• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSELING DALAM KEHI- KEHI-terhadap nilai-nilai yang adalah ti- DUPAN SEHARI-HARI

Mengklaim Kembali Psikologi yang Alkitabiah

KONSELING DALAM KEHI- KEHI-terhadap nilai-nilai yang adalah ti- DUPAN SEHARI-HARI

-tentang bagaimana mencapai ke bahwa konselor mereka netral. Na-puasan di dalam hidup akan sangat mun mereka menemukan mencolok-mungkin menjadi bertambah bi- nya agenda moral dan religius yang ngung karena seorang terapis yang terlontar, yang bertentangan dengan tidak bersahabat dengan nilai-nilai wawasan dunia mereka sendiri!

De-6

utama dalam hidup klien tersebut. mikian pula, para terapis Kristen Seorang terapis harus terbuka de- yang sangat taat beragama pun mem-ngan evaluasi kebutuhan religius punyai agenda-agenda yang keliru dan spiritual, meskipun kliennya ti- yang membenarkan diri mereka sen-dak memulai topik ini. Menghindar diri mengenai bagaimana seseorang dari masalah-masalah religius atau harus percaya. Seperti Allen Bergin, I. terus mengulang kepentingan-ke- Reed Payne, dan P. Scott Richards me-pentingan spiritual sama-sama tidak ngamati, ada “garis sensitif . . . antara bisa dibenarkan, seperti menolak un- mengeksplorasi dan bahkan meng-tuk berhadapan dengan kematian se- ritik nilai-nilai, konstruksi iman, ke-orang anggota keluarga klien atau yakinan-keyakinan, dan spiritual se-dengan ketakutan-ketakutan klien mentara mengejar integritas

psiko-8

terhadap hubungan sosial. Stanton logis.” Jones menjelaskan: “Daripada

ber-komitmen kembali pada netralitas

KONSELING DALAM KEHI-terhadap nilai-nilai yang adalah ti- DUPAN SEHARI-HARI

dak mungkin, seharusnya kita

me-Sebuah artikel berjudul “Konselor ngetahui bahwa seseorang tidak bisa

Kristen dalam lingkungan Sekuler” mengintervensi struktur kehidupan

menawarkan pemahaman yang sa-manusia tanpa sangat terlibat dalam

6. Lihat pembahasan dalam Allen E. Bergin, I. Reed Payne, dan P. Scott Richards, “Values in Psychotherapy,” dalam Religion and the Clinical Practice of Psychology, editor: Edward P. Shafranske (Washington, D.C.: American Psychological Association, 1996), 300-301.

7. Stanton L. Jones, “A Constructive Relationship for Religion With the Science and Profession of Psychology: Perhaps the Boldest Model Yet,” dalam Religion and the Clinical Practice of Psychology, 140.

8. Bergin, Payne, dan Richards, “Values in Psychotherapy,” dalam Religion and the Clinical Practice of Psychology, 314.

45

ten yang mengungkapkan

niat-ngat baik mengenai bagaimana para

nya untuk menaruh perhatian

pa-konselor Kristen bisa melewati garis

da isu-isu tersebut. Lagipula,

ca-sensitif tersebut. Dalam artikel

kupan dari fokus Kristen akan

ter-sebut, seorang konselor sekolah,

se-gantung pada relevansi isu-isu

orang psikolog militer dan seorang

tersebut dengan masalah-masalah

psikolog penjara membahas peran mereka yang mengemuka… Saya nilai-nilai dan wawasan dunia Kris- yakin jenis praktek seperti ini ma-ten dalam dunia kerja mereka. Mere- sih dalam batas-batas yang diha-ka setuju bahwa merediha-ka seharusnya ruskan oleh etika profesional dan

peraturan-peraturan organisasi.

berusaha mendemonstrasikan belas

Pada intinya, menurut

pemaham-kasih seperti Kristus dalam

konse-an saya, lembaga-lembaga sekuler

ling, menggunakan intervensi

psiko-tidak ingin kita menginjili

pasien-logis yang sesuai dengan Alkitab,

pasien kita atau memaksakan

sis-dan melakukan evaluasi awal yang

tem keyakinan kita pada mereka.

terbuka mengenai latar belakang Namun, ini bukan berarti isu-isu religius seorang klien. Jika seorang spiritual diabaikan . . . Meng-klien setuju dengan sebuah orientasi abaikan isu-isu ini berarti ke-religius, maka konselor akan meng- hilangan sebuah bagian pema-haman yang penting mengenai

evaluasi dampak

keyakinan-keya-mengapa para pasien kita percaya

kinannya pada masalah yang

me-dan bertingkah laku sebagaimana

ngemuka. Jika masalah-masalah

spi-9 yang mereka lakukan.

ritualnya relevan dan wawasan

du-nianya cocok dengan terapisnya, isu- Kita bisa berempati dengan per-isu spiritual tersebut akan dilibatkan gumulan yang dihadapi para tenaga dalam penanganan/perawatan, jika profesional psikologi. Ada perbeda-klien menginginkannya demikian. Ji- an jelas antara mereka yang dibayar ka klien tersebut memeluk agama sebagai pegawai sekolah umum, pen-yang lain, pentingnya masalah-ma- jara, dan institusi militer, dan mereka salah spiritual diakui dan sang klien yang bekerja di sektor swasta. Yang didorong untuk mencari nasihat spi- bekerja di sektor non-swasta sering ritual dari mereka yang bisa diper- menghadapi pembatasan-pemba-caya dan berkualitas, yang juga me- tasan yang berbeda dengan mereka yakini wawasan dunia yang sama yang melakukan praktek konseling di dengan sang klien. Salah seorang sektor swasta. Kami setuju bahwa pa-konselor yang diwawancarai me- ra terapis Kristen di area non-swasta nyatakan hal berikut: memiliki hak, bahkan kewajiban,

un-tuk membimbing para klien Kristen

Pada hakekatnya, saya hanya

dengan perspektif alkitabiah; ini

akan melakukan “konseling

Kris-ten” dengan pasien-pasien Kris- seharusnya sejalan dengan

standar-9. Andy Rowan, dikutip dari “Christian Counselors in Secular Settings: A Panel Response by Miriam Neff, Andy Rowan, and Steven J. Sandage,” Christian Counseling Today 5, no. 4 (1997), 15.

Christ Centered Therapy

standar etika yang digariskan dewan empat jurnal psikiatri terkemuka, lisensi negara. hanya 2.5 persennya saja yang

me-Namun, kami tidak setuju dengan masukkan satu atau lebih variabel pandangan-pandangan beberapa agama. Hanya ada tiga penelitian konselor mengenai penginjilan. Bebe- saja yang menjadikan agama sebagai

10

variabel utama. Jadi, mengapa psi-rapa konselor tertentu menyudutkan

kologi dan ilmu-ilmu sosial gagal penginjilan sehingga Injil tidak

ter-mengintegrasikan kekristenan yang sedia bagi mereka yang butuh

men-bersejarah ke dalamnya? Psikiater dengar tentang Yesus. Menurut para

peneliti David Larson menjelaskan: konselor ini, penginjilan sama saja

“Banyak orang menganggap kekris-dengan memaksakan Injil pada

ko-tenan atau komitmen religius lain ke-lega atau pasien yang tidak setuju

de-tinggalan zaman, anti-intelektual, ngan kehendaknya. Ini pada

giliran-dan berbahaya bagi kesehatan nya akan menyebabkan sikap

anti-11

pati terhadap usaha-usaha pengin- emosi.”

jilan. Tak diragukan lagi, beberapa Terry mengalami prasangka bu-konselor Kristen memaksakan agen- ruk semacam ini waktu dia bekerja da pribadinya. Hal ini tidak perlu dan sebagai staf psikolog pada sistem la-tidak etis. Menyatakan kebenaran di yanan perawatan kesehatan terke-dalam kasih mencakup “kabar baik.” lola. Sebuah surat edaran dibagikan Membagikan kabar baik secara tepat kepada para psikolog klinis untuk harus menjadi suatu komponen yang mengetahui apakah mereka mampu dimiliki setiap konselor Kristen memberi nasihat kepada para klien dalam konteks terapi, baik itu di sek- yang menginginkan konselor Kristen tor publik atau swasta. Jika para kon- (permohonan untuk “basis nilai” ini selor secara sungguh-sungguh yakin telah meningkat). Terry adalah salah bahwa Yesus Kristus adalah jawaban, satu dari hanya dua konselor dengan dan ada surga dan neraka dalam arti kompetensi ini di antara staf yang harafiahnya, maka tidak membagi- berjumlah 50 orang. Kemudian, kan Injil berarti tidak etis dan berten- dengan makin banyaknya permin-tangan dengan wawasan dunia mere- taan dari orang-orang tua Kristen

ka. untuk layanan [berbasis nilai] ini,

Validitas kekristenan yang alki- Terry mengusulkan untuk memulai tabiah sebagai sebuah wawasan du- kelompok belajar menjadi kelompok nia yang relevan untuk praktek kon- pengasuhan berdasarkan nilai-nilai seling belum banyak dikaji di waktu alkitabiah. Permohonan ini ditolak yang lampau. Contoh, sebuah pene- oleh manajemen klinik, yang menje-litian baru-baru ini menyatakan bah- laskan, “Klinik ini tidak boleh di-wa dari 2.348 artikel penelitian pada anggap mendukung sistem

keyakin-10. Data statistik dirujuk dari David B. Larson dan Susan S. Larson, The Forgotten Factor in Physical and Mental Health: What Does the Research Show? (Rocksville, Md.: National Institute for Healthcare Research, 1994), 24.

11. Larson dan Larson, The Forgotten Factor, 19.

47

Dan siapakah yang akan berbuat

an tertentu.” Namun, minggu

beri-jahat terhadap kamu, jika kamu

kutnya manajemen klinik itu

meng-rajin berbuat baik? Tetapi

sekali-edarkan permohonan yang meminta pun kamu harus menderita juga para terapis untuk menyatakan kese- karena kebenaran, kamu akan diaannya memimpin kelompok pen- berbahagia. Sebab itu janganlah kamu takuti apa yang mereka

dukung gay/lesbian bagi mereka

takuti dan janganlah gentar.

Te-yang menginginkan bantuan dalam

tapi kuduskanlah Kristus di dalam

menangani pilihan gaya hidup me- hatimu sebagai Tuhan! Dan siap reka. Tampaknya dukungan dari ke- sedialah pada segala waktu untuk lompok Kristen-alkitabiah dalam memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang

me-konseling tidak dapat diterima,

se-minta pertanggungan jawab dari

mentara dukungan pada kelompok

kamu tentang pengharapan yang

humanis yang tidak alkitabiah bisa ada padamu, tetapi haruslah de-diterima” Tentu saja, perubahan ini ngan lemah lembut dan hormat, [yaitu dari penolakan terhadap yang dan dengan hati nurani yang

mur-ni, supaya mereka, yang

memfit-satu sampai dukungan terhadap

nah kamu karena hidupmu yang

yang lain] menyebabkan Terry

ber-saleh dalam Kristus, menjadi malu

tanya-tanya tentang apa maksud usa- karena fitnahan mereka itu. ha mengidentifikasi terapis Kristen

I Petrus 3:13-16

padahal dia sendiri kelihatannya

ti-dak akan diberdayakan untuk mela- Dalam ulasan terhadap artikel-kukan praktek konseling dengan ba- artikel yang diterbitkan antara tahun sis nilai itu. Satu sistem keyakinan je- 1978 sampai 1989, peneliti David las-jelas lebih disukai daripada yang Larson dan Susan Larson menemu-lainnya, walaupun ada penegasan kan bahwa dari variabel-variabel ko-formal bahwa bukan begitu yang mitmen religius yang diteliti, 92%

terjadi. secara positif mendukung kesehatan

Diskriminasi semacam ini terjadi mental. Temuan ini membuat me-berulang-ulang sampai tak terhitung reka mengambil kesimpulan bahwa banyaknya di seluruh Amerika

Uta-keyakinan-keyakinan dan praktek-ra. Kebingungan dalam budaya kita

praktek religius bisa membantu

ke-secara umum dan dalam budaya psi- 12

sehatan fisik dan mental. Dalam se-kologi secara khusus tak terelakkan

buah penelitian tahun 1994 untuk selama kesaksian komunitas Kristen

menentukan efektivitas aspek-aspek tetap berada dalam tembok-tembok

spiritual dalam terapi, para psikolog gedung gereja. Kita harus belajar

mendapatkan pelajaran bahwa para mengekspresikan pesan kita dengan

pasien yang menerima penanganan jelas dan hormat, dalam bahasa yang

dengan muatan religius mendapat orang-orang non-Kristen pun bisa

hasil yang lebih baik dari para pasien memahaminya. Prinsip penuntun ini

lain, entah religius atau tidak, yang diberikan oleh Petrus dalam

surat-tidak mendapatkan penanganan de-nya yang pertama:

12. Diringkas dalam Larson dan Larson, The Forgotten Factor, 33.

Christ Centered Therapy

13 berhubungan dengan persepsi

ngan muatan religius. Dalam

sebu-yang keliru; membantu konseli

ah pidato pada September 1999 di

menggerakkan sumber-sumber

hadapan para hadirin yang

meng-daya batin dan lingkungan di

saat-hadiri konferensi Asosiasi Para

Kon-saat krisis; mengajar

metode-selor Kristen Amerika, David Larson

metode penyelesaian masalah; dan

meminta perhatian para peserta kon- meningkatkan kompetensi dan ferensi pada penelitian yang menge- kesadaran akan diri konseli… di muka yang menunjukkan bahwa antara yang lain.

agama memberi keuntungan bagi Para konselor Kristen mungkin terlibat menolong konseli untuk

84% orang bagi kesehatan mental

mengejar salah satu dari

tujuan-dan fisiknya. Rasio keuntungan

ber-tujuan ini, tetapi apa kita juga

me-banding kerugiannya adalah tiga

pu-miliki tujuan-tujuan unik karena

luh (30) berbanding satu (1) dalam

kita adalah pengikut Yesus

Kris-hal kesehatan mental dan dua puluh

tus? Apakah konselor Kristen

ber-(20) berbanding satu (1) dalam hal usaha untuk kesehatan fisik.

• menyajikan berita Injil dan

Berdasarkan semua bukti bahwa

mendorong konseli

menye-agama memainkan peran positif

da-rahkan hidup mereka kepada

lam konseling, kita akan

memper-Yesus Kristus?

hatikan dengan baik kata-kata Gary

• merangsang pertumbuhan

ro-Collins mengenai tujuan konseling hani?

Kristen: • mendorong konseli untuk

me-ngakui dosa dan mengalami Buku-buku konseling sering

pengampunan ilahi? berisi tujuan-tujuan konseling:

me-• memberi teladan standar, si-nolong klien mengubah perilaku,

kap, dan gaya hidup Kristen? sikap, nilai-nilai, dan/atau

persep-• merangsang konseli untuk si; mengajarkan

kecakapan-keca-mengembangkan nilai-nilai kapan, termasuk kecakapan sosial,

dan menghidupi kehidupan interpersonal, dan komunikasi;

yang didasarkan atas mendorong pengenalan dan

peng-ajaran alkitabiah, ketimbang ekspresian emosi; memberikan

hidup menurut standar-stan-dukungan di saat membutuhkan

dar humanistik yang relati-pertolongan; mengajar tanggung

vistik? jawab; menanamkan pengertian

yang mendalam; menghadapi Orang Kristen yang membuat trauma dan luka-luka emosional isu-isu tersebut di atas menjadi masa lalu; membimbing saat ke- bagian dalam konseling beresiko putusan-keputusan diambil; mem- dikritik karena tidak menghor-buang konsep yang keliru tentang mati nilai-nilai konseli, melanggar diri sendiri, orang lain, terapi, ke- prinsip-prinsip etika, atau

mem-bawa-bawa agama dalam konse-kristenan, atau hal-hal lain yang

13. Dirujuk dari Bergin, Payne, dan Richards, “Values in Psychotherapy,” dalam Religion and the Clinical Practice of Psychology, 311.

49

ling. Ini bisa jadi kritik-kritik yang nahan informasi tersebut? Jika kita

valid, terutama jika orang Kristen melihat para klien terlibat dalam

pe-bekerja dengan orang-orang yang rilaku amoral atau mengambil

ke-belum percaya…. Tampaknya,

simpulan yang jelas-jelas tidak sesuai

banyak konselor Kristen memilih

dengan ajaran alkitab, apakah kita

untuk membuat keyakinan

me-tidak mencelakakan, munafik, dan

reka tersembunyi di balik

ba-pengecut jika kita hanya mengamati

yang-bayang profesionalisme dan

pergumulan dan tidak mengatakan

memilih untuk tidak mengatakan

apa-apa tentang agama kecuali apa-apa mengenai Yesus Kristus?

Ji-kliennya mengangkat isu terse- ka kita mengklaim bahwa kita adalah

14

but. konselor Kristen, apakah kita tidak bertindak etis jika kita tidak pernah Kita sangat perlu tahu bahwa

menyebutkan Yesus atau memasuk-yang paling utama para klien datang

kan isu-isu kristen dalam konseling untuk terapi dan bukan untuk

pe-kita? Albert Ellis, salah seorang psi-nginjilan dan memperkenalkan

Kris-koterapis yang paling berpengaruh tus hanyalah satu komponen

kon-di dunia, tidak ragu-ragu mempro-seling. Namun, mengintegrasikan

ni-15

klamasikan humanismenya, , wa-lai-nilai alkitabilah adalah sebuah

laupun konvensi profesional jurnal-komponen penting yang lain.

Meng-jurnal mulai lebih banyak memper-hindari manipulasi dan

memperla-kenalkan New Age dan konsep-kon-kukan orang lain dengan hormat

sep agama Timur ke dalam terapi. adalah dua prinsip fundamental bagi

Apakah kita hanya mengamati per-konseling yang efektif dengan

wa-kembangan-perkembangan ini dan wasan dunia yang alkitabiah.

tidak mengatakan apa-apa tentang Di lain pihak, jika para terapis

prinsip-prinsip Kristen, terutama ha-Kristen gagal memperkenalkan

wa-nya karena profesi kita begitu tidak wasan dunia mereka, mereka

men-toleran terhadap segala yang berbau dasarkan konseling mereka pada

Kristen? agama lain seperti humanisme, yang

Jika kebenaran diberitakan, ba-artinya mencekik keyakinan mereka

nyak yang bergantung pada bagai-sendiri dan mengotak-ngotakkan

ke-mana konsep-konsep Kristen diper-hidupan menjadi yang sekuler dan

kenalkan di dalam terapi. Tidak ada yang rohani. Jika kita yakin bahwa

yang akan mengatakan bahwa kita kepercayaan kita di dalam Yesus

menekan, mengindoktrinasi, atau Kristus membuat perbedaan baik

mengintimidasi para klien untuk me-untuk saat ini dan kekekalan, apakah

renungkan ajaran-ajaran dan nilai-benar di hadapan Allah jika kita

me-14. Gary R. Collins, “What is Christian Counseling?” dalam Case Studies in Christian Counseling, editor. Gary R. Collins (Dallas: Word, 1991), 14-15.

15. Sebagai contoh, lihat Albert Ellis, “Psychotherapy and Atheistic Values: A Response to A. E. Bergin's Psychotherapy and Religious Values,” dalam Journal of Consulting and Clinical Psychology, 48 (1980), 635-639.

Christ Centered Therapy

Dokumen terkait