• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Perubahan Kepribadian Pasca-stroke dengan Ansietas dan Depresi pada Pengasuh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan antara Perubahan Kepribadian Pasca-stroke dengan Ansietas dan Depresi pada Pengasuh"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan antara Perubahan Kepribadian Pasca-stroke

dengan Ansietas dan Depresi pada Pengasuh

Benny M. Silaen, Aldy S. Rambe, dan Darulkutni Nasution Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran USU

ifikan (p< 0,05, uji T) kecuali: worthless dan tidy appearance. Terdapat hubungan yang bermakna antara perubahan kepribadian dan depresi dan ansietas pada pengasuh dan pasien (p < 0,05, disabilitas (p < 0,05) dan klasifikasi stroke (p<0,001).

Kesimpulan: Umumnya pengasuh merasakan perubahan kepribadian pada pasien stroke. Hal ini berhubungan dengan gangguan emosional pada pengasuh, disabilitas dan klasifikasi stroke.

Kata kunci:perubahan kepribadian – gangguan emosional – pengasuh

Abstract: Background: Personality change is a frequent and lasting complaint voiced by caregivers of stroke patients. The aim of this study is to assess relationship between changes in personality after stroke with depression and anxiety in caregivers.

Methods: A consecutive series of patients was recruited from outpatients at Haji Adam Malik Hospital Medan with stroke. A questionnaire was administered to the caregivers at least three months after stroke to determine their perception of patient’s pre-stroke and post-stroke personality. Personality changes was identified by changes in ratings, and associations between personality changes and the following variables were explored: emotional disorders in caregiver and patients (measured using the hospital anxiety and depression scale), stroke classification (Oxford community stroke classification) and residual disability (Barthel index and Nottingham extended activities of daily living scale).

Results: Caregivers of 35 stroke patients were examined. Almost all of the character of personality after stroke changed significantly (p<0.05, t-test of difference) except: worthless and tidy appearance. There were significant correlations between personality change and both depression and anxiety in caregiver and patient (p<0.05), residual disability (p<0.05) and stroke classification (p<0.001).

Conclusion: Caregivers commonly perceived personality change in stroke patients. This is associated with emotional distress in caregiver, residual disability and stroke classification.

Keywords: stroke – personality change – emotional disorders - caregiver

PENDAHULUAN

Stroke merupakan penyebab kematian terbanyak ketiga dan penyebab kecacatan pada orang dewasa di Amerika Serikat.

(2)

bertahan hidup kembali ke komunitas, utama yang harus ditangani segera, tepat dan cermat.2

Perubahan kepribadian merupakan salah satu dari keluhan yang sering disampaikan oleh pengasuh setelah sahabat atau keluarga

Kotila et al tahun 1998 di Finlandia meneliti insiden dan keparahan depresi saat 3 dan 12 bulan setelah stroke pada pasien dan pengasuhnya. Mereka mendapatkan bahwa faktor resiko untuk depresi setelah 3 bulan adalah jenis kelamin wanita, keparahan saat

onset stroke. Tingkat disabilitas yang parah juga berhubungan dengan depresi pada pengasuh.5

Anderson et al tahun 1995 di Australia meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan emosional pada pengasuh 1 tahun pasca stroke dengan menggunakan

Social Behaviour Assessment Schedule

(SBAS). Mereka melaporkan suatu rentang perilaku abnormal berupa withdrawl (menarik diri), irritability (cepat marah), odd ideas (ide-ide aneh), unpredictability (tidak berpendirian),

rudeness (kasar) dan odd behaviour (perilaku aneh).6

Pasien dengan stroke sering menjadi mudah terangsang, impulsif dan marah atau agresif terhadap orang lain. Kim et al tahun 2002 meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan

inability to control anger or aggression (ICAA) pasca stroke dan melaporkan bahwa ICAA berhubungan erat dengan disfungsi motorik, disartria, keadaan emosi, dan lesi yang mengenai area frontal-lenticulocapsular-pontin.7 Rasa sedih lebih sering berhubungan dengan lesi hemisfer kiri daripada hemisfer kanan. Pentingnya studi post-stroke depresi (PSD) adalah kaitan yang erat antara PSD dan

(3)

Hackett et al tahun 2006 di New Zealand meneliti prediktor mood pasca stroke dengan menggunakan General Mood Questionnaire

(GHQ-28) dan mendapatkan disabilitas dan riwayat depresi sebagai prediktor gangguan

mood.10

Dennis et al tahun 1998 di Scotlandia

meneliti outcome emosional stroke pada pengasuh. Gangguan emosional yang berat pasien pria lebih ansietas dan depresi daripada pengasuh pria. Pengasuh yang lebih tua lebih depresi daripada yang lebih muda.11

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: karakteristik perubahan kepribadian sebagaimana digambarkan oleh pengasuh, dan menguji hipotesis bahwa terdapat hubungan antara perubahan kepribadian pasca stroke yang dirasakan oleh pengasuh dengan ansietas dan depresi pada pengasuh, untuk mengetahui hubungan antara perubahan kepribadian pasca stroke dengan disabilitas, klasifikasi stroke dan gambaran lesi stroke pada

computed tomography (CT) sken kepala. yaitu pasien rawat jalan dan pengasuhnya di Poliklinik Stroke RSUP. H. Adam Malik stroke adalah: pasien yang berobat jalan di Poliklinik Stroke RSUP. H. Adam Malik Medan memberikan persetujuan untuk diikutsertakan dalam penelitian ini, penderita yang koperatif dan telah menderita stroke ≥ 3 bulan. Sedangkan penderita dengan gangguan kesadaran, gangguan pendengaran, afasia,

gangguan penglihatan, gangguan gerakan pada kedua tangan, penderita yang tidak dapat berbahasa Indonesia, stroke yang tidak yang terdiri dari item yang biasa digunakan untuk mengamati perubahan kepribadian pasca trauma kepala. Kuisioner terdiri dari 30 item pertanyaan di mana pengasuh menggambarkan menjawab: “sangat tidak setuju”, “tidak setuju”, “tidak ada pendapat”, “setuju,” dan “sangat dengan menggunakan Barthel Index dan

Nottingham extended activity of daily living

(4)

item yang dinilai sebagai karakteristik kepribadian yang negatif. Kemudian didapatkan skor perubahan kepribadian secara keseluruhan dengan merata-ratakan 30 item perubahan skor.

Analisa data dilakukan dalam 2 tahap. Pertama, dideskripsikan perubahan kepribadian menurut pengasuh pre-stroke dan pasca-stroke, dinyatakan dalam skor rerata dan

confidence interval (CI) 95%. Perbedaan kemaknaaan statistik pre- dan pasca stroke dinilai dengan menggunakan Uji T-berpasangan. Kedua, untuk melihat hubungan antara gangguan disabilitas pada pengasuh dan pasien, derajat disabilitas (Barthel Index, Nottingham EADL), klasifikasi stroke dengan skor perubahan kepribadian secara keseluruhan digunakan simple linear regression untuk masing-masing variabel.

HASIL

Karakteristik Pasien dan Pengasuh

Terdapat 35 pasang pasien dan pengasuh yang memenuhi kriteria untuk dianalisa.

Karakteristik demografi dan klinis pada pasien dan pengasuh diperlihatkan pada Tabel 1.

Perubahan Kepribadian

Pada Tabel 2, item kepribadian dikelompokkan menurut persepsi pengasuh, apakah sama, lebih, atau berkurang setelah stroke. Tabel ini menekankan bahwa jika perubahan kepribadian biasanya dirasakan negatif, sebagian pengasuh melaporkan dampak yang positif setelah stroke.

Gambar 1 dan 2 memperlihatkan persepsi pengasuh terhadap kepribadian pasien sebelum dan setelah stroke, disusun berdasarkan besarnya perubahan kepribadian yang dirasakan. Agar lebih jelas, perubahan kepribadian dipisahkan antara karakteristik kepribadian yang positif dan negatif. Pada hampir seluruh karakteristik kepribadian terdapat perbedaan yang signifikan antara “sebelum” dan “sesudah” stroke, dan ditunjukkan dengan tanda * pada gambar.

Tabel 1.

Karakteristik demografis dan klinis pada pasien dan pengasuh

Pasien (N=35) Pengasuh (N=35) Usia (Mean/SD) 58,37 (9,7) 45,11 (11,83) Jenis kelamin pria (%) 30 (85,7) 7 (20) Pendidikan1

SD 4 8

SLTP 7 12

SLTA 13 13

Diploma 4 2

Sarjana 7 -

Pekerjaan Pegawai negeri 5

Wiraswasta 11

Pensiunan 4

Lain-lain 15

Pernikahan Menikah 32 28

Tidak menikah - 7

Janda 3 -

Lama stroke (Mean/SD) bulan 34,26 (32,23) Barthel Index (Mean/SD) 50 (12,6) Nottingham EADL (Mean/SD) 11,03 (2,96) HAD scale 12,0 (3,6) 12,77 (2,61) Klasifikasi stroke (OSCP) LACS 22

PACS 7

POCS 3

TACS 3

CT-sken kepala Tidak tampak infark 12

Cerebral Infark 19

Cerebral Hemorhage 4

(5)

Tabel 2.

Perubahan kepribadian menurut pengasuh apakah perubahannya lebih, sama atau kurang untuk masing-masing item

Lebih Sama Kurang Karakteristik kepribadian yang “positif”

Patient 2 4 19

Capable 0 15 20

Active 0 21 14

In control 4 11 20

Independent 0 15 20

Energetic 1 13 21

Confident 2 14 19

Easy going 2 19 14

Stable 0 20 15

Normal 0 19 16

Enthusiastic 3 19 13

Hopeful 2 25 8

Cooperative 2 22 11

Caring 6 22 7

Attractive 1 28 6

Down to earth 2 27 6

Friendly 0 26 9

Tidy appearance 0 31 4

Karakteristik kepribadian yang “negatif” Bored 26 8 1

Unhappy 27 5 3

Worried 27 6 2

Frustrated 26 7 2

Dissatisfied 25 8 2

Irritable 20 13 2

Unreasonable 21 12 2

Quick tempered 21 13 2

Aggressive 8 19 8

Withdrawn 17 18 0

Useless 10 22 3

Worthless 9 24 2 Keterangan: Nilai menunjukkan jumlah pasien

Hubungan antara Perubahan Kepribadian dengan Variabel Lain

Gangguan Emosional pada Pengasuh

Skor rata-rata perubahan kepribadian secara menyeluruh digunakan pada analisa ini. Perubahan kepribadian yang dirasakan pengasuh berhubungan dengan total HAD skor pengasuh. (Pearson correlation coefficient = 0,506 ; p = 0,002).

Gangguan Emosional pada Pasien

Terdapat hubungan antara perubahan kepribadian dengan total HAD skor pasien. (Pearson correlation coefficient = 0,576 ; p = 0,0001)

Lama Menderita Stroke

Tidak terdapat hubungan antara perubahan kepribadian dengan lama menderita stroke. (Person correlation coefficient = -0,019; p = 0,914).

Disabilitas Residual, Klasifikasi Stroke

Terdapat hubungan antara perubahan kepribadian dan disabilitas residual yang diukur dengan Nottingham EADL scale (Pearson correlation coefficient = -0,466; p = 0,005) dan Barthel Index (Pearson correlation coefficient = -0,460 ; p = 0,005).

Tidak terdapat hubungan antara perubahan kepribadian dengan klasifikasi stroke (OSCP) (Spearman correlation coefficient = -0,215, p = 0,215) dengan urutan dari yang berat hingga ringan: total anterior circulation stroke (TACS), posterior circulation stroke (POCS), partial anterior circulation stroke (PACS) dan lacunar stroke (LACS).

DISKUSI

(6)

bahagia, rasa tidak puas, tidak bahagia, cemas sebelum stroke. Anderson et al melaporkan suatu rentang perilaku abnormal 1 tahun setelah stroke berupa withdrawl (49%),

irritability (49%), odd ideas (35%),

unpredictability (35%), rudeness (23%) dan

odd behaviour (17%).6

Bogousslavsky melaporkan beragam perilaku pada suatu kohort 300 pasien berupa sadness (72%),

disinhibition (56%), lack of adaptation (44%),

environmental withdrawl (40%), crying

(27%), passivity (24%) dan aggressiveness

(11%). 9

Stone et al dalam suatu studi kohort melaporkan adanya perubahan kepribadian yang dirasakan pengasuh berupa karakteristik kepribadian yang positif dan negatif. Dari 30 item karakteristik kepribadian yang positif dan pada 28 item perubahan kepribadian.

Penilaian perubahan kepribadian yang

inability to control anger (ICAA), dan tampaknya menjadi salah satu dari simptom perilaku mayor pada pasien stroke. 7

Perubahan kepribadian yang digambarkan oleh pengasuh mencakup gangguan emosional: perubahan pada fungsi kognitif, ekspresi emosional dan perilaku, mungkin sebagi akibat kerusakan otak dan juga faktor dari pengasuh sendiri seperti tekanan yang dialami, relatif tua (> 45 tahun). Wanita dan usia yang lebih tua memiliki kecenderungan untuk penting dan sering terlewatkan adalah depresi. Ciri kepribadian yang baru dapat timbul ataupun kepribadian yang lama menjadi menonjol.4

Aben et al melaporkan insidens kumulatif depresi (gangguan emosional) satu tahun sekitar 38,7% pada pasien pasca stroke dan kepribadian neuroticsm merupakan faktor yang potensial rentan untuk terjadinya depresi pasca stroke.8

Gangguan emosional ini disebabkan oleh perubahan fungsi kognitif, ekspresi emosional dan perilaku. Namun Stone et al melaporkan tidak terdapat hubungan antara perubahan kepribadian dengan gangguan emosional pada penderita.3

Pada penelitian ini dijumpai hubungan yang bermakna antara perubahan kepribadian dengan disabilitas residual pada penderita yang diukur dengan Nottingham EADL dan Barthel Index. Stone et al melaporkan terdapat hubungan antara perubahan kepribadian dengan EADL tetapi tidak ada hubungan dengan Barthel Index.3

Hacket et al

melaporkan bahwa disabilitas merupakan prediktor gangguan mood pasca stroke.10

(7)

hasil sangat dipengaruhi oleh daya ingat pengasuh dan keadaan emosionalnya. Selain itu sampel pada penelitian ini juga sedikit sehingga hasil yang bermakna secara statistik dapat terjadi secara kebetulan. Selain itu instrumen untuk pengukuran perubahan kepribadian pada penelitian ini belum divalidasi, dan instrumen ini dipakai pada perubahan kepribadian pasca trauma kepala.

KESIMPULAN

Pengasuh umumnya sering merasakan adanya perubahan kepribadian pada pasien-pasien pasca stroke. Perubahan kepribadian yang dirasakan ini berhubungan dengan gangguan emosional pada pengasuh dan pasien dan tingkat disabilitas pada pasien. Sehingga perlu diberikan keperdulian, edukasi, dan perhatian terhadap pengasuh sebagaimana pada pasien stroke untuk mencegah terjadinya gangguan emosional.

KEPUSTAKAAN

1. Han Beth, Haley WE. Family Caregiving for Patients With Stroke Review and Analysis. Stroke 1999; 30:1478-85.

2. Kelompok Studi Serebrovaskuler dan Neurogeriatri Perdossi.1999. Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke di Indonesia. Jakarta.

3. Stone J, Townend E, Kwan J, Haga K, Dennis MS, Sharpe M. Personality change after stroke: some preliminary observations. J Neurol Neurosurg Psychiatry 2004; 75:1708-13.

4. Caplan LR. Caplan’s Stroke: A Clinical Approach. 3rd

ed. Boston: Butterworth Heinemann; 2000.

5. Kotila M, Numminen H, waltimo O, kaste M. Depression After Stroke Results of the FINNSTROKE Study. Stroke 1998; 29: 368-72.

6. Anderson CS, Linti J, Wynne EGS. A Population-based Assessment of the Impact and Burden of Caregiving for Long-term Stroke Survivors. Stroke 1995; 26:843-9.

7. Kim JS, Choi S, Kwon SU, Seo YS. Inability to control anger or aggression after stroke. Neurology 2002; 58:1106-08.

8. Aben I, Denollet J, Lousberg R, Verhey F, Wojciechowski, Honig A. Personality and Vulnerability to depression in Stroke Patients. A 1-year Prospective Follow-Up Study. Stroke 2002; 33: 2391-5.

9. Bogousslavsky J. William Feinberg Lecture 2002. Emotions, Mood, and Behavior After Stroke. Stroke 2003; 34: 1046-50.

10. Hackett ML, Anderson CS. Frequency, Management, and Predictors of Abnormal mood After Stroke. Stroke 2006; 37: 2123-8.

Gambar

Tabel 2,
Tabel 2.  Perubahan kepribadian menurut pengasuh apakah perubahannya lebih, sama atau kurang untuk masing-masing item

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk mensintesis busa poliuretan dari minyak goreng bekas dan Toluen Diisosianat (TDI) dengan penambahan PEG-400 serta karakterisasi

Balai Diklat Keuangan Malang merupakan lembaga yang dapat dijadikan rekomendasi untuk observasi maupun kegiatan penelitian karena sangat sesuai dengan bidang kajian yang sedang

Berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan ditemukan 3 genus dinoflagellata bentik pada sedimen di kawasan perairan Desa Teluk Bakau yaitu genus.. Gambierdiscus,

sebagai siswa, peserta latihan ataupun seorang yang memerlukan bantuan. Setelah selesai, maka giliran peserta kedua untuk berperan sebagai tutor, fasilitator atupun

Sistem Kerja Alat Ticker Timer dengan Variasi Kecepatan pada gerak lurus berubah beraturan adalah alat ini menggunakan sistem pelontar sebagai kecepatan awal yang dihasilkan

Kesimpulan yang dapat disampaikan dalam program penerapan penyusunan laporan keuangan adalah: terbentuknya sistem penerimaan donasi, sistem pengeluaran donasi, dan

Dari segmen consumer parts otomotif, melalui Federal Karyatama (FKT) yang dikenal dengan oli merk Federal Oil dan Federal Mobil, MPMX mampu memperkuat posisinya di

Hipotesis dari penelitian ini adalah ekstrak stroberi (Fragaria vesca L) dapat diformulasikan menjadi sediaan masker dalam bentuk gel dan penambahan PVA sebagai pembentuk