• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Agribisnis Berkelanjutan Komoditas Udang lobster di Kabupaten Jember

Dalam dokumen MANAJEMEN AGRIBISNIS DAN KONSEP AGRIBISN (Halaman 45-50)

BAB 3. GAMBARAN UMUM

4.3 Konsep Agribisnis Berkelanjutan Komoditas Udang lobster di Kabupaten Jember

Konsep agribisnis berkelanjutan diperlukan dalam menjalankan suatu usaha di bidang pertanian dimana konsep ini bertujuan untuk menciptakan usaha yang dijalankan dapat terus berlanjut dalam berproduksi. Udang lobster sebagai salah satu jenis komoditi perikanan yang memiliki nilai ekonomi tinggi memiliki peluang untuk terus dikembangkan. Usaha pembesaran udang lobster laut yang biasanya ditemui adalah terbatasnya jumlah udang lobster yang ada di alam. Ketersediaan udang lobster tergantung dengan musim. Bulan November – Januari merupakan bulan dimana udang lobster akan melakukan perkembangbiakan sehingga pada bulan November – Januari jumlah udang lobster di laut melimpah. Modal juga merupakan salah satu kendala yang sering dihadapi. Keterbatasan modal akan mempengaruhi tingkat produksi yang menyebabkan penurunan produksi bahan menghentikan produksi.

Teknologi budidaya udang lobster yang tepat akan dapat membantu petani lobster untuk menjaga produktivitasnya. Mengatasi kendala yang ada diperlukan penerapan teknologi baik diusaha pembesaran lobster maupun mengembangbiakkan anakan lobster. Usaha pembesaran udang lobster dapat dilakukan di kolam semen yang berukuran 1,5 m x 2 m dan mempunyai

kedalaman 1 m. Mendesain kolam seperti dihabitat alaminya dapat meningkatkan tingkat kehidupan anakan lobster dan dapat menghindari kenibalisme saat lobster berganti kulit. Anakan lobster memerlukan tempat berlindung. Tempat berlindung anakan lobster dapat berupa tanaman rumput merah. Anakan lobster secara naluri akan selalu mendekati sebuah benda untuk berlindung dari predator. Penggunaan kolam dalam usaha budidaya lobster memerlukan sistem filterisasi yang baik agar mendapatkan kolam yang bersih. Kolam budidaya setidaknya memakai tiga alat filter untuk menyaring kotoran dari kolam. Filter pertama diberi pasir, filter kedua ditaruh karang-karang kecil dan filter terakhir tidak diberi material apapun tetapi menampung limpahan air dari filter ke-2 yang masuk. Sistem filterisasi ini dilakukan untuk menaikkan kadar oksigen terlarut sebelum kembali ke dalam kolam. Pakan lobster pada umumnya adalah ikan rucah. Pemberian pakan tidak dilakukan secara berlebihan dalam 1 hari hanya dilakukan 2 kali saja pada pagi dan sore hari. Menjaga kolam agar tetap bersih menjadi prioritas utama sehingga membersihkan sisa pakan yang masih tersisa dalam kolam harus dilakukan agar sisa pakan tidak membusuk yang akan berpotensi meracuni lobster.

Penanganan pasca panen lobster sebenarnya tidak memiliki kendala, hanya saja terkadang modal dan kematian lobster yang menjadikan penanganan pasca panen lobster untuk kebutuhan ekspor terhambat. Keterbatasan modal yang dihadapi dapat menghambat jalannya kegiatan produksi lobster bahkan dengan tidak adanya modal dapat mengakibatkan usaha terhenti. Perusahaan ekspor biasanya menentukan berapa banyak lobster yang harus dikirim dalam janga waktu tertentu dan bersifat terus-menerus atau berkelanjutan. Perusahaan juga meminta lobster yang masih dalam keadaan hidup dan tidak cacat fisik.

Penanganan pasca panen lobster untuk kebutuhan ekspor biasanya berupa kegiatan sortasi dan pengemasan. Kegiatan pengemasan lobster menjadi hal yang penting karena menentukan lobster akan bertahan hidup atau tidak selama perjalanan dan mengalami kecacatan atau tidak. Pengemasan lobster untuk jarak jauh dapat menggunakan sterofoam dan es batu. Ukuran sterofoam disesuaikan dengan jumlah lobster yang dikirim. Dasar sterofoam dapat dialasi menggunakan pasir laut atau lebih mudahnya menggunakan kain kasa yang terlebih dahulu

direndam dalam air yang dingin sehingga lobster tidak stres. Es batu yang digunakan sebaiknya dilapisi menggunakan kertas koran atau kertas yang lebih tebal agar tidak terjadi kontak langsung dengan lobster apabila mencair. Setelah lobster dimasukkan kedalam sterofoam dan kemudian sterofoam di lakban.

Keterbatasan modal yang dialami oleh UD. Angin Laut dapat mempengaruhi produksi udang lobster yang dihasilkan. UD. Angin Laut menjalin mitra dengan perusahaan ekspor namun tidak ada kontrak dan perjanjian yang jelas bagaimana sistematika kemitraan yang dijalankan. UD. Angin Laut dan perusahaan ekspor hanya saling mempercayai satu sama lain dan tidak ada kontrak tertulis. Penerpan pola kemitraan agribisnis harus diterapkan yang bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah keterbatasan modal dan teknologi bagi petani kecil, peningkatan mutu produk dan masalah pemasaran. Konsep kemitraan mengacu pada konsep kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar yang disertai pembinaan dengan memperhatikan prinsip yang saling menguntungkan dan saling memperkuat. Hubungan kemitraan ini dibangun untuk memperoleh jaminan pasar serta harga yang lebih baik serta jaminan pasokan udang lobster bagi perusahaan. Sistem kemitraan ini juga dapat membantu petani ikan mendapatkan modal untuk menyediakan sarana produksi dalam kegiatan budidayanya. Kemitraan juga dapat menjadi sarana petani ikan untuk memasarkan hasil produksinya, sehingga petani tidak lagi bingung untuk mencari konsumen.

Keberlanjutan usahatani dan pascapanen udang lobster dapat dicapai apabila dalam setiap kegiatan usaha dapat meminimalisir kendala dan meningkatkan kinerja. Kegiatan pascapnen tergantung dengan produksi yang dihasilkan pada kegiatan usahatani. Lobster yang tersedia setiap saat dapat dilakukan dengan cara menerapkan teknologi budidaya lobster yang baik dan mendukung pertumbuhan lobster sehingga lobster dapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik. Input lobster yang selalu tersedia ini dapat mencukupi permintaan dari perusahaan lobster yang menuntut untuk dapat mengirimkan lobster secara rutin dan berkelanjutan dalam kurun waktu tertentu. Pengemasan

juga harus diperhatikan agar lobster tidak mengalami cacat dan dapat bertahan hidup.

BAB 5. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktik lapang di Desa Puger Wetan Kecamatan Puger Kabupaten Jember.

1. Kegiatan on farm lobster diawali dengan melakukan perencanaan yang meliputi tentang pemilihan komoditas dan penyediaan sarprodi yang dibutuhkan. Pembesaran lobster hanya dilakukan oleh 4 orang tenaga kerja, namun tidak dilakukan pembagian secara spesifik atas tugas masing-masing. Pelaksanaan kegiatan budidaya meliputi perawatan lobster. UD. Angin Laut melakukan koordinasi sebelum kegiatan budidaya dimulai. Pelaksanaan budidaya pembesaran lobster sudah baik, namun terdapat kendala yakni dengan terbatasnya jumlah bibit lobsternya. UD.Angin Laut menghentikan sementara produksi lobster dan mengganti produksinya ke ikan laut lainnya.

2. Kegiatan off farm lobster diawali dengan melakukan perencanaan yang meliputi pengadaan saprodi. Pengemasan lobster dilakukan oleh 4 orang tenaga kerja yang yang sudah mengalami pembagian tenaga kerja masing-masing. Pengemasan dilakukan dengan menata lobster pada box sterofoam yang terdiri dari 10 ekor lobster yang ditambah dengan 2 botol es batu. Proses pengemasan lobster selalu diawali dengan pengarahan dari pihak manager UD. Angin Laut. Pengendalian dalam pengemasan yaitu penambahan es batu dalam botol dan pasir sebagai alas untuk menciptakan kondisi pada habitat aslinya.

3. Konsep agribisnis berkelanjutan dalam on farm lobster dapat dilakukan dengan menyediakan tempat bagi lobster yang kondisinya semirip mungkin dengan habitat asli lobster dan menjaga sistem filterisasi tetap baik, sedangkan untuk kegiatan off farm lobster dapat dilakukan dengan menjalin kemitraan dengan perusahaan ekspor.

Dalam dokumen MANAJEMEN AGRIBISNIS DAN KONSEP AGRIBISN (Halaman 45-50)

Dokumen terkait