• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Co-management untuk TNLL

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.6. Konsep Co-management untuk TNLL

Berdasarkan hasil analisis kepentingan stakeholder, analisis partisipatif,

dan analisis co-management maka teridentifikasi lima belas faktor yang diduga

sebagai faktor penentu keberhasilan pengembangan co-management untuk

A) Partisipasi stakeholder adalah peran atau kegiatan yang dilaksanakan

oleh stakeholder masyarakat lokal terkait dengan upaya pengelolaan

TNLL.

B) Batas teritori adalah bagian wilayah TNLL yang dapat diakses oleh masyarakat lokal untuk memanfaatkan sumberdaya yang bernilai ekonomi.

C) Negosiasi adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan dengan

melibatkan minimal stakeholder masyarakat lokal dan pihak BTNLL untuk

membicarakan hal-hal yang terkait dengan perbedaan kepentingan. D) Kejelasan hak dan tanggung jawan adalah semua hak masyarakat lokal

yang terkait dengan pemanfaatan sumberdaya di dalam kawasan TNLL

diketahui oleh stakeholder masyarakat lokal maupun pihak BTNLL dan

masyarakat mengerti serta mau melaksanakan tanggungjawab yang harus diemban terkait dengan kelestarian taman nasional.

E) Pengakuan terhadap hak lahan adat adalah pengakuan terhadap hak adat/hak kelola masyarakat terhadap sumberdaya yang terdapat di dalam kawasan TNLL (pemanfaatan sumberdaya lahan, pemetikan hasil tanaman kopi/kakaonya, serta pengambilan rotan dan damar).

F) Terbangun pusat informasi adalah pembangunan pusat informasi yang terkait dengan TNLL untuk memudahkan akses yang terkait dengan pendidikan/penelitian.

G) Pengambilan rotan dengan sistem rotasi yakni pengambilan rotan di bagian kawasan yang telah ditentukan bersama dengan melibatkan masyarakat lokal, lembaga adat, kepala desa, dan BTNLL melalui polisi hutan.

H) Masyarakat tidak melakukan kegiatan illegal loging yakni masyarakat

hanya menebang kayu di dalam wilayah adat untuk kebutuhan konstruksi rumah tinggal dan kegiatan sosial dengan izin lembaga adat.

I) Konsensus (kesepakatan) adalah point-point yang disepakati oleh stakeholder melalui proses negosiasi.

J) Penerapan sanksi adat adalah pemberlakuan sanksi bagi setiap pelanggaran terkait dengan TNLL berdasarkan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat lokal.

K) Masyarakat tidak memperluas kebun dalam kawasan yakni masyarakat dengan sadar hanya mengelola kebun yang telah disepakati dan mendapat pengakuan dari pihak BTNLL.

L) Penataan kembali pal batas adalah pemindahan pal batas dari posisi

semula ke tempat yang disepakati oleh stakeholder yang mempunyai

kepentingan terkait dengan pal batas TNLL

M) Dana hibah untuk pengelolaan kawasan adalah dana yang diharapkan dari negara donor untuk kelestarian kawasan TNLL sebagai warisan dunia.

N) Pengembangan objek wisata adalah pembangunan objek-objek wisata yang terdapat di sekitar TNLL agar dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat sekitar.

O) Pemberian insentif bagi anggota masyarakat adalah sejumlah uang yang diharapkan diperoleh dari dana monitoring BTNLL untuk anggota masyarakat yang aktif dalam pengamanan kawasan TNLL.

Sebelum dilakukan analisis prospektif terlebih dahulu dilakukan penilaian antar faktor yang hasilnya ditunjukkan pada Lampiran 4. Mengacu pada nilai pengaruh antar faktor (Lampiran 4), maka untuk menentukan faktor kunci keberhasilan

konsep co-management untuk pengelolaan TNLL, dilakukan analisis prospektif

yang hasilnya dapat dilihat pada Gambar 40.

Berdasarkan hasil analisis pada Gambar 40 terlihat bahwa ada tiga faktor yang berada pada kuadran I dan merupakan faktor input yang mempunyai

pengaruh tinggi terhadap keberhasilan co-management dengan ketergantungan

yang rendah antar elemen. Ketiga faktor yang terdapat pada kuadran I yang

dimaksud adalah: partisipasi stakeholder dalam pengelolaan taman nasional, ada

proses negosiasi, dan ada konsensus yang disepakati. Sementara empat faktor yang terdapat pada kuadran II yakni: batas teritori, kejelasan hak dan tanggung

jawab stakeholder, pengakuan terhadap hak lahan adat, dan penerapan sanksi

adat, merupakan faktor penghubung yang mempunyai pengaruh tinggi dan

ketergantungan antar elemen yang tinggi pula dalam pendekatan co-

management.

Ketujuh faktor yang terdapat pada kuadran I dan kuadran II yakni :

partisipasi stakeholder dalam pengelolaan taman nasional, ada proses negosiasi,

ada konsensus yang disepakati, ada batas teritori, ada kejelasan hak dan tanggung jawab stakeholder, pengakuan terhadap hak lahan adat dan

penerapan sanksi adat merupakan faktor kunci keberhasilan co-management dalam pengelolaan TNLL. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Claridge & O”Callaghan (1995); Fisher (1995); IUCN (1997);

Borrini-Feyerabend et al. (2000); Nikijuluw (1999); Knight Tighe (2003); Alikodra

(2004), mengemukakan beberapa prinsip dasar atau karakteristik dari

keberhasilan co-management termasuk tujuh faktor kunci keberhasilan co-

management untuk pengelolaan TNLL.

Gambar 40 Tingkat kepentingan faktor-faktor yang menentukan keber-

hasilan pengembangan co-management dalam pengelolaan

TNLL.

Selanjutnya faktor yang terdapat pada kuadran III dengan pengaruh yang rendah akan tetapi keterkaitannya tinggi dengan elemen-elemen yang lain, merupakan pula faktor yang perlu mendapat perhatian sebagai penentu output

keberhasilan pengembangan co-management. Sedang faktor yang terdapat pada

kuadran IV merupakan faktor yang dapat diabaikan (unused factor) karena

pengaruh maupun ketergantungannya rendah terhadap faktor lain, sehingga

membutuhkan dana yang besar apabila dijadikan sebagai driven factor dalam

merumuskan kebijakan.

Mengacu pada ke tujuh faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan

pengembangan co-management dalam pengelolaan TNLL sebagaimana yang

Gambaran Tingkat Kepentingan Faktor-Faktor yang Menentukan Keberhasilan Co-management untuk Pengelolaan TNLL

Masy. tidak melakukan illegal loging Negosiasi

Partisipasi SH

Konsensus

Batas teritori

Terbangun pusat informasi

Masyarakat tidak memperluas kebun Pengakuan hak lahan adat

Pengembangan objek wisata Kejelasan hak dan t. jawab

Penerapan sanksi adat

Penataan kembali pal batas

Dana hibah untuk pengelolaan Pengambilan rotan dg. rotasi

Pemberian insentif bagi anggota

masy. --- 0.0 1.0 2.0 0.0 1.0 2.0 Ketergantungan P e n g a r u h

ditunjukkan pada Gambar 40, maka konsep co-management yang akan diterapkan pada pengelolaan TNLL ke depan sekaligus diharapkan dapat menginisiasi penyelesaian konflik yang terjadi di sekitar kawasan, agar TNLL tetap lestari dan ekonomi masyarakat di sekitar taman nasional dapat menigkat, ditunjukkan pada Gambar 41.

Gambar 41 Konsep co-management TNLL.

Gambar 41 menunjukkan bahwa konsep co-management untuk TNLL

memperlihatkan bahwa dalam pengelolaan TNLL seyogyanya ada partisipasi stakeholder dan ada konsensus atau kesepakatan yang dicapai melalui proses

negosiasi. Selanjutnya ditunjukkan pula bahwa pendekatan co-management

dalam pengelolaan TNLL seharusnya ada batas teritori yang disepakati,

kejelasan hak dan tanggung tanggung jawab stakeholder, pengakuan terhadap

hak lahan adat, dan ada penerapan sanksi adat.

Konsep co-management yang dihasilkan dari penelitian ini sejalan

dengan pendapat Borrini-Feyerabend et al. (2000) yang intinya bahwa prinsip

dasar dari keberhasilan co-management adalah partisipasi stakeholder,

negosiasi, kejelasan hak dan tanggung jawab, serta lebih menghargai dan mementingkan proses ketimbang hasil atau produk jangka pendek. Implementasi

dari konsep co-management ini, membutuhkan adanya produk hukum yang

mengikat para stakeholder berupa peraturan desa tentang faktor-faktor kunci

Penerapan sanksi adat Partisipasi SH Negosiasi Konsensus Batas teritori Kejelasan hak dan t. jawab Pengakuan terhadap hak lahan adat Penyele- saian konflik - Proses yang dikawal - Produk Hukum yang mengikat -Kelesta- rian taman nasional - Pening- katan ekonomi masya- rakat

keberhasilan co-management untuk TNLL serta pengawalan atas proses penerapannya dengan melibatkan masyarakat lokal, pihak BTNLL, dan akademisi melalui kegiatan pengabdian pada masyarakat.

Deskripsi masing-masing faktor kunci yang menentukan keberhasilan

konsep co-management dalam pengelolaan TNLL sebagaimana yang telah

ditunjukkan pada Gambar 41 diuraikan sebagai berikut.

1) Partisipasi stakeholder

Partisipasi stakeholder merupakan faktor kunci dalam penerapan konsep co-

management pada pengelolaan kawasan konservasi. Konsep pengelolaan taman nasional yang diterapkan sebelumnya lebih memandang masyarakat lokal sebagai musuh daripada sebagai mitra; pendekatan yang digunakan adalah pendekatan keamanan yang tujuannya untuk memelihara ekosistem kawasan konservasi agar tetap utuh. Kenyataan yang terjadi di lapangan memperlihatkan bahwa, sumberdaya alam yang terdapat di dalam kawasan TNLL tetap rusak dan masyarakat lokal melakukan perlawanan terhadap otoritas taman nasional. Hal ini disebabkan karena adanya aturan yang melarang masyarakat lokal mengakses sumberdaya yang terdapat di dalam kawasan, yang secara turun temurun telah menjadi sumber penghidupan mereka jauh sebelum penetapan kawasan taman nasional. Di sisi lain konsep konservasi keragaman hayati sulit dipahami oleh masyarakat lokal terutama tentang fungsi dan manfaat konservasi. Keadaan ini mengakibatkan semakin rusaknya kawasan taman nasional, sehingga dibutuhkan suatu pendekatan

baru yang didukung oleh partisipasi stakeholder. Partisipasi stakeholder

terutama masyarakat lokal dalam pengelolaan TNLL diharapkan bahwa tujuan pengelolaan taman nasional untuk perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan dapat tercapai .

2) Negosiasi

Negosiasi dalam co-management merupakan kata kunci untuk mencapai

kesepakatan. Negosiasi dibutuhkan dalam pengembangan co-management

untuk TNLL karena adanya perbedaan kepentingan dari berbagai stakeholder. Penyelesaian berbagai kepentingan tersebut dapat diselesaikan melalui

pendekatan negosiasi dengan syarat bahwa stakeholder terkait saling

membutuhkan dan saling percaya untuk take and give.

Konsensus atau kesepakatan merupakan faktor kunci yang harus dicapai

dalam pengembangan co-management untuk pengelolaan kawasan

konservasi. Kesepakatan hanya dapat dicapai apabila tujuan pengelolaan

kawasan konservasi dipahami oleh seluruh stakeholder yang terkait.

Konsensus atau kesepakatan yang dicapai tanpa melibatkan stakeholder inti (masyarakat lokal dan BTNLL), maka kesepakatan tersebut tidak dapat

dikatakan sebagai bentuk dari co-management.

4) Batas teritori

Batas teritori dibutuhkan sebagai salah satu kunci dalam pengembangan co-

management untuk kawasan TNLL, sebab ketidak jelasan batas teritori memberikan gambaran ketidak jelasan hak teritori yang akan dikolaborasikan

oleh para stakeholder. Dalam pengelolaan taman nasional, tidak mungkin

setiap aspek akan melibatkan pula semua stakeholder. Oleh sebab itu batas

teritori dalam pengembangan co-management untuk pengelolaan TNLL ke

depan merupakan salah satu faktor kunci yang menentukan keberhasilan co-

management. Ketidak jelasan batas teritori akan menghasilkan ketidak jelasan kepentingan yang akan dikolaborasikan. Kalau kondisi ini yang terjadi maka

tujuan akhir dari co-management untuk menginisiasi penyelesaian konflik

kepentingan tidak dapat tercapai.

5) Kejelasan hak dan tanggung jawab stakeholder

Kejalasan hak dan tanggungjawab stakeholder dalam konsep co-management akan memperjelas status kepemilikan lahan atau sumberdaya yang ada dalam kawasan taman nasional serta akan memperjelas pula tanggungjawab yang

akan dilaksanakan oleh stakeholder yang bersangkutan, terkait dengan hak

yang melekat pada masing-masing stakeholder. Menurut stakeholder

masyarakat lokal ketidak jelasan hak maupun tanggungjawab yang akan diemban dalam pengelolaan TNLL akan memberikan dampak ketidak nyamanan dalam pemanfaatan sumberdaya (terutama sumberdaya lahan), yang merupakan kebutuhan dasar bagi masyarakat lokal. Apabila kebutuhan dasar tersebut tidak terpenuhi maka konflik antara masyarakat lokal dengan pihak BTNLL belum dapat terselesaikan. Karena itu salah satu kunci

keberhasilan co-management dalam pengelolaan TNLL adalah kejelasan hak

dan tanggungjawab dari stakeholder. Kejelasan hak dan tanggungjawab

di bagian kawasan mana mereka dapat mengakses sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhannya (memungut hasil tanaman kopi, rotan, pandan hutan sebagai bahan kerajinan, dan tanaman obat untuk dijadikan ramuan). Selain itu kejelasan hak dan tanggungjawab akan memperjelas pula tugas dan

kewenangan dari stakeholder lainnya dalam menangani permasalahan

ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat. 6) Pengakuan terhadap hak lahan adat

Salah satu faktor yang paling sering menyebabkan konflik di sekitar TNLL adalah masalah pemanfaatan lahan. Hal ini terjadi karena adanya hak akuan dari masing-masing pihak yang merasa memiliki hak atas kawasan taman nasional. Pihak masyarakat lokal, dengan alasan kesejarahan mengklaim lahan adat mereka yang terdapat dalam kawasan taman nasional. Sementara pihak BTNLL dengan mengacu pada SK. Menteri Pertanian No. 593/Kpts- II/1993 pada tanggal 5 Oktober 1993 tentang penunjukan kawasan TNLL mengklaim bahwa masyarakat yang berkebun di dalam kawasan dikategorikan sebagai perambah. Kondisi ini memicu terjadinya konflik yang akhirnya pada

suatu saat, TNLL unsustainable. Oleh sebab itu untuk menghindari terjadinya

konflik kepentingan antar stakeholder dan diharapkan dapat meningkatkan kinerja pengelolaan maka dibutuhkan suatu paradigma pengelolaan dengan

mengembangkan co-management. Salah satu faktor kunci keberhasilan dari

pengembangan co-management untuk TNLL ke depan, adalah pengakuan

terhadap wilayah hak adat. 7). Penerapan sanksi adat

Pengelolaan kawasan konservasi dengan pendekatan hukum negara atau hukum formal bentukan pemerintah, kelihatannya ada beberapa hal yang agak sulit dilakukan termasuk masalah konflik pemanfaatan lahan yang terjadi di sekitar TNLL. Oleh karena itu diperlukan alternatif penyelesaian konflik atau alternative conflict resolution (ACR) yang dapat diterapkan untuk tujuan kelestarian TNLL. Alternatif yang dimaksud adalah penerapan sanksi adat sebagai salah satu faktor kunci yang menentukan keberhasilan

pengembangan co-management, karena sanksi adat terkait erat dengan nilai-

nilai yang berlaku dalam suatu komunitas masyarakat adat sehingga lebih bertahan dan lebih dipatuhi bila dibandingkan sanksi-sanksi formal bentukan pemerintah. Untuk itu diharapkan menjadi jaminan terhadap kelestarian TNLL.

VI. SIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait