Erni Irmayanti Hamzah 106704018 Anugrah Mattewakkang 106704040
B. KONSEP DAN DASAR HUKUM KELUARGA BERENCANA (KB)
Keluarga berencana (KB) merupakan suatu Program pemerintah dalam hal kependudukan untuk meminimalisir angka kelahiran dan meminimalisir angka ledakan penduduk yang semakin tahun semakin meningkat.
Program keluarga berencana diatur dalam Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, dalam Pasal 1 ayat 8 dijelaskan bahwa keluarga berencana adalah upaya untuk mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.
Sedangkan menurut WHO Expert Committee bahwa :
“Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami isteri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan. Mendapatkan kelahiran yang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan sera menghitungkan jumlah anak dalam keluarga”.
Berdasarkan defenisi diatas, dapat disimpulkan bahwa keluarga berencana merupakan suatu tindakan suami isteri dalam menekan angka kelahiran.
Menurut (Tukiran:2010) adapun tujuan dari program keluarga berencana yaitu : 1. “Menanggulangi pengangguran dan kemiskinan.
2. Mencapai pendidikan untuk semua.
3. Mendorong kesejahteraan gender dan pemberdayaan terhadap perempuan. 4. Menurunkan angka kematian anak.
5. Meningkatkan kesejahteraan ibu.
6. Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya. 7. Memastikan kelestarian lingkungan hidup.
8. Membangun kemitraan global untuk pembangunan”. C. JENIS-JENIS ALAT KONTRASEPSI
1. Defenisi Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dengan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah
menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur wanita yang matang dan sel telur pria. (Sarwono,2006).
Kontrasepsi adalah usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu bisa bersifat sementara dan bisa juga bersifat permanen. (Proverawati,2010).
2. Jenis-Jenis Alat kontrasepsi a. Kontrasepsi Sterilisasi
Yaitu pencegahan kehamilan dengan mengikat kedua tuba fallopi pada wanita (tubektomi) atau kedua vas deferens pada pria (vasektomi). Proses strelisasi ini harus dilakukan oleh ginekolog (ahli kandungan). Efektif jika ingin melakukan pencegahan kehamilan secara permanen, misalnya karena factor usia. ( Wiknjosastro, 2007).
Kelebihannya, sterilisasi adalah Anda tidak akan perlu memikirkan kontrasepsi selamanya.
Kekurangannya, sifatnya permanen (tidak bisa dibatalkan), tidak memberikan perlindungan terhadap PMS, dan memerlukan operasi mayor. Perlu diingat bahwa tidak ada kontrasepsi yang 100% efektif. Masih ada 1% kemungkinan kehamilan pasca sterilisasi, bahkan bertahun-tahun setelah operasi dilakukan.
b. Kontrasepsi Teknik
1. Coitus Interruptus (Senggama Terputus)
Ejakulasi dilakukan diluar vagina. Efektivitasnya 75-80%. Factor kegagalan biasanya terjadi karena ada sperma yang sudah keluar sebelum ejakulasi, orgasme berulang atau terlambat menarik penis keluar. (Proferawati, 2010).
Kelebihannya sangat efektif bila digunakan dengan benar. Dapat melindungi dari PMS, tidak mudah slip atau bocor, tidak memengaruhi hormon dan tidak menimbulkan alergi (karena terbuat dari polyurethane, bukan lateks). Kontrasepsi ini dapat dipasang jauh
sebelum melakukan hubungan seksual (sampai 8 jam sebelumnya) sehingga tidak perlu jeda selama bermesraan.
Kerugiannya adalah beberapa orang merasakan kurang nyaman, tidak efektif untuk semua posisi, dan harganya mahal serta tidak dapat digunakan bersamaan dengan kondom pria karena dapat menyebabkan posisinya bergerak keluar.
2. System Kalender (pantang Berkala)
System kalender adalah metode kontrasepsi sederhana yang dilakukan pasangan suami isteri dengan tidak meakukan senggama di masa subur. Ovulasi terjadi 14 ± 2 hari sebelum hari pertama haid yang akan datang. Yang di sebut masa subur atau fase ovulasi terjadi mulai 48 jam sebelum ovulasi hingga 24 jam setelah ovulasi. Karena itu, jika konsepsi ingin dicegah senggama harus dihindarkan sekurang-kurangnya 3 hari. (Mansjoer, 2001).
Kelebihannya tidak memerlukan biaya besar untuk membeli alat kontrasepsi dan bisa dilakukan tanpa harus memikirkan alergi yang bisa ditimbulkan karena program ini bebas dari efek samping.
Kekurangannya yakni kurang efektif karena kadang masa menstruasi wanita berubah (pindah tanggal) jadi memungkinkan terjadinya salah prediksi sehingga kehamilan tidak bisa dihindarkan secara total.
3. Prolonged lactation (Metode Amenore Laktasi)
Metode amenore lakktasi adalah metode kontrasepsi sementara yang mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI) secara ekslusif, yaitu hanya diberikan ASI saja tanpa diberikan tambahan makanan/minuman lainnya. Metode ini khusus digunakan untuk menunda kehamilan selama 6 bulan setelah melahirkan. (Proferawati, 2010).
Kelebihan dari penggunaan metode ini adalah dapat membantu mengurangi perdarahan setelah melahirkan serta membantu memberi nutrisi yang baik pada bayi.
Kelemahannya adalah hanya mampu melindungi pada 6 bulan pertama dan angka kegagalan kehamilan 6 per 100 wanita per tahunnya.
c. Kontrasepsi Mekanik 1. Kondom
Terbuat dari karet atau poliuretan, ada kondom untuk pria dan ada pula untuk wanita serta berfungsi sebagai blokir atau barrier sperma. Efektivitas 85%. Kegagalan pada umumnya pada kondom karena tidak dipasang sejak permulaan senggama atau terlambat menarik penis setelah ejakulasi sehingga kondom terlepas dan cairan sperma tumpah ke dalam vagina. Kekurangan alat ini mudah robek bila tergores kuku atau benda tajam lain. Membutuhkan waktu pemasangan dan mengurangi sensasi seksual. ( Wijoyo 2010).
Kelebihan:
a) Efektif bila digunakan dengan benar.
b) Murah dan dapat dibeli secara umum.
c) Tidak perlu pemeriksaan khusus. Kekurangan:
a) Efektifitas tidak terlalu tinggi.
b) Penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi.
c) Agak mengganggu hubungan Seksual.
d) Harus selalu tersedia. 2. Spermatisida
Bahan kimia katif untuk membunuh sperma, berbentuk cairan, krim atau tisi vagina yang harus dimasukkan ke dalam vagina 5 menit sebelum senggama. Efektivitasnya 71%. Sayangnya bisa menyebabkan reaksi alergi. Kegagalan sering terjadi karena waktu larut yang belum cukup, jumlah spermatisida yang digunakan terlalu sedikit dan vagina sudah dibilas dalam waktu <1 jam setelah senggama (Wijoyo,2010).
Kelebiahan Spermisida mematikan sel-sel sperma sebelum sempat memasuki rahim.
Kekurangannya, spermisida ini adalah tidak dapat melindungi organ intim wanita dari bahaya penyakit kelamin atau penyakit seksual yang menular seperti gonorrhea, clamidhia, hepatitis B dan virus HIV/AIDS. Spermisida dapat menimbulkan rasa alergi, infeksi atau luka pada vagina, tidak dapat bekerja efektif tanpad adanya bantuan alat KB lainnya seperti kondom atau diafragma. Serta angka kegagalan yang masih memungkinkan terjadinya kehamilan pun masih ada.
3. Vaginal Diafragma
Lingkaran cincin dilapisi karet fleksibel ini akan menutup mulut rahim. Dipasang dalam liang vagina 6 jam sebelum senggama. Efektivitasnya sangat kecil. Karena itu harus digunakan bersama spermatisida untuk mencapai efektivitas 80%. Cara ini bisa gagal bila ukuran diafragma tidak pas, tergeser saat bersenggama atau terlalu cepat dilepas (<8 jam) setelah senggama. (Mansjoer, 2001).
Kelebihan diafragma yakni seefektif kondom dan dapat dicuci dan digunakan lagi selama satu sampai dua tahun.
Kekurangannya, Anda harus menempatkan diafragma sebelum berhubungan seks (sampai 24 jam sebelumnya) dan mencopotnya setelah enam jam. Beberapa wanita mungkin kesulitan menyisipkankannya dan memiliki reaksi alergi (karena terbuat dari lateks).
4. IUD ( Intra Uterine Device) atau Spiral
Terbuat dari bahan polyethylene yang diberi lilitan logam, umumnya tembaga (Cu) yang dipasang di rongga rahim. Efektivitasnya 99,2-99,4%. Kelemahan kontrasepsi ini bisa menimbulkan rasa nyeri di perut, infeksi pangul, pendarahan diluar masa menstruasi atau darah menstruasi lebih banyak dari biasanya. (Wijoyo, 2010)
IUS atau intra uterine system adalah bentuk kontrasepsi terbaru yang menggunakan hormon progesterone sebagai ganti logam. Cara kerjanya sama dengan IUS tembaga, ditambah beberapa nilai plus yakni lebih tidak nyeri dan kemungkinan menimbulka pendarahan lebih kecil, menstruasi menjadi lebih ringan (volume darah lebih sedikit) dan waktu haid lebih singkat.(Saifuddin, 2006)
Kelebihan:
a) Pencegahan kehamilan yang ampuh untuk paling tidak 10 tahun. b) Tidak mengganggu hubungan seks dengan pasangan.
c) Tidak terpengaruh obat-obatan.
d) Bisa subur kembali setelah IUD dikeluarkan, e) Tidak mempengaruhi jumlah dan kualitas ASI. f) Dapat mencegah kehamilan di luar kandungan. Kekurangan:
a) Terjadi perubahan siklus haid.
b) Bisa merasakan pembengkakan di pinggul. c) Pemasangannya membutuhkan prosedur medis.
d) Saat memasang dan mengeluarkan IUD, harus dilakukan tenaga kesehatan terlatih.
e) Bisa keluar dari rahim tanpa diketahui, sehingga wanita yang memakai IUD harus rutin periksa ke tenaga kesehatan.
f) Bisa merasakan nyeri setelah 3-5 hari pertama pemasangan.
g) Saat haid, darah yang keluar cukup banyak sehingga bisa menyebabkan kurang darah.
d. Kontrasepsi Hormonal
Berupa kombinasi dosis rendah estrogen dan progesterone. Merupakan metode KB paling efektif karena bekerja secara sekaligus, yakni mencegah ovulasi (pematangan dan pelepasan sel telur), meningkatkan kekentalan lender leher rahim sehingga menghalangi masuknya sperma, membuat dinding rongga rahim tidak siap menerima hasil pematangan. (Hartanto 2010 dan Proverawati, 2010)
Kelebihan Pil KB ini mudah didapat, namun biasanya para ibu atau wanita lebih memilih pil KB ini dengan menggunakan resep dokter lewat pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu. Pil KB merupakan salah satu alat kontrasepsi yang paling banyak dipilih oleh kaum wanita atau ibu dari sekian banyaknya jenis alat kontrasepsi.
Kekurangan atau kelemahan dari pil KB ini harus dikonsumsi setiap harinya, menimbulkan efek samping seperti pendarahan yang tidak teratur terjadi di luar siklus menstruasi, timbul rasa mual, sakit kepala, dan pusing. Pil KB Terpadu ini tidak disarankan digunakan oleh wanita yang sedang dalam masa menyusui, perokok aktif, berusia 40 tahun keatas, memiliki riwayat penyakit kronis, seperti TBC, diabetes mellitus, jantung, hepatitis, stroke, epilepsi dan kanker.
2. Pil Mini
Pil mini hanya mengandung progestin saja (Neretindron, norgestrel, linestrerol). Pil mini cocok untuk ibu menyusui karena tidak mempengaruhi produksi ASI. (Proverawati, 2010 dan Saifuddin, 2010)
Kelebihan yang dimiliki dari penggunaan pil KB Mini adalah dapat digunakan oleh wanita yang sedang dalam masa menyusui dan mudah didapat di apotik.
Kekurangannya, efek samping yang ditimbulkan sama halnya dengan menggunakan pil KB terpadu, yakni perdarahan yang tidak teratur, siklus menstruasi yang tidak teratur dan terkadang sakit kepala.
3. Suntik
Diberikan 3 bulan sekali (Depoprovera). Sangat ideal untuk wanita yang tidak mengkomsumsi pil harian. (Wijoyo, 2010)
Kelebihan:
1. Mudah digunakan. Hanya sekali suntik setiap tiga bulan dan bisa kembali subur saat ingin dihentikan.
2. Memberi perlindungan terhadap kanker rahim, kanker indung telur dan pembengkakan pinggul.
3. Memperkecil kemungkinan kurang darah dan nyeri haid. 4. Tidak mengganggu hubungan intim dengan pasangan.
5. Bisa digunakan wanita yang sudah punya anak ataupun baru menikah. 6. Untuk kunjungan ulang tidak perlu terlalu tepat waktu.
7. Jika digunakan ibu menyusui enam minggu setelah melahirkan, tidak mempengaruhi ASI.
Kekurangan:
a. Awal pemakaian bisa terjadi bercak darah. b. Bisa menyebabkan kenaikan berat badan.
c. Setelah setahun menggunakan dan berhenti haid belum teratur.
d. Kesuburan lambat kembali, membutuhkan waktu empat bulan atau lebih. 4. Implant (KB Susuk)
Salah satu jenis kontarsepsi yang pemakainnya dengan cara memasukkan tabung kecil dibawah kulit pada bagian tangan. Proses pemasangannya cukup 1 kali untuk jangka waktu pemakaian 2-5 tahun. Bila berencana untuk hamil, cukup dengan melepasnya kembali. (Proverawati, 2010)
Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan. Tidak melakukan pemeriksaan dalam.
Bebas dari pengaruh estrogen. Tidak mengganggu ASI.
Klien hanya perlu kembali ke klinik jika ada keluhan. Perdarahan lebih ringan.
Tidak menaikkan tekanan darah. Mengurangi nyeri haid.
Mengurangi/ memperbaiki anemia.
Melindungi terjadinya kanker endometrium.
Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara. Melindungi diri dari beberapa penyakit radang panggul
Kekurangan:
Timbul beberapa keluhan nyeri kepala, peningkatan/ penurunan berat badan,
nyeri payudara, perasaan mual, pusing kepala, perubahan mood atau kegelisahan.
Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan. Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular Seksual, termasuk
HIV/AIDS.
Efektifitasnya menurun jika menggunakan obat-obat tuberkulosis atau obat
epilepsi.
Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000 Wanita per tahun)
Mengandung hormone estrogen dan progestin. Ditempelkan dikulit secara mingguan selama 3 minggu berturut-turut. Pada minggu keempat tidak perlu ditempel agar periode menstruasi berjalan normal. Bagi yang berkulit sensitive sering menimbulkan reaksi alergi. (Wijoyo, 2010).
Kelebihan Koyo KB yakni praktis dalam penggunaanya Cuma ditempelkan saja di lengan dan digunakan tiap minggu saja.
Kekurangannya yakni sering bermasalah pada proses pencabutannya dan bagi yang berkulit sensitive, koyo KB sering membuat alergi.
D. PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KB DAN PENGGUNAAN ALAT