STUDI PENINGKATAN LINGKUNGAN KERJA YANG
HIGIENIS DI BAGIAN PRODUKSI DENGAN
PENERAPAN 5 S DI UD. PUTRI JUNA
KARYA AKHIR
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan
Oleh DWI LESTARI NIM: 035204007
PROGRAM STUDI TEKNIK MANAJEMEN PABRIK
P R O G R A M D I P L O M A IV
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RINGKASAN
UD.Putri Juna merupakan perusahaan yag bergerak di bidang pembuatan kerupuk opak berbahan baku ubi kayu dan dibagi menjadi beberapa bagian stasiun kerja masih sangat perlu diperhatikan keadaan higienis lingkungannya. Penerapan 5 S menyangkut kegiatan pengorganisasian tempat kerja dan kerumah tanggaan yang sasarannya adalah membangun disiplin pekerja di tempat kerja serta menciptakan lingkungan kerja yang bersih dan rapi
Penerapan Seiri (Ringkas) melakukan pembersihan dengan cara membuang barang yang tidak diperlukan dengan menentukan kriteria rentang waktunya. Lembaran goni, lembaran polybag, lembaran plastik putih tidak digunakan selama 1 bulan sebaiknya dibuang. Tujuannya adalah untuk memudahkan memilah barang-barang yang diperlukan. Diperlukan urutan tugas dalam membuang barang-barang yang tidak diperlukan tersebut. Salah satunya ialah membuat label merah yang akan ditempelkan pada barang-barang yang tidak diperlukan. Tujuannya untuk memperjelas standar barang yang tidak diperlukan dengan yang diperlukan.
Penerapan Seiton (Rapi), barang yang diperlukan ditata dengan membuat denah tempat penyimpanan dan menetapkan posisi penyimpanan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan suatu peralatan dalam waktu singkat (kurang 30 detik).
Penerapan Seiso (Resik), semua debu dan kotoran dihilangkan untuk menjaga tempat kerja selalu bersih. Prosedur pelaksanaan Seiso yaitu menentukan apa yang hendak dibersihkan dan membuat jadwal serta penaggung jawab setiap tempat untuk melakukan pembersihan. Pembersihan harus dilakukan secara benar, diperlukan pendidikan pembersihan seperti fungsi dan struktur peralatan yang akan dibersihkan serta mendalami pengetahuan peralatan tersebut. Sebelum melakukan pembersihan hendaknya mempersiapkan alat-alat kebersihan yang akan digunakan dan bila perlu menata dengan baik peralatan tersebut.
Penerapan Seiketsu (Rawat) melakukan pemeriksaan secara berulang yang bertujuan untuk mendapatkan tempat kerja yang selalu rapi dengan cara membuat daftar periksa untuk tiap bagian seperti peralatan dan lingkungan. Apabila ada 10 jawaban TIDAK maka tindakan selanjutnya mengevaluasi sistem 5 S dari awal lagi. Penerapan Shitsuke (Rajin), sistem ini mengharapkan kegiatan 5 S menjadi suatu kebiasaan dengan cara melakukan pekerjaan secara efisien dan tanpa kesalahan setiap hari.
Penerapan higienis lingkungan di stasiun produksi dengan menentukan objek yang akan dibersihkan dan melaksanakan pembersihan dan penataan peralatan yaitu sediaan mencakup bahan, suku cadang. Perlengkapan seperti mesin, fasilitas, perkakas, meja dan perlengkapan. Ruang yaitu lantai, lorong dan gudang. Sampah dan peralatan yang tidak diperlukan sebaiknya dibersihkan dan dibuang karena dapat menghambat kinerja pekerja, dapat menimbulkan datangnya serangga seperti lalat, nyamuk serta menyebabkan produk kerupuk opak tidak bersih.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan penulisan Karya Akhir ini dengan baik.
Karya Akhir ini berjudul “Studi Peningkatan Lingkungan Kerja Yang
Higienis Di Bagian Produksi Dengan Penerapan 5 S Di UD. Putri Juna. Karya
Akhir ini ditujukan untuk memenuhi persyaratan akademis penyelesaian Program
Teknik Manajemen Pabrik, Program Diploma IV, Fakultas Teknik, Universitas
Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa Karya Akhir ini belum sepenuhnya sempurna
dan masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan Karya Akhir ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semog Karya Akhir ini
bermanfaat bagi pembaca.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENULIS
UCAPAN TERIMAKASIH
Selama penyusunan laporan Karya Akhir ini, penulis banyak mendapatkan
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka kesempatan ini dengan hati
yang tulus penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Ir. Sugih Arto Pujangkoro, MM, selaku Dosen Pembimbing I atas
bimbingan, pengarahan, motivasi, dan masukan yang diberikan dalam
penyelesaian Karya Akhir ini.
2. Ibu Ir. Anizar, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II atas bimbingan,
pengarahan, dorongan, dan masukan yang diberikan dalam penyelesaian
Karya Akhir ini.
3. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT, selaku Ketua Departemen Teknik Industri
yang telah memberikan izin pelaksanaan Karya Akhir ini.
4. Bapak Junaidi, selaku pemilik perusahaan yang telah mengizinkan penulis
untuk melakukan penelitian di UD. Putri Juna, serta banyak memberikan
informasi dan masukan dalam penyelesaian Karya Akhir ini.
5. Seluruh Pekerja di UD. Putri Juna.
6. Ayahanda Suryono dan Ibunda Suwarsih serta saudara/i Suri Indah
Mestika Hati, S.Pd, Putri Handayani, dan Ulya Fityani yang telah
memberikan doa, cinta, kasih sayang, dorongan, motivasi serta dukungan
moral dan material yang tidak ternilai harganya kepada penulis.
7. Kak Dina, Bang Bowo, Pak Tumijo, Kak Ani, atas bantuan dan tenaga
8. Temanku Eli Sabrina yang telah banyak membantu penulis mulai dari
kunjungan pabrik dan penyusunan karya akhir, meminjamkan kameranya
kepada penulis, serta banyak memberikan saran atas penyelesaian karya
akhir ini.
9. Teman-teman seperjuangan, Siti, Yati, Sri, Meli, Dina, Rusdi, Fauzi, Beni,
yang banyak memberikan saran dan bantuan.
Walaupun penulis sudah berupaya semaksimal mungkin, namun penulis
menyadari bahwa ada kemungkinan terdapat kekurangan-kekurangan akibat
kesalahan penulis, untuk itulah penulis mengharapkan berbagai saran dan kritik
yang membangun guna memperbaiki laporan ini, disamping menambah
pengetahuan bagi penulis sendiri.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih, semoga laporan ini
bermanfaat bagi kita semua.
Medan, 11 Juli 2008
Penulis,
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
RINGKASAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... I-1
1.1. Latar Belakang Permasalahan ... I-1
1.2. Perumusan Masalah ... I-3
1.3. Tujuan Penelitian ... I-4
1.4. Manfaat Penelitian ... I-4
1.5. Pembatasan Masalah ... I-5
1.6. Asumsi yang Digunakan ... I-6
1.7. Sistematika Penulisan Karya Akhir ... I-7
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1
2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
2.3. Struktur Organisasi ... II-2
2.3.1. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-5
2.3.2. Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-8
2.3.2.1.Tenaga Kerja ……… II-8
2.3.2.2. Jam Kerja ……… II-9
2.3.3. Sistem Pengupahan ……….. II-10
2.3.4. Produk ... II-11
2.3.5. Spesifikasi Produk ... II-11
2.4. Proses Produksi ... II- 12
2.4.1. Bahan-Bahan yang Digunakan ……….... II-12
2.4.2. Uraian Proses Produksi ………. II-15
2.4.3. Mesin dan Peralatan ………. II-19
BAB III LANDASAN TEORI ... III-1
3.1. Lingkungan Kerja ... III-1
3.2. Higienis Perusahaan ... III-2
3.3. Tujuan Utama Higienis Perusahaan dan Kesehatan Kerja ... III-4
3.4. Perlunya Perundang-Undangan ... III-6
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
3.6. Segi-segi Kebersihan Perusahaan ... III-8
3.6.1. Air Minum ... III-9
3.6.2. Toilet ... III-9
3.6.3. Tempat Cuci dan Ruangan Ganti Pakaian ... III-10
3.6.4. Ruang Makan dan Kantin ... III-10
3.6.5. Hal-hal Lain ... III-11
3.7. Kaizen Jepang ... III-12
3.7.1. Sejarah Kaizen ... III-13
3.7.2. Tiga Aturan Dasar Penerapan Kaizen ... III-15
3.7.2.1. Penataan ... III-15
3.7.2.2. Penghapusan Muda (Pemborosan) ... III-22
3.7.2.3. Standarisasi ... III-23
3.8. Memperkenalkan Program 5 S ... III-25
3.9. Alat Pemecah Masalah Kaizen ... III-27
3.10. Gemba Kaizen ... III-32
3.11. Aktivitas 3 MU (Muda, Mura dan Muri)... III-35
3.11.1. Muda ... III-35
3.11.2. Mura... III-36
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1
4.2. Metode Penelitian ... IV-2
4.3. Atribut yang Diamati... IV-2
4.4. Populasi ... IV-2
4.5. Instrumen Penelitian ... IV-3
4.6. Pengambilan Data ... IV-3
4.7. Prosedur Pengumpulan Data ... IV-4
4.8. Prosedur Pengolahan Data ... IV-5
4.8.1. Penerapan Seiri (Ringkas) ... IV-5
4.8.2. Penerapan Seiton (Rapi) ... IV-6
4.8.3. Penerapan Seiso (Resik) ... IV-7
4.8.4. Penerapan Seiketsu (Rawat) ... IV-8
4.8.5. Penerapan Shitsuke (Rajin) ... IV-8
4.8.6. Penerapan Higienis Lingkungan Lingkungan
di Stasiun Produksi ... IV-9
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1
5.1. Pengumpulan Data ………. V-1
5.1.1. Data Primer ……… V-1
5.1.1.1. Kondisi Lingkungan Kerja di Stasiun
Produksi ………... V-3
5.1.1.2. Gambar Lingkungan Kerja………. V-6
5.1.1.3. Gambar Stasiun Produksi ... V-6
5.2. Pengolahan Data ……… V-7
5.2.1. Penerapan Seiri (Ringkas) ………. V-7
5.2.2. Penerapan Seiton (Rapi) ……… V-12
5.2.3. Penerapan Seiso (Resik) ……… V-14
5.2.4. Penerapan Seiketsu (Rawat) ……….. V-17
5.2.5. Penerapan Shitsuke (Rajin) ………. V-19
5.3. Penerapan Higienis Lingkungan di Stasiun Produksi ... V-20
5.3.1. Menentukan Objek yang Akan Dibersihkan ... V-20
5.3.2. Melaksanakan Pembersihan Lingkungan dan Penataan
Peralatan ... V-20
5.3.3. Mengidentifikasi Faktor-faktor yang Dapat Menyebabkan
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
BAB IV ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ……….. VI-1
6.1. Analisis Penerapan Seiri (Ringkas) ………... VI-1
6.2. Analisis Penerapan Seiton (Rapi) ……… V1-1
6.3. Analisis Penerapan Seiso (Resik) ……… V1-2
6.4. Analisis Penerapan Seiketsu (Rawat) ………. VI-2
6.5. Analisis Penerapan Shitsuke (Rajin) ……… VI-4
6.6. Analisis Higienis Lingkungan ... VI-10
6.7. Saran-saran Perbaikan ... VI-11
VII KESIMPULAN DAN SARAN ……… VII-1
7.1. Kesimpulan ……… VII-1
7.2. Saran ……….. VII-2
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Gambar HALAMAN
Gambar 2.1. Struktur Organisasi UD. Putri Juna ……….. II-5
Gambar 2.2. Produk Kerupuk Opak……….. II-11
Gambar 4.1. Block Diagram Prosedur Penelitian ……… IV-9
Gambar 4.2. Block Diagram Pengolahan Data ………... IV-10
Gambar 5.1 . Sampah di Bagian Produksi ……….. V-3
Gambar 5.2. Keadaan di Stasiun Sortasi ………. V-4
Gambar 5.3. Peralatan yang Tidak Diperlukan ………. V-4
Gambar 5.4. Sampah di Area Bawah dan Samping Mesin ……… V-4
Gambar 5.5. Suku Cadang di Lorong Jalan ……… V-5
Gambar 5.6. Peralatan dan Mesin yang Tidak diperlukan ……….. V-5
Gambar 5.7. Peralatan yang Berserakan di Gudang Produk Jadi ………….. V-5
Gambar 5.8. Kayu Berserakan di Lorong Jalan ……… V-5
Gambar 5.9. Ruangan yang Tidak Terpakai ……….. V-5
Gambar 5.10. Stasiun Perebusan ……….……….. V- 6
Gambar 5.11. Stasiun Sortasi ……….……….... V-6
Gambar 5.12. Gudang Produk Jadi ………..……….. V-6
Gambar 5.13. Denah UD.Putri Juna Saat ini ……….. V- 12
Gambar 5.14. Denah Usulan Tempat Penyimpanan Barang ……….. V-13
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
Tabel 2.1. Pembagian Tenaga Kerja pada Setiap Stasiun Kerja di
UD. Putri Juna... II-9
Tabel 2.2. Jadwal Jam Kerja di UD. Putri Juna ... II-9
Tabel 2.3. Mesin-Mesin Produksi di UD. Putri Juna ……….. II-9
Tabel 2.4. Peralatan Produksi di UD. Putri Juna ……… II-10
Tabel 5.1. Kriteria Pemilihan ... V-8
Tabel 5.2. Label Merah Standar untuk Lembaran Goni ... V-9
Tabel 5.3. Label Merah Standar untuk Lembaran Polybag ... V-9
Tabel 5.4. Label Merah Standar untuk Lembaran Plastik Putih ... V-9
Tabel 5.5. Label Merah Standar untuk Drum Kosong ... V-10
Tabel 5.6. Label Merah Standar untuk Derigen Kosong ... V-10
Tabel 5.7. Label Merah Standar untuk Peralatan Kebersihan ... V-10
Tabel 5.8. Label Merah Standar untuk Perkakas ... V-10
Tabel 5.9. Penelitian Pemakaian Barang/Ruang
Selama 4 Minggu Terakhir ... V-11
Tabel 5.10. Contoh Pelat Penunjuk ……… V-13
Tabel 5.11. Pelat Penunjuk Drum Kosong ………. V-14
Tabel 5.12. Pelat Penunjuk Derigen ……….. V-14
DAFTAR TABEL (Lanjutan)
TABEL HALAMAN
Tabel 5.14. Pelat Penunjuk Goni ………... V-14
Tabel 5.15. Pelat Penunjuk Plastik Putih ………... V-14
Tabel 5.16. Pelat Penunjuk Perkakas ……… V-14
Tabel 5.17. Jadwal dan Penanggung Jawab Setiap Stasiun………... V-16
Tabel 5.18. Daftar Periksa Peralatan dan Lingkungan ... V-18
Tabel 6.1. Kriteria Pemilihan ... VI-1
Tabel 6.2. Label Merah Standar untuk Lembaran Goni ... VI-2
Tabel 6.3. Label Merah Standar untuk Lembaran Polybag ... VI-2
Tabel 6.4. Label Merah Standar untuk Lembaran Plastik Putih ... VI-2
Tabel 6.5. Penelitian Pemakaian Barang/Ruang Selama 4 Minggu
Terakhir ... VI-4
Tabel 6.6. Pelat Penunjuk Drum Kosong ………. VI-6
Tabel 6.7. Pelat Penunjuk Derigen ……….. VI-6
Tabel 6.8. Pelat Penunjuk Polybag ………. VI-6
Tabel 6.9. Pelat Penunjuk Goni ………... VI-6
Tabel 6.10. Pelat Penunjuk Plastik Putih ………... VI-6
Tabel 6.11. Pelat Penunjuk Plastik Putih ………... VI-6
Tabel 6.12. Jadwal dan Penanggung Jawab Setiap Stasiun………... VI-8
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN HALAMAN
Lembar Asistensi ……… L-1
Surat Keputusan ………. L-2
Surat Peninjauan ……… L-3
Form Karya Akhir ………. L-4
Surat Balasan Perusahaan ……….. L-5
RINGKASAN
UD.Putri Juna merupakan perusahaan yag bergerak di bidang pembuatan kerupuk opak berbahan baku ubi kayu dan dibagi menjadi beberapa bagian stasiun kerja masih sangat perlu diperhatikan keadaan higienis lingkungannya. Penerapan 5 S menyangkut kegiatan pengorganisasian tempat kerja dan kerumah tanggaan yang sasarannya adalah membangun disiplin pekerja di tempat kerja serta menciptakan lingkungan kerja yang bersih dan rapi
Penerapan Seiri (Ringkas) melakukan pembersihan dengan cara membuang barang yang tidak diperlukan dengan menentukan kriteria rentang waktunya. Lembaran goni, lembaran polybag, lembaran plastik putih tidak digunakan selama 1 bulan sebaiknya dibuang. Tujuannya adalah untuk memudahkan memilah barang-barang yang diperlukan. Diperlukan urutan tugas dalam membuang barang-barang yang tidak diperlukan tersebut. Salah satunya ialah membuat label merah yang akan ditempelkan pada barang-barang yang tidak diperlukan. Tujuannya untuk memperjelas standar barang yang tidak diperlukan dengan yang diperlukan.
Penerapan Seiton (Rapi), barang yang diperlukan ditata dengan membuat denah tempat penyimpanan dan menetapkan posisi penyimpanan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan suatu peralatan dalam waktu singkat (kurang 30 detik).
Penerapan Seiso (Resik), semua debu dan kotoran dihilangkan untuk menjaga tempat kerja selalu bersih. Prosedur pelaksanaan Seiso yaitu menentukan apa yang hendak dibersihkan dan membuat jadwal serta penaggung jawab setiap tempat untuk melakukan pembersihan. Pembersihan harus dilakukan secara benar, diperlukan pendidikan pembersihan seperti fungsi dan struktur peralatan yang akan dibersihkan serta mendalami pengetahuan peralatan tersebut. Sebelum melakukan pembersihan hendaknya mempersiapkan alat-alat kebersihan yang akan digunakan dan bila perlu menata dengan baik peralatan tersebut.
Penerapan Seiketsu (Rawat) melakukan pemeriksaan secara berulang yang bertujuan untuk mendapatkan tempat kerja yang selalu rapi dengan cara membuat daftar periksa untuk tiap bagian seperti peralatan dan lingkungan. Apabila ada 10 jawaban TIDAK maka tindakan selanjutnya mengevaluasi sistem 5 S dari awal lagi. Penerapan Shitsuke (Rajin), sistem ini mengharapkan kegiatan 5 S menjadi suatu kebiasaan dengan cara melakukan pekerjaan secara efisien dan tanpa kesalahan setiap hari.
Penerapan higienis lingkungan di stasiun produksi dengan menentukan objek yang akan dibersihkan dan melaksanakan pembersihan dan penataan peralatan yaitu sediaan mencakup bahan, suku cadang. Perlengkapan seperti mesin, fasilitas, perkakas, meja dan perlengkapan. Ruang yaitu lantai, lorong dan gudang. Sampah dan peralatan yang tidak diperlukan sebaiknya dibersihkan dan dibuang karena dapat menghambat kinerja pekerja, dapat menimbulkan datangnya serangga seperti lalat, nyamuk serta menyebabkan produk kerupuk opak tidak bersih.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dasar penerapan Kaizen di tempat kerja ada tiga yang salah satunya yaitu
penataan. Penataan atau 5 S adalah singkatan dari Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu,
dan Shitsuke, yang diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia menjadi Ringkas, Rapi,
Resik, Rawat dan Rajin. Pada dasarnya 5 S menyangkut kegiatan
pengorganisasian tempat kerja dan kerumah tanggaan. Sasaran akhir dari
penerapan 5 S adalah membangun disiplin pekerja di tempat kerjanya (Made Sri
Putri Purnamawati, 2006).
Lingkungan kerja termasuk semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat
kerja, yang akan mempengaruhi pekerja, baik secara langsung ataupun tidak.
Setiap pekerjaan akan menimbulkan ketegangan (stress) dan tekanan yang
mempengaruhi keterampilan dan sikap kerja pekerja. Lingkungan kerja yang
nyaman, sehat, dan selamat bagi manusia (human), mesin (machine), dan
lingkungan (environment) dapat meningkatkan produktivitas kerja, meningkatkan
semangat kerja, serta mampu menekan beban kerja. Pekerja dan lingkungan yang
tidak sehat dapat menimbulkan kewaspadaan, kurangnya perhatian terhadap
situasi kerja, timbulnya penyakit maupun terjadinya berbagai kecelakaan kerja.
Pengendalian Lingkungan Pada Perubahan Peleburan Baja Di Sidoarjo
mengungkapkan bahwa Lingkungan kerja yang panas lebih banyak menimbulkan
permasalahan daripada lingkungan kerja yang dingin. Hal ini karena, umumnya
manusia lebih mudah melindungi dirinya dari pengaruh suhu udara yang rendah
daripada suhu udara yang tinggi.
Higienis Perusahaan adalah spesialisasi dalam ilmu higienis beserta
prakteknya yang mengadakan penilaian atas faktor-faktor penyebab penyakit
kwalitatif dan kwantitatif dalam lingkungan kerja perusahaan, yang hasilnya
dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada lingkungan, serta bila perlu
pencegahan, agar pekerja dan masyarakat sekitar suatu perusahaan terhindar dari
bahaya akibat kerja serta memungkinkan mengecap derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya (Suma’mur P.K, 1991). Menurut Badri (2005), Higienis
Persorangan adalah perawatan diri sendiri untuk mempertahankan kesehatan.
Higienis perseorangan lebih banyak dipengaruhi oleh faktor nilai dan praktek
individu. Faktor lain adalah budaya, sosial, keluarga, dan faktor-faktor individual
seperti pengetahuan tentang kesehatan, dan persepsi tentang kebutuhan dan rasa
nyaman perorangan.
UD. Putri Juna merupakan unit dagang yang termasuk dalam Usaha Kecil
Menengah (UKM) yang bergerak dalam bidang industri makanan kecil yang
memproduksi pembuatan kerupuk opak berbahan baku ubi kayu. Di dalam
pembuatan makanan, kebersihan (higienis) selama pembuatan kerupuk opak
sangat diperlukan. Tetapi pada kenyataannya, higienis lingkungan di perusahaan
UD. Putri Juna dibagi menjadi beberapa bagian stasiun masih sangat perlu
diperhatikan keadaan higienis lingkungannya yaitu Pada stasiun perebusan,
pekerja bebas masuk ke dalam bak perebusan ubi dengan menggunakan sandal
yang dipakai untuk kegiatan sehari-hari. Pada stasiun produksi terdapat
ketidaksesuaian penempatan-penempatan fasilitas dan kurang bersihnya
peralatan-peralatan yang dipakai pada proses pembuatan kerupuk opak. Penempatan
peralatan yang tidak diperlukan pada area produksi adalah peletakkan plastik
polybag yang digunakan untuk menjemur kerupuk opak, pihak perusahaan
meletakkan di lantai produksi tanpa adanya tempat khusus peralatan, sehingga
plastik polybag menghalangi pekerja untuk berjalan dan para pekerja
memijak-mijak plastik polybag. Selain itu, karena diletakkan di tempat terbuka maka
plastik penuh debu, dan pada saat dipakai untuk menjemur kerupuk opak, plastik
yang berdebu tidak dibersihkan terlebih dahulu. Hal ini tentu saja sangat jauh dari
higienis lingkungan dan kebersihan dari produk. Pada stasiun sortasi, kerupuk
opak yang sudah kering ditumpuk di lantai, padahal lantai tersebut penuh debu
dan tanah disebabkan karena lantai jarang sekali dibersihkan atau disapu.
1.2. Perumusan Masalah
Masalah adalah kesenjangan (gap) harapan dengan kenyataan, antara yang
diinginkan atau dituju dengan apa yang terjadi/faktanya. Rumusan permasalahan
pada penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan lingkungan kerja yang
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah memberikan
usulan penerapan 5 S di perusahaan terhadap kehigienissan lingkungan pada
bagian produksi.
Sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi penataan fasilitas dan lingkungan yang tidak sesuai.
2. Memberi usulan pentingnya meningkatkan kerja dengan menjaga
kehigienissan dan kerapian di tempat kerja dengan penerapan 5 S yaitu
Seiri (Ringkas), Seiton (Rapi), Seiso (Resik), Seiketsu (Rawat), Shitsuke
(Rajin).
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk memberikan manfaat pada berbagai pihak
yaitu :
a. Pihak Perusahaan
Hasil penelitian ini akan menjadi masukkan yang berharga pada
perusahaan dalam hal :
1. Adanya penerapan 5 S ini sebagai bahan masukan bagi perbaikan
2. Diberlakukannya konsep Higienis lingkungan pada perusahaan
akan menciptakan kesehatan dan kenyamanan kerja.
3. Lingkungan kerja yang higienis akan meningkatkan produktivitas
para pekerja.
b. Bagi Mahasiswa
Memberikan pengalaman menggunakan metode ilmiah dalam pemecahan
masalah nyata di perusahaan.
c. Bagi Pendidikan
Hasil penelitian akan menjadi salah satu sumber informasi yang
diharapkan dapat melengkapi informasi yang telah ada.
1.5. Pembatasan Masalah
Agar penelitian yang dilakukan dapat lebih terarah, diperlukan adanya
pembatasan masalah. Pembatasan masalah pada penelitian adalah :
1. Penelitian terbatas pada usulan penerapan 5 S terhadap kebersihan
lingkungan di bagian produksi dengan penggunaan konsep Kaizen yang
meliputi:
a. Usulan penanggulangan terhadap kebersihan lingkungan di bagian
(Rapi), Seiso (Ringkas), Seiketsu (Rawat), dan Shitsuke (Rajin)
pada perusahaan.
b. Penerapan 5 S terhadap kebersihan lingkungan hanya terbatas pada
bagian produksi yang meliputi keadaan kebersihan lingkungan di
stasiun perebusan, stasiun sortasi dan stasiun gudang produk jadi.
2. Masalah yang ditinjau hanya pada pabrik yang memproduksi opak,
khususnya stasiun produksi.
3. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2008 sampai bulan Juni 2008.
1.6. Asumsi yang Digunakan
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Keadaan lingkungan di stasiun produksi tidak higienis, pekerja tidak
memperhatikan kebersihan lingkungan kerja.
2. Mesin dan peralatan tidak terawat.
1.7. Sistematika Penulisan Karya Akhir
Agar lebih mudah untuk dipahami dan ditelusuri maka sistematika penulisan
karya akhir ini akan disajikan dalam beberapa bab sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Menjelaskan latar belakang permasalahan, perumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan masalah,
asumsi yang digunakan dan sistematika penulisan karya akhir.
BAB II : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Menjelaskan secara singkat dan padat berbagai atribut dari
perusahaan yang menjadi objek penelitian, jenis produk dan
spesifikasinya, bahan baku, proses produksi, mesin dan peralatan
yang digunakan dalam menunjang proses produksi, serta
organisasi dan manajemen.
BAB III : LANDASAN TEORI
Menyajikan dan menampilkan tinjauan kepustakaan yang berisi
teori dan pemikiran yang digunakan sebagai landasan dalam
BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi metodologi yang digunakan untuk mencapai tujuan
penelitian meliputi tahapan-tahapan penelitian dan penjelasan
tiap tahapan secara ringkas disertai diagram alirnya.
BAB V : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Melakukan identifikasi dan pengolahan data yang digunakan
sebagai dasar pada pembahasan masalah.
BAB VI : ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
Menganalisis hasil pengolahan data dan untuk memperoleh
penyelesaian dari masalah yang ada.
BAB VII : KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis pemecahan masalah maka dapat
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan
Gagasan untuk membuka usaha pembuatan kerupuk opak UD. Putri Juna
dimulai dari seorang pengusaha yang meniti karirnya mulai dari seorang pencabut
ubi kayu harian selama setahun, dan berkembang menjadi seorang pemborong ubi
kayu dan menjualnya kepada penampung atau tengkulak ubi kayu. Tahun 1998
akhirnya Pak Juna mewujudkan keinginannya untuk menjadi pemborong ubi dan
memberanikan diri untuk mengajak penampung ubi menjadi mitra kerjanya.
Perusahaan UD. Putri Juna dibangun pada tahun 1999. Perusahaan diberi
nama UD. Putri Juna diambil dari nama pemilik perusahaan yaitu bapak Junaidi
dan anak bungsunya yaitu Putri, sehingga digabung menjadi Putri Juna. UD Putri
Juna berlokasi di Dusun II Bakti, Desa Sukaraya Nomor 5, Tanjung Anom,
Kecamatan Pancur Batu, Deli Serdang. Awal perusahaan hanya mendirikan satu
perusahaan, tetapi seiringnya waktu serta banyaknya permintaan kerupuk opak
maka pihak perusahaan telah membangun tiga perusahaan. Satu perusahaannya
berada persis dibelakang rumahnya, hal ini memudahkan pemilik perusahaan
mudah untuk mengawasinya, sedangkan dua perusahaan lagi berada sekitar 1 km
dari rumahnya. Perusahaan yang diteliti terletak di belakang rumahnya dengan
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha
UD. Putri Juna bergerak dalam bidang pengolahan ubi kayu yang dibuat
menjadi kerupuk opak, yang diproduksi terdiri dari satu jenis yang diberi merek
jaipong. Bahan baku untuk pembuatan kerupuk opak diperoleh dengan membeli
ubi kayu dari para petani melalui supplier yang berasal dari Sukaraya, Tanjung
Anom, Tanah Karo, Lubuk Pakam, Galang, Perbaungan, dan Tebing Tinggi.
Perusahaan juga mendapat pasokan dari kebun yang dimiliki oleh UD. Putri Juna,
kebun ubi kayu ini berguna untuk menjamin tersedianya bahan baku untuk diolah.
Sampai saat ini kebun-kebun ubi kayu yang dimiliki sekitar 10 hektar.
Hasil produksi perusahaan seluruhnya dijual ke daerah-daerah seperti
Medan, Jakarta, Tangerang, Jambi dan Pekan Baru. Pihak perusahaan tidak
bertanggung jawab dalam hal pendistribusian. Pihak perusahaan hanya menjual
kerupuk opak mentah, selanjutnya yang mengelola kerupuk opak menjadi produk
beraneka rasa dilakukan oleh perusahaan lain.
2.3. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi bagi suatu perusahaan mempunyai peranan yang
penting di dalam menentukan dan memperlancar jalannya roda perusahaan.
Pendistribusian tugas, wewenang dan tanggung jawab serta keselarasan hubungan
satu bagian dengan bagian yang lain dapat digambarkan dalam suatu struktrur
organisasi. Diharapkan adanya suatu kejelasan arah dan koordinasi untuk
jelas dari mana perintah itu datang dan kepada siapa harus dipertanggung
jawabkan hasil pekerjaannya.
Organisasi adalah kerja sama antara dua orang atau lebih untuk mencapai
suatu tujuan tertentu dalam suatu usaha yang berpedoman pada kesepakatan dan
tekat yang bulat untuk melandasi setiap usaha kerjasama. Secara umum dapat
disimpulkan bahwa unsur-unsur dasar organisasi adalah adanya dua orang atau
lebih, adanya maksud kerjasama, adanya pengaturan hubungan dan adanya tujuan
yang hendak dicapai. Dirumuskan defenisi yang umum yaitu, organisasi adalah
wadah serta proses kerjasama sejumlah manusia yang terikat dalam hubungan
formal dalam rangkaian suatu tekat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Pada teori organisasi masih berlaku pandapat bahwa semakin berhasil kelompok
pemimpin membina suatu organisasi, semakin menonjol pula hubungan yang
sifatnya informal, meskipun hubungan-hubungan yang sifatnya formal tidak boleh
dihilangkan sama sekali.
Struktur organisasi merupakan gambaran skematis tentang
hubungan-hubungan dan kerjasama diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian yang
menggerakkan organisasi untuk mencapai tujuan. Struktur ditentukan atau
dipengaruhi oleh badan usaha, jenis usaha, besarnya usaha dan sistem produksi
perusahaan tersebut.
Struktur organisasi yang digunakan pada UD. Putri Juna adalah struktur
organisasi yang berbentuk garis. Organisasi garis (line Organizations) adalah
suatu bentuk organisasi dimana kekuasaan dan tanggung jawab diturunkan secara
organisasi seperti ini, tidak seorang bawahan pun yang mempunyai atasan lebih
dari satu orang, jadi kesimpangsiuran perintah yang diterima oleh bawahan sangat
kecil kemungkinannya untuk terjadi. Pada struktur organisasi garis prinsip
kesatuan dalam komando akan terpelihara dengan baik. Atasan hanya memerintah
bawahan tertentu dan bawahan akan memberikan laporan kepada atasan yang
memberikan perintah.
Kebaikan dari struktur organisasi garis (line Organizations) adalah :
− Organisasi ini sederhana sehingga sesuai dipakai untuk perusahaan
kecil.
− Adanya kesatuan komando.
− Setiap pengambilan keputusan dapat dilaksanakan dengan cepat sebab
jumlah orang yang diajak berkonsultasi masih sedikit.
Kekurangan dari struktur organisasi garis (line Organizations) adalah :
− Seluruh organisasi terlalu tergantung pada satu orang, sehingga kalau
orang itu tidak mampu, seluruh organisasi akan terancam hancur.
− Adanya kecenderungan seorang pemimpin bertindak otoriter.
− Kesempatan pekerja untuk berkembang menjadi terbatas.
Chief Operation Officer
Executive Secretary Ka.Marketing Production Sec. Head Engineering Sec.Head
Mandor
PEKERJA
Gambar 2.1. Struktur Organisasi UD. Putri Juna
2.3.1. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab
a. Chief Operation Officer
Chief Operation Officer di UD. Putri Juna merupakan pemilik perusahaan
yang merupakan pimpinan tertinggi dalam perusahaan yang diberikan wewenang
atau kekuasaan melakukan tindakan untuk dan atas perusahaan.
Tugas :
- Pemimpin dan pemegang tertinggi dalam perusahaan.
- Melakukan pengawasan dengan mengadakan pemeriksaan serta penilaian
seluruh kegiatan perusahaan.
Tanggung jawab :
- Memimpin dan mengendalikan semua usaha, kegiatan pekerjaan untuk
mencapai tujuan.
- Menyelenggarakan penelitian pengembangan untuk kepentingan nilai
tumbuh fasilitas perusahaan.
- Memperhatikan, memelihara dan mengawasi kelancaran administrasi,
pengamanan dan pelaksanaan tugas secara seimbang dan berhasil.
- Memelihara dan meningkatkan kemampuan kerja serta memperhatikan
kesejahteraan pekerja.
b. Executive Secretary
Tugas :
- Mencatat hasil rapat (notulen rapat), serta kebutuhan-kebutuhan
perusahaan.
- Menangani tamu-tamu yang datang.
Tanggung jawab :
- Melaksanakan perintah atau tugas yang diberikan oleh pimpinan
perusahaan (Chief Operation Officer).
- Membantu pimpinan dalam memecahkan persoalan perusahaan bila
diperlukan.
c. Ka. Marketing
Tugas :
- Melakukan pengendalian terhadap kegiatan pembelian bahan baku berupa
ubi kayu dari segi kuantitas, kualitas dan administrasi.
- Menentukan sumber penerimaan bahan baku.
- Dapat menolak bahan baku yang tidak sesuai dengan yang disyaratkan.
- Melakukan penjajakan terhadap konsumen dalam rangka pemasaran serta
pembuatan kontrak baru.
- Melakukan perencanaan pemasaran termasuk strategi pemasaran.
- Melakukan negosiasi atas nama perusahaan dengan konsumen.
Tanggung jawab :
- Bertanggung jawab terhadap pemasaran perusahaan.
d. Production Section Head
Tugas :
- Mengatasi setiap kendala yang dihadapi pada proses produksi kerupuk
opak.
- Melaksanakan proses produksi untuk produk kerupuk opak sesuai dengan
jadwal produksi yang ditetapkan.
Tanggung jawab :
- Bertanggung jawab terhadap proses produksi dari bahan baku yang masuk
di bagian penerimaan sampai proses packing dan penyimpanan di gudang.
e. Engineering Section Head
Tugas :
- Mengkoordinir seluruh kegiatan permesinan, listrik, bengkel dan instalasi
- Melakukan pemeriksaan terhadap mesin dan peralatan yang tidak dapat
dipakai serta kondisinya.
Tanggung jawab :
- Bertanggung jawab terhadap operasional.
- Bertanggung jawab terhadap pemeliharaan mesin dan peralatan serta
sumber daya listrik.
f. Mandor
Tugas :
- Mengawasi pekerjaan pekerja.
- Melaporkan kerusakan yang terjadi pada Production Section Head.
- Melatih pekerja baru sesuai dengan bidangnya.
Tanggung jawab :
- Bertanggung jawab pada Production Section Head untuk kelancaran
bagian produksi.
b. Pekerja
- Bertugas dan bertanggung jawab dalam pengerjaan produk mulai dari
bahan baku sampai menjadi produk jadi.
2.3.2. Tenaga Kerja dan Jam Kerja
2.3.2.1. Tenaga Kerja
UD. Putri Juna memiliki tenaga kerja yang terdiri dari pekerja harian dan
pekerja borongan. Pekerja-pekerja tersebut ditempatkan sesuai dengan kebutuhan
Tabel 2.1. Pembagian Tenaga Kerja pada Setiap Stasiun Kerja
Executive Secretary Kantor Wanita 1 Orang
Ka. Marketing Produksi Laki-laki 1 Orang
Production Section Head Produksi Laki-laki 1 Orang
Engineering Section Head Produksi Laki-laki 1 Orang
Mandor Produksi Wanita 1 Orang Pengepressan Wanita 2 Orang Pencetakan Wanita 2 Orang Penjemuran Laki-laki 2 Orang Wanita 1 Orang Sortasi Wanita 1 Orang
Total 27 Orang
2.3.2.2. Jam Kerja
Jam kerja yang berlaku di UD. Putri Juna hanya satu shift kerja untuk
menjalankan pekerjaannya. Perusahaan perlu memelihara ketertiban dan
kedisplinan kerja dengan memuat peraturan kerja yang harus dipatuhi oleh setiap
pekerja. Jam kerja UD. Putri Juna dapat dilihat pada Tabel 2.2. di bawah ini :
Tabel 2.2. Jadwal Jam Kerja di UD. Putri Juna
Pekerja Hari Jam Keterangan
2.3.3. Sistem Pengupahan
Upah adalah suatu penerimaan sebagai sebuah imbalan dari pemberian
kerja kepada penerima kerja untuk pekerjaan atas jasa yang telah dan akan
dilakukan. Upah berfungsi sebagai jaminan kelangsungan kehidupan yang layak
bagi kemanusiaan dan produksi dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang
akan ditetapkan menurut suatu persetujuan.
Gaji adalah upah dasar yang diberikan dari pemberi dari pemberi kerja
kepada penerima kerja dalam ukuran waktu tertentu misalnya ukuran 1 (satu) hari
dan 1 (satu) bulan, dan kadang disebut dengan gaji pokok, yang jumlahnya tetap
dan akan mengalami kenaikan pada periode tertentu sesuai dengan jabatan dan
prestasi pihak penerima.
Sistem pengupahan di UD. Putri Juna terdiri dari dua yaitu sebagai
berikut:
1. Sistem harian
Sistem pengupahan harian dipakai untuk semua pekerja.
2. Sistem borongan
Pembayaran upah dilakukan dua minggu sekali. Besar upah borongan
ini tergantung dari jenis pekerjaan dan kuantitas borongan yang
dikerjakan. Setiap pekerjaan yang diborongkan memiliki satuan harga
2.3.4. Produk
Produk yang dihasilkan terdiri dari satu jenis yaitu kerupuk opak, yang
terbuat dari bahan baku ubi kayu. Kerupuk opak yang dijual pada UD. Putri Juna
dalam bentuk masih mentah, sedangkan yang membuat berbagai aneka rasa
dilakukan oleh perusahaan lain. Kerupuk opak yang dihasilkan oleh UD. Putri
Juna diberi merek Kerupuk Opak Jaipong. Gambar produk kerupuk opak dapat
dilihat pada Gambar 2.2. di bawah ini :
Gambar 2.2. Produk Kerupuk Opak
2.3.5. Spesifikasi Produk
Produk yang dihasilkan adalah kerupuk opak yang berbentuk bulat dengan
diameter 3 cm dan ketebalan ± 1 mm. Kerupuk opak yang dibuat tidak diberi
pewarna dan bahan pengawet juga tidak ditambahkan pemanis/perasa. Kerupuk
opak berwarna putih kekuningan, warna tersebut berasal dari hasil perebusan ubi
kayu pada saat proses produksi serta berasal dari penjemuran yang berasal sinar
matahari, selain itu jenis ubi kayu juga menentukan warna dan rasa atau enaknya
produk kerupuk opak. Jenis ubi yang digunakan di UD. Putri Juna adalah ubi
berwarna kuning, ubi itu dipilih karena rasanya yang pulen untuk berbagai jenis
2.4. Proses Produksi
Pengertian proses adalah cara, metode dan juga teknik bagaimana
sesungguhnya sumber-sumber yang terdiri dari tenaga kerja, mesin, bahan-bahan
dan dana yang ada dirubah untuk memperoleh suatu hasil. Pengertian produksi
adalah kegiatan untuk menciptakan/menambah kegunaan suatu barang atau jasa.
Proses produksi dapat diartikan sebagai cara, metode dan teknik untuk
menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang/jasa dengan menggunakan
sumber-sumber yang ada seperti tenaga kerja, masin, bahan-bahan serta dana.
2.4.1. Bahan-Bahan yang Digunakan
Bahan-bahan yang digunakan pada proses produksi kerupuk opak pada
UD. Putri Juna dapat dikelompokkan atas tiga, yaitu bahan baku, bahan penolong
dan bahan tambahan.
1. Bahan Baku
Bahan baku adalah bahan yang digunakan sebagai bahan utama dalam
proses produksi yang sifat dan bentuknya akan mengalami perubahan yang
langsung ikut dalam proses produksi dan terus sampai bahan jadi. Bahan baku
mempunyai komposisi/persentase yang besar pada produk akhir dibandingkan
dengan bahan-bahan yang lain. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan
kerupuk opak ini adalah sebagai berikut:
- Ubi Kayu
Ubi kayu merupakan salah satu sumber makanan bergizi yang banyak
seperti tepung terigu yang dapat digunakan untuk berbagai jenis makanan, selain
itu untuk sebagian orang ubi digunakan pengganti nasi. Pembuatan kerupuk opak,
ubi kayu digunakan sebagai bahan utama yang komposisinya paling banyak.
Mudahnya mendapatkan ubi kayu, harganya yang murah, rasanya yang enak dan
mudah untuk mengolahnya menjadi berbagai jenis makanan membuat ubi banyak
diminati masyarakat.
Perusahaan membeli bahan baku ubi kayu dengan membeli melalui
supplier dari perkebunan ubi kayu yang berasal dari Sukaraya, Tanjung Anom,
Tanah Karo, Lubuk Pakam, Galang, Perbaungan, dan Tebing Tinggi. Perusahaan
juga mendapat pasokan bahan baku dari perkebunan yang dimiliki oleh UD. Putri
Juna.
2. Bahan Tambahan
Bahan tambahan adalah suatu bahan yang ditambahkan ke dalam proses
pembuatan produk untuk membantu peningkatan mutu produk. Bahan tambahan
yang digunakan yaitu :
a. Goni
Goni digunakan sebagai kemasan yang membungkus langsung kerupuk
opak. Satu goni berisi 50 kg kerupuk opak mentah.
b. Spidol
Spidol digunakan untuk memberikan informasi berisi keterangan berat
c. Tali
Tali terbuat dari bahan plastik yang berguna untuk mengikat produk yang
telah dikemas dalam goni.
3. Bahan Penolong
Bahan Penolong adalah bahan yang ditambahkan ke dalam proses
produksi dengan tujuan membantu memperlancar proses produksi. Bahan ini
bukan bagian dari produk akhir. Bahan penolong yang digunakan yaitu :
a. Air
Air yang digunakan berasal dari sumur yang terdapat di lokasi pabrik.
Beberapa penggunaan air yang berasal dari sumur adalah untuk :
- Keperluan pencucian ubi kayu dalam bak pencucian.
- Keperluan perebusan ubi kayu dalam bak perebusan.
- Campuran minyak yang digunakan pada mesin press dan mesin
pencetak agar adonan yang dibentuk pada mesin tidak lengket.
- Membersihkan mesin dan peralatan.
b. Campuran minyak dan air
Minyak yang digunakan disini adalah minyak goreng yang dicampur
dalam air. Penggunaan campuran minyak dan air digunakan untuk
mengolesi mesin press dan mesin pencetak yang berfungsi agar adonan
pada mesin press dan mesin pencetak pada saat proses produksi tidak
2.4.2. Uraian Proses Produksi
Uraian proses produksi dalam pembuatan kerupuk opak di UD. Putri Juna
adalah sebagai berikut :
1. Proses Penerimaan
Bahan baku ubi kayu yang dibawa ke pabrik diterima di stasiun
penerimaan. Ubi kayu tersebut diperoleh dari dua sumber pasokan yaitu
dari supplier yang telah bekerjasama dengan pihak perusahaan dan dari
kebun milik sendiri. Satu mobil pengangkut ubi kayu berisi 11 ton ubi
kayu, sehingga cukup untuk tiga kali produksi kerupuk opak. Satu kali
proses produksi kerupuk opak diperlukan 3,5 ton ubi kayu.
2. Proses Pengupasan
Proses selanjutnya setelah ubi diturunkan dari mobil dan dibawa ke stasiun
penerimaan yaitu melakukan pengupasan ubi kayu. Ubi kayu dikupas
dengan menggunakan pisau pemotong, kedua ujung ubi terlebih dahulu
dipotong dan kemudian dikupas. Pekerja bagian pengupasan menggunakan
sarung tangan yang berguna untuk melindungi tangan pekerja pada saat
pengupasan. Pengupasan dilakukan pada area yang sama yaitu di stasiun
penerimaan ubi. Pengupasan dilakukan oleh pekerja borongan, sistem
pengupahannya yaitu jumlah ubi yang dikupas dikali dengan harga yang
telah ditentukan oleh perusahaan. Ubi kayu yang sudah dikupas
3. Proses Pencucian
Ubi kayu yang sudah dikupas dibawa ke stasiun pencucian dengan
menggunakan beko. Pencucian dimaksudkan untuk menghilangkan
kotoran-kotoran yang melekat diubi pada saat pengupasan dilakukan.
4. Proses Perebusan
Ubi kayu yang sudah dicuci selanjutnya dipindahkan ke stasiun perebusan
menggunakan sekop. Satu bak perebusan berisi 2,275 ton ubi yang sudah
dikupas kulitnya. Satu kali perebusan ubi kayu memerlukan waktu 5 jam.
Dimulai pada pukul 4.00 Wib dan dibongkar pada pukul 9.00 Wib.
5. Proses Pelumatan
Ubi kayu yang sudah direbus kemudian dipindahkan ke stasiun pelumatan
dengan menggunakan sekop. Ubi kayu yang masih panas dimasukkan ke
dalam mesin pelumat, hal ini dimaksudkan agar ubi mudah dilumatkan,
apabila ubi sudah dingin maka proses pelumatan menjadi lama. Ubi yang
dimasukkan ke mesin pelumat kemudian di tampung ke dalam baskom
yang terbuat dari seng. Baskom tersebut berada di bawah pintu mesin
pelumat.
6. Proses Pengepressan
Proses berikutnya setelah ubi di lumatkan yaitu memindahkan hasil
pelumatan ke stasiun pengepressan. Pengepressan dilakukan dengan
Penekanan dimaksudkan agar ubi yang masuk ke mesin press bisa rata dan
padat sehingga hasil produk cacat dapat diminimalkan. Pada saat
pemasukkan dan penekanan ubi diatas bongkahan ubi diberi tepung agar
ubi tidak lengket. Pada mesin press juga dibalutkan plastik hal
dimaksudkan agar adoanan ubi yang sudah dilumatkan tidak lengket pada
saat proses pengepressan berlangsung. Pada balutan plastik yang ada di
mesin press juga diberikan minyak agar adonan ubi tidak lengket dan
dapat dengan mudah lepas dari mesin press. Hasil pengepressan dilapisi
dengan plastik polybag.
7. Proses Pencetakan
Setelah ubi dipress, maka kegiatan selanjutnya adalah pressan ubi dibawa
ke mesin pencetak. Mesin pencetak juga dilapisi plastik putih dan diberi
minyak serta ditaburi tepung. Hal ini dimaksudkan agar adonan yang akan
dicetak tidak lengket. Pada mesin pencetak inilah akan terbentuk kerupuk
opak yang bulat.
8. Proses Penjemuran
Proses setelah ubi selesai dicetak, maka ubi dibawa ke stasiun penjemuran
dengan menggunakan beko. Penjemuran dilakukan di halaman rumput dan
terkena matahari langsung. Penjemuran dilakukan selama 5-6 jam apabila
sinar matahari sangat panas, tetapi apabila hari mendung atau hujan
9. Proses Peremasan dan Pemisahan (Sortasi)
Kerupuk opak yang sudah selesai dijemur dan kering dibawa ke stasiun
pemisahan. Pengangkutan kerupuk opak dari stasiun penjemuran ke
stasiun pemisahan dilakukan dengan menggunakan beko. Kerupuk opak
yang masih berbentuk lembaran-lembaran dilakukan peremasan agar
kerupuk opak terpisah satu sama lain. Peremasan dan pemisahan kerupuk
dilakukan di meja pengayakan yang berguna untuk memisahkan produk
cacat yang kasar dengan yang halus. Produk cacat yang kasar akan dibuat
kembali menjadi kerupuk opak, sedangkan kerupuk opak yang halus akan
dijual kepada masyarakat dan perusahaan pakan ternak untuk diolah
menjadi makanan hewan ternak.
10.Proses Pengemasan (Packaging)
Proses peremasan dan pemisahan (sortasi) produk yang cacat dan produk
yang bagus telah selesai, maka produk yang bagus dimasukkan ke dalam
goni. Satu goni berisi 50 kg kerupuk opak dan di depan goni tertulis
tulisan 50 kg yang ditulis dengan menggunakan spidol. Kerupuk opak
ditimbang, goni diikat dengan menggunakan tali plastik. Selanjutnya
2.4.3. Mesin dan Peralatan
Mesin-mesin disini maksudnya adalah alat-alat produksi yang digunakan
untuk mengubah/mengolah bahan baku menjadi barang setengah jadi atau
mengubahnya menjadi produk jadi (hasil akhir). Mesin dan peralatan yang
digunakan oleh UD. Putri Juna dapat dilihat pada Tabel 2.3. dan Tabel 2.4. di
Tabel 2.3. Mesin-Mesin Produksi di UD. Putri Juna
NO Mesin Tipe Jumlah Kapasitas Kegunaan
1. Mesin Blower HB-2-30-4 1 Unit - Mengipas angin untuk membantu pembakaran kayu pada
proses perebusan ubi kayu.
2. Mesin Press MP-129-4 1 Unit 175 kg/jam Membentuk adonan tipis dan padat.
3. Mesin Pelumat VGV-126 1 Unit 250 kg/jam Melumatkan ubi kayu.
4. Mesin Pencetak VGV-128 1 Unit 250 kg/jam Membentuk/mencetak adonan berbentuk kerupuk opak.
II
Tabel 2.4. Peralatan Produksi di UD. Putri Juna
NO Peralatan Jumlah Kegunaan
1. Meja Kerja 1 buah Berguna sebagai penampung atau tempat produk setelah dibentuk adonan pada
mesin press dan setelah dicetak pada mesin pencetak.
2. Meja Pengayakan 1 buah Menampung produk jadi setelah penjemuran dan untuk memisahkan produk cacat
yang kasar dengan yang halus.
3. Plastik Polybag 150 lembar Alas penjemuran kerupuk opak
4. Plastik Putih 3 lembar Pelapis pada mesin pencetak agar adonan ubi tidak lengket pada mesin
pencetakan.
5. Goni 120 lembar Sebagai wadah ubi kayu setelah dikupas dan pembungkus kerupuk opak serta
sebagai penampung sampah.
6. Beko 3 unit Membawa kerupuk opak ketempat penjemuran, dan dari penjemuran ke gudang
7. Sekop 2 buah Memindahkan ubi dari bak pencucian ke dalam bak perebusan
II
Tabel 2.4. Peralatan Produksi di UD. Putri Juna (Lanjutan)
NO Peralatan Jumlah Kegunaan
8. Cangkul 1 buah Memindahkan ubi kayu yang sudah direbus ke dalam mesin pelumat
9. Pisau Pemotong 20 buah Mengupas dan memotong ubi kayu pada stasiun perebusan
10. Baskom I buah Menampung ubi dari mesin pelumat
11. Timbangan 1 buah Menimbang ubi dan kerupuk opak
II
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja akan mempengaruhi tenaga kerja baik secara langsung
maupun tidak langsung. Lingkungan kerja meliputi tata letak peralatan
pendukung, pencahayaan, kebisingan, getaran, suhu, dan kelembaban ruang kerja,
sirkulasi udara, debu serta bau-bauan karena adanya faktor kimia. Lingkungan
kerja termasuk semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja, yang akan
mempengaruhi pekerja, baik secara langsung ataupun tidak. Setiap pekerjaan akan
menimbulkan ketegangan (stress) dan tekanan yang mempengaruhi keterampilan
dan sikap kerja pekerja. Lingkungan kerja yang nyaman, sehat, dan selamat bagi
manusia (human), mesin (machine), dan lingkungan (environment) dapat
meningkatkan produktivitas kerja, meningkatkan semangat kerja, serta mampu
menekan beban kerja. Pekerja dan lingkungan yang tidak sehat dapat
menimbulkan kewaspadaan, kurangnya perhatian terhadap situasi kerja,
timbulnya penyakit maupun terjadinya berbagai kecelakaan kerja. Faktor yang
menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja
umumnya dapat digolongkan kedalam faktor fisik, faktor kimia, biologis,
ergonomi dan psikologi.
Lingkungan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia.
Unsur-unsur yang ada dalam lingkungan baik berupa tanah, air, udara, maupun
satu dengan lainnya. Apabila salah satu dari unsur tersebut terganggu fungsinya
maka akan mempengaruhi yang lainnya. Manusia sebagai pengguna sumber daya
alam terbesar dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup harus memperhitungkan
ketersediaan sumber daya alam tersebut demi kelangsungan hidup generasi
berikutnya. Ardyanto, (2001) dalam penelitiannya yang berjudul Potret Iklim Dan
Upaya Pengendalian Lingkungan Pada Perubahan Peleburan Baja Di Sidoarjo
mengungkapkan bahwa Lingkungan kerja yang panas lebih banyak menimbulkan
permasalahan daripada lingkungan kerja yang dingin. Hal ini karena, umumnya
manusia lebih mudah melindungi dirinya dari pengaruh suhu udara yang rendah
daripada suhu udara yang tinggi.
3.2. Higienis Perusahaan 1
Higienis Perusahaan adalah spesialisasi dalam ilmu higienis beserta
prakteknya yang mengadakan penilaian atas faktor-faktor penyebab penyakit
kwalitatif dan kwantitatif dalam lingkungan kerja perusahaan, yang hasilnya
dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada lingkungan, serta bila perlu
pencegahan, agar pekerja dan masyarakat sekitar suatu perusahaan terhindar dari
bahaya akibat kerja serta memungkinkan mengecap derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya. Sifat-sifat Higienis perusahaan meliputi sasaran yaitu
lingkungan kerja dan bersifat tehnik. Menurut Badri (2005), Higienis Persorangan
1
adalah perawatan diri sendiri untuk mempertahankan kesehatan. Higienis
perseorangan lebih banyak dipengaruhi oleh faktor nilai dan praktek individu.
Faktor lain adalah budaya, sosial, keluarga, dan faktor-faktor individual seperti
pengetahuan tentang kesehatan, dan persepsi tentang kebutuhan dan rasa nyaman
perorangan.
Kesehatan Kerja adalah spesialisasi dalam Ilmu Kesehatan/kedokteran
beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/masyarakat pekerja memperoleh
derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, atau mental, maupun sosial,
dengan usaha-usaha preventif dan kuantitatif terhadap
penyakit-penyakit/gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan
dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum. Sifat-sifat
Kesehatan kerja meliputi sasarannya yaitu manusia dan bersifat medis.
Penggabungan kedua istilah Higienis Perusahaan dan Kesehatan Kerja
dalam satu kesatuan berarti penampungan dua dicipline medis dan tehnik secara
serasi, sehingga terbukalah kemungkinan sebesar-besarnya, bahwa kedua
golongan menurut keahlian yang sangat berlainan itu bercampur dan bekerja sama
untuk kesempurnaan penyelenggaraan. Higienis Perusahaan dan Kesehatan Kerja,
sebagai suatu istilah yang memiliki satu kesatuan pengertian, adalah terjemahan
resmi dari Occupational Health, yang cenderung diartikan sebagai lapangan
kesehatan yang mengurusi problematik kesehatan secara menyeluruh untuk
tenaga kerja. Menyeluruh berarti usaha-usaha kuratif, preventif, penyesuaian
faktor manusia terhadap pekerjaannya dan higienis. Istilah higienis Perusahaan
perundang-undangan, dalam Undang-undang Nomor 14 tahun 1969 tentang
Ketentuan-ketentuan pokok mengenai tenaga Kerja (pasal 9 dan 10). Dimaksud
dengan Higienis Perusahaan dan Kesehatan Kerja dalam undang-undang tersebut,
sebagaimana dinyatakan dalam penjelasannya, adalah lapangan kesehatan yang
ditujukan kepada pemeliharaan dan mempertinggi derajat kesehatan tenaga kerja,
dilakukan dengan mengatur dengan pemberian pengobatan, perawatan tenaga
kerja yang sakit, mengatur persediaan tempat, cara-cara dan syarat yang
memenuhi norma-norma Higienis Perusahaan dan Kesehatan Kerja untuk
mencegah penyakit, baik sebagai akibat pekerjaan, maupun penyakit umum serta
menetapkan syarat-syarat kesehatan bagi perumahan tenaga kerja.
3.3. Tujuan Utama Higienis Perusahaan dan Kesehatan Kerja 2
1. Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang
setinggi-tingginya, baik buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, atau
pekerja-pekerja bebas, dengan demikian dimaksudkan untuk kesejahteraan tenaga
kerja.
Tujuan Higienis Perusahaan dan Kesehatan Kerja ada dua hal yaitu :
2. Sebagai alat untuk meningkatkan produksi, yang berlandaskan kepada
meningginya effisiensi dan daya produktivitas faktor manusia dalam
produksi, Oleh karena tujuan tersebut selalu sesuai dengan maksud dan
2
tujuan pembangunan di dalam suatu Negara, maka Higienis Perusahaan
dan Kesehatan Kerja selalu harus diikut sertakan dalam pembangunan
tersebut.
Tujuan umum di atas dapat diperinci lebih lanjut sebagai berikut :
pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-kecelakaan
akibat kerja, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja,
perawatan dan mempertinggi effisiensi dan daya produktivitas tenaga manusia,
pemberantasan kelelahan kerja dan penglipat gandaan semangat kerja,
perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar terhindar dari
bahaya-bahaya pengotoran oleh bahan-bahan dari perusahaan yang bersangkutan,
dan perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan
oleh produk-produk industri.
Tujuan utama dari Higienis Perusahaan dan Kesehatan Kerja adalah
menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan demikian mungkin
dicapai karena terdapatnya korelasi diantara derajat kesehatan yang tinggi dengan
produktivitas kerja atau perusahaan, yang didasarkan kenyataan-kenyataan
sebagai berikut :
1. Untuk effisiensi kerja yang optimal dan sebaik-baiknya, pekerjaan harus
dilakukan dengan cara dan dalam lingkungan kerja yang memenuhi
syarat-syarat kesehatan. Lingkungan dan cara dimaksud meliputi diantaranya
tekanan panas, penerangan di tempat kerja, debu di udara ruang kerja,
Cara dan lingkungan tersebut perlu disesuaikan pula dengan tingkat
kesehatan dan keadaan gizi tenaga kerja yang bersangkutan.
2. Biaya dari kecelakaan dari penyakit-penyakit akibat kerja, serta penyakit
umum yang meningkat jumlahnya karena pengaruh yang memburukkan
keadaan oleh bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh pekerjaan adalah
sangat mahal dibandingkan dengan biaya untuk pencegahannya.
Biaya-biaya kuratif yang mahal meliputi pengobatan, perawatan rumah sakit,
rehabilitasi, abseintisme, kerusakan mesin, peralatan dan bahan oleh
karena kecelakaan, terganggunya pekerjaan, dan cacat yang menetap.
3.4. Perlunya Perundang-Undangan 3
Adanya Undang-undang dan Peraturan-peraturan Pemerintah lainnya
dalam praktek Higienis Perusahaan dan Kesehatan Kerja adalah keperluan yang
tidak bisa ditawar-tawar lagi. Atas kekuatan Undang-undanglah pejabat-pejabat
Departemen Tenaga Kerja Transkop atau Departemen Kesehatan dapat
melakukan inspeksi dan memaksakan segala sesuatunya yang diatur oleh
Undang-Undang atau Peraturan-Peraturan itu kepada perusahaan-perusahaan. Apabila
nasehat-nasehat atau peringatan-peringatan tidak dihiraukan, maka atas kekuatan
Undang-Undang pula dipaksakan sanksi-sanki menurut Undang-Undang pula.
3
Undang-Undang Nomor 14 tahun 1969 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Mengenai Tenaga Kerja, yang memuat ketentuan-ketentuan pokok tentang tenaga
kerja, mengatur higienis perusahaan dan kesehatan kerja sebagai berikut :
1. Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan,
kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moral kerja serta perlakukan yang
sesuai dengan martabat manusia dan moral agama (pasal 9).
2. Pemerintah membina perlindungan kerja yang mencakup :
a. Norma kesehatan kerja dan higienis perusahaan.
b. Norma keselamatan kerja.
c. Norma kerja.
d. Pemberian ganti kerugian, perawatan dan rehabilitasi dalam hal
kecelakaan kerja.
3.5. Manfaat Kebersihan dalam Perusahaan 4
Kebersihan sangatlah bermanfaat untuk perusahaan, sebab dengan
usaha-usaha kebersihan, kecelakaan-kecelakaan dan penyakit-penyakit akibat kerja
sebagian besar dapat dicegah. Contohnya adalah dermotosis akibat kerja, penyakit
4
akibat kerja ini pasti hilang, apabila pekerjaan, para pekerja, dan lingkungan
kerjanya bersih. Kebersihan dalam industri-industri mengandung pula arti lain,
yaitu adanya fakta bahwa tingkat kebersihan sesuatu perusahaan sangat
tergantung dari kepandaian perusahaan itu menggunakan bahan-bahan. Sampah
industri merupakan pembuangan atau pemborosan bahan-bahan. Makin effisien
pemakaian bahan, makin sedikit sampah. Bahkan di negara-negara yang
industrinya sangat maju, sampah industri harus dapat dimanfaatkan sebagai suatu
produk berguna. Setiap penggunaan bahan baku yang hemat akan menyebabkan
kenaikan produksi, selain itu untuk masyarakat kota, kebersihan dalam
perusahaan-perusahaan akan sangat membantu usaha-usaha kebersihan kotanya.
3.6. Segi-Segi Kebersihan Perusahaan 5
5
Ibid. pp. 221-222
Kebersihan perusahaan meliputi kebersihan luar dan dalam gedung. Luar
gedung terutama halaman-halamam dan jalanan, dalam gedung meliputi lantai,
dinding, serta mesin-mesin dan alat-alat untuk bekerja, gudang-gudang untuk
menimbun bahan baku. Lebih terperinci lagi, segi-segi kebersihan perusahaan
meliputi persediaan air yang baik, sesuai dengan syarat-syarat kegunaannya, yaitu
air minum untuk mandi, untuk proses produksi, untuk mengalirkan
kotoran-kotoran atau sampah-sampah dari industri, keadaan toilet yang baik, pembuangan
dan halaman yang tidak menyebabkan kecelakaan-kecelakaan,
kebakaran-kebakaran, dan ledakan-ledakaan, keadaan yang tidak menimbulkan berkumpul
atau bersarangnya nyamuk dan lalat adanya kantin yang bersih dan sehat.
3.6.1. Air Minum 6
3.6.2. Toilet
Semua tempat kerja harus disediakan cukup air bersih yang sumber dan
cara pengalirannya disyahkan oleh instansi yang ditunjuk untuk mengesyahkan.
Tempat minum harus disediakan untuk pekerja-pekerja menurut bentuk yang telah
ditentukan oleh yang berwenang dalam perbandingan sebuah untuk tiap-tiap 100
pekerja. Wadah air minum yang dipakai harus tertutup rapat, harus diberi tanda
yang nyata, dan tidaklah diperbolehkan memakai gelas yang sama. Air yang tidak
baik untuk diminum harus diberi tanda yang nyata.
7
Tiap-tiap tempat kerja harus menyediakan kakus/toilet yang mematuhi
syarat-syarat kesehatan dan harus terpisah untuk pekerja wanita dan pria. Letak
toilet harus mudah tercapai dan toilet untuk wanita tidak boleh berhubungan
langsung dengan tempat pria. Perbandingan jumlah toilet dan pekerja adalah 1
kakus untuk 1 sampai dengan 24 pekerja, 2 toilet untuk 25 sampai dengan 50
pekerka, 3 toilet untuk 51 sampai dengan 100 pekerja. Tiap kakus harus ada
6 Ibid.
persediaan air yang cukup, dan bila perlu juga kertas. Toilet untuk pekerja-pekerja
wanita harus tertutup rapat.
3.6.3. Tempat Cuci dan Ruangan Ganti Pakaian 8
3.6.4. Ruangan Makan dan Kantin
Tiap-tiap tempat kerja harus menyediakan tempat cuci dalam
perbandingan 1 tempat cuci untuk 25 pekerja dan satu untuk tiap tambahan 15
pekerja kalau jumlah pekerja lebih dari 100. Tiap-tiap tempat cuci harus
disediakan handuk yang bersih, kalau pekerja dalam pekerjaan terkena paparan
panasyang tinggi atau kulitnya dikenai bahan-bahan beracun yang merangsang
kulit. Tiap-tiap tempat cuci harus disediakan tempat untuk pembuangan kotoran.
Harus disediakan ruangan pakaian jika ada pengolahan yang menimbulkan debu,
kotoran, panas tinggi, asap, uap, embun dan lain-lain, yang mungkin merusak
kesehatan atau kesenangan bekerja. Ruangan tempat cuci dan ganti pakaian untuk
pria dan wanita harus terpisah, dan selain itu untuk wanita harus terpisah pula dari
ruangan kerja pria. Harus disediakan tempat-tempat pakaian terpisah dari tempat
kerja, apabila pakaian bekas kerja memungkinkan menjangkitkan penyakit atau
merangsang kulit.
9
Apabila waktu bekerja menghendaki bahwa pekerja harus makan siang
dalam lingkungan pekerjaan, maka harus disediakan ruang makan yang cukup
8Ibid
luas, sehingga semua pekerja dapat makan sekaligus atau bergelombang.
Pekerja-pekerja tidak diperbolehkan makan dalam ruangan kerja, sebab di tempat-tempat
itulah biasanya terdapat bahan-bahan beracun atau bahan-bahan yang dapat
membahayakan kesehatan. Perusahaan yang pekerja-pekerjanya dikenai oleh debu
atau bahan-bahan beracun harus disediakan tempat makan yang terpisah kecuali
kalau pekerja lebih menyukai makan di luar perusahaan.
Perusahaan perlu dilengkapi dengan kantin makan, kantin itu harus dibuat,
dirawat, dan dijalankan sesuai dengan peraturan-peraturan untuk kebersihan pada
tempat-tempat makan umum. Dapur, tempat makan, dan alat-alat untuk keperluan
makan harus bersih dan memenuhi syarat-syarat kesehatan. Air minum dan
makanan yang dihidangkan harus bersih dan sehat. Semua pegawai yang melayani
makanan dan minuman harus bebas dari penyakit-penyakit menular dan kesehatan
harus diperiksa pada waktu-waktu tertentu menurut peraturan Departemen
Kesehatan.
3.6.5. Hal-Hal Lain10
10Ibid.
Semua tempat kerja, gang, gudang, tempat istirahat, mesin, alat-alat dan
bahan-bahan harus dirawat dengan baik dari debu, lebihan, serta sisa-sisa yang
dibuang harus dibersihkan pada waktu berkala untuk memelihara keadaan rumah
tangga perusahaan yang baik. Segala sampah pada tempat kerja harus
kesehatan atau menjadi gangguan. Pengolahan secara basah harus diadakan air
yang benar-benar memadai serta harus pula untuk para pekerja, alas, tikar, atau
tempat berdiri lain yang kering. Sedapat mungkin menyapu dan membersihkan
harus dilakukan sedemikian, sehingga dapat dicegah kontaminasi udara dengan
debu pada waktu-waktu bekerja. Harus diambil pula tindakan-tindakan untuk
membuang air yang telah dipakai yang mungkin mengandung zat-zat yang
berbahaya untuk kesehatan umum. Sanitasi harus membantu usaha-usaha
pemberantasan penyakit menular, maka dari itu di tempat-tempat kerja harus
diikuti pedoman-pedoman sebagai berikut :
1. Harus diambil tindakan sesuai dengan yang ditentukan oleh yang
berwenang untuk memberantas atau mengontrol pemindahan penyakit
menular dalam pengolahan, penyelesaian (pengepakan, pengiriman)
hasil-hasil industri atau sampahnya.
2. Meludah dalam tempat kerja tidak diperbolehkan kecuali dalam tempat
yang bentuk dan rawatannya telah disyahkan oleh yang berwenang.
3. Tindakan efektif harus diambil untuk mencegah kemasukan atau memberi
kesempatan bersarangnya serangga atau binatang-binatang lainnya dalam