REVITALISASI BENTENG VASTENBURG SEBAGAI PUSAT SENI DAN MUSEUM SENI KONTEMPORER
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
C. Konsep Bentuk dan Tam pilan Bangunan 1 Konsep Pola Tata Masa
Penerapan penyelesaian rancang bangun yang kontras untuk menonjolkan citra dan karakter benteng Vastenburg.
o Atraktif o Dinamis o Kontemporer o Terbuka o Mengundang o Monumental
2. Ungkapan Tam pilan Bangunan
o Kesatuan antara bangunan lama diw ujudkan dengan penerapan dinding benteng yang dijadikan sebagai „kaki‟, dan bangunan baru sebagai
„badan‟ serta sculpture/menara sebagai „kepala‟nya.
Gb. 6.3. Unity antara dinding benteng dengan bangunan baru
Sumber : dokumen pribadi
o Untuk memperkuat karakter benteng yang masif, maka bangunan baru merupakan bangunan yang transparan / menggunakan rangka untuk menonjolkan kemasifan dinding benteng. Bastion sebagai ciri khas benteng ditonjolkan sebagai tema masa bangunan serta diulang-ulang untuk menambah pemaknaannya.
o Bentuk bangunan dibuat seperti menari untuk mengekspresikan seni sebagai sesuatu yang dinamis.
VI-16
Gb. 6.4. Massa yang „menari‟ mengikuti komposisi radial dinding benteng
Sumber : dokumen pribadi
o Aspek lokalitas mendapatkan tempat dalam inspirasi bentuk bangunan dari bentuk gunungan / kayon dalam pew ayangan. Salah satu fungsi gunungan adalah sebagai media pergantian cerita, dalam hal ini sesuai dengan revitalisasi sendiri, yakni pergantian fungsi dari sebagai benteng pertahanan Belanda menjadi Pusat Seni Kontemporer.
Gb. 6.5. Penerapan motif Kayon /Gunungan Wayang sebagai aspek lokalitas
Sumber : dokumen pribadi D. Konsep Sistem Struktur dan Utilitas
1. Konsep Sistem Struktur Konsep
a. Sub struktur
Pada bangunan ini digunakan sistem sub struktur berupa pondasi tiang pancang.
b. Struktur utama (super structure): o Struktur rangka
o Struktur permukaan bidang c. Struktur atap (upper structure) :
o Rangka baja o Dak beton
2. Konsep Sistem Konstruksi
Sistem konstruksi bangunan ini adalah beton dan baja dengan desain yang diekspos semenarik mungkin, dinamis dan modern.
VI-17 3. Konsep Modul Struktur
Modul yang digunakan adalah modul dengan jarak 5 x 5 m dengan pendekatan pada luasan standar pada luasan sebuah retail. Untuk ketinggian bangunan diguinakan jarak 5 m per lantai.
4. Konsep Utilitas
a. Sistem Transportasi Vertikal
Untuk mengoptimal sirkulasi vertical maka di dalam bangunan ini digunakan lift dan tangga.
b. Konsep Plum bing
1.) Jaringan Air Bersih
Distribusi air bersih dengan sistem dow n feed yang di gunakan untuk berbagai macam keperluan pemenuhan kebutuhan air
2.) Jaringan Air Kotor
o Distibusi Air Kotor Dalam Bangunan
Air kotor yang ada pada tiap lantai dikumpulkan dalam satu shaft yang terdapat dalam tiap Bangunanan, untuk kemudian dibaw a kebaw ah dan keluar bangunan.
o Distribusi Air Kotor Luar Ruangan
Air kotor yang ada didalam bangunan (air buangan dan tinja) dikeluarkan menuju bak kontrol dan septictank yang nantinya akan dibaw a kedalam resapan dan riol kota
Bagan 6.7 Distribusi air kotor luar ruangan Sumber : Dokumen Pribadi
c. Jaringan Listrik
Listrik dari PLN dan genset di hubungkan dengan sebuah otomattic transfer dengan sistem ATS yaitu suatu alat transfer yang secara otmatis akan menjalankan genset apabila aliran listrik dari PLN padam.
Limbah air hujan Limbah lavatory Septictank Bak control Bak control Peresapan Riol kota Limbah WC Limbah dapur PLN GENSET Meteran T ransformator Main AT S
Sub Main Panel Sub main panel
PC AC lift Panel
Bagan 6.8 Skema Sistem Jaringan Listrik Sumber : Bahan Kuliah Utilitas ( Ir. Hary Yuliarso, MT )
VI-18 4. Konsep Persyaratan Ruang
a. Penghaw aan 1) AC Sentral
AC jenis ini digunakan pada kelompok ruang utama (pameran, auditorium) 2) AC Split
Digunakan untuk ruang yang scope pelayanan kecil, seperti pada ruang – ruang pengelola.
b. Pencahayaan
Dalam bangunan ini ini digunakan kedua macam pencahayaan baik alami maupun buatan
1) Pencahayaan Alami
Diperoleh melalui suatu bukaan yang berupa jendela atau dinding kaca dalam bangunan maupun skylight yang biasa didesain untuk memperoleh nilai estetika yang baik, misal pemberian skylight pada plaza/atrium utama museum .
2) Pencahayaan Buatan
Selain sebagai sistem penerangan umum (hall, dan ruang - ruang umum lainnya) pencahayaan dipakai sebagai sistem penerangan khusus ( local ) seperti ruang audio visual theatre, auditorium, ruang pameran, diorama, dan perpustakaan. Untuk itu diperlukan suatu pemilihan lampu dan peletakan lokasi yang tepat.
c. Akustik
Untuk mencegah kebisingan mengganggu aktifitas, dalam bangunan serta menata sistem akustik bangunan, maka dalam bangunan ini dipakai langkah sebagai berikut :
1) Pemberian barier berupa vegetasi terutama di dekat jalan raya 2) Meletakkan bangunan jauh di dalam site
3) Penggunaan material yang tepat, baik itu pelapis lantai, plafond, dan terutama pelapis dinding
d. Keam anan terhadap Bahaya Kebakaran
Dalam bangunan ini dipakai sistem pengamanan terhadap bahaya kebakaran sebagai berikut :
Gambar. 6.6 material kedap suara dari aluminium berpori
VI-19 1) Sistem deteksi aw al secara otomatis
2) Sistem pemadam kebakaran berupa fire extinguisher, hydrant, dan splinker otomatis.
3) Sistem keamanan bangunan lengkap, mulai dari penyediaan tangga yang mudah untuk dikenali (ditemui) yang juga berdekatan dengan jalur sirkulasi penyelamatan, adanya tanda bahaya kebakaran, alarm, serta penggunaan material bangunan yang aman.
e. Penangkal Petir
Penangkal petir yang digunakan adalah sistem Faraday, yang berupa tongkat sepanjang 10 cm di pasang di atas atap dan diisolasi agar tidak mengalirkan listrik ke dalam bangunan. Listrik yang diterima tongkat diarahkan masuk ke tanah sedalam 2 – 6 m.
f. Telekomunikasi dan Tata Suara
1) Dalam bangunan ini sistim telekomunikasi difasilitasi selain dengan intercom antar ruang, juga dengan penyediaan telepon yang disediakan dalam beberapa line yang diperuntukkan baik sebagai fasilitas pengunjung ataupun pengelola.
2) Sedangkan sistem tata suara diatur melalui sebuah ruang khusus dengan petugas yang selalu standby memberitahukan informasi ataupun mengatur musik, sedangkan fasilitas car call ditempatkan di area front office (hall penerima) dari bangunan utama
g. Sistem Pembuangan Sam pah
Sistem pengangkutan sampah yang dilakukan adalah dengan mengambil sampah pada transfer depo atau pengumpulan sampah secara langsung dari sumber-sumber sampah pada jalur-jalur jalan, tempat umum dan tempat komersial untuk langsung di buang ke TPA.
Bagan 6.9 Alur pembuangan sampah Sumber : Dokumen Pribadi
Gerobak Transfer Depo Dump truck TPA