• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Finansial Dan Daur Volume Maksimum Tegakan Eukaliptus Eucalyptus Hybrid (IND-47) Hutan Tanaman Industri PT. Toba Pulp Lestari, Tbk., Sektor Aek Nauli

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Finansial Dan Daur Volume Maksimum Tegakan Eukaliptus Eucalyptus Hybrid (IND-47) Hutan Tanaman Industri PT. Toba Pulp Lestari, Tbk., Sektor Aek Nauli"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS FINANSIAL DAN DAUR VOLUME MAKSIMUM

TEGAKAN EUKALIPTUS

Eucalyptus

hybrid

(IND-47)

HUTAN TANAMAN INDUSTRI

PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk.,

SEKTOR AEK NAULI

SKRISI

M IQBAL R NASUTION 091201016 / Manajemen Hutan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : Analisis Finansial Dan Daur Volume Maksimum Tegakan Eukaliptus Eucalyptus Hybrid (IND-47) Hutan Tanaman

Industri PT. Toba Pulp Lestari, Tbk., Sektor Aek Nauli Nama : M Iqbal R Nasution

Nim : 091201016

Program Studi : Manajemen Hutan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Siti Latifah, S.Hut.,M.Si.,Ph.D Yunus Afifuddin, S.Hut.,M.Si

Ketua Anggota

Mengetahui

Ketua Program Studi Kehuatanan

(3)

iii

ABSTRACT

Eucalyptus urograndis (E. urophylla x E. grandis) is a hybrid resulting from cross mating between species E. urophylla S.T. Blake and species E. grandis W.Hill ex Maid and constitutes one of the fast growing species being used as pulp industry raw materials in Sector of Aek Nauli, PT Toba Pulp Lestari, North Sumatra. In the management of plant E. hybrid (IND-47) by PT. Toba Pulp Lestari needed business development.

The purpose of the research was compiled a growth prediction model of diameter, height, and volume; analyze the value of riap annual average and the value of the annual walking riap; analyze the financial cycle and the maximum volume of the forest e. hybrid IND-47

The research results were obtained the equations of Eucalyptus forest growth prediction model hybrid for diameter, height, and volume is the root model (y = ab (1/x)). Riap volume stands of Eucalyptus hybrid (IND-47) occurs at the age of 5 years with an annual average of riap/MAI of 39.34 m3/Ha/yr, the annual walk/CAI riap amounted to 42.41 m3/Ha/years.

The maximum volume of the cycle stands are determined based on the intersection between curves CAI with the MAI as it is a maximized volume riap where cycle can be achieved. Cycle stands are Eucalyptus hybrid volume was 5.5 years.

The criteria for determining the financial Eucalyptus hybrid (IND-47), among others, NPV, BCR and IRR. Interest rates of 16% and 20% who meet eligibility financial effort, namely the value of NPV is Rp.,415 11,499; BCR of 1.40; IRR of 20%.

(4)

iv

ABSTRAK

Eucalyptus hybrid (E. urophylla x E. grandis) merupakan hasil persilangan dari jenis E. urophylla S.T. Blake x E. grandis W.Hill ex Maid dan salah satu jenis cepat tumbuh yang digunakan sebagai bahan baku industri pulp di Sektor Aek Nauli, PT Toba Pulp Lestari, Sumatera Utara. Dalam pengelolaan tanaman E. hybrid (IND-47) oleh PT. Toba Pulp Lestari diperlukan pengembangan usaha.

Tujuan penelitian adalah menyusun model pendugaan pertumbuhan diameter, tinggi, dan volume; menganalisis nilai riap rata - rata tahunan dan nilai riap tahunan berjalan; menganalisis finansial dan daur volume maksimum tegakan E. hybrid IND-47.

Dari hasil penelitian didapat persamaan model pendugaan pertumbuhan tegakan Eucalyptus hybrid untuk diameter, tinggi, dan volume adalah model root (y = ab(1/x)). Riap volume tegakan Eucalyptus hybrid (IND-47) terjadi pada umur 5 tahun yaitu dengan riap rata - rata tahunan/MAI sebesar 39.34 m3/Ha/thn, riap tahunan berjalan/CAI sebesar 42.41 m3/Ha/thn .

Daur volume maksimum tegakan ditentukan berdasarkan titik potong antara kurva CAI dengan MAI karena merupakan daur dimana riap volume maksimal dapat dicapai. Daur volume tegakan Eucalyptus hybrid adalah 5,5 tahun.

Kriteria dalam menentukan finansial Eucalyptus hybrid (IND-47) antara lain NPV, BCR, dan IRR. Tingkat suku bunga 16% dan 20% yang memenuhi kelayakan usaha finansial yaitu nilai NPV sebesar Rp. 11,499,415; BCR sebesar 1,40; IRR sebesar 21%.

(5)

v

RIWAYAT HIDUP

M Iqbal R Nasution dilahrikan di Medan, pada tanggal 08 Juni 1992. Ayah bernama (Alm.) Drs. Ramli Nasution dan Ibu bernama Ir. Nursiah Sinuhaji, dan merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal pertama penulis dimulai dari Pendidikan di SD Negeri 065011 Medan, dan lulus pada tahun 2003. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 30 Medan, dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan MA Negeri 3 Medan, dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009 penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten Praktikum Geodesi dan Kartografi tahun 2011, asisten Praktikum Inventarisasi tahun 2012, dan asisten Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) pada tahun 2012. Selain itu penulis juga merupakan Ketua Badak Kemekmuran Mushalla (BKM) Baytul Asyjaar. Dan Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS).

Penulis telah melakukan PraktikPengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Taman Hutan Raya (Tahura) pada tahun 2011. Pada tahun 2013, penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Taman Nasional Sebangau, Kalimantan Tengah pada tanggal 25 Februari 2013 sampai 25 Maret 2013.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitan

yang berjudul “Analisis Finansial dan Daur Volume Maksimum Tegakan Eukaliptus Eucalyptus Hybrid (IND-47) Hutan Tanaman Industri PT. Toba Pulp Lestari, Tbk., Sektor Aek Nauli”

Pada Kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada orangtua penulis yang telah membimbing, mendidik, dan member semangat serta mendukung penulis untuk do’a dan materil dalam menyelesaikan hasil penelitain ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Siti Latifah, S.Hut.,M.Si.,Ph.D dan Bapak Yunus Afifuddin, S.Hut.,M.Si

selaku dosen pembimbing yang terus membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan hasil penelitian ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada PT. Toba Pulp Lestari yang telah member izin sehingga penulis dapat melakukan penelitian di perusahaan tersebut serta teman - teman yang telah membantu dan selalu mendukung dalam penyelesaian hasil penelitian ini.

Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak yang membutuhkan.

Medan, Januari 2014

(7)

vii

Ciri Umum Eucalyptus hybrid ... 5

Taksonomi Ilmiah Eucalyptus hybrid ... 5

Penyebaran ... 6 Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

Bahan dan Alat ... 19

Penyusunan Model Pendugaan Pertumbuhan ... 20

Perhitungan Nilai Riap Volume Tegakan ... 22

Riap Tahunan Berjalan (Current Annual Increment/CAI)... 22

Riap Rata - rata tahunan (Mean Annual Increment/MAI) ... 22

(8)

viii

Perhitungan Analisis Kelayakan ... 23

Analisis finansial ... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data ... 27

Model Pendugaan Pertumbuhan Tegakan E. hybrid (IND-47) ... 28

Diameter ... 28

Tinggi ... 31

Volume ... 33

Nilai Riap Volume Tegakan E. hybrid (IND-47) ... 34

Daur Volume Maksimum tegakan E. hybrid (IND-47) ... 35

Analisis Fianansial ... 37

Net Present Value (NPV) ... 38

Benefit Cost Rasio (BCR) ... 38

Internal Rate of Return (IRR) ... 39

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 41

(9)

ix

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Kriteria Nilai Koefisien Korelasi Menurut Guilford ... 21

2. Data Kompartemen dan Umur Tegakan E. hybrid (IND-47) ... 27

3. Model Pendugaan Diameter Tegakan E.hybrid (IND 47) ... 28

4 Nilai Prediksi Diameter Tegakan E.hybrid (IND-47) ... 29

5. Model Pendugaan Tinggi Tegakan E.hybrid (IND-47) ... 31

6. Nilai Prediksi Tinggi Tegakan E.hybrid (IND 47)... 32

7. Model Pendugaan Volume Tegakan E.hybrid (IND 47) ... 33

8. Nilai Prediksi Volume serta Nilai CAI dan MAI Tegakan E.hybrid IND 47 ... 34

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Data Rata - rata Diameter dan Tinggi serta Nilai Volume Tegakan E hybrid

(IND-47) ... 44

2. Peta Sebaran Tegakan E. hybrid (IND-47) ... 46

3. Foto Tegakan E. hybrid (IND-47) ... 47

4. Sebaran Data Model Pendugaan Diameter ... 48

5. Sebaran Data Model Pendugaan Tinggi ... 49

6. Sebaran Data Model Pendugaan Volume ... 50

7. Bentuk Trendline Model Pendugaan Diameter ... 51

8. Bentuk Trendline Model Pendugaan Tinggi ... 52

9. Bentuk Trendline Model Pendugaan Volume ... 53

(12)

iii

ABSTRACT

Eucalyptus urograndis (E. urophylla x E. grandis) is a hybrid resulting from cross mating between species E. urophylla S.T. Blake and species E. grandis W.Hill ex Maid and constitutes one of the fast growing species being used as pulp industry raw materials in Sector of Aek Nauli, PT Toba Pulp Lestari, North Sumatra. In the management of plant E. hybrid (IND-47) by PT. Toba Pulp Lestari needed business development.

The purpose of the research was compiled a growth prediction model of diameter, height, and volume; analyze the value of riap annual average and the value of the annual walking riap; analyze the financial cycle and the maximum volume of the forest e. hybrid IND-47

The research results were obtained the equations of Eucalyptus forest growth prediction model hybrid for diameter, height, and volume is the root model (y = ab (1/x)). Riap volume stands of Eucalyptus hybrid (IND-47) occurs at the age of 5 years with an annual average of riap/MAI of 39.34 m3/Ha/yr, the annual walk/CAI riap amounted to 42.41 m3/Ha/years.

The maximum volume of the cycle stands are determined based on the intersection between curves CAI with the MAI as it is a maximized volume riap where cycle can be achieved. Cycle stands are Eucalyptus hybrid volume was 5.5 years.

The criteria for determining the financial Eucalyptus hybrid (IND-47), among others, NPV, BCR and IRR. Interest rates of 16% and 20% who meet eligibility financial effort, namely the value of NPV is Rp.,415 11,499; BCR of 1.40; IRR of 20%.

(13)

iv

ABSTRAK

Eucalyptus hybrid (E. urophylla x E. grandis) merupakan hasil persilangan dari jenis E. urophylla S.T. Blake x E. grandis W.Hill ex Maid dan salah satu jenis cepat tumbuh yang digunakan sebagai bahan baku industri pulp di Sektor Aek Nauli, PT Toba Pulp Lestari, Sumatera Utara. Dalam pengelolaan tanaman E. hybrid (IND-47) oleh PT. Toba Pulp Lestari diperlukan pengembangan usaha.

Tujuan penelitian adalah menyusun model pendugaan pertumbuhan diameter, tinggi, dan volume; menganalisis nilai riap rata - rata tahunan dan nilai riap tahunan berjalan; menganalisis finansial dan daur volume maksimum tegakan E. hybrid IND-47.

Dari hasil penelitian didapat persamaan model pendugaan pertumbuhan tegakan Eucalyptus hybrid untuk diameter, tinggi, dan volume adalah model root (y = ab(1/x)). Riap volume tegakan Eucalyptus hybrid (IND-47) terjadi pada umur 5 tahun yaitu dengan riap rata - rata tahunan/MAI sebesar 39.34 m3/Ha/thn, riap tahunan berjalan/CAI sebesar 42.41 m3/Ha/thn .

Daur volume maksimum tegakan ditentukan berdasarkan titik potong antara kurva CAI dengan MAI karena merupakan daur dimana riap volume maksimal dapat dicapai. Daur volume tegakan Eucalyptus hybrid adalah 5,5 tahun.

Kriteria dalam menentukan finansial Eucalyptus hybrid (IND-47) antara lain NPV, BCR, dan IRR. Tingkat suku bunga 16% dan 20% yang memenuhi kelayakan usaha finansial yaitu nilai NPV sebesar Rp. 11,499,415; BCR sebesar 1,40; IRR sebesar 21%.

(14)

xii

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) merupakan upaya strategis dalam mengatasi permasalahan kelangkaan bahan baku industri pengolahan kayu domestik di Indonesia. Tujuan pembangunan HTI adalah untuk peningkatan potensi dan kualitas hutan produksi yang sudah tidak produktif guna memenuhi kebutuhan bahan baku industri kehutanan. Hal ini karena persediaan pasokan bahan baku dari hutan alam produksi semakin menurun. Kebutuhan bahan baku kayu industri perkayuan nasional sekitar 39,2 juta m3 kayu bulat (Simangunsong et al. 2008), sementara berdasarkan Direktorat Jendral Bina Produksi Kehutanan (2010) jumlah produksi kayu dari hutan alam, hutan tanaman dan sumber lain (hutan rakyat dan kayu perkebunan) mencapai 34,32 juta m3.

Salah satu bentuk HTI yang saat ini memegang peranan penting dalam

menunjang pengembangan industri kayu serat domestik adalah HTI-kayu serat

atau HTI-Pulp. Pentingnya pembangunan HTI-Pulp antara lain dapat dilihat dari

kenyataan besarnya ketergantungan jenis industri ini kepada kayu serat. Serat

dapat dihasilkan dari bahan yang mengandung selulosa tinggi seperti kayu, kenaf,

bambu dan lainnya. Namun pada saat ini lebih dari 90 % bahan baku pulp dan

kertas berasal dari kayu, karena kayu mempunyai sifat unggul yaitu : rendemen

yang dihasilkan tinggi, kandungan lignin relatif rendah dan kekuatan pulp dan

kertas yang dihasilkan tinggi (Pasaribu, 2007).

(15)

xiii

kapasitas produksi sekitar 8,2 juta ton kertas per tahun (Ditjen Bina Produksi Kehutanan 2009). Jumlah industri pulp dan kertas di

Indonesia sebanyak 13 unit. Sebanyak 6 unit berada di Pulau Sumatera dan merupakan perusahaan besar dengan kapasitas terpasang seluruhnya sekitar 6,5 juta ton pulp per tahun. Kebutuhan bahan baku untuk industri pulp dengan kapasitas di atas memerlukan kayu sekitar 26 juta m3 per tahun. Jumlah pemegang

Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri (IUPHHK-HT) tercatat 206 unit dengan luas tanaman yang telah terbangun sekitar

4,3 juta hektar sampai tahun 2008 (Ditjen Bina Produksi Kehutanan 2009).

Menurut Arief (2001) menyatakan bahwa daur adalah jangka waktu yang diperlukan antara penenaman hutan sampai hutan tersebut dianggap masak untuk dipanen atau umur tebang suatu tegakan. Penggunaan daur yang panjang akan menghasilkan kayu dengan kualitas tinggi sehingga harga jualnya juga akan tinggi yang pada akhirnya akan memberikan keuntungan maksimum bagi perusahaan. Tetapi daur yang panjang memerlukan perencanaan pengelolaan hutan yang lebih cermat dan teliti karena permasalahan yang akan dihadapi lebih kompleks jika dibandingkan dengan daur yang pendek. Penggunaan daur pendek relatif tidak memerlukan perencanaan pengelolaan hutan yang kompleks. Tetapi daur pendek akan menghasilkan kayu dengan kualitas yang rendah karena pohon ditebang ketika masih muda.

(16)

xiv

suku bunga berapa investasi itu memberikan manfaat. Melalui cara berpikir seperti itu maka harus ada ukuran - ukuran terhadap kinerjanya.

Untuk mengetahui hasil analisis finansial dan daur volume maksimum Eucalyptus hybrid maka akan dilaksanakan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah yang menangani bidang kehutanan sebagai penentu kebijakan maupun pengusaha hutan tanaman sebagai pelaksana di lapangan.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Menyusun model pendugaan pertumbuhan diameter, tinggi, dan volume tegakan E. hybrid IND-47.

2. Analisis nilai riap rata - rata tahunan dan nilai riap tahunan berjalan tegakan E. hybrid IND-47.

3. Analisis finansial dan daur volume maksimum tegakan E. hybrid IND-47.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Tersedianya data riap rata - rata tahunan dan riap tahunan berjalan tegakan E. hybrid IND-47.

2. Memberikan informasi tentang daur volume maksimum pada saat pemanenan tegakan E. hybrid IND-47.

(17)

xv

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Eucalyptus Sejarah Eucalyptus

Tanaman Eucalyptus sp. sudah dikenal sejak abad 18, dan perkembangan tanaman ini maju pesat pada tahun 1980 setelah Kongres Kehutanan Sedunia ke VIII di Jakarta tahun 1978. Tidak lama setelah perkembangan tanaman Eucalyptus berlangsung, maka pada tahun 1988 timbul kritik dan protes terhadap tanaman Eucalyptus sp. karena adanya indikasi pengaruh negatif terhadap lingkungan. Salah satu aspek lingkungan yang dikhawatirkan menjadi buruk adalah aspek hidrologi dari Eucalyptus sp. Eucalyptus sp. yang tumbuh cepat akan mengkonsumsi air dari dalam tanah cukup banyak, berpengaruh buruk terhadap kesuburan tanah, tajuk yang ringan / tipis dapat melindungi permukaan tanah dari tetesan air hujan yang dapat menimbulkan erosi, tidak menyediakan habitat yang baik dan tidak cukup makanan bagi kehidupan liar (Pudjiharta, 2001).

(18)

xvi Ciri Umum Eucalyptus hybrid

Taksonomi Ilmiah Eucalyptus hybrid

Berdasarkan World Agroforestry Center (2004), tanaman Euclyptus hybrid mempunyai sistematika sebagai berikut:

Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Class : Dycotyledone Ordo : Myrtiflorae Famili : Myrtaceae Genus : Eucalyptus

Spesies : Eucalyptus hybrid.

Eukaliptus merupakan salah satu jenis tanaman yang dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman industri. Kayu Eukaliptus digunakan antara lain untuk bangunan di bawah atap, kusen pintu dan jendela, kayu lapis, bahan pembungkus korek api, pulp, dan kayu bakar. Beberapa jenis digunakan untuk kegiatan reboisasi (Mardin, 2009).

Eucalyptus sp. merupakan salah satu tanaman yang bersifat fast growing (tanaman cepat tumbuh). Eucalyptus sp. juga dikenal sebagai tanaman yang dapat bertahan hidup pada musim kering. Tanaman ini mempunyai system perakaran yang dalam namun jika ditanam di daerah dengan curah hujan sedikit maka perakrannya cenderung membentuk jaringan rapat dekat permukaan tanah untuk memungkinkan menyerap setiap tetes air yang jatuh di cekaman tersebut

(19)

xvii

total diperkirakana mencapai 2 M ha pada tahun 1987. Sebagian besar dari jumlah ini ditanam di Brazil (>1 M ha) dan Afrika Selatan (300.000 ha). Selain itu, E. hybrid juga ditanam dalam jumlah yang besar di Argentina, Australia, India, Uruguay, Zambia, Zimbabwe, dan negara - negara lain (Mardin, 2009).

Penyebaran

Marga eukaliptus terdiri dari 500 jenis yang kebanyakan endemik di Australia. Hanya ada dua jenis yang tersebar di wilayah malesia (Nugini, Maluku, Sulawesi, Asia Tenggara, dan Filipina). Beberapa jenis menyebar dari Australia bagian utara menuju malesia bagian timur. Keragaman terbesar di daerah - daerah pantai New South Wales dan Australia bagian barat daya (Basuki, 2007).

Pemanfaatan

Saat ini kayu hibrid E. urograndis baik di Indonesia maupun di dunia pemanfaatannya digunakan sebagai bahan baku industri pulp dan kertas. Berdasarkan Coledette et al. (2008) menyatakan bahwa sekitar 40% kertas dunia menggunakan bahan baku dari kayu Eucalyptus termasuk dari kayu hybrid E. urograndis. Bubur kertas (pulp) dari kayu Eucalyptus di dunia digunakan untuk produksi kertas tissu sebanyak 8% dan kertas cetak dan tulis sebanyak 32%. Selain sebagai bahan baku industri pulp dan kertas, kayu hibrid E. urograndis dapat dimanfaatkan untuk beberapa produk kayu olahan (solis wood product) dan arang.

(20)

xviii

berasal dari biji (generatif). Rata-rata nilai dimensi serat kayu hibrid E. urograndis dapat dilihat pada Tabel 1. Selain itu, di Brazil hibrid E. urograndis

mengandung sellulosa sekitar 47 - 49%, kandungan lignin berkisar antara 27 - 31% dan kandungan zat ekstraktif sebanyak 2 - 4% sehingga rendemen yang dihasilkan berkisar 51 -53% (Coledette et al. 2008).

Pertumbuhan

Pertumbuhan (growth) merupakan tulang punggung ilmu pengelolaan hutan yang bertujuan menghasilkan kayu (Simon, 2007).

Pertumbuhan tegakan hutan dapat digambarkan melalui pertumbuhan -pertumbuhan struktur tegakan sebagai akibat bertambahnya umur tegakan yang bersangkutan dan tindakan silvikultur yang diterapkan, selain itu dapat diartikan juga sebagai pertambahan (riap) dari suatu besaran (volume, luas bidang dasar, rata-rata diameter dsb) dalam kurun waktu (periode) tertentu.

Diameter Pohon

Diameter merupakan salah satu parameter pohon yang mempunyai arti penting dalam pengumpulan data tentang potensi hutan untuk keperluan pengelolaan. Pengukuran diameter dilakukan pada ketinggian 1,3 meter di atas permukaan tanah (Simon, 2007).

Diameter tegakan adalah nilai rata-rata dari diameter semua pohon dalam tegakan yang bersangkutan (Avery dan Burkhart 2002; serta Husch et al. 2003).

Tinggi Pohon

(21)

xix

Tinggi tegakan Avery dan Burkhart (2002) serta Husch et al. (2003) menyatakan bahwa tinggi tegakan adalah nilai rata-rata dari tinggi semua pohon dalam tegakan yang bersangkutan.

Dalam inventore hutan biasanya dikenal beberapa macam tinggi pohon : 1. Tinggi pohon total, yaitu tinggi pangkal pohon di permukaan tanah sampai

puncak pohon

2. Tinggi batang bebas cabang, yaitu tinggi pohon dari pangkal batang di permukaan tanah sampai cabang pertama untuk jenis daun lebar atau crown point untuk jenis conifer, yang membentuk tajuk.

3. Tinggi batang komersial, yaitu tinggi batang pada saat inventore laku dijual dalam perdagangan.

4. Tinggi tunggak, yaitu tinggi panggkal pohon yang ditinggalkan pada waktu penebangan.

Volume Pohon

Volume tegakan termanfaatkan (merchantable volume) tiap pohon dihitung berdasarkan diameter dan tinggi pohon yang bersangkutan dengan

menggunakan persamaan yang telah dihasilkan oleh perusahaan (Toba Pulp Lestari 2009).

Penaksiran volume pohon yang masih berdiri hanya merupakan langkah awal untuk menghitung hasil akhir dalam inventore hutan. Volume tegakan merupakan jumlah volume pohon yang terdapat pada suatu areal hutan. Sampel yang diambil merupakan individu pohon.

(22)

xx 1. Tanpa pengelompokan diameter

a. Penaksiran secara okuler

Sistem penaksiran volume tegakan secara okuler masih berlaku secara resmi sampai tahun 1974, yaitu pada saat diumumkan cara penaksiran yang baru dengan menggunakan patak ukur (sampling).

b. Penaksiran dengan sampling titik, point sampling c. Penaksiran dengan menggunakan tabel tegakan d. Penaksiran dengan menggunakan tarif

e. Penaksiran dengan menggunakan sampling individu pohon. 2. Dengan pengelompokan diameter

a. Penggunaan tarif konvensional b. Penggunaan tarif kurva tinggi

c. Penggunaan tabel volume dan kurva tinggi (Simon, 2007).

Riap

Riap didefinisikan sebagai pertambahan volume pohon atau tegakan per satuan waktu tertentu, tetapi adakalanya juga dipakai untuk menyatakan pertambahan nilai tegakan atau pertambahan diameter atau tinggi pohon setiap tahun (Arief, 2001).

(23)

xxi

menjadi kelas diameter yang terendah selama periode pengamatan. Simon (2007) menyatakan kalau tambah tumbuh diberi notasi (A), mortalitas (M), ingrowth (I), dan volume kayu yang ditebang selama periode Y, maka :

Total pertumbuhan : GC = A + I Pertumbuhan Bersih : NG = A – M Produksi : P = A – M + I

P = A – M + I + Y

Riap Individu Pohon

Yang termasuk dalam riap individu pohon adalah riap diameter, riap luas bidang dasar, riap tinggi dan riap volume. Riap diameter biasanya diwakili oleh riap diameter setinggi dada. Riap diameter merupakan salah satu komponen yang penting dalam menetukan riap volume. Riap diameter tiap tahun dapat diukur dari lebar antara lingkaran tahun tertentu. Sebagaimana diketahui, lingkaran tahun juga dapat dipakai untuk menghitung umur pohon. Riap bidang dasar juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap volume pohon. Riap ini diperoleh dari riap radial atau riap diameter. Riap tinggi juga mempunyai peranan dalam perhitungan riap volume, terutama untuk tegakan yang masih muda. Ada empat macam pendekatan yang dapat dipakai dalam menentukan riap tinggi, yaitu:

1. Menaksir atau mengukur panjang ruas tahunan.

2. Analisis tinggi (height analysis) terhadap pohon yang ditebang. 3. Mengukur pertambahan tinggi pohon selama periode waktu tertentu. 4. Menetukan riap tinggi dengan kurva tinggi.

(24)

xxii

mengurangi volume pada akhir periode (B) dengan volume pohon tersebut pada awal periode (A) (Simon, 2007).

Riap Tegakan

Riap volume suatu tegakan bergantung pada kepadatan (jumlah) pohon yang menyusun tegakan tersebut (degree of stocking), jenis, dan kesuburan tanah. Riap volume suatu pohon dapat dilihat dari kecepatan tumbuh diameter, yang setiap jenis mempunyai laju (rate) yang berbeda - beda. Untuk semua jenis pada waktu muda umumnya mempunyai kecepatan tumbuh diameter yang tinggi, kemudian semakin tua semakin menurun sampai akhirnya berhenti. Untuk hutan tanaman biasanya pertumbuhan diameter huruf S (sigmoid) karena pada mulanya tumbuh agak lambat, kemudian cepat lalu menurun. Lambatnya pertumbuhan diameter pada waktu muda disebabkan tanaman hutan ditanam rapat untuk menghindari percabangan yang berlebihan dan penjarangan yang belum memberi hasil (tending thinnings) (Simon, 2007).

Riap volume tegakan selama satu daur dapat dibedakan antara riap rata - rata tahunan (Mean Annual Increment / MAI), riap rata - rata periodik

(Periodical annual increment / PAI), dan riap rata - rata berjalan (Current Annual Increment / CAI) (Simon, 2007).

Daur

(25)

xxiii

Daur tebang diartikan sebagai jarak waktu yang direncanakan dalam tahun antara saat tegakan dibangun atau diregenerasi dan saat tebangan akhir dilakukan yaitu ketika tegakan telah mencapai tingkat masak tebang yang diharapkan (Nyland, 2002).

Ada beberapa macam atau cara dalam menentukan daur tebang (Hiley 1956; Evans 1992; Departemen Kehutanan 1992), yaitu:

1. Daur fisik : yaitu jangka waktu yang berimpitan dengan periode hidup suatu jenis untuk kondisi tempat tumbuh tertentu, sampai jenis tersebut mati secara alami. Kadang-kadang juga didefnisikan sama dengan daur berdasarkan kualitas kayu. Jadi daur ini tidak mempunyai hubungan yang erat dengan nilai ekonomi suatu hutan.

2. Daur silvikultur : yaitu jangka waktu selama hutan masih menunjukkan pertumbuhan yang baik, dan dapat menjamin permudaan, dengan kondisi yang sesuai dengan tempat tumbuhnya. Daur silvikultur sangat dekat atau hampir mirip dengan daur fisik.

3. Daur teknik : yaitu jangka waktu perkembangan sampai suatu jenis dapat menghasilkan kayu atau hasil hutan lainnya, untuk keperluan tertentu berdasarkan keadaan tempat tumbuh dan telah mencapai ukuran yang sudah ditetapkan berdasarkan teknis pengolahan kayu untuk keperluan produk yang akan dihasilkan. Untuk suatu jenis, panjang daur teknik bergantung pada tujuan pengelolaan.

(26)

xxiv

modal untuk mendapatkannya. Daur ini paling banyak dipakai di lapangan, baik secara langsung atau tidak langsung. Daur maksimum dapat ditentukan dengan

mencari titik potong antara kurva riap rata-rata tahunan (Mean Annual Increment / MAI) dengan kurva riap rata-rata periodik pada waktu

tertentu (Current Annual Increment / CAI) .

5. Daur Finansial : yaitu jangka waktu yang ditetapkan berdasarkan keadaan waktu tegakan dapat menghasilkan keuntungan atau nilai finansial terbesar. Penentuan daur ini dapat didekati dengan dua cara, yaitu : nilai harapan tanah dan hasil finansial. Untuk hasil finansial, digunakan kriteria-kriteria investasi (NPV, IRR dan BCR) yang dihitung dari biaya-biaya yang dikeluarkan dan pendapatan yang diperoleh sampai tegakan ditebang habis pada saat umur daur.

Akca dan van Laar (1997), menyebutkan bahwa pertumbuhan tegakan mencakup :

• Riap tahunan berjalan (Current Annual Increment / CAI), didefinisikan sebagai riap dalam tahun tertentu yang diekspresikan dalam cm per tahun (untuk diameter), m2 per ha per tahun (untuk luas bidang dasar), dan m3 per ha per tahun (untuk volume atau biomasa)

• Riap total, akumulasi riap sampai dengan tahun ke t, termasuk volume dari pohon-pohon yang hilang atau mati secara alamiah

• Periodik mean annual increment, adalah nilai rerata dari riap tahunan berjalan dalam satu periode k tahun. Variabel ini dihitung dengan cara membagi slisih volume pada tahun awal dan akhir periode dengan k.

(27)

xxv

total riap dihitung dari jumlah volume dari tegakan tinggal pada t tahun dan volume pohon yang hilang karena penjarangan atau mati alamiah .

Menurut Avery (1952) grafik hubungan antara riap berjalan tahunan (CAI) dengan riap rata-rata tahunan (MAI) mempunyai karakteristik yaitu:

1. Kurva riap berjalan (CAI) mencapai puncak secara cepat dan menurun secara cepat, jika dibandingkan dengan kurva riap rata-rata tahunan (MAI) yang mencapai puncak secara perlahan-lahan dan menurun secara perlahan -lahan. 2. Titik potong antara CAI dan MAI merupakan saat pemanenan yang paling efisien untuk mendapatkan produksi maksimum. Hal ini disebabkan setelah titik potong tersebut kedua kurva akan menurun yang berarti riap akan terus menurun.

M3/ha

MAI

Volume

CAI

Umur (thn)

Gambar 1. Grafik CAI dan MAI Kelayakan Finansial

Menurut Kadariah et al. (1999), analisis finansial adalah analisis dimana suatu proyek dilihat dari sudut badan - badan atau orang-orang yang menanam modalnya dalam proyek atau yang berkepentingan langsung dalam proyek. Dalam

(28)

xxvi

para petani, pengusaha, perusahaan swasta, suatu badan pemerintah, atau siapa saja yang berkepentingan dalam pembangunan proyek. Hasil finansial sering juga disebut “private returns”.

Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam aspek keuangan yaitu: (1) aktivas tetap, (2) modal kerja dan (3) sumber dana untuk modal kerja dan investasi aktiva tetap. Aktivas tetap dibagi ke dalam dua bagian yaitu: aktivas tetap berwujud dan aktiva tetap tidak berwujud. Aktivas tetap berwujud terdiri dari tanah dan pembangunan lokasi, bangunan dan perlengkapan, pabrik dan mesin serta aktivas lainnya. Sedangkan aktivas tetap tidak berwujud terdiri dari biaya pendahuluan dan biaya sebelum operasi.

Istilah modal kerja bisa diartikan sebagai modal kerja bruto atau modal kerja netto. Modal kerja bruto menunjukkan semua investasi yang diperlukan untuk aktivas lancar yang terdiri dari kas, surat - surat berharga (kalau ada), piutang, persediaan dan lainnya. Modal kerja netto merupakan selisih antara aktivas lancar dan utang jangka pendek. Aktivas lancar adalah aktivas yang hanya memerlukan waktu pendek untuk berubah menjadi kas, yaitu kurang dari satu tahun atau satu siklus produksi (Husnan dan Suwarsono 2000).

(29)

xxvii

Cara menilai suatu proyek yang paling banyak diterima untuk penilaian

proyek jangka panjang adalah dengan menggunakan Discounted Cash Flow Analysis (DCF) atau analisis aliran kas yang didiskonto

(Darusman 1981). Tujuan menganalisis aspek keuangan dari suatu studi kelayakan proyek bisnis adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah proyek akan dapat berkembang terus (Umar 2002).

Dalam analisis finansial terdapat kriteria kelayakan investasi. Menurut Gittinger (1986) menyebutkan bahwa dana yang diinvestasikan itu layak atau

tidak akan diukur melalui kriteria investasi itu Net Present Value, Net Benefit Cost Ratio, dan Internal Rate of Return.

Analisis Finansial

Dalam analisis finansial proyek dilihat dari sudut badan atau orang yang menanam modalnya dalam proyek atau yang berkepentingan langsung dalam proyek. Hasil finansial sering disebut “private returns”. Analisis finansial dalam studi kelayakan proyek dapat menggunakan kriteria-kriteia penilaian investasi seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ratio), dan Payback Period. Metode penilaian investasi tersebut digunakan untuk menilai suatu proyek menguntungkan atau tidak.

Net Present Value (NPV)

(30)

xxviii

arus manfaat dengan nilai sekarang arus biaya. Kriteria kelayakan berdasarkan metode NPV yaitu :

1. NPV>0, maka proyek dikatakan bermanfaat dan layak untuk dilaksanakan; 2. NPV=0, proyek yang bersangkutan mampu mengembalikan persis sebesar social opportunity cost faktor produksi modal. Proyek dikatakan tidak untung dan tidak rugi;

3. NPV<0, proyek tidak menghasilkan senilai biaya yang dipergunakan atau proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa mendatang. Atau nilai discount rate yang membuat nilai NPV sama dengan nol. Apabila IRR lebih besar dari discount rate yang ditentukan maka proyek layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya bila IRR lebih kecil dari discount rate yang ditentukan maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan. IRR menggambarkan tingkat bunga maksimum yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ratio)

(31)

xxix

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013. Lokasi penelitian berada di areal Hutan Tanaman Industri PT. Toba Pulp Lestari, Tbk., Sektor Aek Nauli, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yakni data rata - rata diameter dan tinggi tegakan dari keseluruhan kompartemen areal operasional yang merupakan hasil pengukuran berulang pada Petak Ukur Permanan (PUP) yang telah dilakukan oleh pihak PT. TPL., Bahan lain yang digunakan adalah peta kawasan khususnya di sektor Aek Nauli serta software Microsoft Excel dan Curve Expert 1.4.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat PC (Personal Computer), alat tulis, kalkulator dan kamera digital.

Prosedur Penelitian

Pengumpulan Data

Data Primer

Data primer yang dimaksud adalah gambaran umum lokasi dan tegakan yang disajikan dalam bentuk gambar/foto yang langsung diambil dari lapangan.

Data Sekunder

(32)

xxx

data rata - rata diameter dan tinggi tegakan operasional, data letak geografis, dan peta kawasan.

Perhitungan Volume Tegakan

Perhitungan volume tegakan yang dilakukan adalah volume tegakan untuk tiap kompartemen yang terpilih dengan rumus Simon (2007) sebagai berikut:

V = ¼ π D2 x H x f dimana:

V = volume tegakan D = diameter rata - rata H = tinggi rata - rata

f = angka bentuk 0,42 (TPL, 2013).

Penyusunan Model Pendugaan Pertumbuhan

Model pertumbuhan disusun berdasarkan hubungan antara diameter, tinggi, volume dengan umur tegakan. Beberapa model yang disusun untuk menduga pertumbuhan diameter, tinggi, volume tegakan adalah:

- Model linier : y = a + bx ... (1) - Model polynomial : y = a + bx + cx2 + dx3 ……. (2) - Model logaritma : y = a + b ln(x) ... (3) - Model root : y = ab(1/x) ... (4) - Model eksponensial : y = ae(bx) ... . (5) dimana :

a,b,c,d = koefisien x = umur (tahun)

(33)

xxxi

Model pendugaan pertumbuhan yang telah dihasilkan kemudian diuji untuk menentukan model terbaik. Uji ini melihat nilai dari beberapa kriteria seperti:

1. Model pendugaan dapat dikatakan baik jika model tersebut memiliki nilai kesalahan baku (SE) meksimum 25% untuk model dengan satu variabel bebas dan minimum 20% untuk model dengan variabel bebas lebih dari satu. Selain itu, nilai SE yang lebih kecil dari nilai standar deviasi (Stdev) menunujukkan bahwa jumlah data yang digunakan dapat mewakili populasi (Prodan, 1965 dalam marlia, 1999).

2. Nilai koefisien korelasi (r)

Nilai r paling kecil adalah -1 yang menunjukkan korelasi negatif sempurna. Apabila r = 0 artinya, tidak ad korelasi antara variabel bebas dengan variabel terikat, sedangkan nilai r = 1 berarti korelasi positif sempurna (sangat tinggi).

Tabel 1. Kriteria Nilai Koefisien Korelasi Menurut Guilford No Nilai Koefisien Korelasi Kriteria Korelasi

1 < 0,2

korelasi sangat rendah, hubungan hamper tidak berarti

2 0,2 - 0,4 korelasi rendah

3 0,4 - 0,7 korelasi sedang, hubungan cukup penting 4 0,7 - 0,9 korelasi tinggi, hubungan jelas

5 > 0,9

korelasi sangat tinggi, hubungan sangat menyakinkan

Sumber : Dantes (2010).

3. Nilai koefisien determinasi (R2)

(34)

xxxii

4. Simpangan afregatif (AgD) dan simpangan rata - rata (AvD)

Penentuan model pendugaan terbaik dapat dilihat dari nilai AgD dan AvD. Berdasrkan kriteria Spurr (1952), suatu model dikatakan akurat apabila nilai AvD kurang dari 10% dan AgD tidak lebih dari 15% dan tidak kurang dari -1%. Nilai tersebut dapat dihitung dengan rumus :

AgD =

AvD =

Keterangan : N = jumlah data yang digunakan.

Perhitungan Nilai Riap Volume Tegakan

Riap rata - rata berjalan (Current Annual Increment/CAI)

Perhitungan riap rata - rata berjalan volume tegakan berdasarkan rumus Prodan (1968) sebagai berikut:

CAI volume = Vn+1 – Vn (m 3/Ha/ tahun) dimana :

Vn+1 = nilai volume tegakan pada umur ke-n+1 Vn = nilai volume tegakan pada umur ke-n.

Riap rata - rata tahunan (Mean Annual Increment/MAI)

Perhitungan riap rata – rata tahuanan volume tegakan berdasarkan rumus Marsono (1987) sebagai berikut:

MAI volume = (m3/Ha/tahun) dimana:

(35)

xxxiii Penentuan Daur Volume Maksimum

Penentuan daur volume maksimum dilakukan dengan cara membuat kurva antara CAI dan MAI (Gambar 1). Perpotongan antara kurva CAI dan MAI tersebut akan menunjukkan pada umur berapa nilai volume tegakan mencapai angka maksimum. Sehingga pada umur tersebut dianggap waktu yang tepat untuk melakukan pemanenan (simon, 2007).

Perhitungan Analisis Kelayakan

Secara umum tahapan analisis kelayakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Analisis finansial

Menentukan kelayakan pemanfaatan lahan finansial dengan menggunakan kriteria - kriteria sebagai berikut :

1. Nilai Kini Manfaat Bersih (Net Present Value − NPV/NMB)

NPV diperoleh dengan cara mendiskonto semua biaya (cost) dan manfaat (benefit) pada suku bunga tertentu, kemudian hasil diskonto pendapatan dikurangi dengan hasil diskonto biaya. Secara matematis rumus umum NPV/NMB pada tingkat bunga (i%) selama periode analisis tertentu (n), adalah :

Apabila manfaat bersih yang akan diperoleh pada masa akan datang (Bt - Ct) dinyatakan sebagai nilai akan datang (F), maka secara fungsional rumus di atas dapat ditulis sebagai berikut :

Keterangan :

(36)

xxxiv t = periode pembungaan ke-t (0 ≤ t −≤ n)

Bt = manfaat pada akhir setiap periode pembungaan ke-t Ct = biaya pada akhir setiap periode pembungaan ke-t N = jumlah periode pembungaan selama periode analisis F = manfaat dan atau biaya yang terjadi pada saat akan datang 2. Rasio Manfaat − Biaya (Benefit − Cost Ratio − BCR/RMB)

BCR diperoleh dengan cara membagi hasil diskonto pendapatan dengan diskonto pengeluaran. Apabila pendapatan disimbolkan dengan M, dan pengeluaran disimbolkan dengan B dan bila didasarkan pada referensi waktu saat ini, maka rumus untuk menentukan nilai BCR secara matematis adalah sebagai berikut :

Bila didasarkan pada referensi nilai rataan tahunan (NRT), maka rumus untuk menentukan nilai BCR secara matematis adalah sebagai berikut :

Keterangan :

i = tingkat pengembalian minimum yang atraktif (TPMA) t = periode pembungaan ke-t (0 ≤ t ≤ n)

M = manfaat pada akhir setiap periode pembungaan ke-t B = biaya pada akhir setiap periode pembungaan ke-t n = jumlah periode pembungaan selama periode analisis

(37)

xxxv

IRR adalah tingkat bunga yang diperoleh dari investasi yang belum tertutupi/dikembalikan oleh manfaat (benefit) yang diperoleh dari investasi tersebut atau yang masih tersisa/tertanam dalam investasi hingga seluruh manfaat dapat menutupi investasi tersebut (Nugroho 2005). Jika didasarkan pada nilai kini, maka perhitungan IRR terdapat tiga kemungkinan, yaitu :

1. NKM = NKB

Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

2. NKM − NKB = 0 atau NMB = 0

Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

3. NKM ÷ NKB = 1

Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan :

i = tingkat pengembalian minimum yang atraktif (TPMA) t = periode pembungaan ke-t (0 ≤ t ≤ n)

Bt = manfaat pada akhir setiap periode pembungaan ke-t Ct = biaya pada akhir setiap periode pembungaan ke-t n = jumlah periode pembungaan selama periode analisis

Biasanya perhitungan IRR dihitung dengan teknik interpolasi, dengan prosedur sebagai berikut :

(38)

xxxvi

2. Jika hasil NPV negatif, berarti nilai percobaan i terlalu tinggi, pendapatan yang akan didiskonto terlalu besar sehingga nilai sekarang (present value) biaya melebihi nilai sekarang (present value) pendapatan. Jadi dipilih nilai percobaan i baru yang lebih rendah.

3. Jika sebaliknya, nilai sekarang tersebut positif, dapat diketahui bahwa nilai percobaan i terlalu rendah sehingga dipilih nilai i yang lebih tinggi. Adapun teknik interpolasi jika nilai percobaan pertama untuk suku bunga didiskonto dilambangkan dengan i’ sedangkan percobaan kedua dilambangkan dengan i”. Nilai percobaan pertama untuk NPV positif dilambangkan dengan NPV’ sedangkan NPV negatif dilambangkan dengan NPV” dapat dirumuskan dengan

persamaan :

Keterangan :

NPV’ = nilai kini bersih positif

NPV” = nilai kini bersih negatif

(39)

xxxvii

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari PT.TPL bagian perencanaan yang merupakan data rata - rata diameter dan tinggi dari keseluruhan kompartemen pada areal operasional. Berdasarkan jenis tanaman yang diteliti yakni E. hybrid IND-47 pada estate A dan B yang telah dilakukan pengukuran diameter dan tinggi tahap Pre Harvest Inventory (PHI) dengan tujuan untuk menentukan jumlah kompartemen yang datanya akan digunakan.

Tabel 2. Data Kompartemen dan Umur Tegakan E. hybrid (IND-47)

Estate No.Kompaetemen Luas Area (Ha) Tanggal Tanam

Umur Penyusunan data time series tegakan E. hybrid pada komparten yang diatas dalam Tabel 2 menggunakan data rata - rata diameter dan tinggi dari hasil pengukuran berulang mulai dari bulan Januari 2009 sampai bulan April 2013 dengan tahapan pengukuran sebagai berikut:

(40)

xxxviii

2. Plantation Monitoring Assesment 12 (PMA12), yakni metode menilai keberhasilan pananaman pada umur 6 bulan.

3. Mid Rotation Inventory (MRI), yakni metode inventarisai tegakan tanaman pada umur 3 atau pertengahan daur (rotasi) tebang untuk mengetahui kualitas dan kuantitas tanaman.

4. Pre Harvest Inventory (PHI), yakni inventarisasi tegakan tanaman sebelum tanaman sebagai dasar penyusunan rencana tahunan dan jangka panjang.

Model Pendugaan Pertumbuhan Tegakan E. hybrid (IND-47)

Model pertumbuhan sangat penting diperlukan untuk mengetahui pertumbuhan dan potensi tegakan tahunan sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan manajemen khususnya penetuan daur tebang. Model pertumbuhan E. hybrid (IND-47) di Hutan Tanaman Industri, Sektor Aek Nauli, Kabupaten Samosir ini menggunakan persamaan model pertumbuhan meliputi model pertumbuhan diameter, tinggi dan volume yang dihubungkan dengan umur tegakan.

Diameter

Model pendugaan diameter yang dilakukan dengan menggunakan data pada Lampiran 1. Secara lengkap hasil pendugaan diameter pada masing - masing model dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 3. Model Pendugaan Diameter Tegakan E.hybrid (IND 47)

(41)

xxxix

Hasil model pendugaan diameter tegakan E. hybrid (IND-47) pada tabel 3, model pendugaan diameter terbaik adalah model kelima yang merupakan bentuk model root. Standart eror atau simpangan baku yang di dapat dari hasil uji statistik diperoleh untuk variabel diameter sebesar 0.36. Model pendugaan ini memiliki nilai r sebesar 0.99 yang menunjukkan keeratan hubungan antara umur dengan diameter serta nilai R2 (koefisien determinasi) sebesar 98.01% variabel umur tanaman berpengaruh terhadap diameter tanaman dan selebihnya berasal dari faktor lain. Simpangan agregatif (AgD) pada variabel diameter diperoleh sebesar 0.33% dan simpangan relatif (AvD) sebesar 8.00% yang memenuhi kriteria model terbaik menurut Spurr (1952) yang menyatakan bahwa model terbaik jika memiliki nilai AgD lebih kecil 1% dan nilai AvD lebih kecil dari 10%. Sehingga bentuk model yang terbaik untuk menduga nilai diameter tegakan E. hybrid (IND-47) adalah D = 19.53 (0.17)1/x dengan nilai prediksi pertumbuhan diameter

sebagai berikut:

Table 4 Nilai Prediksi Diameter Tegakan E.hybrid (IND-47)

Keterangan : ∆D = selisih nilai prediksi diameter pada umur ke-n+1 dengan nilai prediksi diameter pada umur ke-n

(42)

xl

masing sebesar 3.39 cm, 4.75 cm, dan 2.76 cm. Sedangkan pada umur 4 - 6 tahun mengalami penurunan kurang dari 2 cm.

Menurut Iskandar (2004) menyakatan bahwa Diameter tegakan telah memenuhi syarat untuk bahan baku pulp, syarat diameter untuk pabrik pulp minimal 8 cm. PT TPL telah menetapkan batas minimal diameter cabang dan batang pohon untuk bahan baku serpih (chip) sebesar 5 cm. Dengan memperhatikan hal tersebut, maka daur eukaliptus di PT Toba Pulp Lestari Sektor Aek Nauli yang tepat adalah 8 tahun.

Seperti juga menurut Daniel, Helms, dan Baker (1987), segera setelah sistem perakaran pohon telah berkembang untuk mengeksploitasi penuh massa tanah yang ada, air yang dipergunakan untuk proses transpirasi pohon - pohon individual cenderung bertambah dan kehilangan air setiap unit dan luas cenderung bertambah karena kecepatan transpirasi cenderung merupakan fungsi air yang tersedia.

(43)

xli

Gambar 2. Grafik Laju Petumbuhan Diameter Tegakan E.hybrid (IND-47) Hasil Prediksi Model Pendugaan Terpilih

Tinggi

Model pendugaan tinggi yang dilakukan dengan menggunakan pada Lampiran 1. Secara lengkap hasil pendugaan diameter pada masing - masing model dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Model Pendugaan Tinggi Tegakan E.hybrid (IND-47)

(44)

xlii

Nilai SE dari model ketiga lebih besar dari model yang lain tetapi masih bisa dikatakan nilai r termasuk korelasi sangat tinggi dan hubungan sangat menyakinkan. Sehingga bentuk model yang terbaik untuk menduga nilai tinggi tegakan E. hybrid (IND-47) adalah H = 28.88 (0.15)1/x dengan nilai prediksi pertumbuhan tinggi sebagai berikut:

Tabel 6. Nilai Prediksi Tinggi Tegakan E.hybrid (IND 47)

Umur (Thn) Tinggi (m) ∆H (Hn+1 - Hn)

1 4.26 4.26

2 11.09 6.83

3 15.26 4.17

4 17.90 2.64

5 19.69 1.80

6 20.99 1.30

Keterangan : ∆D = selisih nilai prediksi diameter pada umur ke-n+1 dengan nilai prediksi diameter pada umur ke-n

Hasil prediksi tinggi tegakan E. hybrid (IND-47) pada tabel 6

(45)

xliii

Gambar 3. Grafik Laju Pertumbuhan Tinggi Tegakan E. hybrid (IND-47) Hasil Prediksi dari Model Pendugaan yang Terpilih

Menurut Chapman dan Meyer (1949), bahwa pertumbuhan tinggi pohon lebih dipengaruhi oleh kualitas tempat tumbuh tanaman. Sementara itu, menurut Daniel dkk (1987), bahwa kualitas tempat tumbuh adalah penjumlahan banyak faktor lingkungan yaitu : kedalaman tanah, tekstur tanah, karakteristik profil, komposisi mineral, kecuraman lereng, arah lereng, iklim mikro, dll. Setiap tempat tumbuh bias mempunyai beberapa kualitas tempat tumbuh yang tergantung pada jenis tanaman.

Volume

Model pendugaan volume yang dilakukan dengan menggunakan pada Lampiran 1. Secara lengkap hasil pendugaan volume pada masing - masing model dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Model Pendugaan Volume Tegakan E.hybrid (IND 47)

No Bentuk Persamaan SE Stdev r

R2 (%)

AgD (%)

AvD (%)

1 V = -33.17 + 46.47x 12.8 58.06 0.98 96.04 0.00000001 177.51

2 V = -9.96 + 5.50x + 15.21x2 + -1.56x3 14.04 58.18 0.98 96.04 0.00000001 16.26

3 V = 15.49 e (0.59x) 18.35 52.03 0.96 92.16 1.93 15.52

4 V = 31.82 + 79.22ln(x) 20.04 56.05 0.94 88.36 0.00000001 19.01

(46)

xliv

Berdasarkan data pada Tabel 7, Hasil model pendugaan volume menunjukkan bahwa kelima model dapat digunakan untuk menghitung nilai dugaan volume tegakan E. hybrid (IND-47). Jika dilihat dari nilai r dan R2 model pertama, kedua, dan kelima memiliki nilai tertinggi dengan nilai r dan R2 yang sama masing - masing sebesar 0.98 dan 96.04. Nilai simpangan agregatif (AgD) yang terbaik adalah model ketiga yaitu sebesar 1.93, Sedangkan nilai simpangan rata - rata (AvD) yang terbaik adalah model kelima yaitu sebesar 11.99 telah memenuhi kriteria sebagaimana disyaratkan oleh Chapman dan Meyer (1949) dan

Husch (1963) yang menyatakan bahwa simpangan agregatif model penduga

pohon sebaiknya tidak lebih dari 1%. Untuk nilai SE model kelima lebih kecil

daripada model keempat, sehingga model pendugaan ini dianggap terbaik dalam menduga nilai volume tegakan E. hybrid (IND-47) dengan bentuk persamaan adalah V = 519.57 (0.01)1/x.

Nilai Riap Volume Tegakan E. hybrid (IND-47)

Perhitungan untuk menetukan nilai riap rata - rata berjalan (CAI) dan nilai riap rata - rata tahunan (MAI) volume tegakan E. hybrid (IND-47). Nilai volume tegakan hasil prediksi menggunakan bentuk model pendugaan yang terpiplih dapat dilihat pada Tabel 8.

(47)

xlv

Hasil perhitungan riap volume tegakan E. hybrid (IND-47) dengan riap

tahunan berjalan (CAI) yang maksimum pada umur 3 tahun sebesar 57.13 m3/Ha/tahun, setelah 3 tahun CAI mulai menurun. Sementara itu, riap rata - rata tahunan (MAI) maksimum volume tegakan adalah pada umur 5 tahun sebesar 39.34 m3/Ha/tahun dan setelah mencapai umur 5 tahun akan mengalami penurunan. Sesuai dengan pernyataan Dephut (1993) yang menyatakan bahwa riap suatu volume suatu tegakan bergantung pada kepadatan (jumlah) pohon yang menyusun tegakan tersebut, jenisnya, dan kesuburan tanahnya. Untuk hutan tanaman, biasanya pertumbuhan diameter mengikuti grafik berbentuk S (sigmoid), oleh karena pada mulanya tumbuh agak lambat kemudian cepat, lalu menurun.

Hal ini menunjukkan bahwa di kawasan hutan tanaman eukaliptus di PT Toba Pulp Lestari Sektor Aek Nauli terjadi perbedaan kualitas tempat tumbuh yang menyebabkan potensi tegakan berbeda antara satu lokasi dengan lokasi lainnya. Hal ini terjadi juga di tempat lain bahwa riap jenis - jenis eukaliptus sangat beragam tergantung faktor lingkungan dan managemen yang diterapkan.

Hasil penelitian terhadap jenis tanaman E. hybrid di negara lain, yang ditanam di Congo pada tanah miskin hara sampai umur 6 tahun dapat mencapai volume 158 m3/ha dengan riap tahunan 26 m3/ha/tahun (Laclau et al. 2005), sedangkan pada tanah subur produktivitas E. hybrid sangat tinggi dan memiliki riap tahunan rata-rata sebesar 70 m3/ha/tahun (Campinhos 1993).

(48)

xlvi

Pada curah hujan antara 1000 - 1200 mm/tahun riap rata-rata tahunan dapat mencapai sekitar 37 m3/ha pada tanah Ultisol berlempung sekitar 34 m3/ha pada tanah Ultisol berpasir dan sekitar 30 m3/ha pada tanah Oxisol berpasir. Pada lahan yang mempunyai curah hujan >1200 mm/tahun riap rata-rata tahunan menjadi sekitar 58 m3/ha pada tanah Ultisol berlempung sekitar 47 m3/ha pada tanah

Ultisol berpasir dan sekitar 38 m3/ha pada tanah Oxisol berpasir (Stape et al. 1997 dalam Fisher dan Binkley 2000).

Menurut Gonçalves et al. (1997) pertumbuhan E. hybrid di Brazil pada tanah Ultisol sangat beragam dengan kisaran riap rata - rata tahunan pada umur 5 tahun sebesar 12 - 48 m3/ha/tahun.

Daur Volume Maksimum tegakan E. hybrid (IND-47)

Daur volume maksimum tegakan ditentukan berdasarkan titik potong antara kurva CAI dengan MAI karena merupakan daur dimana riap volume maksimal dapat dicapai. Kurva hasil perpotongan antara CAI dan MAI tegakan E. hybrid di PT Toba Pulp Lestari dapat dilihat pada Gambar 6 dan 7.

Gambar 4. Grafik CAI dan MAI Volume Tegakan E.hybrid (IND-47)

Daur volume tegakan E. hybrid di sektor Aek Nauli maksimum terjadi pada kisaran umur antara 5,5 tahun dimana pada umur tersebut terjadi

(49)

xlvii

perpotongan antara grafik MAI dan CAI. Pada daur volume maksimum terjadi

pada umur 5,5 tahun dengan rata-rata riap volume tahunan sekitar 35,77 m3/ha/tahun sehingga akan didapat volume sebesar 214,88 m3/ha.

Menurut Mindawati (2010), Penentuan daur tebang dilakukan berdasarkan laju pertumbuhan tegakan per satuan waktu yang disebut riap tegakan. Daur optimal tegakan dilihat dari riap pertumbuhan maksimal yang ditentukan berdasarkan telah adanya titik potong antara kurva CAl dengan MAI. Titik perpotongan yang terjadi merupakan daur dimana riap volume maksimal dapat dicapai. Daur volume maksimal E. hybrid dapat dilihat pada Gambar 6. Dari Gambar 6 terlihat bawa perpotongan grafik MAl dan grafik CAl terjadi pada umur 5,5 tahun. Sehubungan dengan itu dapat disimpulkan bahwa daur volume maksimum untuk hutan tanaman E. hybrid adalah 5,5 tahun riap sekitar 35,83 m3/Ha. Pada kenyataannya di lapangan daur yang digunakan pada umur 5 tahun.

Oleh karena itu, daur 5 tahun tidak tepat karena masih terjadi defisit unsur hara dan produktivitas tegakan belum maksimum. Meskipun dari segi teknis

tanaman merupakan jenis yang cocok dikembangkan di daerah tropis (Harwood, 1998; Leksono, 2010) yang dapat dipanen pada umur 6 - 7 tahun

(Harmoko, 2004; Quilho et al ., 2006), dan layak untuk digunakan sebagai bahan baku pulp pada umur 4 - 5 tahun (Sihite, 2008).

(50)

xlviii

kontribusi bibit unggul secara genetik pada produktivitas jenis E. grandis di Brazil dapat meningkat sebesar 15 - 20% dan jika benih unggul tersebut dibarengi dengan pemupukan Nitrogen dan pemeliharaan tanaman secara intensif maka kenaikan dapat mencapai 100%.

Menurut Simon (2010) Dari hasil analisis ditetapkan umur indeks untuk tegakan eukaliptus di hutan tanaman PT Toba Pulp Lestari Sektor Aek Nauli adalah delapan tahun. Umur 8 tahun merupakan daur volume maksimum tegakan eukaliptus di hutan tanaman PT Toba Pulp Lestari. Hal ini sesuai dengan ketentuan bahwa penetapan umur indeks berdasarkan daur volume maksimum yaitu umur tegakan dimana hasil kayu tahunan mencapai volume yang tertinggi. Umur ini ditunjukkan oleh perpotongan antara kurva riap tahun berjalan (CAI) dengan kurva riap tahunan rata-rata (MAI).

Hal ini menunjukkan bahwa di kawasan hutan tanaman eukaliptus di PT Toba Pulp Lestari Sektor Aek Nauli terjadi perbedaan kualitas tempat tumbuh yang menyebabkan potensi tegakan berbeda antara satu lokasi dengan lokasi lainnya. Di Brazil, MAI eukaliptus dengan daur tebang 8 - 10 tahun mencapai

(51)

xlix Analisis Fianansial

Suatu usaha dilaksanakan untuk memperoleh keuntungan benefit yang maksimal. Besar kecilnya keuntungan tersebut tergantung dari produksi yang dihasilkan. Jadi, dalam suatu perencanaan untuk melakukan usaha harus memperhitungkan apakah usaha tersebut mendatangkan atau tidak.

Selain itu, setiap usaha yang dilakukan oleh setiap orang perlu diketahui seberapa besar manfaat yang diperoleh, biaya yang dikeluarkan, berapa keuntungannya, dan kapan investasinya kembali. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah suatu usaha memiliki kelayakan sebagai suatu usaha. Untuk mengetahui hal tersebut, maka dilakukan dengan analisis finansial.

Analisis finansial merupakan suatu alat ukur mengukur layak atau tidaknya suatu investasi apabila diukur ari aspek keuangan. Pada umumnya, terdapat kriteria dalam menentukan kelayakan suatu usaha yang tergantung kepada kondisi dan kebutuhan yaitu NPV (Net Present value), BCR (Benefit Cost Rasio), dan IRR (Internal Rate of Returns).

Dalam penelitian ini, hasil yang diperoleh memberikan prospek fianansial yang cukup baik. Hal ini terlihat dari berbagai kriteria finansial yaitu NPV, BCR, dan IRR pada tingkat suku bunga yang berlaku sebesar 16%. Untuk menghitung ketiga kriteria tersebut, maka sebelumnya harus diketehui besarnya penerimaan,

pengeluaran, dan pendapatan suatu usaha pada (lampiran 6). Nilai masing - masing kriteria finansial pada tabel .

Net Present Value (NPV)

(52)

l

menguntungkan. Nilai NPV pada lokasi HTI PT Toba Pulp Lestari dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Nilai NPV selama 6 tahun pada tingkat suku bunga 16%

No Lokasi NPV (Rp/Ha)

1 Areal HTI Tegakan E.hybrid (Ind-47) 22,127,133 Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa usaha tanaman eukaliptus pada areal HTI dengan tingkat suku bunga 16% menunjukkan nilai yang positif. Dengan nilai hasil yang positif maka, tanaman eukaliptus tersebut layak untuk diusahakan. Pada aeal tanaman eukaliptus memiliki nilai NPV sebesar Rp 13,127,133.

Benefit Cost Rasio (BCR)

Benefit Cost Rasio merupakan perbandingan besarnya pendapat dengan pengeluaran dengan tingkat suku bunga yang telah ditentukan selama jangka waktu tertentu, dalam hal ini adalah 6 tahun. Nilai BCR lebih besar dari satu menunjukkan bahwa investasi cukup menguntungkan dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Nilai BCR selama 6 tahun padatingkat suku bunga 16%

No Lokasi BCR

1 Areal HTI Tegakan E.hybrid (Ind-47) 1,33

Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa usaha eucalyptus pada areal tanaman eukaliptus dengan tingkat suku bunga 16% menunjukkan nilai BCR positif. Dengan kondisi ini, eukaliptus layak untuk dijalankan.

(53)

li Internal Rate of Return (IRR)

Nilai IRR juga memberikan petunjuk bahwa suatu investasi cukup menguntungkan atau tidak. IRR merupakan parameter yang menunjukkan sejauh mana suatu investasi mampu memberikan keuntungan besar dari tingkat suku bunga. Nilai IRR pada lokasi areal HTI tanaman eukaliptus dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11. Nilai IRR selama 6 tahun pada tingkat suku bunga 16%

No Lokasi IRR

1 Areal HTI Tegakan E.hybrid (Ind-47) 17

Dari tabel 11 dapat dilihat bahwa kedua lokasi areal HTI tanaman eukaliptus tersebut menunjukkan nilai IRR lebih besar dari nilai suku bunga bank yang berlaku saat ini. Hal ini berarti pengembalian modal investasi selama pengusahaan tanaman eukaliptus layak dijalankan. Jika IRR yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan nilai suku bunga 16%, maka usaha HTI tanaman tersebut tidak layak dijalankan karena pengembalian modal invesatasi tidak terjadi atau mengalami kerugian. Nilai IRR merupakan pada tingkat suatu suku bunga (discount rate) berapa keuntungan sekarang menjadi negatif.

(54)

lii

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Model pendugaan pertumbuhan diameter, tinggi, dan volume tegakan E.hybrid (Ind-47) masing - masing adalah D = 19.53 (0.17)1/x ,

H = 28.88 (0.15)1/x , V = 519.57 (0.01)1/x.

2. Hasil perhitungan riap volume tegakan E. hybrid (IND-47) dengan riap

tahunan berjalan (CAI) yang maksimum pada umur 3 tahun sebesar 57.13 m3/Ha/tahun

3. Hasil perhitungan riap rata - rata tahunan (MAI) maksimum volume tegakan adalah pada umur 5 tahun sebesar 39.34 m3/Ha/tahun

4. Daur volume tegakan E. hybrid di sektor Aek Nauli maksimum terjadi pada

kisaran umur antara 5,5 tahun dengan rata-rata riap volume tahunan sekitar 35,77 m3/ha/tahun sehingga akan didapat volume sebesar 214,88 m3/ha.

5. Anaisis finansial meliputi NPV, BCR dddan IRR. Pada aeal tanaman eukaliptus memiliki nilai NPV sebesar Rp 13,127,133. Tanaman eukaliptus memiliki nilai BCR sebesar 1,07. Tanaman eukaliptus memiliki nilai IRR sebesar 17%. Tanaman eukaliptus ini layak dijalankan karena nilai IRR lebih besar dari suku bunga yang berlaku yaitu 16%.

Saran

(55)

liii

DAFTAR PUSTAKA

Arief, A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Kanisius. Yogyakarta.

Bustomi, S., Harbagung., Wahyono, D. dan Parthama I.B.P. 1998. Petunjuk Teknis Tata Cara Penyusunan Tabel Volume Pohon. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konversi Alam. Bogor.

Butar - Butar, T dan S. Sembiring. 1991. Riap Rata - Rata Berjalan Diameter Selama 5 Tahun Terakhir Hutan Tanaman Shorea platyclados di Purba Tongah, Sumatera Utara. Buletin Penelitian Kehutanan Volume 7 Nomor 1 April 1991. BPK Pematang Siantar.

Campinhos EN. 1993. A Brazilian example of a large scale forestry plantation in tropical region: Aracruz. Di dalam: Davinson J (ed.). Proc. of the regional symposium on recent advances in mass clonal multiplication of forest trees for plantation programmes . FAO, Los Banos, Philipines, pp.46-59.

Chapman, H.H and W.H Meyer. 1949. Forest Menstruation. McGraw-Hill Book Company Inc. New York. London.

Daniel, T.W., Helms, J.A dan Baker, F.S. Diterjemahkan oleh Marsono, D. 1987. Prinsip - Prinsip Silvikultur. Edisi II. Gadjahmada University Press. Yogyakarta.

Darwo, 1999. Kajian Riap dan Pertumbuhan Tiga jenis Tanaman HTI, Prosiding Ekspose hasil Penelitian Balai penelitian Kehutanan Pematang Siantar. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan. Departemen Kehutanan dan Perkebunan.

Davis, L.S and K.N. Jhonson. 1987. Forest Management. Mc Graw-Hill Book Company. Newyork.

Departemen Kehutanan RI. 1993. Manual Kehutanan. Dephut RI. Jakarta.

Gonçalves JLM, Barros NF, Nambiar EKS, Novais RF. 1997. Soil and stand management for short rotation plantations. Di dalam: Nambiar EKS, Brown AG (eds); Management of Soil Nutrient and Water in Tropical Plantation Forest. ACIAR. Australia.

Hardiyanto EB. 2009. Bahan ajar : Pemuliaan untuk peningkatan produktivitas hutan tanaman. Fakultas kehutanan. Universitas Gajah Mada. Jogyakarta.

(56)

liv

2008 hal 1 - 7. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.

Latifah, S. 2004. Pertumbuhan dan Tegakan Eucalyptus Grandis di Hutan Tanaman Industri. USU Press. Medan.

Mardin, S. G. 2009. Ketahanan Bibit Eucalyptus sp. Terhadap Cekaman Kekeringan. Medan : Skripsi Sarjan Kehutanan. Universitas Sumatera Utara.

Mindawati, N. 2010. Kajian Pertumbuhan Hybrid Eucalyptus urograndis Dan Pengaruhnya Terhadap Kesuburan Tanah. Pusat Penelitain Dan Pengembangan Produktivitas Kehutanan. Departemen Kehutanan. Bogor. Mindawati, N. 2011. Kajian Kualitas Tapak Hutan Tanaman Industri Hibrid

Eucalyptus urograndis Sebagai Bahan Baku Industri Pulp Dalam Pengelolaan Hutan Lestari (Studi Kasus di PT Toba Pulp Lestari, Simalungun, Sumatera Utara) [Disertasi]. Program Pasca Sarjana IPB. Bogor.

Prodan, M. 1968. Forest Biometrics. Pergamon Press. Oxford. London.

Simon, H. 1996. Metode Inventore Hutan. Edisi 1. Cetakan 2. Aditya Media. Yogyakarta.

Sandra E. 2012. Kajian Teoritis Teknologi Sederhana Percepatan Pertumbuhan Diameter Pohon Dalam Rangka Meningkatkan Produktivitas Kayu. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB, Bogor.

(57)

lvi

(58)

lvii

Lampiran 1. Data Rata - rata Diameter dan Tinggi serta Nilai Volume Tegakan E hybrid (IND-47)

(59)

lviii

12.4 3.5 11.5 15.4 79 20670

90 21.2 5/15/2009 1 3.7 4.1 626 35413

21.2 3.4 11.7 16.0 28 35413

21.2 4.0 12.1 16.0 35 35413

124 11.6 3/15/2009 0.5 0.1 1.1 100 19343

11.6 1 4.0 4.3 122 19343

11.6 3.0 11.6 16.1 0 19343

(60)

lix

Lampiran 2. Peta Sebaran Tegakan E. hybrid (IND-47) 480000

(61)

lx Lampiran 3. Foto Tegakan E. hybrid (IND-47)

(a) (b)

(c) (d)

(62)

lxi

Lampiran 4. Sebaran Data Model Pendugaan Diameter

Residuals

(63)

lxii

Lampiran 5. Sebaran Data Model Pendugaan Tinggi

Residuals

(64)

lxiii

Lampiran 6. Sebaran Data Model Pendugaan Volume

Residuals

(65)

lxiv

(66)

lxv

Lampiran 8. Bentuk Trendline Model Pendugaan Tinggi S = 1.25727543

(67)

lxvi

Lampiran 9. Bentuk Trendline Model Pendugaan Volume S = 0.98255035

(68)

lxvii

Lampiran 10. Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR), dan Internal Rete of Return (IRR) tanaman eukaliptus di areal HTI

Lampiran Analisis biaya tanaman Eucaliptus di HTI (x 1000)

No Uraian Satuan Volume Harga satuan Tahun ke

Gambar

Gambar 1. Grafik CAI dan MAI
Tabel 2. Data Kompartemen dan Umur Tegakan E. hybrid (IND-47)
Tabel 3. Model Pendugaan Diameter Tegakan E.hybrid (IND 47)
Tabel 5. Model Pendugaan Tinggi Tegakan E.hybrid (IND-
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga dengan melihat fenomena yang ada perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia

Produk mesin cuci diharapkan dapat terpengaruh oleh pengaruh pribadi karena, konsumen mudah terpengaruh untuk menggunakan produk ini apabila melihat iklan yang

Analisis univariat ini menjelaskan hasil penelitian yang merupakan distribusi frekuensi dari hubungan peran keluarga terhadap pemenuhan kebutuhan perawatan diri

SKRIPSI PENERAPAN TERAPI PERILAKU PADA ANAK..... ADLN Perpustakaan

maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tentang pendaruh brand performance dan brand satisfaction terhadap brand switching sabun nuvo di sidoarjo2. Variable penelitian

Carruthers dan dia nampaknya tertarik pada kisah saya, dan mengatakan bahwa dia sudah memesan kereta untuk mengantar jemput saya sehingga saya tak perlu lewat jalan yang sepi

menunjukkan terjadinya peningkatan gugus asetil pada CMCts yang berasal dari monokloroasetat yang ditambahkan pada proses esterifikasr' Mengingat suhu dapat berperan

Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi penerapan payback period pada UMKM Kota Bogor adalah ukuran usaha kecil dan menengah, tingkat