• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PERLINDUNGAN HUKUM PEMERINTAH TERHADAP

NOMOR 28 TAHUN 2004

D. Konsekuensi Hukum Undang-undang Yayasan Bag

Beberapa bentuk yayasan yang sudah dikenal sejak dahulu di Indonesia yang kesemuanya diakui sebagai badan hukum dalam praktek, dimana bentuk-bentuk dan tata cara pendirian yayasan di Indonesia selama ini hanya berdasarkan kepada kebiasaan-kebiasaan, praktek-praktek hukum dalam masyarakat dan yurisprudensi Mahkamah Agung. Status badan hukum yayasan sebetulnya hanya berdasarkan atas keinginan pendirinya atau kesepakatan para pendirinya (pendiri yayasan) oleh karena kesamaan visi yang ditentukan dalam hukum perjanjian yang selanjutnya berkembang dalam praktek hukum, keinginan mendirikan yayasan atau kesepakatan mendirikan yayasan tadi selanjutnya diotentikkan dalam bentuk akta notaris pendirian yayasan dan biasanya pendirian yayasan diperuntukkan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dibidang sosial, keagamaan, pendidikan dan kemanusiaan.70

Maka akibat dalam praktek demikian terus berkembang secara terus menerus pada gilirannya status yayasan dalam kenyataan mau tidak mau harus diterima

70

L. Boedi Wahyono dan Suyud Margono, Hukum Yayasan Antara Fungsi Kariatif Atau

Jagjit Singh : Tinjauan Hukum Yayasan Keagamaan Hindu Sikh Di Sumatera Utara Sebagai Badan Hukum Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004, 2009.

sebagai suatu bentuk badan hukum seperti halnya Perseroan Terbatas, Koperasi, BUMN dan lain-lain. Dari sisi praktek atas status hukum yayasan dipakai dalam rangka mengcover bentuk hukum dari perhimpunan dan perkumpulan dalam menjalankan aktivitas melakukan pekerjaan sosial, keagamaan dan kemanusiaan, artinya status hukum perhimpunan sebagai badan hukum perdata, sementara yayasan sebagai badan hukum dalam memperlakukan yayasan sebagai subjek hukum mandiri. Fenomena yang berkembang dimana, masyarakat merasa lebih senang bila yayasan tunduk pada pengaturan yang sudah ada dan merasa tidak perlu ada pengaturan baru apalagi harus ada pengaturan khusus dalam undang-undang. Alasan mereka karena dengan pengaturan yang khusus akan menyulitkan gerakan langkah Pengurus, Pendiri atas payung yayasan yang telah dibuat pendirinya. Masyarakat yang lebih condong untuk memilih bentuk yayasan sebagai landasan berpijak usahanya karena bagaimanapun juga dipersamakan statusnya sebagai badan hukum dibandingkan bentuk yang lain yang sulit dengan pengaturan undang-undang, kelemahan hukum dan kesempatan inilah yang digunakan masyarakat.

Pada kenyataan yang menunjukkan kecenderungan masyarakat untuk mendirikan yayasan dengan maksud untuk berlindung dibalik status badan hukum yayasan, selain digunakan sebagai wadah untuk mengembangkan kegiatan sosial, keagamaan, kemanusiaan, disamping itu juga tindakan atas yayasan tersebut bertujuan untuk memperkaya diri para pendiri dan/atau pengurus yayasan tersebut. Akibatnya timbul berbagai masalah baik masalah yang berkaitan dengan kegiatan yayasan yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan yang tercantum dalam anggaran

Jagjit Singh : Tinjauan Hukum Yayasan Keagamaan Hindu Sikh Di Sumatera Utara Sebagai Badan Hukum Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004, 2009.

dasar, sengketa antara pengurus dengan pendiri atau pihak lain maupun adanya dugaan bahwa yayasan digunakan untuk menampung kekayaan yang berasal dari para pendiri atau pihak lain yang diperoleh dengan cara melawan hukum. Masalah tersebut belum dapat diselesaikan secara hukum karena sebelumnya tidak ada hukum positif yang mengatur secara khusus mengenai yayasan sebagai landasan yuridis untuk penyelesaiannya.

Peralihan pengaturan yayasan yang semula didirikan hanya berdasarkan pada hukum kebiasaan, doktrin dan yurisprudensi, dan kini diatur oleh Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang-undang nomor 28 Tahun 2004 berdampak pada yayasan yang sudah ada sebelum diundangkannya UU Yayasan ini. Yang harus diperhatikan terlebih dahulu yaitu Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang- undang nomor 28 Tahun 2004 terhadap yayasan yang sudah berdiri sebelum diundangkannya Undang-undang Yayasan dalam hal ini berlaku ketentuan peralihan Pasal 71 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2004 yaitu:

(1) Pada saat undang-undang ini mulai berlaku, yayasan yang:

a. telah didaftarkan di pengadilan negeri dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia; atau

b. telah didaftarkan di pengadilan negeri dan mempunyai izin melakukan kegiatan dari instansi terkait;

tetap diakui sebagai badan hukum dengan ketentuan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) tahun terhitung sejak tanggal undang-undang ini mulai berlaku, Yayasan tersebut wajib menyesuaikan anggaran dasarnya dengan ketentuan undang-undang ini.

(2) Yayasan yang telah didirikan dan tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat memperoleh status badan hukum dengan cara menyesuaikan anggaran dasarnya dengan ketentuan undang-undang ini, dan mengajukan permohonan kepada menteri dalam jangka waktu paling lambat 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal undang-undang ini mulai berlaku.

Jagjit Singh : Tinjauan Hukum Yayasan Keagamaan Hindu Sikh Di Sumatera Utara Sebagai Badan Hukum Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004, 2009.

(3) Yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib diberlakukan kepada menteri paling lambat 1 (satu) tahun setelah pelaksanaan penyesuaian.

(4) Yayasan yang tidak menyesuaikan anggaran dasarnya dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan Yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tidak dapat menggunakan kata “Yayasan” di depan namanya dan dapat dibubarkan berdasarkan putusan pengadilan atas permohonan kejaksaan atau pihak yang berkepentingan.

Dari ketentuan peralihan diatas, berarti yayasan yang memenuhi persyaratan pada huruf a atau b tetap diakui sebagai badan hukum, akan tetapi diwajibkan untuk menyesuaikan anggaran dasarnya paling lambat 3 (tiga) tahun terhitung sejak tanggal 6 Oktober 2005 dan sampai tanggal 6 Oktober 2008. bila anggaran dasar belum disesuaikan sampai setelah tanggal 6 Oktober 2008 maka yang berlaku adalah ketentuan Undang-undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang-undang Nomor 28 Tahun 2004 dan bukan ketentuan anggaran dasar yayasan yang bersangkutan.

Penyesuaian harus diberitahukan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia paling lambat 1 (satu) tahun setelah penyesuaian tersebut dilakukan. Bila penyesuaian tidak dilakukan dalam jangka waktu yang telah ditentukan, yayasan dapat dibubarkan berdasarkan putusan pengadilan atas permohonan kejaksaan atau pihak yang berkepentingan.71

Ketentuan Pasal 71 ayat (4) Undang-undang Yayasan menentukan akibat hukum dari suatu Yayasan yang telah diakui keberadaannya sebagai badan hukum (Pasal 71 ayat 1 butir a dan b UU Yayasan), jika dalam waktu yang telah ditentukan yakni selambat-lambatnya pada tangal 6 Oktober tahun 2008, dilanggar kewajiban

71

Jagjit Singh : Tinjauan Hukum Yayasan Keagamaan Hindu Sikh Di Sumatera Utara Sebagai Badan Hukum Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004, 2009.

ketentuan Undang-undang Yayasan dengan tidak menyesuaikan anggaran dasarnya berakibat pada tidak dapat digunakannya kata “Yayasan” didepan nama suatu yayasan yang belum melakukan penyesuaian tersebut. Tidak dapat menggunakan kata “Yayasan”, bukan berarti yayasan tersebut tidak tunduk kepada UU Yayasan atau kehilangan status sebagai badan hukum, tapi harus ditafsirkan bahwa perbuatan- perbuatan yang dilakukan oleh organ-organ yayasan yang berwenang sesuai dengan anggaran dasar lamanya, jika melakukan perbuatan hukum atas nama yayasan, bukan menjadi tanggung jawab yayasan melainkan tanggung jawab anggota organ yayasan tersebut secara tanggung renteng atau yayasan tidak boleh melakukan perbuatan hukum atas nama yayasan selama anggaran dasarnya belum disesuaikan dan nama yayasan tersebut dapat digunakan oleh pihak lain.72

Selain itu, yayasan yang tidak menyesuikan anggaran dasarnya “dapat” dibubarkan oleh Pengadilan atas permohonan pihak yang berkepentingan atau pihak kejaksaan. Pasal 62 UU Yayasan menentukan bahwa, yayasan bubar kerena :

a. jangka waktu yang ditetapkan dalam anggaran dasar berakhir;

b. tujuan Yayasan yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah tercapai atau tidak tercapai;

c. putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap berdasarkan alasan:

1) Yayasan melanggar ketertiban umum dan kesusilaan;

72

Pieter E. Latumeten, Yayasan Lama antara Legal atau Ilegal, dimuat dalam Majalah Renvoi, Jurnal, Berita Bulanan Notaris/PPAT Nomor 7.67 Desember 2008.

Jagjit Singh : Tinjauan Hukum Yayasan Keagamaan Hindu Sikh Di Sumatera Utara Sebagai Badan Hukum Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004, 2009.

2) tidak mampu membayar utangnya setelah dinyatakan pailit; atau

3) harta kekayaan Yayasan tidak cukup untuk melunasi utangnya setelah pernyataan pailit dicabut.

Kedudukan yayasan yang anggaran dasarnya belum disesuaikan versi Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, Ditjen Administrasi Hukum Umum melalui Pengumumannya Nomor AHU-10..OT.03.01.Tahun 2008 tanggal 6 Oktober 2008, dalam butir 3 menegaskan: “Terhitung sejak tanggal 6 Oktober 2008, Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia hanya menerima pemberitahuan Yayasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (1) UU Nomor 28 tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, yang sudah menyesuaikan anggaran dasarnya sebelum tanggal 6 Oktober 2008 sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (3) Undang-undang tersebut.”73

73

Pengumumannya Nomor AHU-10..OT.03.01.Tahun 2008. Butir 3.

Melalui pengumuman ini Departemen Hukum dan HAM RI hanya menerima Yayasan yang telah menyesuaikan anggaran dasarnya sebelum tanggal 6 Oktober 2008 dan hal ini sejalan dengan pasal 73 UU Yayasan yang mengharuskan Yayasan yang telah disesuaikan dalam jangka waktu yang ditentukan wajib diberitahukan kepada Menteri paling lambat 1 (satu) tahun sejak pelaksanaan penyesuaian atau 1 (satu) tahun sejak pelaksanaan atau paling lambat tanggal 6 Oktober 2009, dan semua yayasan yang telah disesuaikan tersebut sudah harus diberitahukan kepada Menteri paling lambat tanggal 6 Oktober 2009

Jagjit Singh : Tinjauan Hukum Yayasan Keagamaan Hindu Sikh Di Sumatera Utara Sebagai Badan Hukum Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004, 2009.

Mengenai kedudukan Yayasan yang tidak dapat lagi disesuaikan dan harus dilikuidasi, secara empirik banyak yayasan yang bergerak di bidang sosial, kemanusiaan dan keagamaan, terutama yang kegiatannya dibidang pendidikan dan memiliki aset cukup banyak dan jika harus dilikuidasi dapat dibayangkan bagaimana dampaknya terhadap siswa/siswinya.74

Ketentuan Pasal 71 ayat (4) UU Yayasan tidak terdapat ketegaskan karena kata “dapat” dibubarkan oleh Pengadilan tentu bergantung pada kemauan serta inisiatif dari pihak yang bersangkutan dan tidak secara otomatis. Hal ini mengandung makna boleh dilakukan dan juga boleh tidak dilakukan. Apabila pihak kejaksaan atau pihak yang berkepentingan tidak mengajukan permohonan pembubaran sebagaimana yang diamanahkan Undang-undang Yayasan, maka yayasan dengan status seperti yang ditentukan Pasal 71 ayat (1) butir a dan b tetap menjadi Badan Hukum karena tidak ada yang membubarkannya.

Undang-undang tidak melarang bagi yayasan yang tidak menyesuaikan anggaran dasarnya dalam jangka waktu yang ditentukan, untuk menyesuaikan anggaran dasarnya setelah jangka waktunya lewat dan tidak ada kewenangan bagi Departemen Hukum dan HAM RI menolak pemberitahuan penyesuaian anggaran dasar yang dibuat sejak tanggal 6 Oktober 2008.

Mengenai ketentuan Pasal 71 Undang-undang Yayasan, yang terdapat perbedaan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2008 Pelaksanaan Undang-undang Yayasan pada Pasal 39 yaitu: Yayasan yang belum memberitahukan kepada Menteri sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud

74

Jagjit Singh : Tinjauan Hukum Yayasan Keagamaan Hindu Sikh Di Sumatera Utara Sebagai Badan Hukum Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004, 2009.

dalam Pasal 71 ayat (3) Undang-undang tidak dapat menggunakan kata “Yayasan” di depan namanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (4) Undang-undang dan harus melikuidasi kekayaannya serta menyerahkan sisa hasil likuidasi sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 68 Undang-undang.75

Dengan demikian apabila ada yayasan yang belum melakukan penyesuaian anggaran dasar hingga kini, bila yayasan tersebut ada memegang hak-hak atas tanah seperti hak pakai atau Hak Guna Bangunan yang mana dapat menimbulkan pertanyaan bagaimana dengan hak-hak atas tanah tersebut apakah juga akan secara

Pertentangan redaksi pasal antara Undang-undang Yayasan dan Peraturan Pemerintah Pelaksanaan Undang-undang tentang Yayasan terlihat disini, dimana undang-undang mengisyaratkan berakhirnya status badan hukum yayasan tersebut terjadi berdasarkan putusan pengadilan atas permohonan kejaksaan atau pihak yang berkepentingan sedangkan Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2008 pasal 39 terhadap yayasan yang belum memberitahukan kepada Menteri mengharuskan yayasan tersebut harus melikuidasi kekayaannya serta menyerahkan sisa hasil likuidasi. Karena undang- undang bersifat lebih tinggi dari peraturan pemerintah, maka disinyalir pasal ini akan kurang efektif eksistensinya.

75

Pasal 68 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2004 :

(1) Kekayaan sisa hasil likuidasi diserahkan kepada Yayasan lain yang mempunyai kesamaan kegiatandengan Yayasan yang bubar.

(2) Kekayaan sisa hasil likuidasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diserahkan kepada badan hukum lain yang mempunyai kesamaan kegiatan dengan Yayasan yang bubar, apabila hal tersebut diatur dalam undang-undang mengenai badan hukum tersebut.

(3) Dalam hal kekayaan sisa hasil likuidasi tidak diserahkan kepada Yayasan lain atau kepada badan hukum lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), kekayaan tersebut diserahkan kepada negara dan penggunaannya dilakukan sesuai dengan kegiatan Yayasan yang bubar.

Jagjit Singh : Tinjauan Hukum Yayasan Keagamaan Hindu Sikh Di Sumatera Utara Sebagai Badan Hukum Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004, 2009.

otomatis berakhir dimana hak atas tanah tersebut diberikan dalam jangka waktu tertentu sehingga menurut jangka waktunya hak tersebut belum berakhir, dimana Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2008 tersebut menentukan bahwa yayasan tersebut kehilangan status badan hukumnya. Dengan demikian maka terhadap status tanah misalnya seperti Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai yang diberikan negara kepada suatu yayasan tersebut dimana yayasan tersebut tidak melakukan penyesuaian anggaran dasarnya seperti yang diamanatkan oleh Undang-undang Yayasan, maka dengan demikian terhadap hak-hak tersebut belumlah berakhir secara serta merta, berakhirnya hak-hak atas atas tanah tersebut bila ditentukan dalam sertipikat hak atas tanah yang bersangkutan.

Badan hukum yayasan yang jelas entitasnya terpisah kekayaan antara pendiri dan pengurus dengan yayasan itu sendiri. Sehingga masih selayaknya memegang status badan hukum, dan seharusnya berakhirnya status badan hukum tersebut sesuai dengan Pasal 71 ayat (4) Undang-undang Nomor 28 Tahun 2004 berdasarkan pada putusan pengadilan atas permohonan kejaksaan atau pihak yang berkepentingan.

Bila ditelusuri dari sudut pandang Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2008 Pasal 39 maka kini yayasan-yayasan yang belum melakukan penyesuaian anggaran dasar secara formal harus dilikuidasi dan telah kehilangan status badan hukumnya yang sudah bubar secara yuridis hukum terjadi kevakuman, benar-benar hilang secara yuridis formal. Langkah berikutnya harus dibuat payung hukumnya dengan jalan keluar yang ada bagi mereka dari segi kenotariatan yaitu mengajukan permohonan pemakaian nama ke Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, bila

Jagjit Singh : Tinjauan Hukum Yayasan Keagamaan Hindu Sikh Di Sumatera Utara Sebagai Badan Hukum Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004, 2009.

nama yang selama ini mereka pakai belum digunakan oleh yayasan lain maka mereka dapat kembali memakai nama tersebut seperti sediakala. Pada premise akta pembaharuan anggaran dasar/pendirian yayasan baru tersebut dapat disebutkan sejarah bahwa yayasan ini berasal atau turunan dari yayasan sebelumnya telah ada.76

Untuk dapat melakukan likuidasi seperti yang ditentukan oleh peraturan pemeritah Nomor 63 Tahun 2008 maka hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu, terlebih dahulu harus didahului dengan rapat yang dilakukan oleh para pengelola yayasan yang bersangkutan didasarkan pada Ketetapan dari Pengadilan Negeri setempat yang menentukan keabsahan dari para pengelola yayasan tersebut untuk dapat melakukan likuidasi terhadap suatu yayasan yang dimaksud. Dengan demikian maka sepatutnya ditunjuk pula appreciator serta akuntan publik sehingga dapat menentukan dengan pasti berapa aset-aset yang dimiliki oleh sebuah yayasan, dimana penunjukkan ini sebaiknya juga melalui Ketetapan dari Pengadilan Negeri diatas. Pada saat dilakukannya likuidasi maka harus dibuat Berita Acara Likuidasi yang dilakukan oleh likuidator yang ditunjuk. Setelah proses likuidasi ini selesai dilakukan dan dimasukkan dalam berita acara likuidasi barulah dalam hal dibuatnya pembaharuan anggaran dasar yayasan tersebut setelah diperiksa di Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia nama yang sebelumnya dapat digunakan kembali, kemudian dapat dibuat anggaran dasar yayasan yang baru (pembaharuan anggaran dasar) dengan memasukkan premise bahwasanya aset yayasan yang baru ini berasal dari aset

76

Jagjit Singh : Tinjauan Hukum Yayasan Keagamaan Hindu Sikh Di Sumatera Utara Sebagai Badan Hukum Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004, 2009.

yayasan sebelumnya telah ada yang dilikuidasi berdasarkan berita acara likuidasi dengan menyebut tanggal dan keterangan lain yang diperlukan.

Namun apabila yayasan yang tidak menyesuaikan anggaran dasarnya ingin mengalihkan hak-hak atas tanah yang dimilikinya, maka dengan demikian dapat dimintakan Ketetapan dari Pengadilan Negeri, dimana dalam penetapan Pengadilan Negeri dapat dimintakan status Badan Hukum yayasan tersebut yang eksis, siapa- siapa pengurus yayasan tersebut, dan dimintakan mengenai tindakan kepemilikan atas aset serta siapa yang berhak bertindak mengalihkan hak-hak tersebut.

Terhadap yayasan-yayasan yang tidak melakukan pembaharuan anggaran dasar, maka statusnya dengan sendirinya berubah atapun turun status menjadi “badan” saja. Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh badan tersebut maka seluruh pengurus bertanggung jawab secara kolegal atau tangung renteng atas semua tindakan yang dilakukan oleh badan tersebut. Hal yang sama dapat diibaratkan sebuah perseroan terbatas yang tanggung jawabnya terbatas pada saham yang dimilikinya menjadi Commanditer Vennotschap (CV) dimana tanggung jawabnya menjadi tanggung renteng terhadap setiap tindakan (kerugian) yang timbul.

Mengenai yayasan-yayasan Hindu Sikh yang belum melakukan pembaharuan anggaran dasar sampai saat ini, maka sebaiknya segera melakukan penyesuaian anggaran dasar yang dianggap departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia masih memberikan toleransi, mengenai pengunaan nama yayasan tersebut haruslah

Jagjit Singh : Tinjauan Hukum Yayasan Keagamaan Hindu Sikh Di Sumatera Utara Sebagai Badan Hukum Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004, 2009.

diperiksa kembali sepanjang belum digunakan oleh yayasan lain maka yayasan tersebut dapat kembali mengunakan nama yang selama ini dipakai.77

Dokumen terkait