V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.4. Partisipasi Masyarakat dalam Upaya Pengelolaan Taman
TNLL dengan pola co-management. Partisipasi yang dimaksud dalam penelitian
ini dikaji pada partisipasi masyarakat lokal dalam melaksanakan kegiatan pelestarian, partisipasi pada kegiatan pengamanan kawasan, dan partisipasi pada kegiatan penyuluhan.
5.4.1. Partisipasi Masyarakat pada Kegiatan Pelestarian Kawasan
Partisipasi masyarakat pada kegiatan yang dilaksanakan dalam upaya
pelestarian kawasan taman nasional akan diukur berdasarkan partisipasi masyarakat lokal dalam hal: 1) tidak memindahkan hak milik/hak adat/hak kelola lahan yang terdapat di luar maupun di dalam kawasan taman nasional (disewakan, digadaikan, dan atau diperjualbelikan, 2) tidak menambah luas kebun dalam kawasan, 3) tidak menghilangkan pal batas taman nasional, 4) mengambil rotan hanya yang berumur di atas tiga tahun, 5) mengambil rotan
dalam kawasan dengan mengikuti wilayah kerja (ra-ombo), dan 6) penanaman
tanaman pengganti untuk setiap pohon yang ditebang untuk kebutuhan
konstruksi rumah tinggal dan pembangunan sarana sosial (rumah ibadah, lobo,
masyarakat pada setiap jenis kegiatan yang telah disebutkan ditunjukkan pada Tabel 34.
Tabel 34 Persentse partisipasi masyarakat lokal pada kegiatan pelestarian kawasan TNLL 2007 Jenis Kegiatan Tingkat Partisipasi masyarakat lokal pada dua kelompok desa (%)
Desa KKM Desa Non-KKM
PA PP PN Total PA PP PN Total Tidak memindahkan hak adat/hak kelola lahan yang terdapat di dalam kawasan taman nasional (disewakan, dan atau digadaikan) 71,11 2,22 26,67 100,00 28,89 20,00 51,11 100,00 Tidak menambah luasan kebun dalam kawasan 68,89 22,22 8,89 100,00 17,78 13,33 68,89 100,00 Tidak menghilangkan pal batas taman nasional 62,22 13,34 24,44 100,00 15,56 17,78 66,66 100,00 Mengambil rotan hanya yang berumur di atas tiga tahun 57,78 33,33 8,89 100,00 24,44 17,78 57,78 100,00 Mengambil rotan dalam kawasan dengan mengikuti rotasi wilayah kerja (ra-ombo) 55,56 28,88 15,56 100,00 20,00 28,89 51,11 100,00 Menanam tanaman pengganti dengan perbandingan tebang : tanaman = 1 : 10 51,11 42,22 6,67 100,00 13,33 33,34 53,33 100,00 Rata-rata 61,11 23,70 15,19 100,00 20,00 21,85 58,15 100,00 Keterangan : - PA = Partisipasi Aktif; PP = Partisipasi Pasif; PN = Partisipasi Negatif.
- Jumlah responden masyarakat lokal di desa KKM dan desa non-KKM masing-masing: 45 orang.
Tabel 34 menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat yang ada di desa KKM pada kegiatan untuk tidak memindahkan hak adat/hak kelola lahan yang terdapat di dalam kawasan taman nasional memperlihatkan persentase tinggi sementara partisipasi masyarakat yang ada di desa non-KKM justru memperlihatkan partisipasi negatif yang tinggi dengan melakukan penjualan lahan sebagaimana yang telah ditunjukkan pada Gambar 13.
Apabila mengacu pada partisipasi masyarakat di desa non-KKM dalam hal mempertahankan hak adatnya maka dapat dikatakan bahwa kebiasaan
masyarakat di desa non-KKM untuk menjual lahan atau memindahkan haknya pada orang lain memberikan indikasi yang tinggi. Indikasi ini merupakan salah satu pemicu bagi masyarakat yang sudah tidak memiliki lahan masuk ke dalam kawasan taman nasional untuk berkebun dengan menanam kakao. Terbukti di lapangan bahwa sebagian besar kawasan taman nasional di desa non-KKM sudah menjadi kebun kakao. Kondisi sebagian kawasan taman nasional di desa non-KKM dapat dilihat pada Gambar 26.
Gambar 26 Bagian kawasan TNLL yang sudah menjadi kebun kakao (Dokumentasi Penulis 2007).
Selanjutnya pengambilan rotan yang berumur di atas tiga tahun oleh masyarakat yang berada di desa KKM masih dilakukan di wilayah desa tersebut, sementara masyarakat yang ada di desa non-KKM kegiatan tersebut dilakukan di luar wilayah desa mereka, sebab ketersediaan rotan di wilayah desa non-KKM sudah tidak ada akibat dari sebagian besar kawasan taman nasional yang terdapat di desa tersebut sudah berubah fungsi dari kawasan konservasi menjadi kebun kakao masyarakat.
Kegiatan lain yang dilakukan oleh sebagian masyarakat dalam upaya pelestarian TNLL diantaranya: Apabila anggota masyarakat yang melakukan penebangan pohon untuk kebutuhan konstruksi rumah tinggal dan pembangunan
sarana sosial (rumah ibadah, lobo, dan bantaya) dengan izin lembaga adat,
diharuskan menanam anakan pohon yang ditebang dengan perbandingan 1:10. Dari hasil analisis data ada sekitar 51,11% masyarakat di desa KKM yang melaksanakan kegiatan tersebut. Ini berarti bahwa masyarakat yang bermukim di kelompok desa KKM memiliki keinginan agar TNLL tetap lestari.
Lain halnya dengan masyarakat yang bermukim di desa non-KKM memperlihatkan partisipasi secara aktif yang rendah dalam melakukan penanaman pohon yang telah ditebang. Hal ini disebabkan karena masyarakat lokal yang ada di desa non-KKM lebih cenderung memanfaatkan sumberdaya lahan yang terdapat dalam kawasan dengan menanam tanaman kakao. Selain itu rendahnya partisipasi aktif masyarakat yang ada di desa non-KKM untuk menanam pohon sebagai tanaman pengganti dari pohon yang ditebang karena merasa kepentingannya belum terpenuhi (kepentingan akan pengakuan dari sumberdaya lahan yang terdapat dalam kawasan yang selama ini masyarakat di desa non-KKM kelola sebagai sumber pendapatan). Oleh sebab itu agar masyarakat di desa non-KKM dapat berpartisipasi dalam pengelolaan kawasan TNLL, maka masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan tersebut seyogyanya memperoleh manfaat dari kegiatan yang dilakukan. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Soekmadi (2002) bahwa apabila partisipasi dipandang sebagai meningkatnya tanggung jawab yang diberikan kepada penduduk lokal, tetapi tidak diiringi dengan meningkatnya hak-hak atau akses yang dapat memberikan manfaat bagi mereka, maka partisipasi seperti itu akan menjadi beban yang biasanya ditolak atau diterima dengan pasif.
5.4.2. Partisipasi Masyarakat pada Pengamanan Kawasan
Partisipasi masyarakat pada pengamanan kawasan dilihat pada partisipasi masyarakat dalam mengawasi masyarakat luar agar tidak mengambil kayu, rotan, anggrek hutan, pandan hutan, dan tanaman obat, yang terdapat dalam kawasan, melindungi anoa, rusa, babi rusa, tarsius, burung alo, dan maleo yang terdapat dalam kawasan dari pemburu/penjerat. Keterlibatan masyarakat
dalam kelompok pengamanan kawasan sebagai Tondo Ngata, Panimpu Ngata,
dan Hondohanua ditunjukkan pada Tabel 35.
Tabel 35 menunjukkan bahwa partisipasi aktif masyarakat pada kelompok desa KKM dalam mengawasi masyarakat luar agar tidak mengambil kayu, rotan, anggrek hutan, pandan hutan, dan tanaman obat yang terdapat dalam kawasan taman nasional, berada pada kategori tinggi. Hal ini disebabkan karena keinginan masyarakat yang berada di desa KKM untuk tetap mengelola lahan adat mereka di dalam kawasan sudah diakomodir oleh pihak BTNLL melalui kesepakatan konservasi yang telah dibangun. Terakomodirnya keinginan masyarakat untuk mengolah lahan adatnya memberikan rasa aman bagi masyarakat untuk dapat
Tabel 35 Partisipasi masyarakat lokal pada pengamanan kawasan
Jenis Kegiatan Partisipasi masyarakat lokal pada dua kelompok desa (%)
Desa KKM Desa Non-KKM
PA PP PN Total PA PP PN Total
Mengawasi
masyarakat luar agar tidak membuka kebun dalam kawasan, mengambil kayu, rotan, anggrek hutan, pandan hutan, dan tanaman obat, yang terdapat dalam kawasan
86,67 11,11 2,22 100,00 13,33 15,56 71,11 100,00
Mengawasi para pemburu/penjerat anoa, rusa, babi rusa, burung alo, dan maleo yang terdapat dalam kawasan 73,33 22,22 4,45 100,00 22,22 11,11 66,67 100,00 Terlibat dalam kelompok pengamanan kawasan (Tondo Ngata, Panimpu Ngata, dan Hondohanua) 53,33 37,78 8,89 100,00 8,89 24,44 66,67 100,00 Rata-rata 71,11 23,70 5,19 100,00 14,81 17,04 68,15 100,00 Keterangan : - PA = Partisipasi Aktif; PP = Partisipasi Pasif; PN = Partisipasi Negatif.
- Jumlah responden masyarakat lokal di desa KKM dan desa non-KKM masing-masing: 45 orang.
mengakses sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhannya (memungut hasil tanaman kopi, rotan, pandan hutan sebagai bahan kerajinan, dan tanaman obat untuk dijadikan ramuan). Selain itu pengakuan BTNLL terhadap lahan adat masyarakat yang ada di desa KKM berarti memberikan kejalasan hak bagi masyarakat sesuai dengan kepentingannya.
Konsekuensi dari pemenuhan kebutuhan tersebut maka tanggungjawab yang harus dilaksanakan oleh masyarakat di desa KKM yakni keikut sertaan mereka secara aktif dalam pengamanan kawasan baik secara individu maupun secara berkelompok. Partisipasi masyarakat di desa KKM dalam pengamanan kawasan ditandai pula dengan adanya kelompok pengamanan kawasan yang
dibentuk oleh masyarakat lokal dikenal dengan Tondo Ngata, Panimpu Ngata,
dan Hondohanua. Kegiatan yang dilakukan oleh kelompok pengamanan
Gambar 27 dan 28 memperlihatkan kegiatan yang akan dilakukan oleh Tondo Ngata untuk pengamanan kawasan diantaranya: kegiatan illegal loging dan perambahan hutan, baik yang dilakukan oleh masyarakat yang ada di desa KKM itu sendiri maupun anggota masyarakat yang berasal dari desa di luar desa KKM. Sebagaimana yang dicontohkan oleh Golar (2007) dalam suatu penelitian tentang penangkapan seorang warga desa KKM yang sedang membuka lahan kebun di dalam kawasan TNLL. Ketika ditanya oleh petugas Tondo ngata bahwa mengapa melakukan perambahan? Alasan yang dikemukakan bahwa anggota masyarakat tersebut tidak memiliki lahan garapan, dan menurutnya ia tidak tahu kalau yang diolah sebagai kebun itu merupakan
kawasan pangale.
Kejadian tersebut sangat mengejutkan bagi pihak Tondo ngata, sebab
selama ini perambahan hutan hanya dilakukan oleh warga di luar desa KKM. Tapi kini mereka mendapati warga desa KKM yang merambah hutan. Atas
kesepakatan Totua ngata, warga yang melakukan perambahan disidang secara
adat, dan dijatuhi sanksi sesuai mekanisme penjatuhan sanksi yang telah diatur dalam aturan main pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya lahan dan hutan di desa KKM.
Salah satu faktor yang turut mendukung keberhasilan Tondo ngata dalam
menjaga kelestarian hutan di wilayah hukum adat adalah kepedulian dan
komitmen masyarakat dalam membantu tugas Tondo ngata. Misalnya dengan
memberikan laporan apabila mereka menjumpai pelanggaran di dalam hutan, walaupun yang melakukan pelanggaran adalah warga masyarakat desa KKM
Gambar 27 Anggota Tondo ngata melakukan persiapan sebelum menjalankan tugasnya (Foto: Golar 2005).
Gambar 28 Anggota Tondo ngata berangkat ke dalam hutan (Foto: Golar 2005).
sendiri. Perilaku yang ditunjukkan oleh masyarakat tersebut merupakan gambaran partisipasi masyarakat yang ada di desa KKM sangat tinggi. Hal ini memberikan indikasi bahwa pemenuhan kebutuhan atau adanya manfaat yang dinikmati dari suatu kegiatan akan mendorong seseorang atau kelompok untuk berpartisipasi pada kegiatan tersebut termasuk kegiatan konservasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan Rahardjo (2003) dan Slamet (2003) yang mengemukakan bahwa keikutsertaan masyarakat dalam setiap kegiatan pembangunan bukan hanya keikutsertaannya dalam menyumbangkan input, akan tetapi lebih kepada manfaat yang dapat dinikmati dari hasil pembangunan.
Masyarakat yang ada di desa non-KKM memperlihatkan partisipasi yang rendah pada kegiatan untuk mengawasi masyarakat luar agar tidak mengambil kayu, rotan, anggrek hutan, pandan hutan, dan tanaman obat yang terdapat dalam kawasan diakibatkan oleh karena masyarakat yang ada di desa non-KKM masih berkisar pada keinginan untuk memperjelas status kepemilikan lahan atau sumberdaya yang ada dalam kawasan taman nasional. Menurut mereka ketidak jelasan tersebut memberikan dampak ketidak nyamanan dalam pemanfaatan sumberdaya yang merupakan kebutuhan dasar bagi masyarakat lokal. Apabila kebutuhan dasar tersebut tidak terpenuhi maka konflik antara masyarakat lokal dengan pihak BTNLL belum dapat terselesaikan. Karena itu prioritas kepentingan yang harus dipenuhi adalah penyelesain masalah lahan yang merupakan kebutuhan dasar bagi masyarakat.
Selanjutnya Tabel 35 memperlihatkan pula bahwa partisipasi masyarakat pada desa KKM dalam mengawasi para pemburu/penjerat satwa endemik yang dilindungi seperti anoa, rusa, babi rusa, tarsius, burung alo, dan maleo memperlihatkan partisipasi yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan tidak ditemukannya pemasangan jerat lagi di dalam kawasan tanaman nasional baik yang dilakukan oleh masyarakat di desa KKM sendiri maupun anggota masyarakat yang berasal dari luar desa KKM. Sementara partisipasi masyarakat di desa non-KKM dalam mengawasi satwa endemik dari para pemburu/penjerat memperlihatkan partisipasi negatif yang tinggi. Salah satu indikator yang dapat dilihat dari tingginya partisipasi negatif masyarakat di desa non-KKM dalam melindungi satwa endemik yakni: kondisi faktual yang dapat dilihat dilapangan tentang rusaknya ekosistem dari satwa endemik yang dilindungi di desa non- KKM adalah rusaknya ekosistem air panas yang sebelumnya merupakan habitat
kebun cacao. Perlu ditambahkan pula bahwa tingkat partisipasi masyarakat di desa non-KKM dalam kelompok pengamanan kawasan juga masih rendah.
5.4.3. Partisipasi pada Kagiatan Pelatihan/Penyuluhan
Partisipasi masyarakat pada kegiatan pelatihan/penyuluhan diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kelestarian taman nasional dan keanekaragaman hayati yang terdapat di dalamnya. Partisipasi masyarakat di dua kelompok desa yang ada di sekitar taman nasional pada kegiatan pelatihan/penyuluhan dilihat dari keikut sertaannya pada penyuluhan tentang dampak yang ditimbulkan dari kerusakan hutan, mengikuti training tentang upaya pencegahan kerusakan hutan, dan keikut sertaannya pada penyuluhan tentang cara bercocok tanam tanaman semusim maupun tanaman tahunan, dapat dilihat pada Tabel 36.
Tabel 36 Partisipasi masyarakat lokal pada kegiatan pelatihan/penyuluhan
Jenis Kegiatan Tingkat Partisipasi masyarakat lokal pada dua kelompok desa (%)
Desa KKM Desa Non-KKM
PA PP PN Total PA PP PN Total P Mengikuti penyuluhan tentang dampak yang ditimbulkan dari kerusakan hutan 77,78 8,89 13,33 100,00 20,00 24,24 55,56 100,00 P Mengikuti training tentang upaya pencegahan kerusakan hutan 71,11 22,22 6,67 100,00 15,56 22,22 62,22 100,00 Mengikuti penyuluhan tentang cara bercocok tanam tanaman semusim (padi dan jagung) maupun tanaman tahunan (kakao, kopi, dan vanili)
55,56 33,33 11,11 100,00 37,78 53,33 8,89 100,00
Rata-rata 68,15 21,48 10,37 100,00 24,45 33,26 42,29 100,00
Keterangan : - PA = Partisipasi Aktif; PP = Partisipasi Pasif; PN = Partisipasi Negatif.
Tabel 36 menunjukkan bahwa partisipasi aktif masyarakat lokal di desa KKM dalam mengikuti penyuluhan tentang cara bercocok tanam tanaman semusim dan tanaman tahunan, berada pada kategori tinggi dan untuk masyarakat yang bermukim di desa non-KKM berada pada kategori rendah. Animo masyarakat yang tinggi untuk mengikuti kegiatan penyuluhan pada desa KKM, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam mengelola usahatani mereka baik yang mengusahakan tanaman semusim maupun tanaman tahunan. Meningkatnya keterampilan masyarakat di desa KKM diharapkan dapat meningkatkan produksi usataninya yang selanjutnya akan berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat. Meningkatnya pendapatan masyarakat akan mengurangi akses mereka untuk memanfaatkan sumberdaya yang terdapat dalam kawasan dan bagi masyarakat yang telah memanfaatkan sumberdaya lahan di dalam kawasan, diharapkan cenderung untuk tidak memperluas kebun yang sudah ada, agar kerusakan dari bagian kawasan taman nasional yang terdapat pada kelompok desa KKM dapat dihindari, sehingga ekosistem flora maupun satwa endemik dapat dipertahankan
yang akhirnya sustainability dari TNLL dapat dipertahankan.
Keikut sertaan masyarakat di desa KKM untuk kegiatan penyuluhan tentang dampak yang ditimbulkan dari kerusakan hutan maupun partisipasi masyarakat dalam mengikuti training tentang upaya pencegahan kerusakan hutan berada pada kategori tinggi. Sementara partisipasi masyarakat di desa non-KKM berada pada kategori rendah. Hal ini erat kaitannya dengan tingkat pendidikan dari masyarakat yang bermukim di kedua kelompok desa tersebut.
Rendahnya partisipasi masyarakat di desa non-KKM pada setiap kegiatan penyuluhan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat memberikan indikasi bahwa masyarakat di desa tersebut masih memfokuskan kegiatannya pada upaya untuk menuntut hak pemanfaatan lahan yang dijanjikan oleh pemerintah seluas 2 ha untuk setiap kepala keluarga. Dari hasil wawancara dengan masyarakat yang bermukim di desa non-KKM terungkap bahwa setiap kepala keluarga di desa non-KKM hanya memiliki lahan rata-rata 0,8 ha untuk setiap kepala keluarga atau hanya sekitar 40% dari luas lahan yang pernah dijanjikan oleh pemerintah pada saat mereka akan dipindahkan dari desa asal mereka pada pertengahan tahun 1970an (desa asal mereka saat ini menjadi kawasan hutan lindung). Secara umum partisipasi
masyarakat lokal di desa KKM dan desa non-KKM pada upaya pengelolaan TNLL ditunjukkan pada Tabel 37.
Tabel 37 Partisipasi masyarakat di desa KKM dan desa non-KKM pada upaya
pengelolaan taman nasional 2007.
Jenis Kegiatan
Tingkat Partisipasi masyarakat lokal pada dua kelompok desa (%)
Desa KKM Desa Non-KKM
PA PP PN Total PA PP PN Total P Pelestarian kawasan 61,11 23,70 15,19 100,00 20,00 21,85 58,15 100,00 P Pengamanan kawasan 71,11 23,70 5,19 100,00 14,81 17,04 68,15 100,00 Pelatihan/pe- nyuluhan 68,15 21,48 10,37 100,00 24,45 33,26 42,29 100,00 Rata-rata 66,69 23,56 9,72 100,00 19,75 24,05 56,20 100,00
Keterangan : - PA = Partisipasi Aktif; PP = Partisipasi Pasif; PN = Partisipasi Negatif.
- Jumlah responden masyarakat lokal di desa KKM dan desa non-KKM masing-masing: 45 orang.
Tabel 37 menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat di desa KKM pada tiga komponen kegiatan dalam upaya pengelolaan kawasan: kegiatan pelestarian
kawasan, pengamanan kawasan, dan kegiatan pelatihan/penyuluhan
memperlihatkan partisipasi yang tinggi sementara partisipasi masyarakat yang bermukim di desa non-KKM secara umum berada pada kategori rendah. Penyebab utama dari rendahnya partisipasi masyarakat di desa non-KKM yakni masyarakat merasa bahwa keberadaan taman nasional belum memberikan manfaat bagi mereka, tapi justru sebaliknya masyarakat merasa tidak lagi memiliki hak untuk mengakses sumberdaya yang terdapat di dalam kawasan yang selama ini mereka manfaatkan terutama mengambil rotan dan damar yang merupakan salah satu kepentingan masyarakat lokal. Kondisi faktual yang dapat dilihat dari kepentingan masyarakat yang belum terakomodir dari keberadaan taman nasional dapat dilihat pada Gambar 29 dan Gambar 30.
Gambar 29 memperlihatkan pembakaran pondok dan hasil damar yang dipungut oleh masyarakat di dalam kawasan taman nasional disita oleh polhut di salah satu bagian kawasan taman nasional yang terdapat di desa non-KKM dan Gambar 30, rotan hasil pungutan masyarakat yang disita oleh polhut di salah satu bagian kawasan taman nasional juga terjadi di desa non-KKM. Kondisi seperti ini akan memicu terjadinya konflik yang lebih besar kalau para stakeholder terkait tidak mengantisipasinya dengan cara duduk bersama untuk
Gambar 29 Pembakaran pondok dan damar hasil pungutan masyarakat di dalam kawasan yang disita oleh Polhut (Dokumentasi BTNLL 2006).
mensinergikan perbedaan kepentingan diantara para stakeholder. Hasil
penelitian ini sejalan dengan Fisher (1995) yang mengemukakan bahwa dalam pengelolaan sumberdaya hutan dibutuhkan suatu kesepakatan antara pihak pengelola dengan masyarakat lokal agar masyarakat lokal berperan dalam hal pengelolaan sumberdaya hutan, sebagai imbalannya masyarakat mempunyai akses untuk memanfaatkan hasil-hasil hutan.
Gambar 30 Rotan hasil pungutan masyarakat yang disita oleh polhut (Dokumentasi BTNLL 2006)
5.5. Penerapan Prinsip Dasar Co-management dalam Pengelolaan TNLL