• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen On Farm Komoditas Lobster di Desa Puger Wetan a

Dalam dokumen MANAJEMEN AGRIBISNIS DAN KONSEP AGRIBISN (Halaman 25-45)

BAB 3. GAMBARAN UMUM

4.1 Manajemen On Farm Komoditas Lobster di Desa Puger Wetan a

UD. Angin Laut adalah salah satu perusahaan skala rumah tangga. Perusahaan ini menjalankan bisnis di bidang perikanan khususnya perikanan laut. Komoditas utama ikan yang dipilih oleh UD. Angin Laut adalah lobster. Selain lobster juga ada jenis-jenis ikan yang lainnya, antara lain yaitu ikan tuna, sarden, ikan layur dan lain sebagainya. UD. Angin Laut tidak membudidayakan ikan laut secara mandiri namun hanya membesarkan ikan tangkapan dari laut sampai ukuran yang diminta oleh konsumen. Jenis ikan yang dibesarkan oleh perusahaan ini adalah lobster. Lobster yang akan dibesarkan biasanya hasil dari membeli tangkapan dari nelayan. Kemudian akan di pindahkan ke kolam-kolam pembesaran lobster yang dimiliki perusahaan.

4.1.1 Perencanaan

Perencanaan dalam kegiatan produksi sangat menentukan keberhasilan dari kegiatan suatu usaha. Perencanaan yang dilakukan dapat berupa penyusunan kegiatan dan menetapkan semua kebutuhan yang akan digunakan untuk proses produksi. Usaha pembesaran lobster membutuhkan persiapan yang matang dalam memulai usahanya. Budidaya yang dilakukan oleh UD. Angin Laut juga tidak dilakukan mulai dari anakan namun hanya melakukan kegiatan pembesarannya saja, sehingga tidak terlalu sulit untuk membudidayakan lobster. Budidaya lobster tidak membutuhkan teknik-teknik yang terlalu rumit, hanya memerlukan aerator dan kolam pembesaran yang kondisinya menyerupai kondisi lobster di habitat alaminya. Tujuannya adalah agar lobster dapat tumbuh dengan baik dan tidak mengalami stress, sehingga tingkat kematian lobster dapat ditekan seminimal

mungkin. Pemberian pakan lobster cukup dengan ikan rucah yang dapat dengan mudah diperoleh dari nelayan-nelayan. Pemberian pakan untuk lobster tidak perlu dilakukan secara berlebihan. Lobster membutuhkan makan secukupnya saja. UD. Angin Laut dapat memberi makan 2 kali dalam 1 hari yaitu pada pagi dan sore hari. Kegi atan Tanggal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Peng uras an Peng isian Air Pem beria n Kap ur Pend iama n Kola m Peng uras an Peng isian Air Pend iama n Kola m Pem beria n paral on Pem asuk an Lobs ter Pem beria n Paka n Pane n

Gambar 4.1 bagan Gannt on farmbudidaya lobster.

Bagan Gaant kegiatan perencanaan budidaya pembesaran lobster menunjukkan mengenai kegiatan mulai dari proses penyiapan kolam yang

meliputi pengurasan kolam, pengisian air kolam, pemberian kapur, pengurasan kembali, pemberian pakan hingga ke pemanenan. Pelaksanaan usaha pembesaran lobster memakan waktu sekitar 25 hari dalam satu kali produksi. Kegiatan pembesaran lobster diawali dengan melakukan pengurasan kolam kemudian dilanjutkan dengan pengisian air kolam menggunakan air laut dan memberikan kapur ke dalam kolam. Tujuan pemberian kapur ke dalam kolam adalah untuk mematikan jamur dan bakteri yang ada setelah itu kolam didiamkan selama 3 hari. Kolam yang telah didiamkan selama 3 hari kemudian diisi kembali menggunakan air laut dan didiamkan lagi. Pendiaman kolam ini diiringi dengan memasang paralon-paralon ke dalam kolam sebagai rumah bagi lobster. Paralon ini merupakan upaya UD. Angin Laut untuk bisa menciptakan kondisi kolam yang sesuai dengan habitat alami lobster. Hari ke-4 bibit lobster dimasukkan ke dalam kolam. Lobster dipelihara di kolam-kolam pembesaran selama 2 minggu hingga panen. Selama masa pembesaran lobster diberi pakan setiap hari pada pagi hari. Panen dilakukan setelah 2 minggu masa pembesaran dan saat berat lobster mencapai minimal 200 gram/ekor.

Tabel 4.1 Rincian biaya pembudidayaan lobster

a. Biaya tetap

Kolam pembesaran 7 buah @ Rp 3.000.000 Akuarium1 buah @ Rp 175.000

Aerator 7 buah @ Rp 170.000 Selang aerator 50 meter @ Rp 2.000 Pipa paralon 80 buah @ Rp 1.250 Jaringan/ serokan 3 buah @ Rp 15.000 Jurigen 10 buah @ Rp 20.000

b. Biaya operasional (variabel) Lobster kecil 500 ekor @ Rp 180.000 Tenaga kerja 4 HKP@ Rp 30.000 Pakan 21 kg @ Rp 20.000 Transportasi 21.000.000 175.000 1.190.000 100.000 100.000 45.000 100.000 90.000.000 120.000 420.000 300.000 Total biaya 113.550.000

Dari data tabel diatas dapat diketahui jumlah total biaya tetap dan biaya varibel untuk pembesaran lobster sebanyak Rp. 113.950.000. Biaya variabel sebanyak Rp. 90.840.000 adalah biaya variabel selama 7 hari. Setiap kali produksi dapat menghasilkan 500 ekor lobster hidup yang dijual dengan harga Rp. 220.000/ ekor dengan berat 200 gram. Total hasil penerimaan yang didapat oleh UD. Angin Laut adalah sebesar Rp. 110.000.000 dengan keuntungan Rp 40.000/ekor.

Luas lahan yang digunakan dalam budidaya lobster adalah untuk pembuatan 7 kolam semen yang berukuran 1,5m x 2m dengan kedalaman 1m. Kolam harus disiapkan terlebih dahulu sebelum lobster dimasukkan ke dalam kolam. Persiapan kolam lobster mencakup kegiatan perawatan kolam yaitu pertama kolam dikeringkan dan ditebarkan kapur untuk membunuh bakteri yang ada pada kolam, setelah ditebar kapur kolam didiamkan selama 1 hari. Kemudian kolam diisi air laut dan didiamkan selama 7 hari. Lalu kolam dikuras lagi dan diisi air serta didiamkan selama 3 hari, pada hari ke-4 siap untuk digunakan sebagai kolam pembesaran lobster laut.

Bibit lobster untuk budidaya didapat dengan membeli benih yang responden dapat dari nelayan setempat dengan kualitas benih yang sudah lolos seleksi sehingga benih yang didapat oleh responden benih pilihan yang sehat sehingga pada saat benih yang dibudidayakan tumbuh menjadi lobster yang berkualitas bagus sehingga dapat di ekspor.

Lokasi budidaya lobster dipilih dekat dengan pantai. Pemilihan lokasi ini bertujuan untuk memudahkan UD. Angin Laut untuk membudidayakan lobster. Input-input yang diperlukan juga banyak yang berasal dari laut seperti air laut dan pasir pantai, sehingga dengan lokasi yang dekat dengan pantai akan menjadikan kegiatan budidaya lobster semakin efisien. Air laut yang digunakan berasal dari laut yang diambil secara manual menggunakan jurigen dan kemudian diangkut ke kolam tempat pembesaran lobster. Dasar kolam dapat diletakkan paralon, batu-batu atau pun pasir untuk meniru habitat asli lobster. Pengadaan red grass juga diperlukan untuk mencegah kanibalisme saat lobster berganti kulit.

Kegiatan yang dilakukan pada budidaya lobster menggunakan beberapa teknologi untuk dapat mendukung pelaksanaan budidaya lobster. Teknologi yang digunakan berupa aquarium dan filter. Teknologi yang digunakan bukan hanya alat berupa teknologi saja, tetapi juga penggunaan benih lobster yang berkualitas dan sehat untuk dapat meningkatkan hasil yang berkualitas. Penerapan teknologi akan berhasil apabila sumberdaya manusia dapat mengoprasikannya dengan baik. Pengoprasian teknologi dalam usaha budidaya lobster tidak harus tinggi karena teknologi yang digunakan masih tergolong sederhana dimana pengoprasiannya tidak memerlukan keahlian atau kemampuan khusus.

Budidaya lobster tidak memerlukan keahlian khusus, sehingga tidak perlu ekstra dalam pembudidayaannya. UD Angin Laut menerima lobster dari petani, tetapi resiko yang diterima oleh responden adalah apabila lobter yang diterima petani sedikit. Lobster biasanya yang dicari nelayan tergantung dengan musim sehingga apabila tidak terjadi musim lobster maka petani hanya mendapatkan sedikit. Loster apabila yang didpat oleh nelayan sedikit maka dapat berisiko pada UD Angin Laut, sehingga akan berdampak pada proses pengiriman. Lobster yang dikirim akan sedikit juga apabila yang diterima dari nelayan sedikit sehingga

berdampak pada pelanggan lobster dan juga konsumen. Selain itu, lobster akan berisiko apabila banyak yang mati. Lobster yang mati risikonya adalah UD Angin Laut dapat merugi karena sudah membeli dari nelayan selain itu juga mengurangi pengiriman lobster.

UD. Angin Laut bekerja sama dengan eksportir yang berada di Surabaya untuk menjual hasil budidaya pembesaran lobster yang telah dilakukan oleh UD. Angin Laut. Lobster yang sudah mencapai ukuran 200 gram siap untuk dikirim kepada eksportir di Surabaya, sebelum dilakukan pengiriman lobster di sortasi terlebih dahulu berdasarkan ukuran serta untuk memastikan lobster tersebut sehat dan tidak cacat. Tahap selanjutnya adalah proses packing lobster ke dalam box sterofoam, lobster yang telah lolos seleksi langsung ditata dengan rapi kedalam box sterofoam. Hal yang perlu diperhatikan pada saat proses packing adalah pemberian es batu dalam botol untuk menciptakan udara dingin dalam box agar sesuai dengan habitat aslinya serta pelumuran pasir laut ke seluruh tubuh lobster untuk memudahkan penataan lobster dan mengurangi pergerakan lobster pada saat dalam box sehingga lobster aman dari goncangan-goncangan serta terhindar dari resiko kecacatan lobster saat proses pengiriman. Lobster yang sudah selesai dilakukan proses packing akan langsung dikirim ke eksportir yang berada di Surabaya.

Pengiriman hasil budidaya pembesaran lobster UD. Angin Laut menggunakan transportasi pribadi berupa mobil milik sendiri. Kendala yang sering dialami pada saat proses pengiriman hasil lobster adalah ketika transportasi atau mobil yang digunakan mengalami kerusakan, sehingga pihak manajer UD. Angin Laut harus menyewa transportasi pengganti seperti truk untuk melakukan proses pengiriman lobster. Lobster yang telah sampai pada eksportir akan dilakukan sortasi kembali untuk memastikan lobster tersebut cacat atau tidak saat perjalanan pengiriman lobster ke Surabaya. Sortasi yang dilakukan oleh eksportir dengan melihat berdasarkan ukuran dan kondisi lobster cacat atau tidak, lobster yang memiliki ukuran diatas 200 gram dan kondisinya baik atau tidak cacat akan langsung di export ke luar negeri seperti Thailand, China dan Vietnam, sedangkan

lobster yang memiliki ukuran dibawah 200 gram dan kondisinya cacat akan langsung dijual ke pasar lokal dan restoran-restoran.

Kelembagaan yang terdapat di UD. Angin Laut adalah kelembagaan di bidang pemasaran dan distribusi. UD. Angin Laut menjalin kerjasama dengan perusahaan ekspor di Surabaya. Perusahaan ekspor menjadi penghubung atau fasilitator yang menghubungkan antara konsumen dengan produsen. UD. Angin Laut mengirimkan hasil produksi lobsternya kepada eksportir setelah melalui proses pengemasan lobster biasanya dilakukan setiap 7 hari sekali. Kerjasama yang dijalin dengan perusahaan ekspor berupa kemitraan, namun kemitraan yang dijalin bisa disebut sebagai kontrak kerja yang tidak jelas karena kemitraan yang dijalin oleh kedua belah pihak ini tidak ada kontrak tertulis resmi yang mengikat keduanya. Pihak UD. Angin Laut dengan pihak perusahaan ekspor hanya menjalin kerjasama berdasarkan rasa saling percaya saja. Pihak perusahaan tidak menyediakan fasilitas-fasilitas apapun kepada pihak UD. Angin Laut. Perusahaan hanya berperan sebagai penyedia tempat bagi UD. Angin Laut untuk memasarkan lobster hasil produksinya. Tidak ada bantuan apapun dari perusahaan baik itu fasilitas dalam pengelolaan on farm maupun fasilitas dalam pengelolaan off farm lobster. UD. Angin Laut mengadakan semua input dan segala kebutuhan saprodi budidaya sendiri tanpa ada bantuan dari pihak manapun.

4.1.2 Pengorganisasian

Budidaya pembesaran lobster yang di usahakan oleh UD. Angin Laut merupakan usaha yang masih tergolong kecil dan berskala rumah tangga saja. Kegiatan yang dilakukan di UD. Angin Laut pada kegiatan budidaya pembesaran lobster dilakukan oleh 4 orang karyawan dan pemilik UD. Angin Laut bertindak sebagai manajer. Empat orang karyawan ini merupakan tenaga kerja yang direkrut oleh manajer dan berasal dari lingkungan setempat. UD. Angin Laut sumberdaya manusia di lingkungan sekitarnya sangat berpotensi untuk terus dikembangkan namun kurangnya lapangan pekerjaan menjadikan potensi yang dimiliki masyarakat sekitar tidak dapat dikembangkan. Masyarakat di Desa Puger Wetan sudah kenal dengan cara budidaya berbagai jenis ikan. UD. Angin Laut hadir

selain memanfaatkan sumberdaya manusia yang ada juga ikut membantu menyediakan lapangan pekerjaan.

Empat orang tenaga kerja yang dimiliki oleh UD. Angin Laut bekerja sesuai dengan yang dibutuhkan dalam kegiatan budidaya pembesaran lobster. UD. Angin Laut tidak membagi tenaga kerja secara spesifik, hanya saja 2 orang karyawan khusus ditugaskan untuk melakukan kegiatan perawatan lobster. Dua orang lainnya bertugas untuk menjaga dan pemberian pakan. Karyawan yang mungkin sedang tidak bekerja dapat membantu pekerjaan karyawan lainnya. Contohnya seperti saat pengurasan kolam. Pengurasan kolam dapat dilakukan oleh semua karyawan walaupun itu bukan tugas yang telah ditentukan.

Perawatan ikan yang dilakukan oleh karyawan UD. Angin Laut adalah menjaga kebersihan kolam dengan melakukan pembersihan kolam dengan cara menguras ketika kolam selesai panen. Selain itu para karyawan harus menjaga dan memastikan alat aerator yang harus tetap dalam keadaan berjalan, agar ikan dalam kolam dapat bertahan hidup. Memberikan makan pada lobster juga merupakan hal yang utama dilakukan para karyawan untuk memperoleh ukuran lobster yang sesuai permintaan konsumen dan lobster yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

Karyawan

Pemilik UD. Angin Laut

Sortasi Lobster dari

Nelayan

Perawatan Pemanenan

Pemberian

Pakan MengurasKolam

Menjaga Aerator

Gambar 4.2 Struktur Kegiatan Produksi 4.1.3 Pelaksanaan

Kegiatan produksi adalah melaksanakan rencana produksi yang telah dibuat dan merupakan kegiatan yang mempunyai massa yang cukup lama serta terkait dengan bagaimanakah mengelola proses produksi berdasarkan masukan, baik yang langsung maupun yang tidak langsung untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan hasil pembesaran pada komoditas lobster meliputi penerimaan hasil tangkapan ikan dari para nelayan serta merawat lobster hingga ukuran sesuai dengan kriteria penjualan. Perawatan yang dilakukan pada komoditas lobster berupa pembersihan kolam, menjaga proses filterisasi, dan memberi pakan pada lobster-lobster tersebut. Pelaksanaan yang pertama kali dilakukan yaitu mulai dari lobster yang didapat dari hasil tangkapan nelayan dengan ukuran yang cukup kecil yaitu dengan berat ±100 gram dan memiliki nilai ekonomis yang sangat rendah. Pelaksanaan yang selanjutnya yaitu melakukan perbesaran ikan lobster selama kurang lebih 15 hari agar berat lobster mencapai berat minimal 200 gram. Pelaksanaan perbesaran lobster dilakukan oleh 4 karyawan UD. Angin Laut beserta responden selaku pemilik usaha. Responden dalam kegiatan perbesaran lobster selalu ikut terjun langsung dalam kegiatan budidya pembesaran lobster dan memberikan arahan langsung kepada setiap karyawannya agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Lobster yang sudah masuk ke kolam tidak membutuhkan perawatan yang rumit. Karyawan UD. Angin Laut melaksanakan perbesaran lobster dengan rutin memberi makan lobster dengan ikan rucah sebanyak 3kg/hari untuk 7 kolam. Setiap kolam yang berukuran 1,5m x 2m dengan kedalaman 1m berisi 100 lobster. Memperhatikan proses filterisasi agar air selalu dalam keadaan bersih merupakan hal yang harus diperhatikan dalam melakukan perawatan lobster. Lobster akan di panen ketika bobotnya mencapai ukuran berat antara minimal 200gram/ekor. Berat lobster yang telah memenuhi target penjualan, maka panen dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menguras kolam dan yang kedua dengan menggunakan jaring ikan untuk menangkap lobster. Biasanya UD. Angin Laut

melakukan panen dengan cara menguras kolam karena dianggap lebih cepat dan efisien juga dapat memudahkan proses persiapan kolam untuk pembesaran lobster selanjutnya. Lobster yang di panen dapat mencapai 15-20 kg/hari dengan harga jual sekitar Rp. 220.000/ekornya.

Pelaksanaan pada budidaya lobster berisiko apabila lobster pada kolam budidaya banyak yang mati selain itu apabila aerasi tidak berjalan dengan baik. Pengaturan aerasi sangat diperlukan dan paling utama agar lobster tumbuh dengan baik. Lobster menuntuk ketersediaan oksigen setiap waktu. Apabila aerasi tidak baerjalan dengan baik maka lobster dapat terganggu dan menghambat pertumbuhannya. Kondisi kolam yang tidak menyerupai kondisi habitat alaminya juga dapat mempengaruhi tingkat kehidupan lobster. Penggunaan pasir pada kolam juga dapat membantu mengkondisikan kolam. Pasir yang diperlukan juga harus dari laut dan dapat diatur sesuai dengan tempatnya agar lobster yang dibudidayakan merasa nyaman sesuai dengan habitatnya.

Pelaksanaan pemasaran hanya terjadi pada pada off farm. Lobster hanya dibesarkan pada UD Angin laut dan dibudidayakan sendiri di kolam. UD Angin Laut tidak melakukan proses pemasaran, berat lobster yang dibudidayakan yang siap dipasarkan mencapai 200 gram. Sehingga pada on farm UD Angin Laut hanya membeli bibit lobster pada nelayan. UD Angin Laut membeli pada nelayan tidak terjadi proses pemasaran sehingga tidak adanya saluran pemasaran. Risiko pelaksanaan budidaya lobster adalah ketersediaan bibit lobster yang tergantung dengan musim.

UD Angin Laut tidak melakukan kemitraan dengan perusahaan. Lobster yang didapat berasal dari nelayan sehingga dalam proses pemasaran tidak terjadi. Pemasaran hanya terjadi pada off farm, yang pada akhirnya lobster dkirim pada eksportir. Lobster pada on farm tidak terjadi pemasaran sehingga tidak ada lembaga yang bermitra dengan UD Angin Laut.

4.1.4 Pengkoordinasian

Pengkoordinasian merupakan manajer langsung turun pada karyawan. UD Angin Laut responden berperan sebagai manajer. Pengkoordinasian diberikan

responden kepada karyawan pada saat pertama kali budidaya lobster. Responden memberikan langsung pengkoordinasian pada karyawan. Pengkoordinasian yang dilakukan oleh responden dilakukan secara langsung, yaitu dengan memberi instruksi kerja kepada 4 orang karyawannya. Instruksi yang diterima oleh para karyawan dikerjakan secara merata walaupun pembagian pekerjaan tidak begitu ditekankan. 4 orang pekerja ini dibagi sesuai dengan tugasnya masing-masing. Pemberian pakan lobster dilakukan oleh 1 orang, pengawasan aerasi kolam dilakukan oleh 2 orang dan 1 orang lainnya bertugas menjaga kolam. Koordinasi yang dilakukan oleh responden bertujuan agar usaha dapat terus berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Responden memberikan koordinasi pada karyawan agar budidaya lobster dapat berjalan dengan baik. Karwayan bekerja sesuai dengan bagian-bagiannya. Sehingga apabila terjadi kesalahan responden dapat mengetahui pada karyawan yang telah berbut kesalahan pada saat budidaya. Apabila karyawan melakukan kesalahan responden langsung menegur, tetapi dengan cara yang halus. Responden melakukan koordinasi berdampak pada lobster yang dibudidayakan dapat tumbuh dengan baik dan sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Responden melakukan koordinasi tidak setiap hari melainkan hanya pada saat awal melakukan kegiatan budidaya lobster. Apabila salah satu karyawan tidak masuk maka karyawan lainnya dapat menggantikan bagian dari karyawan lainnya.

4.1.5 Pengendalian

Pengawasan dalam kegiatan produksi dilakukan agar semua rencana dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan semua karyawan melakukan apa yang telah ditugaskan sesuai dengan pekerjaan masing-masing. Selain itu pengawasan dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan-penyimpangan pada kegiatan produksi, sehingga dapat dilakukan perbaikan atau pengendalian agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Pengawasan yang dilakukan oleh responden pemilik usaha perikanan UD. Angin Laut dilakukan secara rutin, hal ini dikarenakan responden yang setiap harinya ikut turun langsung dalam kegiatan usaha tersebut. Usaha perbesaran lobster yang dimiliki responden merupakan

usaha keluarga yang masih kecil dan hanya memperkejakan 4 orang karyawan. Suatu usaha akan berjalan dengan baik jika seorang manajer dapat menyatukan segala pendapat dari masing-masing individu agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Responden memperlakukan 4 orang karyawannya dengan sama. Karyawan yang merupakan tetangga sendiri, membuat sistem kerja yang dianut adalah sistem kekeluargaan yaitu responden memberikan kepercayaan kepada masing-masing karyawannya untuk melakukan pekerjaan dalam usaha perbesaran lobster. Selama kegiatan usaha ini berjalan jika terdapat penyimpangan yang dilakukan para karyawannya, maka responden akan segera mengendalikan dengan cara menegur langsung para karyawannya.

Evaluasi dilakukan secara berkala, mulai dari saat perencanaan sampai akhir usaha berlangsung, sehingga jika terjadi penyimpangan dari rencana yang dianggap dapat merugikan, maka segera dilakukan kegiatan pengendalian., sedangkan kendala sendiri merupakan hal yang tidak akan pernah lepas dari suatu berdirinya usaha. Pengendalian mulai dari awal perencanaan telah dilakukan oleh responden. Pengendalian tersebut dilakukan untuk memperlancar kegiatan usaha agar tetap berjalan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi yang dilakukan untuk memperbaiki kinerja dari apa yang telah dikerjakan agar dapat memperoleh hasil yang maksimal untuk mencapai tujuan.

Permasalahan yang dialami responden adalah permintaan yang tinggi, namun penawaran yang diberikan UD. Angin Laut masih sangat terbatas. Permasalahan ini dikarenakan komoditas lobster yang didapat oleh para nelayam masih sangat terbatas. Keterbatasan para nelayan dalam mendapatkan lobster disebabkaan oleh faktor alam yang kurang mendukung dan petani yang masih tradisional dalam melakukan penangkapan lobster. Selain itu pada komoditas lobster yang didapat petani dari laut masih bergantung pada musim. Sebagai seorang manajer, Responden pemilik usaha perbesaran lobster tidak ingin usahanya berhenti dan menunggu musim lobster tiba lagi.

Permasalahan keterbatasan lobster ini masih belum dapat mengatasinya sehingga UD. Angin Laut akan menurunkan jumlah produksinya dan bahkan menghentikan sementara memproduksi lobster. UD. Angin Laut akan

menghentikan produksi lobsternya untuk sementara dan beralih ke jenis komoditas ikan lainnya. Usaha ini dilakukan agar usaha budidaya lobster tetap berjalan dan tetap bisa memperkejakan karyawannya. Usaha yang dilakukan responden yaitu dengan mengusahakan ikan laut lainnya seperti ikan layur, ikan sarden dan ikan laut lainnya. Namun pada usaha perikanan ini tidak dilakukan budidaya perbesaran, hanya saja respondenmenerima ikan dari para nelayan yang nantinya akan langsung dipasarkan. Pemasaran yang dilakukan responden yaitu dengan mengirim hasil laut ke satu tempat yang sama dengan pengiriman lobster. 4.2 ManajemenOff FarmKomoditasLobster Di DesaPugerWetan

Lobster biasanya dipasarkan dalam bentuk hidup atau segar dan dibekukan. Untuk mendapatkan kualitas lobster hidup yang memenuhi konsumen diperlukan penanganan dan transportasi yang baik. Transportasi lobster ada dua

Dalam dokumen MANAJEMEN AGRIBISNIS DAN KONSEP AGRIBISN (Halaman 25-45)

Dokumen terkait