil
Divisi Komersil mempunyai tugas pokok menyiapkan perencanaan,
melaksanakan dan mengendalikan kegiatan pengkajian pasar dan promosi, pusat
pelayanan administrasi jasa usaha serta aneka usaha.
3. Divisi Pelayanan Kapal dan Barang
Divisi ini mempunyai tugas pokok menyiapkan, perencanaan, melaksanakan
kepanduan, pelayanan pemanduan kebakaran dan rupa-rupa, perencanaan dan pusat
pelayanan satu atap serta pelayanan operasi barang.
4. Divisi Teknik
Divisi ini mempunyai tugas pokok menyiapkan perencanaan, melaksanakan
dan mengendalikan investasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana pelabuhan,
rekomendasi teknik dan berkaitan dengan IBM, perbekalan teknik/logistik,
pemantauan rencana induk pelabuhan dan lingkungan hidup, serta implementasi
sistem manajemen teknik dan adminstrasi teknik, pelayanan air kapal, dan pelayanan
listrik.
5. Divisi Keuangan
Divisi keuangan mempunyai tugas menyiapkan perencanaan,melaksanakan
dan mengendalikan kegiatan pengendalian anggaran akuntansi dan perbendaharaan
serta kemitraan dan bina lingkungan.
6. Divisi Umum
Divisi umum mempunyai tugas pokok menyiapkan perencanaan,
menyelenggarakan dan mengendalikan tata usaha, rumah tangga, dan keprotokolan,
admintrasi personalia, perencanaan dan pengembangan Sumber Daya Manusia
(SDM), hubungan industrial, hukum dan humas, serta pengamanan lingkungan kerja
dan asset perusahaan.
7. Divisi Sistem dan Teknologi Informasi (STI)
Tugas dari divisi Sistem dan Teknologi Informasi (STI) adalah merencanakan
serta menyusun laporan dan penyiapan informasi, yang juga dibutuhkan pihak –
pihak yang terkait dengan urusan kepelabuhan maupun pihak – pihak yang
mempunyai kepentingan lainnya.
8. Unit Usaha Bongkar Muat
Unit usaha bongkar muat mempunyai tugas pokok menyiapkan perencanaan,
melaksanakan dan mengendalikan kegiatan bongkar muat dan penumpukan,
menyiapkan peralatan dan perawatan serta tata usaha dan keuangan.
D. Gambaran Karyawan PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan
Jumlah dari pegawai pada PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang
Belawan dapat dilihat dalam pengelompokan menurut divisi yang disusun secara
Triwulan dalam satu tahun adalah sebagai berikut :
1. Divisi Umum
a) Struktural
a.1) General Manager : 1 orang
a.2) Manager : 1 orang
a.3) Asisten Manager : 3 orang
a.4) Pj. Asisten Manager : 1 orang
b) Staf
b.1) Staf Junior Tk I : 5 orang
c) Pelaksana
c.1) Pelaksana Senior Tk. I : 5 orang
c.2) Pelaksana Senior Tk. II : 1 orang
c.3) Pelaksana Junior Tk I : 5 orang
2. Divisi Keuangan
a) Struktural
a.1) Manager : 1 orang
a.2) Asisten Manager : 2 orang
b) Staf
b.10 Staf Junior Tk. I : 5 orang
b.2) Staf Junior Tk II : 4 orang
c) Pelaksana
c.1) Pelaksana Senior Tk. I : 6 orang
c.2) Pelaksana Junior Tk. I : 5 orang
3. Divisi Komersial
a) Struktural
a.1) Manager : 1 orang
a.2) Asisten Manager : 3 orang
b) Staf
b.1) Staf Junior Tk.I : 4 orang
c) Pelaksana
c.1) Pelaksana Senior Tk. I : 15 orang
c.2) Pelaksana Senior TK.II : 1 orang
c.3) Pelaksana Junior TK I : 1 orang
4. Divisi Teknik
a) Struktural
a.1) Manager : 1 orang
a.2) Asisten Manager : 3 orang
b) Supervisor
b.1) Supervisor Senior Tk. II : 3 orang
b.2) Supervisor Tk.II : 3 orang
c) Staf
c.1) Staf Junior Tk. I : 1 orang
c.2) Staf Junior Tk. II : 3 orang
d) Pelaksana
d.1) Pelaksana Senior Tk. I : 18 orang
d.2) Pelaksana Junior Tk. II : 9 orang
5. Divisi PKB dan PPSA
a) Struktural
a.1) Manager : 1 orang
b) Fungsional
b.1) Pandu Bandar Utama Tk. II : 17 orang
b.2) Pandu Bandar Pratama : 1 orang
c) Supervisor
c.1) Supervisor Senior Tk. I : 3 orang
c.2) Supervisor Senior Tk. II : 12 orang
c.3) Supervisor Tk. I :1 orang
c.4) Supervisor Tk. II : 6 orang
c.5) Supervisor : 5 orang
d) Staf
d.1) Staf Junior Tk. II : 3 orang
e) Pelaksana
e.1) Pelaksana Senior Tk. I : 50 orang
e.2) Pelaksana Senior Tk. II : 15 orang
e.3) Pelaksana Junior Tk. I : 23 orang
6. Divisi STI
a) Struktural
a.1) Manager : 1 orang
a.2) Asisten Manager : 2 orang
b) Staf
c) Pelaksana
c.1) Pelaksana Senior Tk. I : 1 orang
c.2) Pelaksana Junior Tk. I : 1 orang
c.3) Pelaksana Junior Tk. II : 1 orang
7. Unit Usaha Bongkar Muat
a) Struktural
a.1) Manager : 1 orang
a.2) Asisten Manager : 3 orang
b) Supervisor
b.1) Supervisor Tk. II : 2 orang
c) Staf
c.1) Staf Junior Tk. I : 3 orang
d) Pelaksana
d.1) Pelaksana Senior Tk. I : 6 orang
d.2) Pelaksana Senior Tk. II : 5 orang
d.3) Pelaksana Junior Tk. I : 8 orang
8. Manajemen Mutu
a) Struktural
a.1) Manager : 1 orang
b) Staf
c) Pelaksana
c.1) Pelaksana Senior Tk. I : 1 orang
Secara umum sesuai dengan struktur organisasinya karyawan pada
PT. ( Persero ) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan berjumlah 296 orang. Akan
tetapi apabila dilihat secara lebih khusus yang merupakan karyawan tetap pada
PT. ( Persero ) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan ini hanya berjumlah 279
orang.
Hal ini disebabkan 17 orang hanya merupakan karyawan honorer yang bukan
merupakan pegawai tetap pada PT. ( Persero ) Pelabuhan Indonesia I Cabang
Belawan.
E. Visi dan Misi PT. ( Persero ) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan Visi
PT. ( Persero ) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan telah merumuskan visi
yang merupakan gambaran organisasi yang ingin diwujudkan di masa depan yaitu :
“ Mewujudkan pelayanan ke pelabuhan yang berkualitas dan berada di dalam
jaringan transportasi laut global serta mampu memenuhi harapan stake holder ”.
Dalam upaya mewujudkan visi tersebut diperlukan kemampuan untuk :
a. Mewujudkan keuntungan yang memadai dalam menjalankan bisnis Persero
(profit)
c. Menyempurnakan proses yang menghasilkan nilai bagi pelanggan secara
berkelanjutan (process)
d. Menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang produktif dan berkomitmen
(people)
Misi
Menyadari bahwa pelanggan semakin memainkan peran penting di dalam
lingkungan bisnis yang bersaing secara tajam, sedangkan tujuan dari penyedia jasa ke
pelabuhan adalah memberikan kepuasan kepada pengguna jasa mendorong
pertumbuhan ekonomi, maka untuk menempatkan perusahaan pada posisi yang
memiliki daya saing yang kuat dalam jangka panjang, pengelolaan kemampuan
sumber daya manusia dalam memanfaatkan pengetahuan adalah kata kuncinya.
Oleh karena itu, penetapan misi perusahaan difokuskan kepada peningkatan
kualitas pelayanan dan keandalan alat produksi untuk mendukung peran pelabuhan
sebagai pusat logistik melalui aktivitas yang memberikan nilai tambah sehingga dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah. Berdasarkan keyakinan yang dimaksud,
misi PT. ( Persero ) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan ditetapkan sebagai
berikut :
“ Menyediakan jasa ke pelabuhan yang berkualitas yang berperan sebagai pusat
BAB III
DATA PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21
A. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 1. Pengertian Pajak
Sebelum penulis menguraikan pajak penghasilan (PPh) pasal 21 sebaiknya
kita harus mengenal terlebih dahulu apa itu pajak, secara umum pengertian pajak
dapat dikatakan suatu kewajiban kenegaraan berupa pengabdian serta peran aktif
warga negara yang berupa pembangunan nasional yang merupakan kegiatan yang
berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat baik materil maupun spiritual, yang
pelaksanaannya diatur dalam undang-undang dan peraturan-peraturan untuk tujuan
kesejahteraan bangsa dan negara.
Pengertian pajak menurut Undang - Undang No.28 Tahun 2007 yaitu :
kontribusi wajib kepada kas negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan undang - undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar - besarnya
kemakmuran rakyat.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri - ciri yang melekat
pada pengertian pajak adalah pajak dipungut berdasarkan undang - undang serta
aturan pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan, dalam pembayaran pajak
dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, pajak
diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dilihat dari
pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public
investment dan serta pajak dapat pula mempunyai fungsi sebagai:
1.Fungsi budgetair
Pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluarannya.
2. fungsi mengatur (regular)
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
2. Pengertian Pajak Penghasilan, Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21, dan Pegawai Tetap.
Menurut Pasal 4 Undang-Undang No.36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan (PPh), yang dimaksud dengan penghasilan adalah setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk
apapun.
Pajak penghasilan (PPh) tergolong sebagai pajak subjektif yaitu pajak yang
mempertimbangkan keadaan pribadi Wajib Pajak, yang tercermin pada
dijadikan dasar utama dalam menentukan berapa besarnya jumlah pajak yang dapat
dibebankan kepadanya. Penentuan daya pikul seseorang sangat subjektif sifatnya
karena daya pikul dapat ditentukan dengan berbagai ukuran. Jumlah penghasilan,
kekayaan Wajib Pajak, jumlah tanggungan keluarga adalah contoh unsur penentu
dalam mengukur daya pikul.
Pengertian pajak penghasilan (PPh) pasal 21 adalah pajak penghasilan yang
dikenakan atau dipotong oleh pihak lain yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji,
upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lainnya dengan nama dan dalam
bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang
dilakukan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri.
Pegawai tetap adalah pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan
dalam jumlah tertentu secara teratur, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota
dewan pengawas yang secara teratur terus menerus ikut mengelola kegiatan
perusahaan secara langsung, serta pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak untuk
suatu jangka waktu tertentu sepanjang pegawai yang bersangkutan bekerja penuh (full
time) dalam pekerjaan tersebut.
B. Dasar Hukum Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
Setiap pemungutan atau pemotongan yang dilakukan oleh negara tentunya
harus mempunyai dasar hukum. Begitu juga dengan pungutan pajak, dasar hukumnya
termuat dalam Pasal 23 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa
Yang menjadi dasar hukum pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21
adalah:
a. Undang-Undang No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang No.16 Tahun
2000, dan terakhir diubah dengan Undang-Undang No.28 Tahun 2007.
b. Undang-Undang No.7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No.17 Tahun 2000, dan diubah terakhir dengan
Undang-Undang No. 36 Tahun 2008.
c. Peraturan Pemerintah No.138 Tahun 2000 tentang Perhitungan Penghasilan Kena
Pajak dan Pelunasan Pajak Penghasilan dalam Tahun Berjalan.
d. Peraturan Pemerintah No.149 Tahun 2000 Tentang Pemotongan Pajak
Penghasilan Pasal 21 Atas Penghasilan Berupa Uang Pesangon, Uang Tebusan,
Pensiun, dan Tunjangan Hari Tua.
e. Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 1994 Tentang Pajak Penghasilan Bagi
Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, Anggota ABRI, dan Para Pensiunan Atas
Penghasilan Yang Dibebankan Kepada Keuangan Negara Atau Keuangan Daerah.
f. Keputusan Menteri Keuangan No.326/KMK.03/2003 Tentang Penentuan Tanggal
Jatuh Tempo Pembayaran Dan Penyetoran Pajak, Tempat Pembayaran Pajak,
Tata Cara Pembayaran, Penyetoran Dan Pelaporan Pajak, Serta Tata Cara
g. Keputusan Menteri Keuangan No.447/KMK.04/2000 tentang bagian penghasilan
sehubungan dengan pekerjaan pegawai harian dan mingguan serta pegawai tidak
tetap lainnya yang tidak dikenakan pemotongan pajak penghasilan.
h. Peraturan Menteri Keuangan No.250/PMK.03/2008 tentang besarnya biaya
jabatan dan biaya pensiun yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
pegawai tetap dan pensiunan.
i. Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No.15/PJ/2006 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pemotongan, Penyetoran, Dan Pelaporan Pph Pasal 21 Dan 26
Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, Dan Kegiatan Orang Pribadi.
j. Surat Edaran No.SE-17PJ.43/2000 Tanggal 20 Juni 2000 tentang kewajiban
menghitung, memotong, menyetor dan melaporkan pph pasal 21 dan 26 yang
ditentukan untuk setiap bulan takwim.
k. Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2003 tentang pajak penghasilan yang
ditanggung pemerintah atas penghasilan pekerja dari pekerjaaan.
l. Peraturan Menteri Keuangan No. 43/PMK.03/2009 tentang pajak penghasilan
pasal 21 yang ditanggung pemerintah atas penghasilan pekerja pada kategori
usaha tertentu.
m. Keputusan Menteri Keuangan No. 112/KMK.03/2001 tentang pemotongan pajak
penghasilan pasal 21 atas penghasilan berupa uang pesangon, uang tebusan dan
C. Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
Pemotongan pajak penghasilan (PPh) pasal 21 yang dimaksud disini adalah
setiap orang pribadi atau badan yang diwajibkan oleh undang-undang pajak untuk
memotong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21.
Yang bertindak sebagai Pemotong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 yang
selanjutnya disingkat “Pemotong Pajak” adalah :
1. Pemberi Kerja yang terdiri dari Orang Pribadi dan Badan, termasuk Bentuk Usaha
Tetap, Badan atau Organisasi Internasional yang tidak dikecualikan sebagai
Pemotong Pajak berdasarkan keputusan menteri keuangan, baik merupakan induk
maupun cabang, perwakilan ataupun unit, yang membayar gaji, upah honorarium,
tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan bentuk apapun sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh pegawai atau bukan
pegawai.
2. Bendaharawan Pemerintah termasuk bendaharawan pada pemerintah pusat,
pemerintah daerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga negara
lainnya dan kedutaan besar Republik Indonesia di luar negeri yang membayarkan
gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain, dengan nama apapun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan lainnya.
3. Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja dan badan-badan
lain yang membayar uang pensiun dan tabungan hari tua dengan nama apapun.
4. Perusahaan, Badan dan Bentuk Usaha Tetap yang membayar honorarium atau
jasa tenaga ahli dengan status Waib Pajak Dalam Negeri yang melakukan
pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan atas namanya sendiri, bukan untuk dan
atas nama persekutuannya.
5. Perusahaan, Badan dan Bentuk Usaha Tetap, yang membayar honorarium atau
pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan kegiatan dan jasa yang
dilakukan oleh orang pribadi dengan status Wajib Pajak Luar Negeri (WPLN).
6. Yayasan (termasuk yayasan di bidang kesejahteraan, rumah sakit, pendidikan,
kesenian, olahraga, kebudayaan), lembaga kepanitiaan, asosiasi, perkumpulan,
organisasi masa, organisasi sosial politik, dan organisasi lainnya dalam bentuk
apapun dalam segala bidang kegiatan sebagai pembayar gaji, upah, honorarium,
atau imbalan dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa, kegiatan,
yang dilakukan oleh Orang Pribadi.
7. Perusahaan, Badan dan Bentuk Usaha Tetap yang membayarkan honorarium atau
imbalan lain kepada peserta pendidikan, pelatihan, dan pemagangan.
8. Penyelenggara kegiatan (termasuk badan pemerintah, organisasi termasuk
organisasi Internasional, orang pribadi serta lembaga lainnya yang
menyelenggarakan kegiatan) yang membayar honorarium, hadiah, atau
penghargaan dalam bentuk apapun kepada Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam
D. Objek Dan Subjek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 1. Objek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
Objek pajak dalam Pasal 4 Undang-Undang No. 36 tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang
dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang
bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun. Adapun yang menjadi objek
pajak penghasilan pasal 21 menurut Peraturan Direktorat Jendral Pajak
No. 15/PJ/ 2006 adalah sebagai berikut :
a. Penghasilan yang diterima atau yang diperoleh secara teratur berupa gaji, uang
pensiun bulanan, upah, honorarium (termasuk honorarium dewan komisaris atau
dewan pengawas), premi bulanan, uang lembur, uang sokongan, uang tunggu,
uang ganti rugi, tunjangan istri, tunjangan anak, tunjangan kemahalan, tunjangan
jabatan, tunjangan khusus, tunjangan transport, tunjangan pajak, tunjangan iuran
pensiun, tunjangan pendidikan anak, beasiswa, hadiah, premi asuransi, yang
dibayar oleh pemberi kerja, dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun.
b. Penghasilan yang diperoleh secara tidak teratur berupa tunjangan hari raya,
tantiem, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya, tunjangan tahun baru,
bonus, premi tahunan dan penghasilan lain sejenisnya yang sifatnya tidak tetap.
c. Upah harian, mingguan, upah satuan, dan upah borongan.
1) Upah harian adalah upah yang terutang atau dibayarkan atas dasar dan jumlah
2) Upah mingguan adalah upah yang terutang atau yang dibayarkan secara
mingguan.
3) Upah satuan adalah upah yang terutang atau dibayarkan atas banyaknya
satuan yang dihasilkan.
4) Upah borongan adalah upah yang terutang atau dibayarkan atas dasar
penyelesaian pekerjaan tertentu.
d. Uang tebusan pensiun, uang pesangon, uang tabungan hari tua, atau jaminan hari
tua, dan pembayaran lain yang sejenis.
e. Honorarium, hadiah, atau penghargaan, dengan nama atau bentuk apapun, komisi,
beasiswa, dan pembayaran lainnya, sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak dalam negeri, terdiri
dari:
1) Tenaga ahli yaitu pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris,
penulis dan aktuaris;
2) Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang
sinetron, iklan, sutradara, dan seniman lainnya;
3) Olahragawan;
4) Penasehat, pengajar, pelatih, penceramah, dan moderator;
5) Pengarang, peneliti, dan penerjemah;
6) Pemberi jasa dalam bidang teknik, komputer dan sistem aplikasi
telekomunikasi, elektronika, fotografi, dan pemasaran;
8) Pengawas, pengelola proyek, anggota dan pemberi jasa kepada suatu
kepanitian, peserta sidang atau rapat dan tenaga lepas lainnya dalam segala
bidang kegiatan;
9) Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan;
10) Peserta perlombaan;
11) Petugas penjaga barang dagang;
12) Petugas dinas luar negeri;
13) Peserta pendidikan, pelatihan, pengamanan;
14) Distributor perusahaan “Multilevel Marketing atau Direct Selling” dan
kegiatan sejenisnya.
f. Gaji, gaji kehormatan, dan tunjangan-tunjangan lainnya yang terkait dengan gaji
dan honorarium atau imbalan lain yang bersifat tidak tetap yang diterima oleh
Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil serta uang pensiun dan tunjangan-tunjangan
lain yang sifatnya terkait dengan uang pensiun yang diterima oleh pensiunan
termasuk janda atau duda dan atau anak – anaknya.
Tidak termasuk dalam pengertian penghasilan yang dipotong Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 21 (bukan objek pajak) adalah :
a. Pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,
asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.
b. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan yang diberikan oleh Wajib
Pajak atau pemerintah, kecuali diberikan oleh bukan Wajib Pajak selain
final dan yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma penghitungan
khusus (deemed profit).
c. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh menteri keuangan dan iuran jaminan hari tua kepada badan
penyelenggara jamsostek yang dibayar oleh pemberi kerja.
d. Zakat yang diterima oleh Orang Pribadi yang berhak dari badan atau lembaga
Amil Zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah.
Adapun penghasilan yang dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 yang bersifat
final adalah:
a. uang tebusan pensiun yang dibayar oleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh menteri keuangan dan tunjangan hari tua atau Tabungan Hari Tua
(THT) yang dibayarkan sekaligus oleh badan penyelenggara Jamsostek.
b. Uang pesangon.
c. Hadiah dan penghargaan pelombaan.
d. Honorarium atau komisi yang dibayarkan kepada penjaja barang dan petugas
dinas luar asuransi.
e. Penghasilan bruto berupa honorarium dan imbalan lainnya dengan nama apapun
yang diterima oleh Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, anggota TNI/POLRI
yang bersumber dananya dari keuangan negara dan keuangan daerah, kecuali
yang dibayarkan oleh pegawai negeri sipil golongan II D ke bawah dan anggota
TNI/POLRI berpangkat Pembantu Letnan Satu ke bawah/Ajun Inspektur/Tingkat
2. Subjek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
Subjek Pajak menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan yaitu orang pribadi, warisan yang belum terbagi sebagai suatu kesatuan
menggantikan yang berhak, badan dan bentuk usaha tetap. Adapun yang menjadi
subjek pajak atau penerima penghasilan yang dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21
Orang Pribadi yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan dari pemotong pajak yaitu :
a. Pejabat Negara, yaitu :
1) Presiden dan Wakil Presiden.
2) Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota DPR/MPR, DPRD Propinsi, dan DPRD
Kabupaten/Kota.
3) Ketua dan Wakil Ketua Badan Pemeriksa Keuangan.
4) Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Mahkamah Agung.
5) Ketua dan Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung.
6) Menteri, Menteri Negara, dan Menteri Muda.
7) Jaksa Agung.
8) Gubernur dan Wakil Gubernur Kepala Daerah Propinsi.
9) Bupati dan Wakil Bupati Kepala Daerah Kabupaten.
10) Walikota dan Wakil Walikota.
c. Pegawai adalah setiap orang pribadi yang melakukan pekerjaan berdasarkan
perjanjian atau kesepakatan kerja baik tertulis maupun tidak tertulis, termasuk
yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri atau Badan Usaha Milik Negara.
d. Pegawai tetap adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja yang
menerima atau dean komisaris dan anggota dewan pengawas yang secara teratur,
terus-menerus ikut mengolah kegiatan perusahaan secara langsung.
e. Pegawai dengan status Wajib Pajak Luar Negeri (WPDN) yang menerima atau
memperoleh gaji, honorarium atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa
dan kegiatan.
f. Tenaga lepas adalah arang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja yang hanya
menerima imbalan sehubungan dengan jasa, jabatan, atau kegiatan yang
dilakukan.
g. Penerima honorarium adalah orang pribadi yang menerima atau memperoleh
imbalan sehubungan dengan jasa, jabatan, atau kegiatan yang dilakukan.
h. Penerima pensiun adalah orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima atau
memperoleh imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan di masa lalu termasuk
orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima tunjangan hari tua atau tabungan
hari tua.
i. Penerima upah adalah orang pribadi yang menerima upah harian, upah mingguan,
E. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Yang Ditanggung Pemerintah
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 yang ditanggung pemerintah diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 43/PMK.03/2009 Tanggal 3 Maret 2009
tentang Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 ditanggung pemerintah atas penghasilan
pekerja pada kategori usaha tertentu yang berupa :
1. PPh 21 ditanggung pemerintah diberikan kepada pekerja yang bekerja pada
bidang usaha tertentu, dengan jumlah penghasilan bruto di atas Penghasilan Tidak
Kena Pajak (PTKP) dan tidak lebih dari Rp. 5.000.000,00 dalam satu bulan.
2. Bidang usaha tertentu secara umum dikategorikan sebagai berikut :
- Kategori usaha pertanian termasuk perkebunan dan peternakan, perburuan dan
kehutanan
- Kategori usaha perikanan, dan
- Kategori usaha industri pengolahan
3. Pajak Penghasilan (PPh) 21 ditanggung pemerintah wajib dibayarkan secara tunai
pada saat pembayaran penghasilan oleh pemberi kerja kepada pekerja (sehingga
menambah take home pay pekerja yang mendapat fasilitas Pajak Penghasilan
F. Pengurangan Yang Diperbolehkan Dalam Menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21 Bagi Karyawan Tetap
1. Pengurang Untuk Menghitung Penghasilan Netto
Penghasilan pegawai tetap atau pensiunan yang dipotong pajak untuk setiap
bulan adalah jumlah penghasilan bruto setelah dikurangi dengan biaya jabatan atau
biaya pensiun yang besarnya ditetapkan dengan keputusan menteri keuangan, iuran
pensiun, dan penghasilan tidak kena pajak. Besarnya penghasilan neto pegawai tetap
ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi dengan :
a. Biaya jabatan
Besarnya biaya jabatan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto untuk
perhitungan pemotongan pajak penghasilan bagi pegawai tetap sebagaimana
dimaksud dalam pasal 21 ayat (3) Undang-Undang No. 17 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang
No.36 Tahun 2008 ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto.
Setinggi-tingginya Rp. 6.000.000,00 atau Rp. 500.000,00 sebulan
(PMK 250/2008).
b. Biaya pensiun
Bagi pensiunan besarnya penghasilan yang dipotong pajak adalah jumlah
penghasilan bruto dikurangi dengan biaya pensiunan dan Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP). Dalam penghasilan pensiunan termasuk juga penerima tunjangan
Besarnya biaya pensiunan yang dapat dikurangi dari penghasilan-penghasilan
bruto untuk biaya perhitungan pemotongan pajak penghasilan sebagaimana
dimaksudkan dalam Pasal 21 ayat (3) Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang
No. 36 Tahun 2008 ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto.
Setinggi-tingginya Rp. 2.400.000,00 setahun atau Rp.200.000,00 sebulan
(PMK 250/2008).
2. Pengurang Untuk Menghitung Pnghasilan Kena Pajak
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
a. Besarnya Penghasilan Kena Pajak dari seseorang pegawai dihitung berdasarkan
penghasilan netonya dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
pengurang untuk Penghasilan Tidak Kena Pajak telah mengalami beberapa
perubahan dari PTKP 2004, PTKP 2005, PTKP 2006 dan terakhir PTKP 2009.
Penyesuaian besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak ditetapkan dengan Peraturan
Menteri Keuangan yang berwenang mengubah besarnya penghasilan tidak kena
pajak dengan mempertimbangkan perkembangan ekonomi dan moneter harga
kebutuhan pokok setiap tahunnya. Berikut perubahan PTKP yang dapat dilihat
Tabel 3.1
Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak
Keterangan 2004 2005 2006 2009
Untuk Diri
Pegawai Rp.2.880.000,00 Rp.12.000.000,00 Rp.13.200.000,00 Rp.15.840.000,00
Tambahan untuk pegawai yang
kawin
Rp.1.440.000,00 Rp. 1.200.000,00 Rp. 1.200.000,00 Rp. 1.320.000,00
Tambahan untuk seorang istri penghasilannya digabung dengan penghasilan suami
Rp.2.880.000,00 Rp. 12.000.000,00 Rp. 12.000.000,00 Rp. 15.840.000,00
Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus, serta anak angkat
yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3
(tiga) orang
Rp.1.440.000,00 Rp. 1.200.000,00 Rp. 1.200.000,00 Rp. 1.320.000,00
Sumber : Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 Pasal 17 Ayat (1) dengan 4 kali perubahan
b. Dalam hal karyawati kawin, Penghasilan Tidak Kena Pajak yang dikurangkan
adalah untuk dirinya sendiri, dan dalam hal karyawati tidak kawin pengurangan
Penghasilan Tidak Kena Pajak selain untuk dirinya sendiri ditambah Penghasilan
Tidak Kena Pajak untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya (paling
banyak 3 orang).
c. Bagi karyawati yang menunjukkan keterangan tertulis dari pemerintah daerah
memperoleh penghasilan, diberikan tambahan Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP) dan ditambah PTKP untuk keluarganya.
d. Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) ditentukan keadaan pada awal
tahun takwin. Adapun bagi pegawai yang baru datang dan menetap di Indonesia
dalam bagian tahun takwin, besarnya PTKP tersebut terhitung berdasarkan
keadaan pada awal bulan tahun takwin yang bersangkutan.
G. Tarif Pajak Penghasilan
Dalam pemungutan pajak, tarif merupakan titik tolak untuk menetapkan
beban pajak, selain pembagian penghasilan kena pajak (PKP) dalam lapisan
penghasilan kena pajak.
Undang-undang pajak penghasilan menurut pendekatan tarif berbeda antara
tarif pajak penghasilan orang pribadi maupun badan, dikenakan Pajak Penghasilan
Pasal 21 merupakan pajak yang dikenakan terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi (WP
OP) , maka berdasarkan Undang-Undang No.17 Tahun 2000 Pasal 17 tentang Pajak
Penghasilan (PPh) bagi wajib pajak orang pribadi dalam negeri tarif atau lapisan
Tabel 3.2 Tarif Pajak Penghasilan
Wajib Pajak Orang Pribadi Untuk Tahun Sampai Dengan 2008 Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp.25.000.000,00 5%
Di atas Rp. 25.000.000,00 sampai dengan Rp. 50.000.000,00 10% Di atas Rp. 50.000.000,00 sampai dengan Rp.100.000.000,00 15% Di atas Rp.100.000.000,00 sampai dengan Rp.200.000.000,00 25%
Di atas Rp.200.000.000,00 35%
Sumber : Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Pajak Penghasilan No. 17 Tahun 2008 Pasal 17
Sedangkan untuk pengenaan tarif Pajak Penghasilan tahun 2009 dalam
menghitung Pajak Penghasilan terutang digunakan undang-undang pajak penghasilan
yang baru menurut pendekatan tarif yang berbeda antara tarif pajak penghasilan orang
pribadi maupun badan. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 merupakan pajak yang
dikenakan terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi, berdasarkan
Undang-Undang No.36 Tahun 2008 Pasal 17 bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam
negeri. Adapun tarif atau lapisan pengenaan pajak untuk tahun 2009 dapat dilihat
dalam tabel 3.3 sebagai berikut :
Tabel 3.3 Tarif Pajak Penghasilan
Wajib Pajak Orang Pribadi Untuk Tahun 2009
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp.50.000.000,00 5%
Di atas Rp. 50.000.000,00 sampai dengan Rp.250.000.000,00 15% Di atas Rp.250.000.000,00 sampai dengan Rp.500.000.000,00 25%
Di atas Rp.500.000.000,00 30%
H. Cara Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
Cara menghitung PPh pasal 21 bulanan atas penghasilan teratur pegawai
tetap:
1. Untuk menghitung PPh pasal 21 atas penghasilan tetap, terlebih dahulu dicari
seluruh penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh selama sebulan yang
meliputi seluruh gaji, segala jenis tunjangan dan pembayaran teratur lainnya,
termasuk uang lembur dan pembayaran sejenisnya. Selanjutnya dihitung jumlah
penghasilan netto sebulan. Penghasilan netto sebulan dicari dengan cara
penghasilan bruto dikurangi dengan biaya jabatan, iuran pensiun, iuran tabungan
hari tua yang dibayar oleh pegawai kemudian disetahunkan.
a) Untuk memperoleh penghasilan netto setahun penghasilan netto sebulan
dikalikan 12 (bulan).
b) Dalam hal ini seorang pegawai tetap berkewajiban subjektif sebagai wajib
pajak dalam negeri sudah ada dari awal tahun, tetapi mulai bekerja setelah
bulan Januari, maka penghasilan netto yang disetahunkan tersebut dihitung
dengan mengalikan netto sebulan dengan banyaknya bulan sejak pegawai
yang bersangkutan mulai bekerja sampai bulan Desember.
2. Penghasilan netto yang disetahunkan pada huruf a atau b di atas selanjutnya
dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak untuk memperoleh Penghasilan
Kena Pajak (PKP). Atas dasar Penghasilan Kena Pajak tersebut kemudian
dihitung Pajak Penghasilan Pasal 21 setahun, dengan mengalikan jumlah
3. Untuk memperoleh PPh pasal 21 sebulan atas penghasilan sebagaimana
dimaksudkan pada huruf b, jumlah PPh pasal 21 setahun dibagi dengan
banyaknya bulan pegawai yang bersangkutan bekerja.
4. Tarif yang ditetapkan adalah tarif Pasal 17 Undang - Undang Pajak Penghasilan
No. 36 Tahun 2008. (berdasarkan tarif perolehan terakhir untuk tahun 2009).
5. Untuk perusahaan yang masuk program jamsostek, premi jaminan kecelakaan
kerja, premi jaminan kematian, dan premi jaminan pemeliharaan kerja merupakan
penghasilan bagi pegawai. Ketentuan yang sama diberlakukan juga terhadap
premi asuransi kesehatan, kecelakaan kerja, jiwa, dwiguna, dan asuransi beasiswa
yang dibayarkan oleh pemberi kerja untuk pegawai kepada asuransi lainnya.
Dalam penghitungan PPh pasal 21, premi tersebut digabungkan dengan
penghasilan bruto yang dibayarkan oleh pemberi kerja kepada pegawai.
Contoh Soal Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Terhadap Penghasilan
Pegawai Tetap adalah sebagai berikut :
Tuan Surya status menikah mempunyai 1 (satu) orang anak.. Tuan Surya bekerja
pada PT. XX sebagai pegawai tetap dari awal tahun 2004. Tanggal 6 bulan Mei 2005,
lahir anak kedua. Daftar gaji, tunjangan yang diterimanya dan kewajiban yang harus
di bayarnya adalah sebagai berikut :
Keterangan 2004 - 2005 2006 2009
1. Gaji sebulan Rp. 2.500.000,00 Rp. 3.500.000,00 Rp. 5.000.000,00 2. Premi asuransi
Kecelakaan kerja
Rp. 100.000,00 Rp. 200.000,00 Rp. 400.000,00
3. Premi asuransi Kematian
Rp. 50.000,00 Rp. 100.000,00 Rp. 300.000,00
PT. XX masuk program dana pensiun dan jamsostek membayar
4. Iuran Pensiun Rp. 100.000,00 Rp. 150.000,00 Rp. 300.000,00 5. Iuran Tunjangan
Hari Tua
Rp. 50.000,00 Rp. 100.000,00 Rp. 200.000,00
Tuan Surya membayar
6. Iuran Pensiun Rp. 90.000,00 Rp. 140.000,00 Rp. 200.000,00 7. Iuran Tunjangan
Hari Tua
Rp. 50.000,00 Rp. 60.000,00 Rp. 100.000,00
Hitunglah Pajak Penghasilan Pasal 21 yang diterima oleh Tuan Surya ?
Penyelesaian :
Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Tuan Surya berdasarkan PTKP 2004
Adalah sebagai berikut :
Gaji sebulan Rp. 2.500.000,00
Premi asuransi kecelakaan kerja Rp. 100.000,00
Premi asuransi kematian Rp. 50.000,00 +
Penghasilan bruto per bulan Rp. 2.650.000,00
Pengurangan
1. biaya jabatan
Maksimum yang diperbolehkan Rp. 108.000,00
2. iuran pensiun Rp. 90.000,00
3. iuran THT Rp. 50.000,00 +
Rp. 248.000,00 -
Penghasilan netto sebulan Rp. 2.402.000,00
Penghasilan netto setahun 12 x Rp. 2.402.000,00 = Rp. 28.824.000,00
PTKP setahun
Untuk wajib pajak sendiri Rp. 2.880.000,00
Untuk WP kawin Rp. 1.440.000,00
Tambahan untuk anak Rp. 1.440.000,00 +
Rp. 5.760.000,00 -
Penghasilan kena pajak Rp. 23.064.000,00
PPh pasal 21 terutang setahun :
5% x Rp. 23.064.000,00 = Rp. 1.153.200,00
PPh pasal 21 terutang sebulan
Rp.1.153.200,00.: 12 = Rp. 96.000,00
Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Tuan Surya berdasarkan PTKP 2005
Adalah sebagai berikut :
Gaji sebulan Rp. 2.500.000,00
Premi asuransi kematian Rp. 50.000,00 +
Penghasilan bruto per bulan Rp. 2.650.000,00
Pengurangan
1. biaya jabatan
5% x Rp 2.650.000,00 = Rp. 132.500,00
Maksimum yang diperbolehkan Rp. 108.000,00
2. iuran pensiun Rp. 90.000,00
3. iuran THT Rp. 50.000,00 +
Rp. 248.000,00 -
Penghasilan netto sebulan Rp. 2.402.000,00
Penghasilan netto setahun 12 x Rp. 2.402.000,00 = Rp. 28.824.000,00
PTKP setahun
Untuk wajib pajak sendiri Rp. 12.000.000,00
Untuk WP kawin Rp. 1.200.000,00
Tambahan untuk anak Rp. 1.200.000,00 +
Rp. 14.400.000,00 -
Penghasilan kena pajak Rp. 14.424.000,00
PPh pasal 21 terutang setahun :
5% x Rp. 14.424.000,00 = Rp. 721.200,00
PPh pasal 21 terutang sebulan
Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Tuan Surya berdasarkan PTKP 2006
Adalah sebagai berikut :
Gaji sebulan Rp. 3.500.000,00
Premi asuransi kecelakaan kerja Rp. 200.000,00
Premi asuransi kematian Rp. 100.000,00 +
Penghasilan bruto Rp. 3.800.000,00
Pengurangan
1. biaya jabatan
5% x Rp.3.800.000,00 = Rp. 190.000,00 Maksimum yang diperbolehkan Rp. 108.000,00
2. iuran pensiun Rp. 140.000,00
3. iuran THT Rp. 60.000,00 +
Rp. 308.000,00 -
Penghasilan netto sebulan Rp. 3.492.000,00
Penghasilan netto setahun 12 x Rp. 3.492..000,00 = Rp. 41.904.000,00
PTKP setahun
wajib Untuk pajak sendiri Rp. 13.200.000,00
Untuk WP kawin Rp. 1.200.000,00
Tambahan untuk anak Rp 2.400.000,00 +
Rp. 16.800.000,00 -
PPh pasal 21 terutang setahun :
5% x Rp.25.000.000,00 = Rp. 1.250.000,00
10% x Rp. 104.000,00 = Rp. 10.400,00 +
Rp. 1.260.400,00
PPh pasal 21 terutang sebulan :
Rp. 1.260.400,00 : 12 = Rp. 105.033,33
Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Tuan Surya berdasarkan PTKP 2009
Adalah sebagai berikut :
Gaji sebulan Rp. 5.000.000,00
Premi asuransi kecelakaan kerja Rp. 400.000,00
Premi asuransi kematian Rp. 300.000,00 +
Penghasilan bruto Rp. 5.700.000,00
Pengurangan
1. biaya jabatan
5% x Rp.5.700.000,00 = Rp. 285.000,00
2. iuran pensiun Rp. 200.000,00
3. iuran THT Rp. 100.000,00 +
Rp. 585.000,00 -
Penghasilan neto sebulan Rp. 5.115.000,00
Penghasilan neto setahun 12 x Rp. 5.115.000,00 = Rp. 61.380.000,00
PTKP setahun
wajib Untuk pajak sendiri Rp. 15.840.000,00
Untuk WP kawin Rp. 1.320.000,00
Tambahan untuk anak Rp 2.640.000,00 +
Rp. 19.800.000,00 -
Penghasilan kena pajak Rp. 41.580.000,00
PPh pasal 21 terutang setahun :
5% x Rp. 41.580.000,00 = Rp. 2.079.000,00
PPh pasal 21 terutang sebulan :
BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI