• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.2 Konsep Analisis Fundamental

Jika analisis teknikal mengabaikan kondisi keuangan perusahaan dalam memperkirakan return saham, analisis fundamental justru sangat berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan. Dengan analisis ini diharapkan calon investor akan mengetahui bagaimana kinerja perusahaan. Apakah sehat atau tidak, apakah

cukup menguntungkan atau tidak. Analisis fundamental menyimpulkan bahwa return saham sangat dipengaruhi oleh kinerja dari perusahaan yang bersangkutan.

Analisis fundamental berupaya mengidentifikasi kinerja perusahaan melalui analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya untuk dapat memprediksi return saham di masa yang akan datang.

2.1.2.1. Faktor-faktor fundamental

Aspek fundamental merupakan faktor-faktor yang diidentifikasi dapat mempengaruhi return saham. Beberapa faktor pertimbangan tersebut antara lain penjualan, pertumbuhan penjualan, dan kebijakan deviden. Kebijakan deviden tergantung pada rapat umum pemegang saham (RUPS). Informasi naik dan turunnya deviden tunai yang dibagikan perusahaan merupakan salah satu informasi yang dipandang cukup penting bagi investor karena informasi itu berkenaan dengan prospek keuntungan yang akan diperoleh investor. Pengumuman deviden dianggap memiliki kandungan informasi apabila pasar bereaksi pada saat pengumuman tersebut diterima pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas bersangkutan. Perubahan harga saham tersebut akan menyebabkan perubahan return saham yang pada akhirnya akan mengakibatkan perubahan pada variabilitas tingkat keuntungan saham (Ratnawati, 2008).

Faktor- faktor fundamental yang berfokus pada berita keuangan, dan ekonomi maka dapat dilakukan analisis rasio keuangan untuk mendapatkan informasi lebih rinci tentang kinerja yang dicapai perusahaan. Beberapa rasio yang digunakan untuk mengukur kekuatan dan kelemahan yang dihadapi perusahaan dapat dikelompokkan

menjadi 6 kelompok yaitu Profitability ratio, asset utilization ratio, liquidity ratio, debt-utilization ratio, price ratio dan other ratio (Hirt dan Block, 2000: 220). Rasio penting yang akan mempengaruhi return saham antara lain Return on Asset, Return on Equity, yang mewakili Profitability ratio, Current ratio yang mewakili liquidity ratio, Debt to Equity ratio yang mewakili debt-utilization ratio dan Earning Per

Share yang mewakili per-share ratio (Graham dan Dodd’s, 1897: 335).

Rasio keuangan perbankan dapat dikelompokkan menjadi 5 kelompok, yaitu:

1. Rasio Likuiditas adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur

likuiditas bank. Rasio ini antara lain terdiri dari Quick Ratio, Investing Ratio, Loan to Deposit Ratio, Loan to Asset Ratio dan Cash Ratio.

2. Rasio Profitabilitas yaitu rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan

bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu. Beberapa rasio yang termasuk adalah Return On Assets, Return On Equity, Net Interest Margin, Gross Profit Margin, Interest Margin On Earning Asset, Interest Margin On Loans, Return On Investment dan Earning Per Share Ratio.

3. Rasio Risiko Usaha Bank yaitu rasio yang mengukur tingkat risiko yang dihadapi

perbankan. Rasio ini sering disebut rasio Bank Liabilities Management. Beberapa rasio yang termasuk risiko usaha bank adalah Capital Risk Ratio, Deposit Risk Ratio, Interest Rate Ratio.

4. Rasio Permodalan yaitu rasio yang mengukur besarnya kemampuan bank dalam

aktiva produktif yang mengandung risiko. Rasio ini terdiri dari Primary Ratio, Capital Ratio, Capital Adequacy Ratio, Current Liabilities to Equity Ratio.

5. Rasio Efisiensi Usaha (Bank Asset Management) yaitu rasio yang mengukur

kinerja manajemen suatu bank apakah telah menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat. Beberapa rasio yang termasuk rasio efisiensi usaha antara lain adalah: Leverage Multiplier Ratio, Asset Utilization Ratio, Fixed Asset Turnover Ratio, Interest Expense Ratio, Cost of Money, Cost of Loanable Fund, Cost of Borrowing Fund, Cost of Efficiency Ratio dan Operating Ratio. 2.1.2.1.1. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adecuacy Ratio (CAR) adalah kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol risiko-risiko yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank.

2.1.2.1.2. Return On Assets (ROA)

Dari sudut Pandang calon Investor, indikator penting untuk menilai prospek perusahaan di masa yang akan datang adalah dengan melihat sejauhmana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Indikator ini sangat penting diperhatikan untuk mengetahui sampai sejauhmana investasi yang akan ditanamkan investor di suatu perusahaan mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang disyaratkan investor.

Salah satu rasio yang sering digunakan untuk mengukur kinerja profit adalah Return On Assets (ROA). Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk

memperoleh laba dengan menggunakan asset yang dimiliki (Brigham, 2000: 81) menyebutkan bahwa Return on Asset dapat dihitung dengan cara membandingkan Net Income Available to Common Stockholder dengan Total Assets.

Definisi tersebut sedikit mempunyai perbedaan. Brigham lebih menekankan perhitungan Return On Asset kepada pemegang saham biasa, di mana pendapatan yang diukur adalah pendapatan yang tersedia untuk pemegang saham biasa. Sedangkan Hirt dan Block tidak mengkhususkan perhitungan Return On Asset ini kepada pemegang saham biasa, pendapatan yang diukur adalah pendapatan bersih.

Tetapi pada prinsipnya definisi tersebut kedua-duanya mengukur kemampuan untuk memperoleh laba dengan menggunakan aset yang ada.

Dalam perbankan Return On Asset merupakan salah satu rasio kunci kemampulabaan. Menurut Rose (1996: 168), rasio ini dapat diukur dengan

membandingkan Net Income After Tax dengan Total Asset. Rasio ini merupakan indikator utama untuk melihat managerial efficiency

yang mengindikasikan seberapa mampu manajemen bank dapat menggunakan kekayaan institusi menghasilkan pendapatan bersih. Cara lain yang Margin (PM) dengan Asset Utilization dinotasikan:

Return On Asset = Profit Margin X Asset Utilization

Profit Margin (PM) = Net Income/Total Income

Asset Utilization = Total Income/Avarage Asset

Menurut pandangan investor, Return On Asset ini merupakan salah satu indikator penting untuk melihat kinerja perusahaan dalam mencapai laba. Semakin

tinggi laba yang dihasilkan berarti semakin tinggi Return On Asset yang berarti semakin tinggi profitabilitas perusahaan.

Jika dikaitkan dengan Return saham, kecendrungan yang terjadi adalah semakin tinggi Return On Asset suatu perusahaan semakin tinggi pula return saham yang diterima oleh investor dalam bentuk deviden.

2.1.2.1.3. Return On Equity (ROE)

Return On Equity merupakan salah satu rasio profitabilitas yang menggambarkan kemampuan bank untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham. Rasio ini dapat diperoleh dengan membandingkan Net Income After Tax

dengan Equity Capital (Rose, 1996: 168).

Semakin tinggi nilai Return On Equity menggambarkan semakin tinggi kemampuan modal sendiri bank menghasilkan laba untuk pemegang saham. Jika dihubungkan dengan return saham kecendrungan yang terjadi adalah jika Return On equity meningkat maka return saham juga akan meningkat karena investor menganggap bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik dalam menciptakan laba.

2.1.2.1.4. Loan to Deposit Ratio (LDR)

Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan salah satu rasio likuiditas. Menurut

The Loan to deposit ratio is a traditional measure of bank liquidity, indicating the

extent to which deposits are used to meet loan meet loan request”.

Menurut Sinkey, ratio tersebut dipergunakan untuk melihat kemampuan bank dalam memenuhi tingkat kredit yang diminta dengan menggunakan dana pihak ketiga

yang tertanam di bank tersebut. Rasio ini menjadi sangat penting karena juga menggambarkan intensitas fungsi intermediary bank dalam menyalurkan kredit kepada masyarakat (debitur). Pendapat lain menyatakan bahwa rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajibannya kepada nasabah yang telah menanamkan dananya dengan menarik kembali kredit-kredit yang telah diberikan kepada debiturnya. Semakin tinggi tingkat rasionya semakin tinggi tingkat likuiditas bank tersebut (Sawir, Agnes, 2001: 30).

Calon investor cenderung menyukai perusahaan yang memiliki Loan to Deposit Ratio yang tinggi, karena di samping menunjukkan kemampuan bank tersebut dalam memberikan kredit kepada debitur dengan dana deposan yang ada, juga menunjukkan kemampuan bank untuk membayar kewajibannya. Jika dihubungkan dengan Return saham, kecendrungan yang terjadi adalah semakin tinggi Loan to Deposit Ratio suatu bank maka semakin tinggi pula return saham bank tersebut.

2.1.2.1.5. Debt to Equity Ratio (DER)

Rasio ini mengukur jumlah financial levarage yang sedang digunakan sebuah perusahaan. Penggunaan leverage yang tinggi yang berarti menggunakan jumlah hutang yang besar dapat meningkatkan risiko kebangkrutan. Secara khusus ratio ini dapat membantu investor untuk melihat risiko sebuah saham. Rasio ini diketahui dengan membandingkan total liability dengan total equity.

Seperti diketahui bahwa setiap sumber dana mempunyai biaya yang disebut cost of fund. Jika digunakan dana dari luar perusahaan dalam bentuk hutang atau

obligasi maka akan timbul biaya-biaya (cost of debt) minimal biaya bunga. Jika digunakan dari modal sendiri (equity) akan muncul opportunity cost yang tidak kelihatan.

Dengan demikian bahwa perusahaan harus menyusun struktur modal terbaik. Apakah modal dari luar berbentuk hutang, obligasi atau dalam bentuk equity. Nilai Debt to Equity Ratio yang tinggi menunjukkan semakin besar perusahaan menggunakan hutang untuk membiayai perusahaan. Dari sudut pandang calon investor lebih menyukai perusahaan yang mempunyai Debt to Equity yang rendah, karena menunjukkan risiko perusahaan yang rendah terhadap kebangkrutan. Jika dihubungkan dengan return saham, kecendrungan yang terjadi adalah semakin rendah nilai Debt to Equity Ratio semakin tinggi return saham tersebut.

2.1.2.1.6. Net Interest Margin

Net interest Margin (NIM) merupakan rasio yang mengukur kemampuan bank menghasilkan pendapatan bunga bersih dengan menggunakan income-producing assets.

Rasio ini merupakan rasio sangat penting untuk mengevaluasi kemampuan bank untuk mengukur risiko tingkat suku bunga. Perubahan tingkat suku bunga akan mengakibatkan perubahan pendapatan bunga dan beban bunga. Net Interest Margin dan perkembangannya mengidentifikasikan apakah posisi asset dan liabilities bank dapat mengambil keuntungan atas perubahan suku bunga.

Earning assets terdiri dari surat berharga, deposit, pinjaman, penyertaan dan aktiva valuta asing lain-lain (jika ada).

Calon investor memandang bahwa bank yang mempunyai Net Interest Margin yang tinggi menunjukkan kemampuan bank untuk menghasilkan pendapatan bunga yang tinggi pula.

2.1.2.1.7. Earning Per Share (EPS)

Earning Per Share merupakan rasio yang paling utama diantara rasio saham- saham yang lain. Earning Per Share diperoleh dengan membandingkan jumlah pendapatan bersih dengan jumlah saham yang beredar.

Rasio ini mengukur kemampuan pendapatan per lembar saham. Dengan mengetahui besarnya EPS, calon investor dapat menilai kekuatan potensi pendapatan yang akan diterima di masa yang akan datang. Kecendrungan yang terjadi jika EPS meningkat, return saham juga akan meningkat.

2.1.2.1.8. Price Earning Ratio (PER)

Price Earning Ratio (PER) menunjukkan rasio dari harga saham terhadap earning. Pendekatan PER ini sering disebut dengan earning multiplier. Rasio ini sering disebut dengan earning multiplier. Rasio ini menunjukkan berapa besar

investor menilai harga dari saham terhadap kelipatan dari earnings

(Jogiyanto, 2000: 104). 2.1.2.1.9. Burden Ratio (BR)

Burden ratio adalah rasio yang mengukur kemampuan bank untuk memperoleh fee base income dengan mempergunakan aset yang ada. Fee base income merupakan pendapatan bank di luar bunga yang diterima atas jasa pelayanan perbankan yang diberikan kepada nasabah. Pendapatan-pendapatan tersebut tergolong

dalam deposit service charge, trading commisions and fee, charge on checking account activities. Pendapatan atas jasa kliring, inkaso, transfer termasuk dalam fee base income. Semakin tinggi burden ratio menunjukkan semakin tinggi kemampuan bank dalam memperoleh pendapatan di luar bunga.

Dokumen terkait