• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Konsep Caregiver Empowerment Model

2.3.1 Pengertian Pemberdayaan

Pemberdayaan adalah konsep yang meluas dari banyak disiplin ilmu: psikologi, kesehatan, keperawatan dan industri. Zimmerman dan Rappaport menggambarkan pemberdayaan sebagai kemampuan individu untuk mendapatkan kontrol secara sosial, politik, ekonomi dan secara psikologis melalui akses informasi, pengetahuan, keterampilan serta pengambilan keputusan. Sementara Gibson mendefinisikan pemberdayaan sebagai suatu proses membantu orang untuk mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan mereka. Proses ini meliputi tanggung jawab individu,keluarga dalam perawatan kesehatan atau tanggung jawab sosial dalam memampukan orang untuk memikul tanggung jawab atas kesehatan mereka sendiri. Pemberdayaan juga telah didefinisikan sebagai proses meningkatkan perasaan self-efficacy antar anggota organisasi melalui identifikasi kondisi yang membina ketidakberdayaan masing-masing anggotanya. Pemberdayaan dikonsepkan sebagai proses sosial untuk mengenali, mempromosikan dan meningkatkan kemampuan orang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri, memecahkan masalah mereka sendiri dan memobilisasi sumber daya yang diperlukan agar bisa mengendalikan hidup mereka.

Akut Limfoblastik Leukemia adalah penyakit menahun dan seumur hidup yang akan diderita oleh pasien dan keluarganya.Tidak jarang kondisi ini menjadikan penderita dan keluarganya jatuh pada kondisi stress,sakit pada anggota keluarga merupakan stress situasional yang tidak diharapkan oleh orang

tua yang dapat menyebabkan masalah kesehatan pada orang tua (Foreman dalam Friedman, 2010).

Tidak semua orang tua memiliki koping yang efektif dalam menghadapi masalah anaknya dengan penyakit kronis,hal ini disebabkan karena beberapa faktor diantaranya adalah sakit yang berlangsung lama dan menghabiskan kemampuan suportif dari keluarga,kurangnya informasi pada orang tua serta tidak adekuatnya pemahaman tentang penyakit yang diderita anaknya (Nanda, 2012). Beberapa penelitian menyatakan bahwa pemberian intervensi pemberdayaan dengan menggunakan caregiver empowerment model dapat memberikan manfaat terhadap kemampuan orang tua menyelesaikan masalah stress situasionl yang dihadapinya.

Intervensi pemberdayaan orang tua yang anaknya mengalami penyakit kronis yaitu dengan menekankan pada sikap filosofis terhadap konsep bekerja sama antara petugas dan keluarga.Keluarga dengan anak yang menderita penyakit kronis merupakan pengalaman yang traumatis sehingga pendekatan yang dilakukan adalah memperhalus intervensi keperawatan dengan memberikan penghormatan tulus terhadap kemampuan orang tua baik kognitif, afektif maupun bertindak secara alami dengan kekuatan yang dimiliki (Figley dalam Ardian, 2013). Selain itu memberdayakan orang tua dapat dilakukan dengan memberikan dorongan atau mobilisasi dengan membantu orang tua mengenali, mengidentifikasi, serta memanfaatkan kekuatan dan sumber daya guna secara positif mempengaruhi kesehatan anggota keluarga yang sakit (Johnson dalam Ardian, 2013). Sedangkan menurut (Robinson dalam Ardian, 2013) intervensi pemberdayaan yang dilakukan pada orang tua yang anaknya sakit kronis adalah

dengan menjadi pendengar yang baik, penuh kasih sayang, tidak memghakimi, kolaborator, memotivasi munculnya kekuatan keluarga, partisipatif serta keterlibatan dalam proses perubahan dan penyembuhan penyakit. Pemberdayaan orang tua juga bisa dilakukan dengan memberikan informasi yang lengkap dan akurat tentang kondisi penyakit dan perawatannya, mengedepankan empati dan menunjukkan perhatian yang tulus serta meningkatkan kompetensi dalam merawat anaknya (Hulme PA dalam Ardian, 2013).

2.3.2 Pemberdayaan Kognitif Orang Tua (Ibu) Untuk Meningkatkan Kemampuan Merawat Anaknya.

1. Memenuhi Kebutuhan Nutrisi

Tujuan diit. Memberikan makanan yang seimbang sesuai dengan keadaan penyakit serta daya terima anak. Mencegah atau menghambat penurunan berat badan secara berlebihan. Mengurangi rasa mual, muntah, dan diare. Mengupayakan perubahan sikap dan perilaku sehat terhadap makanan oleh pasien dan keluarganya.

Syarat-syarat diet energi tinggi, yaitu 36 kkal/kg BB untuk laki-laki dan 32 kkal/kg BB untuk perempuan. Apabila pasien berada dalam keadaan gizi kurang, maka kebutuhan energi menjadi 40 kkal/kg BB untuk laki-laki dan 36 kkal/kg BB untuk perempuan. Protein tinggi, yaitu 1-1,5 g/kg BB. Lemak sedang, yaitu 15-20% dari kebutuhan energi total. Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total. Vitamin dan mineral cukup, terutama vitamin A, B kompleks, C dan E. Bila perlu ditambah dalam bentuk suplemen. Bila imunitas menurun (leukosit <). Jenis makanan atau diet yang diberikan hendaknya memperhatikan nafsu makan, perubahan indera kecap, rasa cepat

kenyang, mual, penurunan berat badan, dan akibat pengobatan. Hindari makanan atau minuman yang merangsang batuk, misalnya makanan berminyak, makanan asam, pewarna makanan, MSG. Sesuai dengan keadaan pasien, makanan dapat diberikan dalam bentuk makanan padat, makanan cair, atau kombinasi. Untuk makanan padat dapat berbentuk makanan biasa, makanan lunak, atau makanan lumat. Apabila terdapat kesulitan mengunyah atau menelan. Minum dengan menggunakan sedotan. Makanan atau minuman diberikan dengan suhu kamar atau dingin. Bentuk makanan disaring atau cair. Hindari makanan terlalu asam atau asin.

2. Pencegahan Infeksi

1) Mencegah infeksi sekunder serta memantau adanya tanda dan gejala infeksi. Waspadai bahwa demam dan batuk adalah tanda yang terpenting dari infeksi. Lebih banyak pasien yang meninggal karena infeksi daripada karena penyakitnya.

2) Buatkan kamar protektif yang semi steril mendekati ruangan isolasi di rumah sakit. Minta anak memakai masker bila keluar rumah atau bersama orang lain terutama bila sedang menderita neutropenik berat (leukosit kurang dari 1000/mm3).

3) Cuci tangan dengan alkohol 80%. Gunakan semprotan alkohol untuk cuci tangan sebelum dan sesudah memegang anak.

4) Kurangi kontak dengan orang lain. Pada saat agranulositosis (jumlah total neutrofil berkurang).

5) Perawatan gigi dan mulut harus dikerjakan setiap hari. Setiap habis makan dan terutama kalau mau tidur harus dilakukan sikat gigi (dengan sikat gigi yang harus), kumur betadin dan kumur antijamur.

6) Setiap hari diwajibkan memeriksa kulit secara menyeluruh dari ujung rambut kepala sampai ujung kaki. Daerah kemaluan juga harus diperhatikan, daerah tersebut sering terabaikan dan justru di daerah itu pula sering muncul infeksi kulit.

7) Makanan hygienis. Jaga kebersihan diri anak termasuk kuku yang bersih. 3. Pencegahan Perdarahan

1) Pantau adanya tanda dan gejala perdarahan. 2) Periksa adanya memar dan kemerahan pada kulit. 3) Periksa adanya mimisan dan gusi berdarah. 4) Jaga agar kuku tetap pendek.

5) Hindari penumpuan beban pada alat gerak yang sakit.

6) Hindari kecelakaan dan cedera. Pastikan lingkungan ruangan termasuk barang-barang yang ada di ruangan agar benar-benar aman dan tidak berisiko mencederai anak.

7) Anjurkan aktivitas bermain yang tenang.

(sumber : ebookfkunsyiah/perawatan lanjutan di rumah pada penderita Leukemia, 14 September 2008).

Dokumen terkait