• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi sumberdaya perikanan merupakan salah satu modal dasar pembangunan nasional yang dapat memberikan sumber devisa bagi negara dari sektor non migas melalui peningkatan ekspor. Di samping itu, perikanan sebagai sumberdaya, juga rentan terhadap pemanfaatan oleh manusia secara berlebihan. Dengan demikian pengelolaan sumberdaya perikanan menjadi sangat kompleks dengan berbagai macam permasalahan yang memerlukan penyelesaian sangat hati-hati dan berdimensi jangka panjang/strategis. Purwanto (2000) membagi profil perikanan menjadi 4 (empat) kategori, yaitu :

1. Profil perikanan produktif, perikanan yang mampu mendayagunakan sumberdayanya secara optimal, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia;

2. Profil perikanan stabil, perikanan yang mampu mengatasi segala hambatan dan tantangan, misalnya dalam mengatasi musim paceklik ikan yang panjang; 3. Profil perikanan berlanjut, perikanan yang mampu menyesuaikan pola dan

struktur produksinya terhadap perubahan permintaan masyarakat, perubahan lingkungan hidup maupun perubahan teknologi; dan

4. Profil perikanan terpadu, perikanan yang mampu berperan positif dalam pembangunan nasional dan pembangunan wilayah; peningkatan pendapatan masyarakat nelayan/petani/pengusaha ikan dan perluasan lapangan kerja.

Lebih lanjut Purwanto (2000) mengatakan bahwa perikanan yang tepat dalam mengantisipasi kondisi tersebut adalah (1) suatu profil perikanan yang dapat mendorong pelestarian usaha perikanan dengan menciptakan teknologi tepat guna sesuai daya dukung lingkungan; (2) profil perikanan yang memiliki daya saing komoditi tinggi melalui penekanan daya produksi serta menjaga produk.

Untuk mendukung pembangunan perikanan berdasarkan pokok pikiran pengelolaan perikanan yang berwawasan lingkungan perlu disusun suatu konsep tata ruang wilayah pesisir dan laut dan konsep pengembangan perikanan yang mampu berusaha secara terpadu. Pengembangan perikanan dapat dilakukan melalui pelaksanaan tujuan dasar atau bidang hasil pokok pembangunan perikanan, yaitu :

1. Mendorong pengembangan perikanan yang berorientasi pasar (demand driven);

2. Mendorong pemanfaatan sumberdaya pantai secara optimal (efficiency); 3. Mendorong pembangunan perikanan berkelanjutan (sustainability); dan

4. Mendorong berkembangnya manajemen perikanan berbudaya industri (quality).

Pengembangan dapat diartikan sebagai suatu usaha perubahan dari suatu yang dinilai kurang kepada sesuatu yang dinilai baik ataupun dari suatu yang sudah baik menjadi lebih baik. Dengan kata lain pengembangan adalah suatu proses yang menuju pada suatu kemajuan.

Menurut Haluan dan Nurani (1988), empat aspek yang harus dipenuhi suatu jenis teknologi penangkapan ikan yang akan dikembangkan, yaitu (1) Secara biologi tidak merusak atau menggangu kelestarian sumberdaya; (2) Secara teknis efektif digunakan; (3) Secara Sosial dapat diterima oleh nelayan dan (4) Secara ekonomi bersifat menguntungkan. Satu aspek tambahan yang tidak dapat diabaikan yaitu adanya izin dari pemerintah (kebijakan atau peraturan pemerintah).

Menurut Kesteven (1973) pengembangan usaha perikanan harus mempertimbangkan aspek–aspek bio-technico-socio-economic-approach. Oleh karena itu ada empat aspek yang harus diperhatikan dalam pengembangan suatu jenis alat tangkap ikan, yaitu :

1. Aspek biologi, alat tangkap tersebut tidak merusak atau menggangu kelestarian sumberadaya;

2. Aspek teknis, alat tangkap yang digunakan efektif untuk menangkap ikan; 3. Aspek sosial, dapat diterima oleh masyarakat nelayan; dan

4. Aspek ekonomi, usaha tersebut bersifat menguntungkan.

Monintja (1987) menyatakan dalam kaitannya dengan penyediaan protein untuk masyarakat Indonesia, maka dipilih unit penangkapan ikan yang memiliki produktifitas unit serta produktifitas nelayan pertahun yang tinggi, namun masih dapat dipertanggungjawabkan secara biologis dan ekonomis.

Pengembangan usaha perikanan tangkap di Indonesia perlu diarahkan agar dapat menunjang tujuan-tujuan pembangunan umum perikanan, seperti yang

tergambar dari misi Departemen Kelautan dan Perikanan. Berikut syarat-syarat pengembangan usaha perikanan tangkap :

1. Meningkatkan kesejahteraan nelayan;

2. Meningkatkan jumlah produksi dalam rangka penyediaan sumber protein hewani;

3. Mendapatkan jenis ikan komoditi ekspor atau jenis ikan yang biasa diekspor; 4. Menciptakan lapangan kerja; dan

5. Tidak merusak kelestarian sumberdaya ikan.

Intensifikasi untuk meningkatkan produksi di bidang perikanan pada dasarnya adalah penerapan teknologi modern pada sarana dan teknik–teknik yang dipakai, termasuk alat penangkapan ikan, perahu atau kapal dan alat bantu lainnya yang disesuaikan dengan kondisi masing–masing tempat. Namun tidak semua moderinisasi dapat mengahasilkan peningkatan produksi, demikian pula bila tercapai peningkatan produksi, belum tentu mengahasilkan peningkatan pendapatan bersih (net income) nelayan. Oleh karena itu penggunaan teknik– teknik penangkapan ikan yang baru harus didahului dengan penelitian dan percobaan secara intensif dengan hasil yang meyakinkan (Barus et al., 1991).

Selanjutnya Barus et al., (1991) menyatakan bahwa upaya pengelolaaan dan pengembangan perikanan laut di masa datang memang akan terasa lebih berat sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tetapi dengan pemanfaatan IPTEK, akan mampu mengatasi keterbatasan sumberdaya melalui suatu langkah yang rasional untuk medapatkan manfaat yang optimal dan berkelanjutan. Langkah pengelolaan dan pengembangan tersebut juga harus mempertimbangkan aspek biologi, teknis, sosial budaya dan ekonomi.

Kusumastanto (1984), mengemukakan bahwa hal–hal yang perlu dipertimbangkan dalam rencana pengembangan perikanan tangkap adalah :

1. Adanya musim penangkapan ikan yang berbeda sepanjang tahun;

2. Adanya beberapa jenis perikanan tangkap dengan mengkombinasikannya dengan alat tangkap lain;

3. Adanya tingkat teknologi tertentu untuk setiap jenis usaha perikanan tangkap; 4. Adanya harga korbanan dan harga hasil tangkapan dari setiap jenis perikanan

5. Terbatasnya trip penangkapan yang dapat dilakukan setiap tahunnya;

6. Terbatasnya kemampuan nelayan untuk membiayai usahanya dan melakukan invesatasi dalam unit perikanan tangkap yang dilakukan; dan

7. Terbatasnya tenaga kerja yang mengoperasikan unit penangkapan yang diusahakan.

Djamali dan Burhanuddin (1995) mengatakan bahwa keberhasilan pembangunan perikanan, perlu didukung oleh suatu perencanaan pembangunan yang lebih didasari atas data dan informasi yang menyeluruh termasuk sumberdaya perikanannya, maupun aspek sosial dan ekonominya. Pengkajian perlu dilakukan secara berkesinambungan agar data dan informasi yang mutakhir dapat selalu tersedia yang dapat dipergunakan sebagai dasar pertimbangan kebijaksanaan dalam rangka pengembangan perikananya.

Hartati (1996) mengatakan bahwa jenis teknologi penangkapan ikan yang dapat memenuhi semua kriteria di atas pada suatu daerah perikanan dengan dilakukan penelitian terhadap unit–unit penangkapan ikan yang ada di daerah tersebut. Selain untuk mengarahkan modal nelayan ke arah alat penangkapan ikan yang lebih produktif agar diperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya juga untuk pembangunan dan pengembangan perikanan di masa mendatang. Nelayan Indonesia belum dapat memanfaatkan sumberdaya laut dengan benar karena terbentur pada kualitas sumberdaya manusia (SDM) dan teknologi. Selanjutnya dinyatakan bahwa untuk dapat memiliki SDM bidang kelautan yang handal memang membutuhkan waktu dan kemauan. Karena itu semua pihak diharapkan ikut berperan serta.

Nuitja (1998) menyatakan bahwa pengetahuan yang tergolong rendah membuat para nelayan kurang memiliki daya nalar untuk menyerap teknologi inovasi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) kelautan, ditambah lagi dengan keterbatasan modal usaha yang membuat para nelayan terus terbelit dalam kemiskinan. Selanjutnya peran bidang pendidikan sangat penting artinya bagi stimulasi daya nalar para nelayan, karena penangkapan ikan di laut tidak hanya menuntut kemauan dan ketahanan fisik tetapi juga kemampuan penggunaan teknologi peralatan yang canggih untuk setiap kapal penangkap. Oleh karena itu

dua masalah ini merupakan kendala utama yang sering dihadapi dalam usaha pengembangan alat penangkapan ikan di Indonesia.

Untuk pengembangan produksi atau pemanfaatan sumberdaya perikanan di masa mendatang, langkah-langkah yang harus dikaji dan kemudian diusahakan

pelaksanaannya adalah (1) Pengembangan prasarana perikanan; (2) Pengembangan agroindustri, pemasaran dan permodalan dibidang perikanan;

(3) Pengembangan kelembagaan dan penyelenggaraan penyuluhan perikanan; dan (4) Pengembangan system informasi manajemen perikanan (Ditjen Perikanan, 1994).

Pembangunan perikanan berkaitan erat dengan proses pemanfaatan sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan modal yang tersedia. Berdasarkan sifat sumberdaya alamnya, pengembangan usaha perikanan tangkap sangat tergantung pada ketersediaan sumberdaya perikanan di suatu perairan (Syafrin, 1993).

Dokumen terkait