• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsensus dan Saling Menguntungkan dan Memajukan, Konsensus dan saling menguntungkan dan memajukan Pemerintah Kota Bandung terhadap

Dalam dokumen BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 54-64)

pelaksanaan pemeliharaan kawasan revitalisasi memang sudah mempunyai komitmen yang jelas, yaitu dengan dibuatnya Tim Revitalisasi dan didalamnya melibatkan tokoh masyarakat setempat mempunyai keinginan yang sama yaitu

memperbaiki kualitas sarana dan prasarana kawasan Cibaduyut untuk menjadi sebuah kawasan industri-wisata yang visibilitas (menarik dikunjungi) dan

investabilitas (ramah bagi pemodal/investor).

Kesamaan tujuan dilakukan revitalisasi ternyata tidak sejalan dengan kesamaan tujuan dilakukannya pemeliharaan kawasan revitalisasi, hal ini dikarenakan pemerintah merasa sudah merasa cukup dengan dilakukannya revitalisasi, masyarakat setempat tidak mengetahui konsep yang jelas terhadap apa yang harus dilakukan setelah selesainya revitalisasi, sehingga dapat terlihat hanya dalam waktu 10 (sepuluh) bulan kawasan revitalisasi Cibaduyut sarana dan prasarananya sudah banyak yang rusak.

Pelaksanaan prinsip-prinsip kerjasama pemeliharan kawasan revitalisasi agar dapat diterapkan secara maksimal adalah sebagaimana berikut :

a. Menentukan langkah-langkah yang dapat diprediksi dan diproyeksikan untuk melakukan pemeliharaan kawasan revitalisasi, “apa yang sebaiknya dilakukan dalam rangka mencapai tujuan dari pemeliharaan kawasan?”. Hal ini berkaitan dengan transparansi dan akuntabilitas yang harus dilakukan Pemerintah ketika melakukan suatu kegiatan yang akan bersentuhan langsung dengan masyarakat. Untuk transparansi dan akuntabilitas secara prosedur Pemerintah Kota Bandung telah mensosialisaikannya melalui internet website: www.LPSE.Bandung.go.id dengan bentuk Rencana Umum Pengadaan (RUP) di instansi terkait yaitu Dinas Bina Marga dan Pengairan serta Dinas Pemakaman dan Pertamanan.

b. Pemerintah menjadi fasilitator melakukan sosialisasi sebagai bagian dari interaksi dan komunikasi kepada masyarakat setempat, tentang perencanaan akan dilakukannya revitalisasi infrastruktur kawasan secara menyeluruh, dari mulai penjadwalan rencana pelaksanaan revitalisasi, mengidentifikasi masalah yang akan terjadi pada saat revitalisasi infrastruktur dikerjakan sampai dengan solusi untuk mengantisipasi masalah yang akan dihadapi selama proses revitalisasi infrastruktur dilaksanakan, sehingga akan memunculkan suatu kesepakatan bersama dalam menghadapi pelaksanaan revitalisasi infrastruktur yang akan dilakukan. Dan pada saat sosialisasi ini perlu juga disampaikan tentang perlunya suatu tindakan lanjutan yang paling penting untuk dilakukan secara bekerjasama antar instansi di pemerintah dan melibatkan masyarakat, yaitu “pemeliharaan dari kawasan yang sudah direvitalisasi infrastrukturnya” . Untuk memperkuat penjelasan tentang manfaat pemeliharaan kawasan yang sudah direvitalisasi, pemerintah perlu mengajak tokoh-tokoh masyarakat , wakil-wakil masyarakat, atau kader-kader organisasi kemasyarakatan setempat untuk melakukan studi banding ke daerah/kawasan lain yang telah berhasil melaksanakan revitalisasi infrastruktur kawasannya berikut dengan pemeliharaannya. Tokoh-tokoh masyarakat , wakil-wakil masyarakat, atau kader-kader organisasi kemasyarakatan setempat yang telah melaksanakan studi banding tersebut selanjutnya menyampaikan hasil pengalaman mereka melakukan kunjungan kepada masyarakat. Selain menyampaikan tentang manfaat dan pengalaman hasil kunjungan ke daerah/kawasan lain, juga sebagai bagian dari diskusi menerima masukan lain dari masyarakat. Perlu disampaikan

juga oleh pemerintah tentang telah terbitnya suatu Peraturan Daerah yang didalamnya ada yang mencakup konsep pemeliharaan K-3, sehingga masyarakat yang akan terlibat dalam penyampaian sosialisasi tidak hanya berdasarkan pengalaman kunjungan saja tetapi dilengkapi dengan pengetahuan tentang Peraturan Daerah tersebut. Hal ini merupakan bagian dari partisipatif serta efesiensi dan efektifitas yang harus terjalin dan dilakukan oleh pemerintah kepada masyarakat setempat sebelum dan sesudah dilaksanakan kegiatan. c. Kerjasama antar instansi di pemerintah dan keterlibatan masyarakat harus

menghasilkan suatu makna bahwa masyarakat sebagai peserta perumusan harus bisa menyepakati hasil yang telah disepakati , agar dapat dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan. Merupakan bagian dari konsensus penyatuan kepentingan antara kebijakan pemerintah dan keinginan masyarakat untuk memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas.

4.5.2 Analisis Bentuk Kerjasama Pemeliharaan

Berdasarkan Keputusan Walikota Bandung Nomor : 530/Kep.295-DISKUKM. PERINDAG/2009 tentang Tim Revitalisasi Sentra Industri dan Perdagangan Sepatu Cibaduyut, Jeans Cihampelas, Kaos dan Sablon Suci, Rajut Binong Jati, Tekstil dan Produk Tekstil Cigondewah, Tahu dan Tempe Cibuntu, dapat terlihat berdasarkan bentuk kerjasama yang dipergunakan dalam Tim Revitalisasi ini yaitu Joint Service, pengaturan kerjasama dalam memberikan pelayanan publik.(Rosen dalam Keban, 2007:33).

Organisasi ini mempunyai tugas untuk mengkreasikan nilai bagi lingkungan tempat dia eksis. Dan, hanya satu cara untuk membuatnya mampu

mengkreasikan nilai, kerjasama. Louis A.Allen, dalam karya klasiknya The

Management Professional (1964, dikutip dari Riant Nugroho buku Public Policy,

2009:652) bahwa permasalahan terbesar masyarakat modern adalah bagaimana mereke merekonsialisasikan dan mengintegrasikan manusia (dalam organisasi) untuk dapat bekerjasama mencapai tujuan-tujuan yang baik, dan bukannya saling merusak.

Dalam organisasi Tim Revitalisasi terlihat masing-masing instansi terkait mempunyai tujuan yang sama yaitu memberikan pelayanan kepada masyarakat, hal ini dibuktikan instansi-instansi yang berhubungan dengan pelaksanaan revitalisasi dan pemeliharaan kawasan mempunyai anggaran untuk merealisasikan kegiatannya. Dan masing-masing instansi mempunyai tugas sendiri-sendiri sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya untuk dijalankan dalam peraikan kualitas sarana dan prasarana yang dilanjutkan dengan melakukan pemeliharaan.

Bentuk kerjasama pemeliharaan kawasan yang dilakukan oleh instansi-instansi yang terlibat dalam Tim Revitalisasi harus mempunyai komitmen yang sama yaitu joint service (pengaturan kerjasama dalam memberikan pelayanan publik), meliputi :

a. Pemerintah melakukan implementasi program pemeliharaan kawasan yang sudah direvitalisasi infrastrukturnya, agar pemeliharan kawasan ini mendorong masyarakat sekitar untuk terlibat. Dalam hal ini pemerintah dapat bekerja sama dengan tokoh-tokoh masyarakat , wakil-wakil masyarakat, atau kader-kader organisasi kemasyarakatan setempat;

b. Bersama tokoh-tokoh masyarakat , wakil-wakil masyarakat, atau kader-kader organisasi kemasyarakatan setempat, membentuk suatu organisasi kepengurusan dan program kerja, Adapun Langkah-langkah teknis pembentukan organisasi pemeliharaan revitalisasi ini dapat dilakukan sebagaimana berikut :

1. Pemerintah selaku pelaksana dari revitalisasi dan konseptor pemeliharaan, mengumpulkan perwakilan warga yang ada di lingkungan revitallisasi. 2. Lalu dijelaskan perlunya dibentuk pemelihara infrastruktur yang telah

direvitalisasi. Dijelaskan untung ruginya bila dibentuk dan bila tidak dibentuk termasuk peran masyarakat didalamnya.

3. Lalu perwakilan warga yang ada di lingkungan revitalisasi diminta pendapatnya, bagaimana bentuk organisasi pengurus dan siapa saja yang akan duduk sebagai pengurus.

4. Setelah disepakati struktur organisasi termasuk susunan tim pengelola, maka dibuat Berita Acara Pembentukan Organisasi Pemeliharaan Infrastruktur Revitalisasi. Bila perlu lakukan peresmian organisasi, dengan mengundang unsur-unsur OPD yang terlibat dalam revitalisasi dan pemeliharaan, Organisasi Perekonomian Kota, aparat kewilayahan, serta Tokoh Masyarakat lainnya, agar keberadaannya dapat lebih diakui, diperhatikan dan menjadi contoh untuk dibentuknya organisasi yang sama di lokasi-lokasi lain yang dilakukan revitalisasi infrastrukturnya.

Waktu pelaksanaan pembentukan organisasi Pemeliharaan ini harus dilakukan sejak awal persiapan pelaksanaan kegiatan revitalisasi atau

selambat-lambatnya sebelum dimulainya pelaksanaan kegiatan revitalisasi infrastruktur , hal ini agar dari mulai pelaksanaan revitalisasi sampai dengan selesai ada pengawasan yang melibatkan organisasi masyarakat sehingga ketika akan dilakukan pemeliharaan organisasi masyarakat ini mengetahui dengan jelas sarana dan prasarana mana saja yang harus dilakukan dipelihara.

c. Pemerintah menjadi fasilitator kegiatan sosialisasi implementasi bekerja sama dengan tokoh-tokoh masyarakat , wakil-wakil masyarakat, atau kader-kader organisasi kemasyarakatan setempat dalam suatu wadah organisasi (selaku pengelola), memberikan arahan kepada masyarakat agar mereka mampu dan dapat memelihara kawasan yang telah direvitalisasi infrastrukturnya;

d. Masyarakat yang terdiri dari masayarakat yang memiliki rumah/toko di depan jalan, masyarakat yang ada di sekitar kawasan ataupun masyarakat lain yang memanfaatkan fasilitas kawasan melakukan pemeliharaan terhadap infrastruktur yang telah direvitalisasi sesuai dengan mekanisme yang sudah ditentukan oleh organisasi pengelola pemeliharaan kawasan.

4.5.3 Analisis Koordinasi Kerjasama Pemeliharaan Dengan berpegang pada pedoman Koordinasi :

a) Koordinasi harus terpusat, sehingga ada unsur pengendalian guna menghindari tiap bagian bergerak sendiri-sendiri yang merupakan kodrat yang telah ada dalam setiap bagian.

b) Koordinasi harus terpadu, keterpaduan pekerjaan menunjukkan keadaan yang saling mengisi dan member.

c) Koordinasi harus berkesinambungan, yaitu rangkaian kegiatan yang saling menyambung, selalu terjadi, selalu diusahakan, dan selalu ditegaskan adanya keterkaitan dengan kegiatan sebelumnya.

d) Kooordinasi harus menggunakan pendekatan multi intstansional, dengan wujud saling memberikan informasi yang relevan untuk menghindarkan saling tumpang-tindih tugas yang satu dengan tugas yang lain.

Seharusnya koordinasi antar instansi dalam Tim Revitalisasi berlangsung efektif, tetapi berdasarkan dari hasil wawancara dapat dianalisis sebagai berikut , bahwa setelah dilakukannya revitalisasi infrastruktur kawasan juga diikuti dengan dilakukannya kegiatan pemeliharaan, adalah sebagai berikut :

Untuk Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya pada dasarnya tidak ada pemeliharaan. Hal tersebut dikarenakan dinas ini hanya membuat konsep rancangan yang dibutuhkan oleh Cibaduyut dalam RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan). Dari konsep yang telah dibuat,yang belum terealisasi yaitu tentang penyediaan lahan parkir, penertiban PKL dan sampah yang dibuang sembarangan di sepanjang Jalan Cibaduyut. Warga

Untuk Dinas Bina Marga dan Pengairan sebenarnya tidak menyiapkan jadwal khusus atau rutin untuk melakukan pemeliharaan. Namun bila memang terdapat kerusakan fasilitas hasil revitalisasi di kawasan Cibaduyut maka dinas akan melakukan perbaikan. Sehingga mereka hanya melakukan repair,bukan

preventive maintenance. Mekanisme pada saat terjadi kerusakan adalah warga

melapor kepada kelurahan lalu dilanjutkan ke kecamatan,baru ke Dinas Bina Marga dan Pengairan. Apabila kerusakan yang terjadi merupakan proyek besar

sering dilakukan oleh pihak ke tiga dengan melakukan proses pelelangan biasanya untuk anggaran pemeliharaan yang lebih dari 100jt. Jika proyek kecil dilakukan oleh Bina Marga langsung sesuai program yang telah ada, yang sering disebut swakelola.

Berdasarkan hasil wawancara terdapat pemelihaaan terhadap dekorasi taman kota dan penataan reklame oleh Dinas Pertamanan dan Pemakaman beserta masyarakat. Pemeliharaan yang dilakukan seperti penyiraman pepohonan,pemberian pupuk dan lain sebagainya. Hal tersebut dilakukan bersama warga karena memang kurangnya personil dinas dalam menangani banyak kawasan revitalisasi. Anggaran untuk pemeliharaan dari dinas ini tidak tetap karena memang bergantung pada prioritas kawasan mana yang harus didahulukan. Berdasarkan hasil keterangan lurah dan camat pun sering diadakan JumSih (Jumat Bersih) untuk pemeliharaan kebersihan lingkungan sekitar.

Dengan masing-masing instansi berjalan sendiri-sendiri melakukan kegiatan pemeliharaan, maka dapat dikatakan pelaksanaan koordinasi tidak berlangsung efektif dikarenakan :

1. Beban tiap bagian tidak seimbang.

2. Tiap bagian belum memperoleh informasi yang jelas dalam partisipasi pencapaian tujuan.

3. Jadwal kerja saling tumpang tindih sehingga tidak menjamin terhadap tercapainya tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dari Pemeliharaan Kawasan Revitalisasi Sentra Sepatu Cibaduyut ini adalah sebagai berikut :

1. Terpeliharanya infrastruktur yang sudah direvitalisasi secara berkelanjutan, sehingga dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat dan pengusaha setempat ;

2. Adanya jaminan terhadap kualitas infrastruktur yang telah direvitalisasi agar tidak cepat rusak dan berumur pendek, sehingga revitalisasi dapat dilanjutkan kepada permasalahan lain yang belum terselesaikan, tidak hanya berkutat pada permasalahan yang sama setiap tahunnya ;

3. Adanya keuntungan yang berkelanjutan dari hasil revitalisasi infrastruktur, mendorong masyarakat dan pengusaha setempat untuk lebih kreatif menggali potensinya, baik yang sudah dikuasai ataupun dengan memunculkan ide-ide atau inovasi-inovasi baru selain sebagai satu bentuk perwujudan untuk lebih meningkatkan kesejahteraan tetapi diharapkan mampu menciptakan suatu peluang kesempatan mendatangkan investor-investor untuk menanamkan modalnya bagi pengembangan usaha yang dilakukan;

Dalam pemeliharaan kawasan yang sudah direvitalisasi dari hasil survey dan wawancara terlihat belum adanya suatu pola kerjasama antar instansi di pemerintah yang mampu membangkitkan keterlibatan masyarakat , agar tujuan pemeliharaan dapat berhasil sesuai yang diharapkan dalam mendukung terciptanya revitalisasi infrastruktur yang dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan oleh masyarakat, terjaminnya kualitas prasarana yang direvitalisasi agar tidak cepat rusak dan berumur panjang dalam pemanfaatannya, dan

terwujudnya kawasan yang visibilitas (menarik dikunjungi), dan investabilitas (ramah bagi pemodal,/investor ).

Koordinasi kerjasama pemeliharaan dilakukan untuk mengetahui bagaimana keefektifan pelaksanaan kerjasama pemeliharaan dilakukan, dengan memperhatikan:

1. Pelaksanaan pengawasan pemeliharaan dan peningkatan disiplin masyarakat yang dilakukan oleh organisasi pengelola pemeliharaan kawasan berbentuk laporan hasil monitoringnya termasuk menilai kemampuan dari organisasi dalam menerapkan sanksi-sanksi sesuai dengan yang telah tertera dalam Peraturan Daerah No. 11 Tahun 2005 tentang K-3;

2. Organisasi pengelola pemeliharaan kawasan membuat laporan, untuk disampaikan ke pemerintah maupun masyarakat sesuai aturan atau mekanisme yang disepakati.

3. Pembuatan laporan rutin oleh organisasi kepada masyarakat yang disampaikan pada acara pertemuan dengan masyarakat dan pengusaha setempat atau pada saat dilakukannya pertemuan antara Kecamatan, Kelurahan dan Pengurus RW setempat.

4. Pemerintah dapat melakukan evaluasi rutin secara per triwulan, per semester dan tahunan sesuai dengan laporan yang disampaikan Organisasi pengelola pemeliharaan kawasan.

Dalam dokumen BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 54-64)

Dokumen terkait