• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Contingent Valuation Method

Contingent Valuation Method (CVM) diperkenalkan oleh Davis pada tahun 1963. CVM merupakan suatu metode yang memungkinkan untuk

25

memperkirakan nilai ekonomi dari suatu komoditi yang tidak diperdagangkan dalam pasar. Dalam penelitian akan ditanyakan secara langsung kesediaan untuk membayar (WTP) kepada petani dengan titik berat preferensi individu mengenai public goods yang penekanannya pada standar nilai uang (Hanley and Spash, 1993 dalam Nursusandhari, 2009).

Asuransi pertanian memiliki karakteristik barang kuasi-publik. Studi tentang WTP (Willingness to Pay) untuk asuransi pertanian dapat menggunakan metode penilaian kontinjensi (CVM) (Mitchell et al., 1989 dalam Xiu et al., 2012). Asuransi pertanian yang memiliki karakteristik barang kuasi-publik memiliki makna bahwa asuransi pertanian ini memiliki sifat-sifat public goods sekaligus sifat-sifat private goods. Asuransi pertanian merupakan program yang dibuat oleh pemerintah dengan sasaran penerima manfaatnya adalah petani, sehingga petani manapun bisa untuk menjadi peserta program ini dan menerima manfaat dari adanya program, sehingga asuransi pertanian ini dikatakan memiliki sifat public goods. Sifat private goods yang dimiliki oleh asuransi pertanian ini dapat terlihat dari pembayaran premi yang harus dilakukan oleh petani untuk memperoleh perlindungan bagi usahataninya melalui asuransi pertanian dan juga dapat dilihat dari intervensi atau peran pemerintah dalam pemberian subsidi premi bagi petani yang didasarkan pada risiko yang dihadapi oleh petani yang menyebabkan rendahnya produksi, rendahnya pendapatan, dan dapat menghambat keberlangsungan usahataninya.

CVM adalah salah satu metode penilaian non-pasar yang khas yang merupakan teknik ekonomi berbasis survei untuk penilaian sumber daya non-pasar, seperti pelestarian lingkungan atau dampak kontaminasi. CVM menggunakan pertanyaan survei untuk mendapatkan kesediaan konsumen untuk membayar dalam jumlah uang tertentu untuk mendapatkan barang atau kesediaan mereka untuk menerima dalam jumlah uang tertentu untuk menghentikan konsumsi barang-barang tersebut. Dari tanggapan yang didapat, WTP konsumen atau calon konsumen bisa diperoleh (Lili, 2005 dalam Xiu et al., 2012). Survei CV menanyakan kepada responden tentang apakah mereka (secara hipotetis) bersedia membayar untuk perubahan baik atau perubahan kebijakan yang terdefinisi dengan baik.

Tujuan dari CVM adalah untuk menghitung nilai atau penawaran barang publik yang mendekati nilai sebenarnya, jika pasar dari publik goods benar-benar ada. Pasar hipotetis (kuesioner dan responden) sedapat mungkin mendekati kondisi pasar yang sebenarnya. Responden harus mengenal dengan baik barang yang ditanyakan dalam kuesioner dan alat hipotetis yang digunakan untuk pembayaran, seperti pajak dan biaya masuk secara langsung, yang juga dikenal sebagai alat pembayaran.

Kuesioner CVM meliputi tiga bagian, yaitu: 1) penulisan detail tentang benda yang dinilai, persepsi penilaian publik goods, jenis kesanggupan dan alat pembayaran; 2) pertanyaan tentang WTP yang diteliti; 3) pertanyaan tentang karakteristik sosial demografi responden seperti usia, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan lain-lain. Asumsi dasar dari metode CVM ini adalah bahwa responden memahami benar pilihan masing-masing dan cukup familiar atau mengetahui kondisi lingkungan yang dinilai, dan apa yang dikatakan orang adalah sungguh-sungguh apa yang dilakukan jika pasar untuk publik goods (lingkungan) benar-benar terjadi.

1. Keunggulan dan Keterbatasan Contingent Valuation Method

Beberapa studi mengenai valuasi ekonomi yang menggunakan CVM menunjukkan bahwa penggunaan metode ini terdapat beberapa keunggulan dan kelemahan yang perlu diperhatikan dalam penggunaannya. Keunggulan-keunggulan dari penggunaan CVM, yaitu:

a. Dapat diaplikasikan pada semua kondisi dan memiliki dua hal yang penting, yaitu: seringkali menjadi hanya satu-satunya teknik untuk mengestimasi manfaat, dapat diaplikasikan pada berbagai konteks kebijakan lingkungan. b. Dapat digunakan dalam berbagai macam penilaian barang-barang lingkungan

di sekitar masyarakat.

c. Dibandingkan dengan teknik penilaian yang lain, CVM memiliki kemampuan untuk mengestimasi nilai non pengguna. Dengan CVM, seseorang mungkin dapat mengukur utilitas dari penggunaan barang lingkungan bahkan jika digunakan secara langsung.

27

e. Responden dapat dipisahkan ke dalam kelompok pengguna dan non pengguna sesuai dengan informasi yang didapatkan dari kegiatan wawancara. Sehingga memungkinkan perhitungan nilai tawaran pengguna dan non pengguna secara terpisah.

Menurut Hanley and Spash (1993) dalam Nursusandhari (2009), keterbatasan utama dari penggunaan CVM adalah timbulnya bias. Hal tersebut terjadi jika dalam penggunaan CVM timbul nilai yang lebih tinggi (overstate) atau nilai yang lebih rendah (understate) dari nilai sebenarnya. Bias dalam CVM antara lain:

a. Strategis bias muncul dari ketidakjujuran responden yang mencoba memanipulasi hasil analisis dan mempengaruhi kebijakan pemerintah di masa datang.

Solusi: desain survey sehingga memperkecil kemungkinan hasil survey yang dilihat sebagai sumber kebijakan di masa mendatang.

b. Informatin bias muncul karena kurang lengkapnya informasi yang ditawarkan oleh pewawancara kepada responden.

Solusi: desain yang hati-hati dan alat penjelas yang tepat

c. Instrument bias muncul dari reaksi subjek survey pada alat pembayaran yang dipilih atau pilihan yang ditawarkan.

Solusi: desain dari alat pembayaran dan aspek lain dalam pembayaran tidak mempengaruhi tanggapan subjek wawancara.

d. Hypotetical bias muncul karena masalah potensial pada kondisi pasar atau kenyataan yang tidak riil dimana subjek tidak menanggapi proses survey dengan serius dan jawaban cenderung tidak memenuhi pertanyaan yang diajukan.

Solusi: desain alat survey hingga memaksimisasi realitas dari situasi yang akan diuji bila perlu dengan melakukan pengulangan kembali atau dengan memberikan pilihan-pilihan sebagai konsekuensinya.

e. Starting point bias muncul pada kasus permintaan penawaran salah satunya sebagai akibat terlalu lama dan panjang dalam proses wawancara.

2. Tahapan Contingent Valuation Method (CVM)

Dalam menentukan nilai WTP melalui pendekatan Contingent Valuation Method (CVM) dapat dilakukan melalui tahapan berikut :

a. Membuat Pasar Hipotetik

Tahap awal dalam menjalankan CVM adalah membuat pasar hipotetik. Pasar hipotetik tersebut dibangun untuk memberikan suatu alasan mengapa petani seharusnya membayar terhadap Asuransi Usahatani Padi (AUTP). Dalam pasar hipotetik harus menggambarkan bagaimana mekanisme pembayaran yang dilakukan. Skenario kegiatan harus diuraikan secara jelas dalam kuisioner sehingga responden dapat memahami barang/jasa yang dipertanyakan serta keterlibatan masyarakat dalam rencana kegiatan. Selain itu, di dalam kuisioner juga perlu dijelaskan perubahan yang akan terjadi jika terdapat keinginan masyarakat membayar.

b. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP

Penawaran besarnya nilai WTP dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Setelah itu dilakukan kegiatan pengambilan sampel. Hal ini dapat dilakukan melalui wawancara dengan tatap muka, dengan perantara telepon, atau surat. Tujuan dari nilai lelang/penawaran ini adalah untuk memperoleh nilai maksimum WTP dari responden terhadap premi AUTP.

c. Memperkirakan Nilai Tengah dan Nilai Rata-Rata WTP

Setelah data mengenai nilai WTP terkumpul, tahap selanjutnya adalah menghitung nilai tengah (median) dan nilai rata-rata (mean) dari WTP tersebut. Nilai tengah digunakan apabila terjadi rentang nilai penawaran yang terlalu jauh. Jika penghitungan nilai penawaran menggunakan rata-rata, maka akan diperoleh nilai yang lebih tinggi dari yang sebenarnya. Oleh karena itu, lebih baik menggunakan nilai tengah karena nilai tengah tidak dipengaruhi oleh rentang penawaran yang cukup besar. Nilai tengah penawaran selalu lebih kecil daripada nilai rata-rata penawaran.

d. Memperkirakan Kurva WTP

Suatu kurva WTP dapat diperkirakan dengan menggunakan nilai WTP sebagai variabel dependen dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tersebut sebagai variabel independen. Kurva WTP ini dapat digunakan untuk

29

memperkirakan perubahan nilai WTP karena perubahan sejumlah variabel independen. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dapat berkorelasi linier dengan bentuk persamaan umum sebagai berikut :

WTPi = f(Yi, Ei, Ki, Ai, Qi) ... (1) dimana i adalah responden ke-i.

e. Menjumlahkan Data

Penjumlahan data merupakan proses dimana rata-rata penawaran dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksud. Bentuk ini sebaiknya termasuk seluruh komponen dari nilai relevan yang ditemukan seperti nilai keberadaan dan nilai penggunaan.

f. Mengevaluasi Penggunaan CVM

Pada tahap ini dilakukan penilaian sejauh mana penerapan CVM telah berhasil dilakukan. Penilaian tersebut dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan seperti apakah responden benar-benar mengerti dan memahami mengenai pasar hipotetik, berapa banyak kepemilikan responden terhadap barang/jasa yang terdapat dalam pasar hipotetik, seberapa baik pasar hipotetik yang dibuat dapat mencakup semua aspek barang/jasa, asumsi apa yang diperlukan untuk menghasilkan nilai tengah dan menggambarkan nilai tawaran agregat, dan pertanyaan sejenis lainnya.