• Tidak ada hasil yang ditemukan

REVITALISASI BENTENG VASTENBURG SEBAGAI PUSAT SENI DAN MUSEUM SENI KONTEMPORER

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

A. Konsep Makro

1. Eksisting dan Kondisi Tapak

KE KERATON SURAKARTA 220 364 199 337 BANK DANAMON

SITE

U KALI PEPE RUKO RUKO POM BENSIN BANK INDONESIA KANTOR TELKOM KANTOR POS BESAR BANK BUKOPIN GEREJA GEREJA LUWES GEDUNG JUANG '45 BTC PGS JL. KOL. SUNARYO JL . K A P T E N M U L Y A D I JL. MAYOR KUSMANTO JL. JE N D R A L S U D IR M A N

Gambar 6.1. Peta Eksisting Site

Sumber : Dokumen Pribadi

Lokasi perencanaan terletak di kaw asan Gladak. Luas site ±40.672 m² dengan eksisting tapak yang harus dipertahankan dan diperbaiki berupa tembok benteng dan parit yang mengelilinginya serta jembatan gantung khas benteng pertahanan Belanda. Batas tapak perencanaan :

 Barat - Jl.Jend.Sudirman panj : 146 m

Lingk : Koridor kw s. Gladak

 Utara – Jl. Kusmanto panj : 230 m

Lingk : perkantoran

 Timur – Jl.Kapt.Mulyadi panj : 164 m

Lingk : pergudangan

 Selatan – Jl.May.Sunaryo panj : 248 m

Lingk : perdagangan 2. Konsep Revitalisasi Benteng Vastenburg

a. Konsep yang diterapkan adalah Kontras dalam Penyelesaian Arsitektur Kelebihan-kelebihan penyelesaian rancang bangun yang kontras diantaranya:

VI-2 o Dianggap berhasil mengangkat/menonjolkan bangunan lama dengan konsep background dan foreground, contohnya adalah De Louvre Museum

o Dapat dijadikan sebagai penanda zaman, maksudnya dapat dilihat di masa yang akan datang bahw a bangunan baru tersebut berdiri jauh hari setelah bangunan lama

o Kontras yang harmoni akan menjadi ikon yang baru yang menjadi perpaduan unik dengan bangunan lama, menarik pengunjung dan tentu saja mengangkat citra kota

Adapun setelah mengetahui bahw a penyelesaian rancang bangun yang kontras adalah yang tepat dalam revitalisasi benteng Vastenburg Surakarta ini, namun harus tetap mempertimbangkan lokalitas, kearifan lokal dan iklim setempat untuk mempertahankan jatidiri arsitektur lokal di kota Solo.

b. Konsep Arsitektur di Solo Masa Depan

“It is pointless to ask w hether the new ones are better or w orse than the old, since there is no connection betw een them” Italo Calvino, Invisible Cities Visi kota Solo “Solo‟s past is Solo‟s future” mesti diterjemahkan sebagai Solo

masa depan adalah Solo yang akan ditentukan oleh kita saat ini. Artinya, arsitektur sebagai arkeologi masa depan harus berlaku di sini karena sejarah bukan hanya yang lalu tetapi bagaimana kita membuat sejarah yang baru. Bangunan baru yang akan datang harus lebih berkualitas dari bangunan- bangunan yang sudah ada sebelumnya.

Solo merupakan kota yang terbentuk oleh pengaruh kosmologi Jaw a, kolonial, Pecinan dan Arab. Kosmologi Jaw a nampak dalam Keraton w alaupun beberapa pihak mengatakan bahw a keraton juga terpengaruh kolonial. Beberapa peninggalan kolonial seperti benteng Vastenburg, Pasar Gede dan Bank Indonesia masih dapat dilihat hingga sekarang.

Sementara itu saat ini, bangunan modern layaknya Solo Square dengan kanopi kaca dan permainan geometris serta w arna-w arna, Solo Grand Mall, Solo Paragon, Solo Center Point turut mew arnai kota Solo saat ini. Bangunan-bangunan tersebut menjadi embrio modernisasi arsitektur di Solo. Dari analisa tersebut dapat ditarik sebuah kenyataan bahw a Solo senantiasa berkembang sesuai dengan tuntutan kebutuhan zaman. Solo sebagai kota

budaya dan sebagai „the spirit of Java‟ selalu mempercantik diri. Kecantikan

visual kota Solo yang akan datang tetap harus mempertahankan lokalitas, kearifan lokal sebagai jatidiri, tanpa mengesampingkan modernisasi. Kenyataan ini menguatkan bahw a Solo yang akan datang memerlukan

VI-3 sesuatu yang baru, apabila memang itu yang dibutuhkan oleh Solo, dan sesuatu yang baru tersebut harus lebih baik dari apa yang telah ada di Solo saat ini.

3. Konsep Pencapaian a. Konsep Main entrance

1) Main entrance eksisting di Jl. Jend. Sudirman dipertahankan. Hal ini dilakukan untuk memperlihatkan ke-simetris-an dinding benteng dilihat dari main entrance serta view dari main entrance adalah gerbang masuk benteng.

2) Sebagai w ujud konservasi terhadap obyek cagar budaya dan konservasi view dari Jl. Jend. Sudirman, maka perlu dilakukan relokasi Bank Danamon.

3) Untuk kelancaran sirkulasi pada main entrance, perlu ada zona transisi sebagai pemecah kepadatan pengunjung.

b. Side entrance

Side entrance eksisting yang berada di Jl. Kapten Mulyadi dipertahankan serta hanya dikhususkan bagi pengelola / servis agar tidak mengganggu kegiatan di luar / pengunjung.

Adapun karena sisi utara dan selatan site yang memanjang, maka di bagian utara dan selatan diberi akses alternatif bagi pejalan kaki (dari Jl. Kusmanto di sebelah utara dan dari Jl. Mayjend Sunaryo di sebelah selatan) sebagai perw ujudan open space bagi pengunjung dan kelancaran sirkulasi dalam site (di luar dinding benteng). Hal tersebut juga bertujuan untuk memberikan keleluasaan dan kemudahan pengunjung untuk menikmati kaw asan benteng dari berbagai sisi jalan yang mengelilinginya.

Gambar 6.2. ME dan SE Benteng Vastenburg

VI-4 4. Konsep Zonifikasi Kaw asan

a. Zona parkir : agar tidak menutupi dinding benteng, parkir pengunjung diletakkan di dalam basemen yang terletak di depan (sisi barat ) benteng, sedangkan parkir pengelola di sisi timur benteng.

b. Zona pameran : karena bersifat publik maka, zona pameran diletakkan di bagian depan, di dalam dinding benteng.

c. Zona edukasi, rekreasi dan entertainment : bersifat publik sehingga diletakkan di bagian depan.

d. Zona pengelola dan servis diletakkan di zona yang jauh dari zona publik agar tidak mengganggu kegiatan utama namun tetap mudah diakses.

5. Konsep Pola Sirkulasi

Sirkulasi yang ada dipertahankan kemudian dengan mempertimbangkan komposisi dan struktur benteng yang radial, maka pola sirkulasi mengikuti komposisi radial tersebut agar semua titik yang menarik di dalam benteng dapat diakses oleh pengunjung. Titik tersebut misalnya adalah bastion-bastion / anjungan yang dapat difungsikan sebagai gardu pandang untuk mengamati pemandangan di luar benteng.

6. Konsep Lansekap

Pohon beringin yang berada di dalam site dipertahankan sebagai ciri khas kaw asan. Sedangkan untuk lansekap di luar dinding benteng digunakan pohon- pohon yang tinggi yang tidak menutupi dinding benteng misalnya pohon palem. Pohon-pohon tersebut selain sebagai peneduh juga sebagai pengarah jalan/sirkulasi yang ada di luar dinding benteng.

B. Konsep Mikro

Dokumen terkait