• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Peningkatan Lingkungan Kerja Yang Higienis Di Bagian Produksi Dengan Penerapan 5 S Di UD. Putri Juna

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Peningkatan Lingkungan Kerja Yang Higienis Di Bagian Produksi Dengan Penerapan 5 S Di UD. Putri Juna"

Copied!
219
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PENINGKATAN LINGKUNGAN KERJA YANG

HIGIENIS DI BAGIAN PRODUKSI DENGAN

PENERAPAN 5 S DI UD. PUTRI JUNA

KARYA AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Oleh DWI LESTARI NIM: 035204007

PROGRAM STUDI TEKNIK MANAJEMEN PABRIK

P R O G R A M D I P L O M A IV

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

RINGKASAN

UD.Putri Juna merupakan perusahaan yag bergerak di bidang pembuatan kerupuk opak berbahan baku ubi kayu dan dibagi menjadi beberapa bagian stasiun kerja masih sangat perlu diperhatikan keadaan higienis lingkungannya. Penerapan 5 S menyangkut kegiatan pengorganisasian tempat kerja dan kerumah tanggaan yang sasarannya adalah membangun disiplin pekerja di tempat kerja serta menciptakan lingkungan kerja yang bersih dan rapi

Penerapan Seiri (Ringkas) melakukan pembersihan dengan cara membuang barang yang tidak diperlukan dengan menentukan kriteria rentang waktunya. Lembaran goni, lembaran polybag, lembaran plastik putih tidak digunakan selama 1 bulan sebaiknya dibuang. Tujuannya adalah untuk memudahkan memilah barang-barang yang diperlukan. Diperlukan urutan tugas dalam membuang barang-barang yang tidak diperlukan tersebut. Salah satunya ialah membuat label merah yang akan ditempelkan pada barang-barang yang tidak diperlukan. Tujuannya untuk memperjelas standar barang yang tidak diperlukan dengan yang diperlukan.

Penerapan Seiton (Rapi), barang yang diperlukan ditata dengan membuat denah tempat penyimpanan dan menetapkan posisi penyimpanan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan suatu peralatan dalam waktu singkat (kurang 30 detik).

Penerapan Seiso (Resik), semua debu dan kotoran dihilangkan untuk menjaga tempat kerja selalu bersih. Prosedur pelaksanaan Seiso yaitu menentukan apa yang hendak dibersihkan dan membuat jadwal serta penaggung jawab setiap tempat untuk melakukan pembersihan. Pembersihan harus dilakukan secara benar, diperlukan pendidikan pembersihan seperti fungsi dan struktur peralatan yang akan dibersihkan serta mendalami pengetahuan peralatan tersebut. Sebelum melakukan pembersihan hendaknya mempersiapkan alat-alat kebersihan yang akan digunakan dan bila perlu menata dengan baik peralatan tersebut.

Penerapan Seiketsu (Rawat) melakukan pemeriksaan secara berulang yang bertujuan untuk mendapatkan tempat kerja yang selalu rapi dengan cara membuat daftar periksa untuk tiap bagian seperti peralatan dan lingkungan. Apabila ada 10 jawaban TIDAK maka tindakan selanjutnya mengevaluasi sistem 5 S dari awal lagi. Penerapan Shitsuke (Rajin), sistem ini mengharapkan kegiatan 5 S menjadi suatu kebiasaan dengan cara melakukan pekerjaan secara efisien dan tanpa kesalahan setiap hari.

Penerapan higienis lingkungan di stasiun produksi dengan menentukan objek yang akan dibersihkan dan melaksanakan pembersihan dan penataan peralatan yaitu sediaan mencakup bahan, suku cadang. Perlengkapan seperti mesin, fasilitas, perkakas, meja dan perlengkapan. Ruang yaitu lantai, lorong dan gudang. Sampah dan peralatan yang tidak diperlukan sebaiknya dibersihkan dan dibuang karena dapat menghambat kinerja pekerja, dapat menimbulkan datangnya serangga seperti lalat, nyamuk serta menyebabkan produk kerupuk opak tidak bersih.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian dan penulisan Karya Akhir ini dengan baik.

Karya Akhir ini berjudul “Studi Peningkatan Lingkungan Kerja Yang

Higienis Di Bagian Produksi Dengan Penerapan 5 S Di UD. Putri Juna. Karya

Akhir ini ditujukan untuk memenuhi persyaratan akademis penyelesaian Program

Teknik Manajemen Pabrik, Program Diploma IV, Fakultas Teknik, Universitas

Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa Karya Akhir ini belum sepenuhnya sempurna

dan masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan

saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan Karya Akhir ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semog Karya Akhir ini

bermanfaat bagi pembaca.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENULIS

(5)

UCAPAN TERIMAKASIH

Selama penyusunan laporan Karya Akhir ini, penulis banyak mendapatkan

dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka kesempatan ini dengan hati

yang tulus penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Ir. Sugih Arto Pujangkoro, MM, selaku Dosen Pembimbing I atas

bimbingan, pengarahan, motivasi, dan masukan yang diberikan dalam

penyelesaian Karya Akhir ini.

2. Ibu Ir. Anizar, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II atas bimbingan,

pengarahan, dorongan, dan masukan yang diberikan dalam penyelesaian

Karya Akhir ini.

3. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT, selaku Ketua Departemen Teknik Industri

yang telah memberikan izin pelaksanaan Karya Akhir ini.

4. Bapak Junaidi, selaku pemilik perusahaan yang telah mengizinkan penulis

untuk melakukan penelitian di UD. Putri Juna, serta banyak memberikan

informasi dan masukan dalam penyelesaian Karya Akhir ini.

5. Seluruh Pekerja di UD. Putri Juna.

6. Ayahanda Suryono dan Ibunda Suwarsih serta saudara/i Suri Indah

Mestika Hati, S.Pd, Putri Handayani, dan Ulya Fityani yang telah

memberikan doa, cinta, kasih sayang, dorongan, motivasi serta dukungan

moral dan material yang tidak ternilai harganya kepada penulis.

7. Kak Dina, Bang Bowo, Pak Tumijo, Kak Ani, atas bantuan dan tenaga

(6)

8. Temanku Eli Sabrina yang telah banyak membantu penulis mulai dari

kunjungan pabrik dan penyusunan karya akhir, meminjamkan kameranya

kepada penulis, serta banyak memberikan saran atas penyelesaian karya

akhir ini.

9. Teman-teman seperjuangan, Siti, Yati, Sri, Meli, Dina, Rusdi, Fauzi, Beni,

yang banyak memberikan saran dan bantuan.

Walaupun penulis sudah berupaya semaksimal mungkin, namun penulis

menyadari bahwa ada kemungkinan terdapat kekurangan-kekurangan akibat

kesalahan penulis, untuk itulah penulis mengharapkan berbagai saran dan kritik

yang membangun guna memperbaiki laporan ini, disamping menambah

pengetahuan bagi penulis sendiri.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih, semoga laporan ini

bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 11 Juli 2008

Penulis,

(7)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

RINGKASAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... I-1

1.1. Latar Belakang Permasalahan ... I-1

1.2. Perumusan Masalah ... I-3

1.3. Tujuan Penelitian ... I-4

1.4. Manfaat Penelitian ... I-4

1.5. Pembatasan Masalah ... I-5

1.6. Asumsi yang Digunakan ... I-6

1.7. Sistematika Penulisan Karya Akhir ... I-7

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1

2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1

(8)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

2.3. Struktur Organisasi ... II-2

2.3.1. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-5

2.3.2. Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-8

2.3.2.1.Tenaga Kerja ……… II-8

2.3.2.2. Jam Kerja ……… II-9

2.3.3. Sistem Pengupahan ……….. II-10

2.3.4. Produk ... II-11

2.3.5. Spesifikasi Produk ... II-11

2.4. Proses Produksi ... II- 12

2.4.1. Bahan-Bahan yang Digunakan ……….... II-12

2.4.2. Uraian Proses Produksi ………. II-15

2.4.3. Mesin dan Peralatan ………. II-19

BAB III LANDASAN TEORI ... III-1

3.1. Lingkungan Kerja ... III-1

3.2. Higienis Perusahaan ... III-2

3.3. Tujuan Utama Higienis Perusahaan dan Kesehatan Kerja ... III-4

3.4. Perlunya Perundang-Undangan ... III-6

(9)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

3.6. Segi-segi Kebersihan Perusahaan ... III-8

3.6.1. Air Minum ... III-9

3.6.2. Toilet ... III-9

3.6.3. Tempat Cuci dan Ruangan Ganti Pakaian ... III-10

3.6.4. Ruang Makan dan Kantin ... III-10

3.6.5. Hal-hal Lain ... III-11

3.7. Kaizen Jepang ... III-12

3.7.1. Sejarah Kaizen ... III-13

3.7.2. Tiga Aturan Dasar Penerapan Kaizen ... III-15

3.7.2.1. Penataan ... III-15

3.7.2.2. Penghapusan Muda (Pemborosan) ... III-22

3.7.2.3. Standarisasi ... III-23

3.8. Memperkenalkan Program 5 S ... III-25

3.9. Alat Pemecah Masalah Kaizen ... III-27

3.10. Gemba Kaizen ... III-32

3.11. Aktivitas 3 MU (Muda, Mura dan Muri)... III-35

3.11.1. Muda ... III-35

3.11.2. Mura... III-36

(10)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1

4.2. Metode Penelitian ... IV-2

4.3. Atribut yang Diamati... IV-2

4.4. Populasi ... IV-2

4.5. Instrumen Penelitian ... IV-3

4.6. Pengambilan Data ... IV-3

4.7. Prosedur Pengumpulan Data ... IV-4

4.8. Prosedur Pengolahan Data ... IV-5

4.8.1. Penerapan Seiri (Ringkas) ... IV-5

4.8.2. Penerapan Seiton (Rapi) ... IV-6

4.8.3. Penerapan Seiso (Resik) ... IV-7

4.8.4. Penerapan Seiketsu (Rawat) ... IV-8

4.8.5. Penerapan Shitsuke (Rajin) ... IV-8

4.8.6. Penerapan Higienis Lingkungan Lingkungan

di Stasiun Produksi ... IV-9

(11)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1

5.1. Pengumpulan Data ………. V-1

5.1.1. Data Primer ……… V-1

5.1.1.1. Kondisi Lingkungan Kerja di Stasiun

Produksi ………... V-3

5.1.1.2. Gambar Lingkungan Kerja………. V-6

5.1.1.3. Gambar Stasiun Produksi ... V-6

5.2. Pengolahan Data ……… V-7

5.2.1. Penerapan Seiri (Ringkas) ………. V-7

5.2.2. Penerapan Seiton (Rapi) ……… V-12

5.2.3. Penerapan Seiso (Resik) ……… V-14

5.2.4. Penerapan Seiketsu (Rawat) ……….. V-17

5.2.5. Penerapan Shitsuke (Rajin) ………. V-19

5.3. Penerapan Higienis Lingkungan di Stasiun Produksi ... V-20

5.3.1. Menentukan Objek yang Akan Dibersihkan ... V-20

5.3.2. Melaksanakan Pembersihan Lingkungan dan Penataan

Peralatan ... V-20

5.3.3. Mengidentifikasi Faktor-faktor yang Dapat Menyebabkan

(12)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

BAB IV ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ……….. VI-1

6.1. Analisis Penerapan Seiri (Ringkas) ………... VI-1

6.2. Analisis Penerapan Seiton (Rapi) ……… V1-1

6.3. Analisis Penerapan Seiso (Resik) ……… V1-2

6.4. Analisis Penerapan Seiketsu (Rawat) ………. VI-2

6.5. Analisis Penerapan Shitsuke (Rajin) ……… VI-4

6.6. Analisis Higienis Lingkungan ... VI-10

6.7. Saran-saran Perbaikan ... VI-11

VII KESIMPULAN DAN SARAN ……… VII-1

7.1. Kesimpulan ……… VII-1

7.2. Saran ……….. VII-2

DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar HALAMAN

Gambar 2.1. Struktur Organisasi UD. Putri Juna ……….. II-5

Gambar 2.2. Produk Kerupuk Opak……….. II-11

Gambar 4.1. Block Diagram Prosedur Penelitian ……… IV-9

Gambar 4.2. Block Diagram Pengolahan Data ………... IV-10

Gambar 5.1 . Sampah di Bagian Produksi ……….. V-3

Gambar 5.2. Keadaan di Stasiun Sortasi ………. V-4

Gambar 5.3. Peralatan yang Tidak Diperlukan ………. V-4

Gambar 5.4. Sampah di Area Bawah dan Samping Mesin ……… V-4

Gambar 5.5. Suku Cadang di Lorong Jalan ……… V-5

Gambar 5.6. Peralatan dan Mesin yang Tidak diperlukan ……….. V-5

Gambar 5.7. Peralatan yang Berserakan di Gudang Produk Jadi ………….. V-5

Gambar 5.8. Kayu Berserakan di Lorong Jalan ……… V-5

Gambar 5.9. Ruangan yang Tidak Terpakai ……….. V-5

Gambar 5.10. Stasiun Perebusan ……….……….. V- 6

Gambar 5.11. Stasiun Sortasi ……….……….... V-6

Gambar 5.12. Gudang Produk Jadi ………..……….. V-6

Gambar 5.13. Denah UD.Putri Juna Saat ini ……….. V- 12

Gambar 5.14. Denah Usulan Tempat Penyimpanan Barang ……….. V-13

(14)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

Tabel 2.1. Pembagian Tenaga Kerja pada Setiap Stasiun Kerja di

UD. Putri Juna... II-9

Tabel 2.2. Jadwal Jam Kerja di UD. Putri Juna ... II-9

Tabel 2.3. Mesin-Mesin Produksi di UD. Putri Juna ……….. II-9

Tabel 2.4. Peralatan Produksi di UD. Putri Juna ……… II-10

Tabel 5.1. Kriteria Pemilihan ... V-8

Tabel 5.2. Label Merah Standar untuk Lembaran Goni ... V-9

Tabel 5.3. Label Merah Standar untuk Lembaran Polybag ... V-9

Tabel 5.4. Label Merah Standar untuk Lembaran Plastik Putih ... V-9

Tabel 5.5. Label Merah Standar untuk Drum Kosong ... V-10

Tabel 5.6. Label Merah Standar untuk Derigen Kosong ... V-10

Tabel 5.7. Label Merah Standar untuk Peralatan Kebersihan ... V-10

Tabel 5.8. Label Merah Standar untuk Perkakas ... V-10

Tabel 5.9. Penelitian Pemakaian Barang/Ruang

Selama 4 Minggu Terakhir ... V-11

Tabel 5.10. Contoh Pelat Penunjuk ……… V-13

Tabel 5.11. Pelat Penunjuk Drum Kosong ………. V-14

Tabel 5.12. Pelat Penunjuk Derigen ……….. V-14

(15)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

Tabel 5.14. Pelat Penunjuk Goni ………... V-14

Tabel 5.15. Pelat Penunjuk Plastik Putih ………... V-14

Tabel 5.16. Pelat Penunjuk Perkakas ……… V-14

Tabel 5.17. Jadwal dan Penanggung Jawab Setiap Stasiun………... V-16

Tabel 5.18. Daftar Periksa Peralatan dan Lingkungan ... V-18

Tabel 6.1. Kriteria Pemilihan ... VI-1

Tabel 6.2. Label Merah Standar untuk Lembaran Goni ... VI-2

Tabel 6.3. Label Merah Standar untuk Lembaran Polybag ... VI-2

Tabel 6.4. Label Merah Standar untuk Lembaran Plastik Putih ... VI-2

Tabel 6.5. Penelitian Pemakaian Barang/Ruang Selama 4 Minggu

Terakhir ... VI-4

Tabel 6.6. Pelat Penunjuk Drum Kosong ………. VI-6

Tabel 6.7. Pelat Penunjuk Derigen ……….. VI-6

Tabel 6.8. Pelat Penunjuk Polybag ………. VI-6

Tabel 6.9. Pelat Penunjuk Goni ………... VI-6

Tabel 6.10. Pelat Penunjuk Plastik Putih ………... VI-6

Tabel 6.11. Pelat Penunjuk Plastik Putih ………... VI-6

Tabel 6.12. Jadwal dan Penanggung Jawab Setiap Stasiun………... VI-8

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

Lembar Asistensi ……… L-1

Surat Keputusan ………. L-2

Surat Peninjauan ……… L-3

Form Karya Akhir ………. L-4

Surat Balasan Perusahaan ……….. L-5

(17)
(18)

RINGKASAN

UD.Putri Juna merupakan perusahaan yag bergerak di bidang pembuatan kerupuk opak berbahan baku ubi kayu dan dibagi menjadi beberapa bagian stasiun kerja masih sangat perlu diperhatikan keadaan higienis lingkungannya. Penerapan 5 S menyangkut kegiatan pengorganisasian tempat kerja dan kerumah tanggaan yang sasarannya adalah membangun disiplin pekerja di tempat kerja serta menciptakan lingkungan kerja yang bersih dan rapi

Penerapan Seiri (Ringkas) melakukan pembersihan dengan cara membuang barang yang tidak diperlukan dengan menentukan kriteria rentang waktunya. Lembaran goni, lembaran polybag, lembaran plastik putih tidak digunakan selama 1 bulan sebaiknya dibuang. Tujuannya adalah untuk memudahkan memilah barang-barang yang diperlukan. Diperlukan urutan tugas dalam membuang barang-barang yang tidak diperlukan tersebut. Salah satunya ialah membuat label merah yang akan ditempelkan pada barang-barang yang tidak diperlukan. Tujuannya untuk memperjelas standar barang yang tidak diperlukan dengan yang diperlukan.

Penerapan Seiton (Rapi), barang yang diperlukan ditata dengan membuat denah tempat penyimpanan dan menetapkan posisi penyimpanan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan suatu peralatan dalam waktu singkat (kurang 30 detik).

Penerapan Seiso (Resik), semua debu dan kotoran dihilangkan untuk menjaga tempat kerja selalu bersih. Prosedur pelaksanaan Seiso yaitu menentukan apa yang hendak dibersihkan dan membuat jadwal serta penaggung jawab setiap tempat untuk melakukan pembersihan. Pembersihan harus dilakukan secara benar, diperlukan pendidikan pembersihan seperti fungsi dan struktur peralatan yang akan dibersihkan serta mendalami pengetahuan peralatan tersebut. Sebelum melakukan pembersihan hendaknya mempersiapkan alat-alat kebersihan yang akan digunakan dan bila perlu menata dengan baik peralatan tersebut.

Penerapan Seiketsu (Rawat) melakukan pemeriksaan secara berulang yang bertujuan untuk mendapatkan tempat kerja yang selalu rapi dengan cara membuat daftar periksa untuk tiap bagian seperti peralatan dan lingkungan. Apabila ada 10 jawaban TIDAK maka tindakan selanjutnya mengevaluasi sistem 5 S dari awal lagi. Penerapan Shitsuke (Rajin), sistem ini mengharapkan kegiatan 5 S menjadi suatu kebiasaan dengan cara melakukan pekerjaan secara efisien dan tanpa kesalahan setiap hari.

Penerapan higienis lingkungan di stasiun produksi dengan menentukan objek yang akan dibersihkan dan melaksanakan pembersihan dan penataan peralatan yaitu sediaan mencakup bahan, suku cadang. Perlengkapan seperti mesin, fasilitas, perkakas, meja dan perlengkapan. Ruang yaitu lantai, lorong dan gudang. Sampah dan peralatan yang tidak diperlukan sebaiknya dibersihkan dan dibuang karena dapat menghambat kinerja pekerja, dapat menimbulkan datangnya serangga seperti lalat, nyamuk serta menyebabkan produk kerupuk opak tidak bersih.

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Dasar penerapan Kaizen di tempat kerja ada tiga yang salah satunya yaitu

penataan. Penataan atau 5 S adalah singkatan dari Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu,

dan Shitsuke, yang diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia menjadi Ringkas, Rapi,

Resik, Rawat dan Rajin. Pada dasarnya 5 S menyangkut kegiatan

pengorganisasian tempat kerja dan kerumah tanggaan. Sasaran akhir dari

penerapan 5 S adalah membangun disiplin pekerja di tempat kerjanya (Made Sri

Putri Purnamawati, 2006).

Lingkungan kerja termasuk semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat

kerja, yang akan mempengaruhi pekerja, baik secara langsung ataupun tidak.

Setiap pekerjaan akan menimbulkan ketegangan (stress) dan tekanan yang

mempengaruhi keterampilan dan sikap kerja pekerja. Lingkungan kerja yang

nyaman, sehat, dan selamat bagi manusia (human), mesin (machine), dan

lingkungan (environment) dapat meningkatkan produktivitas kerja, meningkatkan

semangat kerja, serta mampu menekan beban kerja. Pekerja dan lingkungan yang

tidak sehat dapat menimbulkan kewaspadaan, kurangnya perhatian terhadap

situasi kerja, timbulnya penyakit maupun terjadinya berbagai kecelakaan kerja.

(20)

Pengendalian Lingkungan Pada Perubahan Peleburan Baja Di Sidoarjo

mengungkapkan bahwa Lingkungan kerja yang panas lebih banyak menimbulkan

permasalahan daripada lingkungan kerja yang dingin. Hal ini karena, umumnya

manusia lebih mudah melindungi dirinya dari pengaruh suhu udara yang rendah

daripada suhu udara yang tinggi.

Higienis Perusahaan adalah spesialisasi dalam ilmu higienis beserta

prakteknya yang mengadakan penilaian atas faktor-faktor penyebab penyakit

kwalitatif dan kwantitatif dalam lingkungan kerja perusahaan, yang hasilnya

dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada lingkungan, serta bila perlu

pencegahan, agar pekerja dan masyarakat sekitar suatu perusahaan terhindar dari

bahaya akibat kerja serta memungkinkan mengecap derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya (Suma’mur P.K, 1991). Menurut Badri (2005), Higienis

Persorangan adalah perawatan diri sendiri untuk mempertahankan kesehatan.

Higienis perseorangan lebih banyak dipengaruhi oleh faktor nilai dan praktek

individu. Faktor lain adalah budaya, sosial, keluarga, dan faktor-faktor individual

seperti pengetahuan tentang kesehatan, dan persepsi tentang kebutuhan dan rasa

nyaman perorangan.

UD. Putri Juna merupakan unit dagang yang termasuk dalam Usaha Kecil

Menengah (UKM) yang bergerak dalam bidang industri makanan kecil yang

memproduksi pembuatan kerupuk opak berbahan baku ubi kayu. Di dalam

pembuatan makanan, kebersihan (higienis) selama pembuatan kerupuk opak

sangat diperlukan. Tetapi pada kenyataannya, higienis lingkungan di perusahaan

(21)

UD. Putri Juna dibagi menjadi beberapa bagian stasiun masih sangat perlu

diperhatikan keadaan higienis lingkungannya yaitu Pada stasiun perebusan,

pekerja bebas masuk ke dalam bak perebusan ubi dengan menggunakan sandal

yang dipakai untuk kegiatan sehari-hari. Pada stasiun produksi terdapat

ketidaksesuaian penempatan-penempatan fasilitas dan kurang bersihnya

peralatan-peralatan yang dipakai pada proses pembuatan kerupuk opak. Penempatan

peralatan yang tidak diperlukan pada area produksi adalah peletakkan plastik

polybag yang digunakan untuk menjemur kerupuk opak, pihak perusahaan

meletakkan di lantai produksi tanpa adanya tempat khusus peralatan, sehingga

plastik polybag menghalangi pekerja untuk berjalan dan para pekerja

memijak-mijak plastik polybag. Selain itu, karena diletakkan di tempat terbuka maka

plastik penuh debu, dan pada saat dipakai untuk menjemur kerupuk opak, plastik

yang berdebu tidak dibersihkan terlebih dahulu. Hal ini tentu saja sangat jauh dari

higienis lingkungan dan kebersihan dari produk. Pada stasiun sortasi, kerupuk

opak yang sudah kering ditumpuk di lantai, padahal lantai tersebut penuh debu

dan tanah disebabkan karena lantai jarang sekali dibersihkan atau disapu.

1.2. Perumusan Masalah

Masalah adalah kesenjangan (gap) harapan dengan kenyataan, antara yang

diinginkan atau dituju dengan apa yang terjadi/faktanya. Rumusan permasalahan

pada penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan lingkungan kerja yang

(22)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah memberikan

usulan penerapan 5 S di perusahaan terhadap kehigienissan lingkungan pada

bagian produksi.

Sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi penataan fasilitas dan lingkungan yang tidak sesuai.

2. Memberi usulan pentingnya meningkatkan kerja dengan menjaga

kehigienissan dan kerapian di tempat kerja dengan penerapan 5 S yaitu

Seiri (Ringkas), Seiton (Rapi), Seiso (Resik), Seiketsu (Rawat), Shitsuke

(Rajin).

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk memberikan manfaat pada berbagai pihak

yaitu :

a. Pihak Perusahaan

Hasil penelitian ini akan menjadi masukkan yang berharga pada

perusahaan dalam hal :

1. Adanya penerapan 5 S ini sebagai bahan masukan bagi perbaikan

(23)

2. Diberlakukannya konsep Higienis lingkungan pada perusahaan

akan menciptakan kesehatan dan kenyamanan kerja.

3. Lingkungan kerja yang higienis akan meningkatkan produktivitas

para pekerja.

b. Bagi Mahasiswa

Memberikan pengalaman menggunakan metode ilmiah dalam pemecahan

masalah nyata di perusahaan.

c. Bagi Pendidikan

Hasil penelitian akan menjadi salah satu sumber informasi yang

diharapkan dapat melengkapi informasi yang telah ada.

1.5. Pembatasan Masalah

Agar penelitian yang dilakukan dapat lebih terarah, diperlukan adanya

pembatasan masalah. Pembatasan masalah pada penelitian adalah :

1. Penelitian terbatas pada usulan penerapan 5 S terhadap kebersihan

lingkungan di bagian produksi dengan penggunaan konsep Kaizen yang

meliputi:

a. Usulan penanggulangan terhadap kebersihan lingkungan di bagian

(24)

(Rapi), Seiso (Ringkas), Seiketsu (Rawat), dan Shitsuke (Rajin)

pada perusahaan.

b. Penerapan 5 S terhadap kebersihan lingkungan hanya terbatas pada

bagian produksi yang meliputi keadaan kebersihan lingkungan di

stasiun perebusan, stasiun sortasi dan stasiun gudang produk jadi.

2. Masalah yang ditinjau hanya pada pabrik yang memproduksi opak,

khususnya stasiun produksi.

3. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2008 sampai bulan Juni 2008.

1.6. Asumsi yang Digunakan

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Keadaan lingkungan di stasiun produksi tidak higienis, pekerja tidak

memperhatikan kebersihan lingkungan kerja.

2. Mesin dan peralatan tidak terawat.

(25)

1.7. Sistematika Penulisan Karya Akhir

Agar lebih mudah untuk dipahami dan ditelusuri maka sistematika penulisan

karya akhir ini akan disajikan dalam beberapa bab sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Menjelaskan latar belakang permasalahan, perumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan masalah,

asumsi yang digunakan dan sistematika penulisan karya akhir.

BAB II : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Menjelaskan secara singkat dan padat berbagai atribut dari

perusahaan yang menjadi objek penelitian, jenis produk dan

spesifikasinya, bahan baku, proses produksi, mesin dan peralatan

yang digunakan dalam menunjang proses produksi, serta

organisasi dan manajemen.

BAB III : LANDASAN TEORI

Menyajikan dan menampilkan tinjauan kepustakaan yang berisi

teori dan pemikiran yang digunakan sebagai landasan dalam

(26)

BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi metodologi yang digunakan untuk mencapai tujuan

penelitian meliputi tahapan-tahapan penelitian dan penjelasan

tiap tahapan secara ringkas disertai diagram alirnya.

BAB V : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Melakukan identifikasi dan pengolahan data yang digunakan

sebagai dasar pada pembahasan masalah.

BAB VI : ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

Menganalisis hasil pengolahan data dan untuk memperoleh

penyelesaian dari masalah yang ada.

BAB VII : KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis pemecahan masalah maka dapat

(27)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

Gagasan untuk membuka usaha pembuatan kerupuk opak UD. Putri Juna

dimulai dari seorang pengusaha yang meniti karirnya mulai dari seorang pencabut

ubi kayu harian selama setahun, dan berkembang menjadi seorang pemborong ubi

kayu dan menjualnya kepada penampung atau tengkulak ubi kayu. Tahun 1998

akhirnya Pak Juna mewujudkan keinginannya untuk menjadi pemborong ubi dan

memberanikan diri untuk mengajak penampung ubi menjadi mitra kerjanya.

Perusahaan UD. Putri Juna dibangun pada tahun 1999. Perusahaan diberi

nama UD. Putri Juna diambil dari nama pemilik perusahaan yaitu bapak Junaidi

dan anak bungsunya yaitu Putri, sehingga digabung menjadi Putri Juna. UD Putri

Juna berlokasi di Dusun II Bakti, Desa Sukaraya Nomor 5, Tanjung Anom,

Kecamatan Pancur Batu, Deli Serdang. Awal perusahaan hanya mendirikan satu

perusahaan, tetapi seiringnya waktu serta banyaknya permintaan kerupuk opak

maka pihak perusahaan telah membangun tiga perusahaan. Satu perusahaannya

berada persis dibelakang rumahnya, hal ini memudahkan pemilik perusahaan

mudah untuk mengawasinya, sedangkan dua perusahaan lagi berada sekitar 1 km

dari rumahnya. Perusahaan yang diteliti terletak di belakang rumahnya dengan

(28)

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

UD. Putri Juna bergerak dalam bidang pengolahan ubi kayu yang dibuat

menjadi kerupuk opak, yang diproduksi terdiri dari satu jenis yang diberi merek

jaipong. Bahan baku untuk pembuatan kerupuk opak diperoleh dengan membeli

ubi kayu dari para petani melalui supplier yang berasal dari Sukaraya, Tanjung

Anom, Tanah Karo, Lubuk Pakam, Galang, Perbaungan, dan Tebing Tinggi.

Perusahaan juga mendapat pasokan dari kebun yang dimiliki oleh UD. Putri Juna,

kebun ubi kayu ini berguna untuk menjamin tersedianya bahan baku untuk diolah.

Sampai saat ini kebun-kebun ubi kayu yang dimiliki sekitar 10 hektar.

Hasil produksi perusahaan seluruhnya dijual ke daerah-daerah seperti

Medan, Jakarta, Tangerang, Jambi dan Pekan Baru. Pihak perusahaan tidak

bertanggung jawab dalam hal pendistribusian. Pihak perusahaan hanya menjual

kerupuk opak mentah, selanjutnya yang mengelola kerupuk opak menjadi produk

beraneka rasa dilakukan oleh perusahaan lain.

2.3. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi bagi suatu perusahaan mempunyai peranan yang

penting di dalam menentukan dan memperlancar jalannya roda perusahaan.

Pendistribusian tugas, wewenang dan tanggung jawab serta keselarasan hubungan

satu bagian dengan bagian yang lain dapat digambarkan dalam suatu struktrur

organisasi. Diharapkan adanya suatu kejelasan arah dan koordinasi untuk

(29)

jelas dari mana perintah itu datang dan kepada siapa harus dipertanggung

jawabkan hasil pekerjaannya.

Organisasi adalah kerja sama antara dua orang atau lebih untuk mencapai

suatu tujuan tertentu dalam suatu usaha yang berpedoman pada kesepakatan dan

tekat yang bulat untuk melandasi setiap usaha kerjasama. Secara umum dapat

disimpulkan bahwa unsur-unsur dasar organisasi adalah adanya dua orang atau

lebih, adanya maksud kerjasama, adanya pengaturan hubungan dan adanya tujuan

yang hendak dicapai. Dirumuskan defenisi yang umum yaitu, organisasi adalah

wadah serta proses kerjasama sejumlah manusia yang terikat dalam hubungan

formal dalam rangkaian suatu tekat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Pada teori organisasi masih berlaku pandapat bahwa semakin berhasil kelompok

pemimpin membina suatu organisasi, semakin menonjol pula hubungan yang

sifatnya informal, meskipun hubungan-hubungan yang sifatnya formal tidak boleh

dihilangkan sama sekali.

Struktur organisasi merupakan gambaran skematis tentang

hubungan-hubungan dan kerjasama diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian yang

menggerakkan organisasi untuk mencapai tujuan. Struktur ditentukan atau

dipengaruhi oleh badan usaha, jenis usaha, besarnya usaha dan sistem produksi

perusahaan tersebut.

Struktur organisasi yang digunakan pada UD. Putri Juna adalah struktur

organisasi yang berbentuk garis. Organisasi garis (line Organizations) adalah

suatu bentuk organisasi dimana kekuasaan dan tanggung jawab diturunkan secara

(30)

organisasi seperti ini, tidak seorang bawahan pun yang mempunyai atasan lebih

dari satu orang, jadi kesimpangsiuran perintah yang diterima oleh bawahan sangat

kecil kemungkinannya untuk terjadi. Pada struktur organisasi garis prinsip

kesatuan dalam komando akan terpelihara dengan baik. Atasan hanya memerintah

bawahan tertentu dan bawahan akan memberikan laporan kepada atasan yang

memberikan perintah.

Kebaikan dari struktur organisasi garis (line Organizations) adalah :

− Organisasi ini sederhana sehingga sesuai dipakai untuk perusahaan

kecil.

− Adanya kesatuan komando.

− Setiap pengambilan keputusan dapat dilaksanakan dengan cepat sebab

jumlah orang yang diajak berkonsultasi masih sedikit.

Kekurangan dari struktur organisasi garis (line Organizations) adalah :

− Seluruh organisasi terlalu tergantung pada satu orang, sehingga kalau

orang itu tidak mampu, seluruh organisasi akan terancam hancur.

− Adanya kecenderungan seorang pemimpin bertindak otoriter.

− Kesempatan pekerja untuk berkembang menjadi terbatas.

(31)

Chief Operation Officer

Executive Secretary Ka.Marketing Production Sec. Head Engineering Sec.Head

Mandor

PEKERJA

Gambar 2.1. Struktur Organisasi UD. Putri Juna

2.3.1. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

a. Chief Operation Officer

Chief Operation Officer di UD. Putri Juna merupakan pemilik perusahaan

yang merupakan pimpinan tertinggi dalam perusahaan yang diberikan wewenang

atau kekuasaan melakukan tindakan untuk dan atas perusahaan.

Tugas :

- Pemimpin dan pemegang tertinggi dalam perusahaan.

- Melakukan pengawasan dengan mengadakan pemeriksaan serta penilaian

seluruh kegiatan perusahaan.

(32)

Tanggung jawab :

- Memimpin dan mengendalikan semua usaha, kegiatan pekerjaan untuk

mencapai tujuan.

- Menyelenggarakan penelitian pengembangan untuk kepentingan nilai

tumbuh fasilitas perusahaan.

- Memperhatikan, memelihara dan mengawasi kelancaran administrasi,

pengamanan dan pelaksanaan tugas secara seimbang dan berhasil.

- Memelihara dan meningkatkan kemampuan kerja serta memperhatikan

kesejahteraan pekerja.

b. Executive Secretary

Tugas :

- Mencatat hasil rapat (notulen rapat), serta kebutuhan-kebutuhan

perusahaan.

- Menangani tamu-tamu yang datang.

Tanggung jawab :

- Melaksanakan perintah atau tugas yang diberikan oleh pimpinan

perusahaan (Chief Operation Officer).

- Membantu pimpinan dalam memecahkan persoalan perusahaan bila

diperlukan.

c. Ka. Marketing

Tugas :

(33)

- Melakukan pengendalian terhadap kegiatan pembelian bahan baku berupa

ubi kayu dari segi kuantitas, kualitas dan administrasi.

- Menentukan sumber penerimaan bahan baku.

- Dapat menolak bahan baku yang tidak sesuai dengan yang disyaratkan.

- Melakukan penjajakan terhadap konsumen dalam rangka pemasaran serta

pembuatan kontrak baru.

- Melakukan perencanaan pemasaran termasuk strategi pemasaran.

- Melakukan negosiasi atas nama perusahaan dengan konsumen.

Tanggung jawab :

- Bertanggung jawab terhadap pemasaran perusahaan.

d. Production Section Head

Tugas :

- Mengatasi setiap kendala yang dihadapi pada proses produksi kerupuk

opak.

- Melaksanakan proses produksi untuk produk kerupuk opak sesuai dengan

jadwal produksi yang ditetapkan.

Tanggung jawab :

- Bertanggung jawab terhadap proses produksi dari bahan baku yang masuk

di bagian penerimaan sampai proses packing dan penyimpanan di gudang.

e. Engineering Section Head

Tugas :

- Mengkoordinir seluruh kegiatan permesinan, listrik, bengkel dan instalasi

(34)

- Melakukan pemeriksaan terhadap mesin dan peralatan yang tidak dapat

dipakai serta kondisinya.

Tanggung jawab :

- Bertanggung jawab terhadap operasional.

- Bertanggung jawab terhadap pemeliharaan mesin dan peralatan serta

sumber daya listrik.

f. Mandor

Tugas :

- Mengawasi pekerjaan pekerja.

- Melaporkan kerusakan yang terjadi pada Production Section Head.

- Melatih pekerja baru sesuai dengan bidangnya.

Tanggung jawab :

- Bertanggung jawab pada Production Section Head untuk kelancaran

bagian produksi.

b. Pekerja

- Bertugas dan bertanggung jawab dalam pengerjaan produk mulai dari

bahan baku sampai menjadi produk jadi.

2.3.2. Tenaga Kerja dan Jam Kerja

2.3.2.1. Tenaga Kerja

UD. Putri Juna memiliki tenaga kerja yang terdiri dari pekerja harian dan

pekerja borongan. Pekerja-pekerja tersebut ditempatkan sesuai dengan kebutuhan

(35)

Tabel 2.1. Pembagian Tenaga Kerja pada Setiap Stasiun Kerja

Executive Secretary Kantor Wanita 1 Orang

Ka. Marketing Produksi Laki-laki 1 Orang

Production Section Head Produksi Laki-laki 1 Orang

Engineering Section Head Produksi Laki-laki 1 Orang

Mandor Produksi Wanita 1 Orang Pengepressan Wanita 2 Orang Pencetakan Wanita 2 Orang Penjemuran Laki-laki 2 Orang Wanita 1 Orang Sortasi Wanita 1 Orang

Total 27 Orang

2.3.2.2. Jam Kerja

Jam kerja yang berlaku di UD. Putri Juna hanya satu shift kerja untuk

menjalankan pekerjaannya. Perusahaan perlu memelihara ketertiban dan

kedisplinan kerja dengan memuat peraturan kerja yang harus dipatuhi oleh setiap

pekerja. Jam kerja UD. Putri Juna dapat dilihat pada Tabel 2.2. di bawah ini :

Tabel 2.2. Jadwal Jam Kerja di UD. Putri Juna

Pekerja Hari Jam Keterangan

(36)

2.3.3. Sistem Pengupahan

Upah adalah suatu penerimaan sebagai sebuah imbalan dari pemberian

kerja kepada penerima kerja untuk pekerjaan atas jasa yang telah dan akan

dilakukan. Upah berfungsi sebagai jaminan kelangsungan kehidupan yang layak

bagi kemanusiaan dan produksi dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang

akan ditetapkan menurut suatu persetujuan.

Gaji adalah upah dasar yang diberikan dari pemberi dari pemberi kerja

kepada penerima kerja dalam ukuran waktu tertentu misalnya ukuran 1 (satu) hari

dan 1 (satu) bulan, dan kadang disebut dengan gaji pokok, yang jumlahnya tetap

dan akan mengalami kenaikan pada periode tertentu sesuai dengan jabatan dan

prestasi pihak penerima.

Sistem pengupahan di UD. Putri Juna terdiri dari dua yaitu sebagai

berikut:

1. Sistem harian

Sistem pengupahan harian dipakai untuk semua pekerja.

2. Sistem borongan

Pembayaran upah dilakukan dua minggu sekali. Besar upah borongan

ini tergantung dari jenis pekerjaan dan kuantitas borongan yang

dikerjakan. Setiap pekerjaan yang diborongkan memiliki satuan harga

(37)

2.3.4. Produk

Produk yang dihasilkan terdiri dari satu jenis yaitu kerupuk opak, yang

terbuat dari bahan baku ubi kayu. Kerupuk opak yang dijual pada UD. Putri Juna

dalam bentuk masih mentah, sedangkan yang membuat berbagai aneka rasa

dilakukan oleh perusahaan lain. Kerupuk opak yang dihasilkan oleh UD. Putri

Juna diberi merek Kerupuk Opak Jaipong. Gambar produk kerupuk opak dapat

dilihat pada Gambar 2.2. di bawah ini :

Gambar 2.2. Produk Kerupuk Opak

2.3.5. Spesifikasi Produk

Produk yang dihasilkan adalah kerupuk opak yang berbentuk bulat dengan

diameter 3 cm dan ketebalan ± 1 mm. Kerupuk opak yang dibuat tidak diberi

pewarna dan bahan pengawet juga tidak ditambahkan pemanis/perasa. Kerupuk

opak berwarna putih kekuningan, warna tersebut berasal dari hasil perebusan ubi

kayu pada saat proses produksi serta berasal dari penjemuran yang berasal sinar

matahari, selain itu jenis ubi kayu juga menentukan warna dan rasa atau enaknya

produk kerupuk opak. Jenis ubi yang digunakan di UD. Putri Juna adalah ubi

berwarna kuning, ubi itu dipilih karena rasanya yang pulen untuk berbagai jenis

(38)

2.4. Proses Produksi

Pengertian proses adalah cara, metode dan juga teknik bagaimana

sesungguhnya sumber-sumber yang terdiri dari tenaga kerja, mesin, bahan-bahan

dan dana yang ada dirubah untuk memperoleh suatu hasil. Pengertian produksi

adalah kegiatan untuk menciptakan/menambah kegunaan suatu barang atau jasa.

Proses produksi dapat diartikan sebagai cara, metode dan teknik untuk

menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang/jasa dengan menggunakan

sumber-sumber yang ada seperti tenaga kerja, masin, bahan-bahan serta dana.

2.4.1. Bahan-Bahan yang Digunakan

Bahan-bahan yang digunakan pada proses produksi kerupuk opak pada

UD. Putri Juna dapat dikelompokkan atas tiga, yaitu bahan baku, bahan penolong

dan bahan tambahan.

1. Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan yang digunakan sebagai bahan utama dalam

proses produksi yang sifat dan bentuknya akan mengalami perubahan yang

langsung ikut dalam proses produksi dan terus sampai bahan jadi. Bahan baku

mempunyai komposisi/persentase yang besar pada produk akhir dibandingkan

dengan bahan-bahan yang lain. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan

kerupuk opak ini adalah sebagai berikut:

- Ubi Kayu

Ubi kayu merupakan salah satu sumber makanan bergizi yang banyak

(39)

seperti tepung terigu yang dapat digunakan untuk berbagai jenis makanan, selain

itu untuk sebagian orang ubi digunakan pengganti nasi. Pembuatan kerupuk opak,

ubi kayu digunakan sebagai bahan utama yang komposisinya paling banyak.

Mudahnya mendapatkan ubi kayu, harganya yang murah, rasanya yang enak dan

mudah untuk mengolahnya menjadi berbagai jenis makanan membuat ubi banyak

diminati masyarakat.

Perusahaan membeli bahan baku ubi kayu dengan membeli melalui

supplier dari perkebunan ubi kayu yang berasal dari Sukaraya, Tanjung Anom,

Tanah Karo, Lubuk Pakam, Galang, Perbaungan, dan Tebing Tinggi. Perusahaan

juga mendapat pasokan bahan baku dari perkebunan yang dimiliki oleh UD. Putri

Juna.

2. Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah suatu bahan yang ditambahkan ke dalam proses

pembuatan produk untuk membantu peningkatan mutu produk. Bahan tambahan

yang digunakan yaitu :

a. Goni

Goni digunakan sebagai kemasan yang membungkus langsung kerupuk

opak. Satu goni berisi 50 kg kerupuk opak mentah.

b. Spidol

Spidol digunakan untuk memberikan informasi berisi keterangan berat

(40)

c. Tali

Tali terbuat dari bahan plastik yang berguna untuk mengikat produk yang

telah dikemas dalam goni.

3. Bahan Penolong

Bahan Penolong adalah bahan yang ditambahkan ke dalam proses

produksi dengan tujuan membantu memperlancar proses produksi. Bahan ini

bukan bagian dari produk akhir. Bahan penolong yang digunakan yaitu :

a. Air

Air yang digunakan berasal dari sumur yang terdapat di lokasi pabrik.

Beberapa penggunaan air yang berasal dari sumur adalah untuk :

- Keperluan pencucian ubi kayu dalam bak pencucian.

- Keperluan perebusan ubi kayu dalam bak perebusan.

- Campuran minyak yang digunakan pada mesin press dan mesin

pencetak agar adonan yang dibentuk pada mesin tidak lengket.

- Membersihkan mesin dan peralatan.

b. Campuran minyak dan air

Minyak yang digunakan disini adalah minyak goreng yang dicampur

dalam air. Penggunaan campuran minyak dan air digunakan untuk

mengolesi mesin press dan mesin pencetak yang berfungsi agar adonan

pada mesin press dan mesin pencetak pada saat proses produksi tidak

(41)

2.4.2. Uraian Proses Produksi

Uraian proses produksi dalam pembuatan kerupuk opak di UD. Putri Juna

adalah sebagai berikut :

1. Proses Penerimaan

Bahan baku ubi kayu yang dibawa ke pabrik diterima di stasiun

penerimaan. Ubi kayu tersebut diperoleh dari dua sumber pasokan yaitu

dari supplier yang telah bekerjasama dengan pihak perusahaan dan dari

kebun milik sendiri. Satu mobil pengangkut ubi kayu berisi 11 ton ubi

kayu, sehingga cukup untuk tiga kali produksi kerupuk opak. Satu kali

proses produksi kerupuk opak diperlukan 3,5 ton ubi kayu.

2. Proses Pengupasan

Proses selanjutnya setelah ubi diturunkan dari mobil dan dibawa ke stasiun

penerimaan yaitu melakukan pengupasan ubi kayu. Ubi kayu dikupas

dengan menggunakan pisau pemotong, kedua ujung ubi terlebih dahulu

dipotong dan kemudian dikupas. Pekerja bagian pengupasan menggunakan

sarung tangan yang berguna untuk melindungi tangan pekerja pada saat

pengupasan. Pengupasan dilakukan pada area yang sama yaitu di stasiun

penerimaan ubi. Pengupasan dilakukan oleh pekerja borongan, sistem

pengupahannya yaitu jumlah ubi yang dikupas dikali dengan harga yang

telah ditentukan oleh perusahaan. Ubi kayu yang sudah dikupas

(42)

3. Proses Pencucian

Ubi kayu yang sudah dikupas dibawa ke stasiun pencucian dengan

menggunakan beko. Pencucian dimaksudkan untuk menghilangkan

kotoran-kotoran yang melekat diubi pada saat pengupasan dilakukan.

4. Proses Perebusan

Ubi kayu yang sudah dicuci selanjutnya dipindahkan ke stasiun perebusan

menggunakan sekop. Satu bak perebusan berisi 2,275 ton ubi yang sudah

dikupas kulitnya. Satu kali perebusan ubi kayu memerlukan waktu 5 jam.

Dimulai pada pukul 4.00 Wib dan dibongkar pada pukul 9.00 Wib.

5. Proses Pelumatan

Ubi kayu yang sudah direbus kemudian dipindahkan ke stasiun pelumatan

dengan menggunakan sekop. Ubi kayu yang masih panas dimasukkan ke

dalam mesin pelumat, hal ini dimaksudkan agar ubi mudah dilumatkan,

apabila ubi sudah dingin maka proses pelumatan menjadi lama. Ubi yang

dimasukkan ke mesin pelumat kemudian di tampung ke dalam baskom

yang terbuat dari seng. Baskom tersebut berada di bawah pintu mesin

pelumat.

6. Proses Pengepressan

Proses berikutnya setelah ubi di lumatkan yaitu memindahkan hasil

pelumatan ke stasiun pengepressan. Pengepressan dilakukan dengan

(43)

Penekanan dimaksudkan agar ubi yang masuk ke mesin press bisa rata dan

padat sehingga hasil produk cacat dapat diminimalkan. Pada saat

pemasukkan dan penekanan ubi diatas bongkahan ubi diberi tepung agar

ubi tidak lengket. Pada mesin press juga dibalutkan plastik hal

dimaksudkan agar adoanan ubi yang sudah dilumatkan tidak lengket pada

saat proses pengepressan berlangsung. Pada balutan plastik yang ada di

mesin press juga diberikan minyak agar adonan ubi tidak lengket dan

dapat dengan mudah lepas dari mesin press. Hasil pengepressan dilapisi

dengan plastik polybag.

7. Proses Pencetakan

Setelah ubi dipress, maka kegiatan selanjutnya adalah pressan ubi dibawa

ke mesin pencetak. Mesin pencetak juga dilapisi plastik putih dan diberi

minyak serta ditaburi tepung. Hal ini dimaksudkan agar adonan yang akan

dicetak tidak lengket. Pada mesin pencetak inilah akan terbentuk kerupuk

opak yang bulat.

8. Proses Penjemuran

Proses setelah ubi selesai dicetak, maka ubi dibawa ke stasiun penjemuran

dengan menggunakan beko. Penjemuran dilakukan di halaman rumput dan

terkena matahari langsung. Penjemuran dilakukan selama 5-6 jam apabila

sinar matahari sangat panas, tetapi apabila hari mendung atau hujan

(44)

9. Proses Peremasan dan Pemisahan (Sortasi)

Kerupuk opak yang sudah selesai dijemur dan kering dibawa ke stasiun

pemisahan. Pengangkutan kerupuk opak dari stasiun penjemuran ke

stasiun pemisahan dilakukan dengan menggunakan beko. Kerupuk opak

yang masih berbentuk lembaran-lembaran dilakukan peremasan agar

kerupuk opak terpisah satu sama lain. Peremasan dan pemisahan kerupuk

dilakukan di meja pengayakan yang berguna untuk memisahkan produk

cacat yang kasar dengan yang halus. Produk cacat yang kasar akan dibuat

kembali menjadi kerupuk opak, sedangkan kerupuk opak yang halus akan

dijual kepada masyarakat dan perusahaan pakan ternak untuk diolah

menjadi makanan hewan ternak.

10.Proses Pengemasan (Packaging)

Proses peremasan dan pemisahan (sortasi) produk yang cacat dan produk

yang bagus telah selesai, maka produk yang bagus dimasukkan ke dalam

goni. Satu goni berisi 50 kg kerupuk opak dan di depan goni tertulis

tulisan 50 kg yang ditulis dengan menggunakan spidol. Kerupuk opak

ditimbang, goni diikat dengan menggunakan tali plastik. Selanjutnya

(45)

2.4.3. Mesin dan Peralatan

Mesin-mesin disini maksudnya adalah alat-alat produksi yang digunakan

untuk mengubah/mengolah bahan baku menjadi barang setengah jadi atau

mengubahnya menjadi produk jadi (hasil akhir). Mesin dan peralatan yang

digunakan oleh UD. Putri Juna dapat dilihat pada Tabel 2.3. dan Tabel 2.4. di

(46)

Tabel 2.3. Mesin-Mesin Produksi di UD. Putri Juna

NO Mesin Tipe Jumlah Kapasitas Kegunaan

1. Mesin Blower HB-2-30-4 1 Unit - Mengipas angin untuk membantu pembakaran kayu pada

proses perebusan ubi kayu.

2. Mesin Press MP-129-4 1 Unit 175 kg/jam Membentuk adonan tipis dan padat.

3. Mesin Pelumat VGV-126 1 Unit 250 kg/jam Melumatkan ubi kayu.

4. Mesin Pencetak VGV-128 1 Unit 250 kg/jam Membentuk/mencetak adonan berbentuk kerupuk opak.

II

(47)

Tabel 2.4. Peralatan Produksi di UD. Putri Juna

NO Peralatan Jumlah Kegunaan

1. Meja Kerja 1 buah Berguna sebagai penampung atau tempat produk setelah dibentuk adonan pada

mesin press dan setelah dicetak pada mesin pencetak.

2. Meja Pengayakan 1 buah Menampung produk jadi setelah penjemuran dan untuk memisahkan produk cacat

yang kasar dengan yang halus.

3. Plastik Polybag 150 lembar Alas penjemuran kerupuk opak

4. Plastik Putih 3 lembar Pelapis pada mesin pencetak agar adonan ubi tidak lengket pada mesin

pencetakan.

5. Goni 120 lembar Sebagai wadah ubi kayu setelah dikupas dan pembungkus kerupuk opak serta

sebagai penampung sampah.

6. Beko 3 unit Membawa kerupuk opak ketempat penjemuran, dan dari penjemuran ke gudang

7. Sekop 2 buah Memindahkan ubi dari bak pencucian ke dalam bak perebusan

II

(48)

Tabel 2.4. Peralatan Produksi di UD. Putri Juna (Lanjutan)

NO Peralatan Jumlah Kegunaan

8. Cangkul 1 buah Memindahkan ubi kayu yang sudah direbus ke dalam mesin pelumat

9. Pisau Pemotong 20 buah Mengupas dan memotong ubi kayu pada stasiun perebusan

10. Baskom I buah Menampung ubi dari mesin pelumat

11. Timbangan 1 buah Menimbang ubi dan kerupuk opak

II

(49)
(50)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja akan mempengaruhi tenaga kerja baik secara langsung

maupun tidak langsung. Lingkungan kerja meliputi tata letak peralatan

pendukung, pencahayaan, kebisingan, getaran, suhu, dan kelembaban ruang kerja,

sirkulasi udara, debu serta bau-bauan karena adanya faktor kimia. Lingkungan

kerja termasuk semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja, yang akan

mempengaruhi pekerja, baik secara langsung ataupun tidak. Setiap pekerjaan akan

menimbulkan ketegangan (stress) dan tekanan yang mempengaruhi keterampilan

dan sikap kerja pekerja. Lingkungan kerja yang nyaman, sehat, dan selamat bagi

manusia (human), mesin (machine), dan lingkungan (environment) dapat

meningkatkan produktivitas kerja, meningkatkan semangat kerja, serta mampu

menekan beban kerja. Pekerja dan lingkungan yang tidak sehat dapat

menimbulkan kewaspadaan, kurangnya perhatian terhadap situasi kerja,

timbulnya penyakit maupun terjadinya berbagai kecelakaan kerja. Faktor yang

menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja

umumnya dapat digolongkan kedalam faktor fisik, faktor kimia, biologis,

ergonomi dan psikologi.

Lingkungan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia.

Unsur-unsur yang ada dalam lingkungan baik berupa tanah, air, udara, maupun

(51)

satu dengan lainnya. Apabila salah satu dari unsur tersebut terganggu fungsinya

maka akan mempengaruhi yang lainnya. Manusia sebagai pengguna sumber daya

alam terbesar dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup harus memperhitungkan

ketersediaan sumber daya alam tersebut demi kelangsungan hidup generasi

berikutnya. Ardyanto, (2001) dalam penelitiannya yang berjudul Potret Iklim Dan

Upaya Pengendalian Lingkungan Pada Perubahan Peleburan Baja Di Sidoarjo

mengungkapkan bahwa Lingkungan kerja yang panas lebih banyak menimbulkan

permasalahan daripada lingkungan kerja yang dingin. Hal ini karena, umumnya

manusia lebih mudah melindungi dirinya dari pengaruh suhu udara yang rendah

daripada suhu udara yang tinggi.

3.2. Higienis Perusahaan 1

Higienis Perusahaan adalah spesialisasi dalam ilmu higienis beserta

prakteknya yang mengadakan penilaian atas faktor-faktor penyebab penyakit

kwalitatif dan kwantitatif dalam lingkungan kerja perusahaan, yang hasilnya

dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada lingkungan, serta bila perlu

pencegahan, agar pekerja dan masyarakat sekitar suatu perusahaan terhindar dari

bahaya akibat kerja serta memungkinkan mengecap derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya. Sifat-sifat Higienis perusahaan meliputi sasaran yaitu

lingkungan kerja dan bersifat tehnik. Menurut Badri (2005), Higienis Persorangan

1

(52)

adalah perawatan diri sendiri untuk mempertahankan kesehatan. Higienis

perseorangan lebih banyak dipengaruhi oleh faktor nilai dan praktek individu.

Faktor lain adalah budaya, sosial, keluarga, dan faktor-faktor individual seperti

pengetahuan tentang kesehatan, dan persepsi tentang kebutuhan dan rasa nyaman

perorangan.

Kesehatan Kerja adalah spesialisasi dalam Ilmu Kesehatan/kedokteran

beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/masyarakat pekerja memperoleh

derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, atau mental, maupun sosial,

dengan usaha-usaha preventif dan kuantitatif terhadap

penyakit-penyakit/gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan

dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum. Sifat-sifat

Kesehatan kerja meliputi sasarannya yaitu manusia dan bersifat medis.

Penggabungan kedua istilah Higienis Perusahaan dan Kesehatan Kerja

dalam satu kesatuan berarti penampungan dua dicipline medis dan tehnik secara

serasi, sehingga terbukalah kemungkinan sebesar-besarnya, bahwa kedua

golongan menurut keahlian yang sangat berlainan itu bercampur dan bekerja sama

untuk kesempurnaan penyelenggaraan. Higienis Perusahaan dan Kesehatan Kerja,

sebagai suatu istilah yang memiliki satu kesatuan pengertian, adalah terjemahan

resmi dari Occupational Health, yang cenderung diartikan sebagai lapangan

kesehatan yang mengurusi problematik kesehatan secara menyeluruh untuk

tenaga kerja. Menyeluruh berarti usaha-usaha kuratif, preventif, penyesuaian

faktor manusia terhadap pekerjaannya dan higienis. Istilah higienis Perusahaan

(53)

perundang-undangan, dalam Undang-undang Nomor 14 tahun 1969 tentang

Ketentuan-ketentuan pokok mengenai tenaga Kerja (pasal 9 dan 10). Dimaksud

dengan Higienis Perusahaan dan Kesehatan Kerja dalam undang-undang tersebut,

sebagaimana dinyatakan dalam penjelasannya, adalah lapangan kesehatan yang

ditujukan kepada pemeliharaan dan mempertinggi derajat kesehatan tenaga kerja,

dilakukan dengan mengatur dengan pemberian pengobatan, perawatan tenaga

kerja yang sakit, mengatur persediaan tempat, cara-cara dan syarat yang

memenuhi norma-norma Higienis Perusahaan dan Kesehatan Kerja untuk

mencegah penyakit, baik sebagai akibat pekerjaan, maupun penyakit umum serta

menetapkan syarat-syarat kesehatan bagi perumahan tenaga kerja.

3.3. Tujuan Utama Higienis Perusahaan dan Kesehatan Kerja 2

1. Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang

setinggi-tingginya, baik buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, atau

pekerja-pekerja bebas, dengan demikian dimaksudkan untuk kesejahteraan tenaga

kerja.

Tujuan Higienis Perusahaan dan Kesehatan Kerja ada dua hal yaitu :

2. Sebagai alat untuk meningkatkan produksi, yang berlandaskan kepada

meningginya effisiensi dan daya produktivitas faktor manusia dalam

produksi, Oleh karena tujuan tersebut selalu sesuai dengan maksud dan

2

(54)

tujuan pembangunan di dalam suatu Negara, maka Higienis Perusahaan

dan Kesehatan Kerja selalu harus diikut sertakan dalam pembangunan

tersebut.

Tujuan umum di atas dapat diperinci lebih lanjut sebagai berikut :

pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-kecelakaan

akibat kerja, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja,

perawatan dan mempertinggi effisiensi dan daya produktivitas tenaga manusia,

pemberantasan kelelahan kerja dan penglipat gandaan semangat kerja,

perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar terhindar dari

bahaya-bahaya pengotoran oleh bahan-bahan dari perusahaan yang bersangkutan,

dan perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan

oleh produk-produk industri.

Tujuan utama dari Higienis Perusahaan dan Kesehatan Kerja adalah

menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan demikian mungkin

dicapai karena terdapatnya korelasi diantara derajat kesehatan yang tinggi dengan

produktivitas kerja atau perusahaan, yang didasarkan kenyataan-kenyataan

sebagai berikut :

1. Untuk effisiensi kerja yang optimal dan sebaik-baiknya, pekerjaan harus

dilakukan dengan cara dan dalam lingkungan kerja yang memenuhi

syarat-syarat kesehatan. Lingkungan dan cara dimaksud meliputi diantaranya

tekanan panas, penerangan di tempat kerja, debu di udara ruang kerja,

(55)

Cara dan lingkungan tersebut perlu disesuaikan pula dengan tingkat

kesehatan dan keadaan gizi tenaga kerja yang bersangkutan.

2. Biaya dari kecelakaan dari penyakit-penyakit akibat kerja, serta penyakit

umum yang meningkat jumlahnya karena pengaruh yang memburukkan

keadaan oleh bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh pekerjaan adalah

sangat mahal dibandingkan dengan biaya untuk pencegahannya.

Biaya-biaya kuratif yang mahal meliputi pengobatan, perawatan rumah sakit,

rehabilitasi, abseintisme, kerusakan mesin, peralatan dan bahan oleh

karena kecelakaan, terganggunya pekerjaan, dan cacat yang menetap.

3.4. Perlunya Perundang-Undangan 3

Adanya Undang-undang dan Peraturan-peraturan Pemerintah lainnya

dalam praktek Higienis Perusahaan dan Kesehatan Kerja adalah keperluan yang

tidak bisa ditawar-tawar lagi. Atas kekuatan Undang-undanglah pejabat-pejabat

Departemen Tenaga Kerja Transkop atau Departemen Kesehatan dapat

melakukan inspeksi dan memaksakan segala sesuatunya yang diatur oleh

Undang-Undang atau Peraturan-Peraturan itu kepada perusahaan-perusahaan. Apabila

nasehat-nasehat atau peringatan-peringatan tidak dihiraukan, maka atas kekuatan

Undang-Undang pula dipaksakan sanksi-sanki menurut Undang-Undang pula.

3

(56)

Undang-Undang Nomor 14 tahun 1969 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

Mengenai Tenaga Kerja, yang memuat ketentuan-ketentuan pokok tentang tenaga

kerja, mengatur higienis perusahaan dan kesehatan kerja sebagai berikut :

1. Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan,

kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moral kerja serta perlakukan yang

sesuai dengan martabat manusia dan moral agama (pasal 9).

2. Pemerintah membina perlindungan kerja yang mencakup :

a. Norma kesehatan kerja dan higienis perusahaan.

b. Norma keselamatan kerja.

c. Norma kerja.

d. Pemberian ganti kerugian, perawatan dan rehabilitasi dalam hal

kecelakaan kerja.

3.5. Manfaat Kebersihan dalam Perusahaan 4

Kebersihan sangatlah bermanfaat untuk perusahaan, sebab dengan

usaha-usaha kebersihan, kecelakaan-kecelakaan dan penyakit-penyakit akibat kerja

sebagian besar dapat dicegah. Contohnya adalah dermotosis akibat kerja, penyakit

4

(57)

akibat kerja ini pasti hilang, apabila pekerjaan, para pekerja, dan lingkungan

kerjanya bersih. Kebersihan dalam industri-industri mengandung pula arti lain,

yaitu adanya fakta bahwa tingkat kebersihan sesuatu perusahaan sangat

tergantung dari kepandaian perusahaan itu menggunakan bahan-bahan. Sampah

industri merupakan pembuangan atau pemborosan bahan-bahan. Makin effisien

pemakaian bahan, makin sedikit sampah. Bahkan di negara-negara yang

industrinya sangat maju, sampah industri harus dapat dimanfaatkan sebagai suatu

produk berguna. Setiap penggunaan bahan baku yang hemat akan menyebabkan

kenaikan produksi, selain itu untuk masyarakat kota, kebersihan dalam

perusahaan-perusahaan akan sangat membantu usaha-usaha kebersihan kotanya.

3.6. Segi-Segi Kebersihan Perusahaan 5

5

Ibid. pp. 221-222

Kebersihan perusahaan meliputi kebersihan luar dan dalam gedung. Luar

gedung terutama halaman-halamam dan jalanan, dalam gedung meliputi lantai,

dinding, serta mesin-mesin dan alat-alat untuk bekerja, gudang-gudang untuk

menimbun bahan baku. Lebih terperinci lagi, segi-segi kebersihan perusahaan

meliputi persediaan air yang baik, sesuai dengan syarat-syarat kegunaannya, yaitu

air minum untuk mandi, untuk proses produksi, untuk mengalirkan

kotoran-kotoran atau sampah-sampah dari industri, keadaan toilet yang baik, pembuangan

(58)

dan halaman yang tidak menyebabkan kecelakaan-kecelakaan,

kebakaran-kebakaran, dan ledakan-ledakaan, keadaan yang tidak menimbulkan berkumpul

atau bersarangnya nyamuk dan lalat adanya kantin yang bersih dan sehat.

3.6.1. Air Minum 6

3.6.2. Toilet

Semua tempat kerja harus disediakan cukup air bersih yang sumber dan

cara pengalirannya disyahkan oleh instansi yang ditunjuk untuk mengesyahkan.

Tempat minum harus disediakan untuk pekerja-pekerja menurut bentuk yang telah

ditentukan oleh yang berwenang dalam perbandingan sebuah untuk tiap-tiap 100

pekerja. Wadah air minum yang dipakai harus tertutup rapat, harus diberi tanda

yang nyata, dan tidaklah diperbolehkan memakai gelas yang sama. Air yang tidak

baik untuk diminum harus diberi tanda yang nyata.

7

Tiap-tiap tempat kerja harus menyediakan kakus/toilet yang mematuhi

syarat-syarat kesehatan dan harus terpisah untuk pekerja wanita dan pria. Letak

toilet harus mudah tercapai dan toilet untuk wanita tidak boleh berhubungan

langsung dengan tempat pria. Perbandingan jumlah toilet dan pekerja adalah 1

kakus untuk 1 sampai dengan 24 pekerja, 2 toilet untuk 25 sampai dengan 50

pekerka, 3 toilet untuk 51 sampai dengan 100 pekerja. Tiap kakus harus ada

6 Ibid.

(59)

persediaan air yang cukup, dan bila perlu juga kertas. Toilet untuk pekerja-pekerja

wanita harus tertutup rapat.

3.6.3. Tempat Cuci dan Ruangan Ganti Pakaian 8

3.6.4. Ruangan Makan dan Kantin

Tiap-tiap tempat kerja harus menyediakan tempat cuci dalam

perbandingan 1 tempat cuci untuk 25 pekerja dan satu untuk tiap tambahan 15

pekerja kalau jumlah pekerja lebih dari 100. Tiap-tiap tempat cuci harus

disediakan handuk yang bersih, kalau pekerja dalam pekerjaan terkena paparan

panasyang tinggi atau kulitnya dikenai bahan-bahan beracun yang merangsang

kulit. Tiap-tiap tempat cuci harus disediakan tempat untuk pembuangan kotoran.

Harus disediakan ruangan pakaian jika ada pengolahan yang menimbulkan debu,

kotoran, panas tinggi, asap, uap, embun dan lain-lain, yang mungkin merusak

kesehatan atau kesenangan bekerja. Ruangan tempat cuci dan ganti pakaian untuk

pria dan wanita harus terpisah, dan selain itu untuk wanita harus terpisah pula dari

ruangan kerja pria. Harus disediakan tempat-tempat pakaian terpisah dari tempat

kerja, apabila pakaian bekas kerja memungkinkan menjangkitkan penyakit atau

merangsang kulit.

9

Apabila waktu bekerja menghendaki bahwa pekerja harus makan siang

dalam lingkungan pekerjaan, maka harus disediakan ruang makan yang cukup

8Ibid

(60)

luas, sehingga semua pekerja dapat makan sekaligus atau bergelombang.

Pekerja-pekerja tidak diperbolehkan makan dalam ruangan kerja, sebab di tempat-tempat

itulah biasanya terdapat bahan-bahan beracun atau bahan-bahan yang dapat

membahayakan kesehatan. Perusahaan yang pekerja-pekerjanya dikenai oleh debu

atau bahan-bahan beracun harus disediakan tempat makan yang terpisah kecuali

kalau pekerja lebih menyukai makan di luar perusahaan.

Perusahaan perlu dilengkapi dengan kantin makan, kantin itu harus dibuat,

dirawat, dan dijalankan sesuai dengan peraturan-peraturan untuk kebersihan pada

tempat-tempat makan umum. Dapur, tempat makan, dan alat-alat untuk keperluan

makan harus bersih dan memenuhi syarat-syarat kesehatan. Air minum dan

makanan yang dihidangkan harus bersih dan sehat. Semua pegawai yang melayani

makanan dan minuman harus bebas dari penyakit-penyakit menular dan kesehatan

harus diperiksa pada waktu-waktu tertentu menurut peraturan Departemen

Kesehatan.

3.6.5. Hal-Hal Lain10

10Ibid.

Semua tempat kerja, gang, gudang, tempat istirahat, mesin, alat-alat dan

bahan-bahan harus dirawat dengan baik dari debu, lebihan, serta sisa-sisa yang

dibuang harus dibersihkan pada waktu berkala untuk memelihara keadaan rumah

tangga perusahaan yang baik. Segala sampah pada tempat kerja harus

(61)

kesehatan atau menjadi gangguan. Pengolahan secara basah harus diadakan air

yang benar-benar memadai serta harus pula untuk para pekerja, alas, tikar, atau

tempat berdiri lain yang kering. Sedapat mungkin menyapu dan membersihkan

harus dilakukan sedemikian, sehingga dapat dicegah kontaminasi udara dengan

debu pada waktu-waktu bekerja. Harus diambil pula tindakan-tindakan untuk

membuang air yang telah dipakai yang mungkin mengandung zat-zat yang

berbahaya untuk kesehatan umum. Sanitasi harus membantu usaha-usaha

pemberantasan penyakit menular, maka dari itu di tempat-tempat kerja harus

diikuti pedoman-pedoman sebagai berikut :

1. Harus diambil tindakan sesuai dengan yang ditentukan oleh yang

berwenang untuk memberantas atau mengontrol pemindahan penyakit

menular dalam pengolahan, penyelesaian (pengepakan, pengiriman)

hasil-hasil industri atau sampahnya.

2. Meludah dalam tempat kerja tidak diperbolehkan kecuali dalam tempat

yang bentuk dan rawatannya telah disyahkan oleh yang berwenang.

3. Tindakan efektif harus diambil untuk mencegah kemasukan atau memberi

kesempatan bersarangnya serangga atau binatang-binatang lainnya dalam

Gambar

Gambar 2.1. Struktur Organisasi UD. Putri Juna
Tabel 2.1. Pembagian Tenaga Kerja pada Setiap Stasiun Kerja
Gambar 2.2. Produk Kerupuk Opak
Tabel 2.4. Peralatan Produksi di UD. Putri Juna
+7

Referensi

Dokumen terkait

• Bahwa saksi mengetahui pemohon dan termohon adalah suami istri yang telah menikah sekitar bulan Desember 2006 di Kabupaten Lombok Barat karena saksi turut

Dengan menggunakan modulus dry frame pada persamaan 2.29 dan 2.31, maka kecepatan gelombang berfrekuensi rendah pada batuan yang tersaturasi bisa dihitung karena parameter

Tujuan disusunnya analisis peta mutu pendidikan (capaian Standar Nasional Pendidikan) Provinsi Bali adalah untuk mengetahui gambaran ketercapaian mutu pendidikan Provinsi Bali

Tapteng terdakwa melihat 1 (satu) unit sepeda motor jupiter warna merah sedang terparkir di depan rumah tersebut, sehingga timbul niat terdakwa untuk mengambil

Morfologi sporofit pada resume, yang membuat cara resume kerja dalam membuat prediksi pasaran togel hkg yang anda terlibat dalam pembukaan lowongan pekerjaan penulis surat lamaran

Pengertian jika ada baiknya kamu ingin terhubung dengan resume kerja membuat fresh graduate sukses dalam format pdf linkedin profil lengkap lagi satu ciri cara membuat resume kerja

[r]

 Kematangan mental.. dilihat dari kemampuannya dalam mengendalikan diri Karakteristik Demografis  Gender  Pendidikan  Pengalama n praktek kerja Gender adalah