• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Konsep Stres Hospitalisasi

2.5.1 Pengertian Stres

Suatu keadaan yang bersifat internal yang disebabkan oleh tuntutan fisik, lingkungan dan situasi sosial yang merusak dan tidak terkontrol. Sangat bersifat individu yang bersifat merusak bila tidak ada keseimbangan antara daya tahan mental individu orang itu terhadap beban yang dirasakannya. Faktor kunci dari stress adalah persepsi seseorang dan penilaian terhadap situasi dan kemampuan untuk menghadapi atau mengambil manfaat dari situasi yang dianggap membebaninya.

Faktor penyebab stress :

1. Faktor Eksternal Faktor stress yang berasal dari luar : Kerjaan menumpuk, stress karena jalanan macet.

2. Faktor Internal Berhubungan dengan keadaan diri sendiri: harapan yang terlalu tinggi, ketakutan akan sesuatu hal, trauma.

2.5.2 Pengertian Hospitalisasi

Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan klien untuk tinggal dirumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali kerumah. Selama proses tersebut anak dan orang tua dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian ditunjukkan dengan pengalaman yang sangat traumatic dan penuh dengan stress, (Supartini, 2004 hal : 188).

Berbagai perasaan yang sering muncul pada anak, yaitu : cemas, marah, sedih, takut, dan rasa bersalah (Wong, 2000, dalam Supartini, 2004, hal : 188). Perasaan tersebut dapat timbul karena menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak aman dan tidak nyaman, perasaan kehilangan sesuatu yang biasa dialaminya dan sesuatu yang dirasakan menyakitkan. Tidak hanya anak, orang tua juga mengalami hal yang sama. (Supartini, 2004 hal : 188).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang tua mengalami kecemasan yang tinggi saat perawatan anaknya dirumah sakit walaupun beberapa orang tua juga dilaporkan tidak mengalami karena perawatan anak dirasakan dapat mengatasi permasalahannya (Hallstrom dan Ellander, 1997. Brewis, E. 1995, dalam Supartini 2004: 188). Apabila anak stress selama dalam perawatan, orang

tua menjadi stress pula, dan stress orang tua akan membuat tingkat stress anak semakin meningkat (Supartini, 2004 hal : 188). Anak adalah bagian dari kehidupan orang tuanya sehingga apabila ada pengalaman yang mengganggu kehidupannya maka orang tua pun merasa sangat stress (Brewis ,1995, dalam Supartini hal : 188).

Macam-Macam Hospitalisasi : Hospitalisasi Informal, Hospitalisasi Volunter, Hospitalisasi Involunter, dan Hospitalisasi Gawat Darurat.

Rentang Respon Hospitalisasi Menurut Supartini (2004, hal : 189), berbagai macam perilaku yang dapat ditunjukkan klien dan keluarga sebagai respon terhadap perawatannya di rumah sakit, sebagai berikut :

1. Reaksi anak terhadap hospitalisasi. 2. Reaksi keluarga terhadap hospitalisasi.

Manfaat Hospitalisasi Menurut Supartini (2004, hal: 198) antara lain : 1. Membantu perkembangan keluarga dan pasien dengan cara memberi

kesempatan keluarga mempelajari reaksi pasien terhadap stresor yang dihadapi selama perawatan di Rumah sakit.

2. Hospitalisasi dapat dijadikan media untuk belajar. Untuk itu perawatan dapat memberi kesempatan pada keluarga untuk belajar tentang penyakit, prosedur, penyembuhan, terapi, dan perawatan pasien.

3. Untuk meningkatkan kemampuan kontrol diri dapat. akan kemampuan kontrol diri dapat dilakukan dengan memberi kesempatan pada pasien mengambil keputusan, tidak terlalu bergantung pada orang lain dan percaya diri.

4. Fasilitasi klien untuk tetap menjaga sosialisasinya dengan sesama klien yang ada, teman sebaya atau teman sekolah. Berikan kesempatan padanya untuk

saling kenal dan membagi pengalamannya. Demikian juga interaksi dengan petugas kesehatan dan keluarga harus difasilitasi oleh perawat karena selama dirumah sakit klien dan keluarga mempunyai kelompok yang baru.

Dampak hospitalisasi menurut Asmadi (2008, hal : 36) secara umum hospitaisasi menimbulkan dampak pada lima aspek, yaitu privasi, gaya hidup, otonomi diri, peran,dan ekonomi.

2.5.3 Stressor dan Reaksi Keluarga Sehubungan Dengan Hospitalisasi Anak Bagian integral dari keluarga anak jika anak harus menjalani hospitalisasi akan memberikan pengaruh terhadap angggota keluarga dan fungsi keluarga (Wong & Whaley, 1999)

Reaksi orang tua dipengaruhi oleh : 1. Tingkat keseriusan penyakit anak.

2. Pengalaman sebelumnya terhadap sakit dan hospitalisasi 3. Prosedur pengobatan

4. Kekuatan ego individu 5. Kemampuan koping

6. Kebudayaan dan kepercayaan

7. Komunikasi dalam keluarga Pada umumnya reaksi orang tua: denial / disbelief, marah / merasa bersalah, ketakutan, cemas dan frustasi, depresi.

Reaksi sibling :

1. Pada umumnya reaksi sibling : merasa kesepian, ketakutan, khawatir, marah, cemburu, rasa benci, rasa bersalah.

2. Pengaruh pada fungsi keluarga : pola komunikasi, komunikasi antar anggota keluarga terganggu, respon emosional tidak dapat terkontrol dengan baik.

3. Penurunan peran anggota keluarga pola komunikasi. Kehilangan peran orang tua. Perhatian orang tua tertuju pada anak yang sakit dan dirawat. Kadang orang tua menyalahkan sibling sebagai perilaku antisosial.

4. Cara mengatasi masalah yang mungkin timbul sehubungan dengan hospitalisasi anak:

1) Libatkan orang tua dalam mengatasi stress anak dan pelaksanaan asuhan keperawatan.

2) Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan anak dan keluarga. Kurangi batasan-batasan yang diberikan pada anak.

3) Beri dukungan pada anak dan keluarga. 4) Beri informasi yang adekuat.

Reaksi orang tua yang anaknya dirawat di Rumah Sakit (hospitalisasi) : 1. Perasaan cemas dan takut : perasaan tersebut muncul pada saat orang tua

melihat anak mendapat prosedur menyakitkan (Perawat harus bijaksana dan bersikap pada anak dan orang tua). Cemas yang paling tinggi dirasakan orang tua pada saat menunggu informasi tentang diagnosis penyakit anaknya. Rasa takut muncul pada orang tua terutama akibat takut kehilangan anak pada kondisi sakit terminal. Perilaku yang sering ditunjukkan orang tua: sering bertanya tentang hal yang sama secara berulang pada org berbeda, gelisah, ekspresi wajah tegang, dan bahkan marah.

2. Perasaan Sedih : Muncul pada saat anak dalam kondisi terminal dan orang tua mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan anaknya untuk sembuh.

3. Perasaan frustasi : Muncul pada kondisi anak yang telah dirawat cukup lama dan dirasakan tidak mengalami perubahan serta tidak adekuatnya dukungan

psikologis. Stress adalah suatu keadaan yang bersifat internal yang disebabkan oleh tuntutan fisik, lingkungan dan situasi sosial yang merusak dan tidak terkontrol. Stress sangat bersifat individu yang bersifat merusak bila tidak ada keseimbangan antara daya tahan mental individu orang ituterhadap beban yang dirasakannya. Faktor kunci dari stress adalah persepsi seseorang dan penilaian terhadap situasi dan kemampuan untuk menghadapi atau mengambil manfaat dari situasi yang dianggap membebaninya. Faktor penyebab stress adalah faktor internal dan faktor internal. Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan klien untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Selama proses tersebut anak dan orang tua dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian ditunjukkan dengan pengalaman yang sangat traumatik dan penuh dengan stress. (Supartini, 2004)

Dokumen terkait