BAB IV: Analisis Manajemen Program Amil Development Program IMZ
PADA LEMBAGA IMZ
D. Konsep Amil Zakat
a. Pengertian Amil Zakat
Amil adalah para pekerja yang telah diserahi tugas oleh penguasa atau penggantinya untuk mengambil harta zakat dari wajib zakat, mengumpulkan, menjaga dan menyalurkannya. Dengan kata lain amil adalah badan atau lembaga atau panitia yang mengurus dan mengelola zakat, terdiri dari orang-orang, yang diangkat oleh pemerintah atau masyarakat.28
Yang disebut amil adalah orang atau lembaga yang mendapat tugas untuk mengambil, memungut, dan menerima zakat dari para muzakki, menjaga dan memeliharanya untuk kemudian menyalurkannya kepada para mustahiknya.29
Menurut M.Yusuf Qardawi, yang dimaksud dengan amil zakat ialah mereka yang melaksanakan segala kegiatan urusan zakat. Mulai
27
Nurhayati, Manajemen Pronyek (Yogyakrta: Graha Ilmu, 2010), h.8
28
Lili Bariadi dkk, Zakat dan Kewirausahaan, (Ciputat: Center For Enterpreneurship Develoment, 2005), cet-1 h. 12-13
29
Didin Hafidhuddin, Panduan Praktis Tentang Zakat, Infaq Sedekah, (Jakarta: Gema
dari para pengumpul sampai kepada bendahara dan para penjaganya, juga mulai dari pencatatan sampai kepada penghitung yang mencatat keluar masuk zakat dan membagi kepada para mustahik.30
Para amil zakat mempunyai berbagai macam tugas dan pekerjaan, semua berhubungan dengan pengaturan soal zakat yaitu soal sensus terhadap orang yang wajib zakat dan macam zakat yang diwajibkan padanya, juga besar harta yang wajib dizakati, kemudian mengetahui para mustahik zakat. Berapa jumlah mereka, berapa kebutuhan mereka serta besar biaya yang dapat mencukupi dan hal-hal lain yang merupakan urusan yang perlu ditangani secara sempurna oleh para ahli dan petugas serta para pembantunya.31
Seorang amil haruslah yang diangkat sebagai petugas oleh pemerintah. Pendapat ini dikemukakan oleh beberapa para ulama khususnya Abu Zahrah. Menurutnya, amil adalah mereka yang bekerja untuk pengelolaan zakat, menghimpun, menghitung, mencari orang-orang yang butuh (mustahiqqin) serta membagikan kepada mereka.32
b. Syarat-syarat Amil
Dalam mengumpulkan zakat diperlukan petugas yang disebut dengan amil. Siapa yang berhak menjadi amil. Berikut syarat-syarat yang harus dipenuhi seorang amil zakat :
30
M.Yusuf Qardawi, Hukum zakat, studi komparatif mengenai status dan Filsafat zakat berdasarkan Quran Dan Hadits, Terjemahan Bahasa Indonesia. (Bogor: Pustaka Litera Antarnusa, 1973), h. 545
31
Ibid, h. 546 32
M. Quraisy Shihab, Membumikan Al-Qur’an :Fungsi dan Peran Wahyu Dalam
a) Hendaknya ia seorang muslim, sebab zakat adalah urusan internal kaum muslim. Islam menjadi syarat bagi segala urusan mereka.
Ibnu Qudamah mengatakan, “ setiap pekerjaan yang memerlukan
syarat amanah (kejujuran) hendaknya disyaratkan Islam bagi pemeluknya, seperti menjadi saksi. Karena itu, urusan kaum muslim, pengurusnya tidak dapat diberikan pada non muslim, seperti halnya urusan-urusan lain, atau berkaitan dengan hal itu”. Umar berkata, “ janganlah kalian serahkan amanah itu pada mereka, karena mereka telah berbuat khianat kepada Allah”. Umar
menolak seorang nasrani dipekerjakan oleh Abu Musa sebagai penulis zakat. Karena zakat itu adalah rukun islam yang utama. b)Hendaklah petugas zakat itu seorang mukallaf, yakni orang dewasa
yang sehat akal fikirannya.
c) Petugas zakat hendaklah orang yang jujur, karena ia diamanati harta kaum muslim. Janganlah petugas zakat itu orang fasik lagi tak dapat di percaya. Sebab ia akan berbuat zhalim pada para pemilik harta.
d)Memahami hukum-hukum zakat. Para ulama mensyaratkan petugas zakat itu paham terhadap hukum zakat. Sebab bila ia tidak mengetahui hukum, maka tidak mungkin mampu melaksanakan pekerjaannya, dan tentu akan lebih banyak melakukan kesalahan. Masalah zakat membutuhkan pengetahuan tentang harta yang wajib dizakati dan yang tidak wajib dizakati. Urusan zakat juga
memerlukan ijtihad tentang masalah yang belum diketahui hukumnya, agar hukum menjadi jelas.
e) Kemampuan untuk melaksanakan tugas. Petugas zakat hendaklah memenuhi syarat untuk melaksanakan tugasnya, dan sanggup memikul tugas itu.
Disebutkan dalam Al-Qur‟an :
Artinya : “Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil
bekerja (dengan kita) ialah orang yang kuat lagi di
percaya”. (Al-Qashash/28:26)
Demikian pula Nabi Yusuf a.s. berkata kepad raja : “ Jadikanlah
aku bendaharawan negara (Mesir) karena sesungguhnya aku orang
yang pandailagi berpengetahuan”. Kata penjaga (hifdzu) berarti dapat
dipercaya. Kata ilmu, berarti mampu dan ahli. Kedua syarat itu adalah asas segala pekerjaan yang berhasil. Disyaratkan laki-laki dan tidak boleh wanita dipekerjakan sebagai amil zakat.33
c. Wewenang dan Tugas Amil
Pada awal Islam, para amil diangkat langsung oleh Rasulullah Saw. Tetapi pada masa pemerintahan Utsman R.a, kebijaksanaan pengumpulan zakat diubah. Harta yang dizakati dibagi dalam dua kategori, yaitu amwal zhahirah (harta benda yang dapat diketahui jumlah atau nilainya oleh pengamat, seperti kekayaan yang berbentuk
33
M. Djamal Doa, Pengelolaan Zakat Oleh Negara : Untuk Memerangi Kemiskinan, (Jakarta: Korpus, 2004), h. 22
binatang atau tumbuhan) dan amwal bathiniyah (harta yang tidak dapat diketahui oleh pemiliknya sendiri). Pada masa Nabi Saw, lpara sahabat menyerahkan amwa bathiniyah itu kepada beliauuntuk kemudian beliau serahkan kepada amil agar dibagikan sesuai dengan petunjuk agama. Tetapi pada masa Utsman, karena harta kekayaan sedemikian melimpah dan demi kemaslahatan umum, beliau mengalihkan wewenang pembagian kepada pemilik harta secara langsung. Pengalihan ini tidak mencabut wewenang iman untuk maksud tertentu.
Di sini, walaupun al-muzakki telah memperoleh wewenang dari penguasa dalam tugasnya sebagai amil zakat, tetapi wewenang itu hanya menjadikannya sebagai wakil dari iman atau pemerintah Fakhruddin Al-Razi dalam tafsirnya ketika menafsirkan surat
At-Taubah/9:60, menulis : “ Ayat ini menunjukkan bahwa iman atau yang
ditugaskannya berkewajiban mengumpulkan dan membagi-bagikan
zakat”. Buktinya adalah bahwa Allah menetapkan petugas-petugas untuk maksud tersebut.34 Ini dikuatkan lagi dengan surat At-Taubah/9:103.
Para amil zakat mempunyai berbagai macam tugas dan pekerjaan. Semua berhubungan dengan pengaturan soal zakat. Yaitu soal sensus terhadap orang-orang yang wajib zakat dan macam zakat yang diwajibkan kepadanya. Juga besar harta yang wajib dizakati, kemudian mengetahui para mustahik zakat. Berapa jumlah mereka, berapa kebutuhan mereka serta besar biaya yang dapat mencukupi hal-hal lain
34
M. Quraisy Shihab, Membumikan Al-Qur’an :Fungsi dan Peran Wahyu Dalam
yang merupakan urusan yang perlu ditangani secara sempurna oleh para ahli dan petugas serta para pembantunya.
Istilah jabatan amil zakat yang digunakan pada masa Rasulullah Saw yaitu:
Katabah: bagian yang diserahi tugas untukmencatat para wajib zakat.
Hasabah: bagian yang diserahi tugas untuk memaksir, menhitung zakat.
Jubah: bagian yang diserahi tugas untuk menarik, mengambil zakat dari para muzaki.
Qasamah: bagian yang diserahi tugas untuk menyalurkan zakat kepada Mustahik.35
Dari pembagian tugas tersebut tercermin bahwa sejak zaman
Rasulullah ternyata pengelolaan zakat diserahkan kepada “amil” dan
telah dilaksanakan dengan sistem manajemen secara profesional dan effektif sehingga mencapai sasaran tujuan zakat itu sendiri, baik untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, maupun dalam upaya menghindari kesenjangan sosial dan meningkatkan
kesejahteraan umat “amil” tersebut disejajarkan dengan lembaga -lembaga pemerintah pada waktu itu, setara dengan kantor bendahara Negara saat ini yang mengurus harta kekayaan Negara.
35
Ali yafie, dkk, Problematika Zakat Kontemporer: Artikulasi Proses Politik Sosial Bangsa, (Jakarta: FOZ, 2003), Cet. Ke-1, H. 75
Di zaman sekarang sarana zakat irtu dapat dibagi kedalamdua urusan pokok. Tiap urusan mempunyai seksi dan bagian. Pertama: urusan penghasil (pengumpul) zakat. Kedua: urusan pembagi zakat.36
Para pemgumpul bertugas mengamati dan menetapkan para muzakki, menetapkan jenis-jenis harta mereka yang wajib dizakati, dan jumlah yang harus mereka bayar. Kemudian mengambil dan menyimpannya untuk diserahkan kepada petugas yang membagikan apa yang telah mereka kumpulkan itu.
Disini para pengumpul sangat memerlukan pengetahuan tentang hukum-hukum zakat, misalnya hal yang berkaitan dengan jenis harta, kadar nishab, haul, dan sebagainya.
Para pembagi bertugas mengamati dan menetapkan, seteelah pengamatan dan penelitian yang seksama, siapa saja yang berhak mendapatkan zakat, perkiraan kebutuhan mereka, kemudian membagikan kepada masing-masing yang membutuhkan dengan pertimbangan jumlah zakat yang diterima adna kebutuhan mereka masing-masing.
Disini para amil lebih banyak harus menegtahui petunjuk-petunjuk agama menyangkut tugas-tugasnya, seperti misalnya siapa yang dimaksud dengan fakir dan miskin, apa syarat-syarat yang harus terpenuhi untuk dinamai fakir, miskin, gharim, ibn sabil, al-mu‟allaf
qulubuhum, dan sebagainya. Para amil yang bertugas diharapkan menegtahui tata krama pembagian harta zakat, serta doa-doa yang
36
Salman Harun, dkk, Hukum Zakat: Study Komparatif MengenaiStatus dan Filsafat
berkaitan dengan tugas-tugasnya, karena hal ini mempunyai arti yang tidak kecil, bukan saja bagi para pemberi dan penerima, tetapi juga bagi kesempurnaan ibadah zakat disisi Allah SWT.