• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.4 Strategi Pengembangan Perikanan Udang Penaeid

4.4.1 Optimasi produksi dan unit penangkapan

4.4.1.1 Optimasi produksi

Faktor-faktor produksi yang diduga memiliki pengaruh pada produksi operasi penangkapan trammel net di Sorong Selatan terdiri dari tujuh faktor, yaitu jumlah trip, panjang jaring, bahan bakar minyak (BBM), jumlah nelayan (ABK), ukuran daya mesin, tinggi jaring dan ukuran kapal. Variabel yang dipergunakan dalam fungsi produksi hanya enam variabel yang mempunyai pengaruh terhadap produksi yaitu jumlah trip, panjang jaring, bahan bakar minyak, jumlah nelayan (ABK), ukuran daya mesin dan ukuran kapal. Faktor produksi tinggi jaring tereliminasi karena nilai variabelnya konstan.

Dari hasil nilai koefisien varian untuk uji koefisien regresi fungsi produksi unit trammel net, nilai Fhitung lebih besar dari nilai Ftabel. Dengan menggunakan

selang kepercayaan 95%, diperoleh nilai Fhitung sebesar 5,725 dan nilai Ftabel2,848.

Berdasarkan hasil pengujian uji F, maka tolak Ho, artinya dengan selang kepercayaan 95% secara bersama-sama faktor-faktor produksi unit penangkapan trammel net (Xi) yang digunakan memiliki pengaruh nyata terhadap perubahan

hasil produksi trammel net (Y). Uji F dengan menggunakan analisis ragam fungsi produksi pada jaring trammel net dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Hasil analisis ragam faktor produksi terhadap hasil tangkapan

Sumber keragaman dB Σ kuadrat kuadrat tengah Fhit Ftab

Regresi 6 11,045 1,841 5,725* 2,848

Sisaan 14 4,501 0,322

Total 20 15,546

Besarnya pengaruh variabel independen (Xi) terhadap nilai variabel

dependen (Y) dapat diketahui dengan melihat nilai determinasi (R2) dari hasil perhitungan dengan menggunakan analisis fungsi produksi Cobb-Douglas. Berdasarkan perhitungan tersebut, didapatkan nilai koefisien determinasi (R2) yaitu sebesar 0,710 dan nilai korelasi berganda (multiple R) sebesar 0,586. Uji selanjutnya yaitu dengan menggunakan uji t-student untuk mengetahui koefisien regresi dan nilai thitung dari tiap-tiap faktor produksi pada Tabel 16.

Tabel 16 Hasil uji-t masing-masing faktor teknis produksi terhadap hasil tangkapan

Faktor produksi Koefisien regresi T hit T tab

Intersep Konstanta BB0 0,572 0,312 2,145

Jumlah trip X1 BB1 0,015 4,719*

Panjang jaring trammel net X2 BB2 0,002 0,852

Jumlah BBM X3 BB3 0,001 -0,175

Jumlah ABK X4 BB4 -0,056 -0,740

Daya mesin X5 BB5 0,004 0,334

Ukuran kapal X7 BB7 0,022 0,186

Perhitungan dari nilai koefisien regresi (bi), standard error koefisien

regresi (Sbi) dan t hitung fungsi produksi unit trammel net di Sorong Selatan

didapatkan nilai thitung dari tiap enam faktor produksi yaitu jumlah trip (X1) 4,719,

panjang jaring (X2) 0,852, bahan bakar minyak (X3) -0,175, anak buah kapal (X4)

-0,740, daya mesin (X5) 0,334 dan ukuran kapal (X7) 0,186. Nilai ttabel pada uji t-

student didapatkan sebesar 2,145 dengan selang kepercayaan 95%. Nilai thitung dari

faktor produksi jumlah trip (X1) didapat nilai yang lebih besar dari nilai ttabel,

maka tolak H0, artinya dengan selang kepercayaan 95% faktor produksi jumlah

trip (X1) yang digunakan secara parsial memiliki peran nyata terhadap perubahan

dilakukan, koefisien regresi yang didapat pada faktor produksi jumlah trip (X1)

menunjukkan pengaruh nyata pada produksi trammel net dengan nilai 0,015.

Model fungsi produksi yang digunakan dalam analisis hubungan produksi dengan faktor-faktor produksi adalah model regresi berganda fungsi produksi Cobb-Douglas, berikut hasil pendugaan fungsi produksi dengan persamaan yang dihasilkan yaitu : Y = 0,572 + 0,015 X1 + 0,002 X2 + 0,001 X3 - 0,056 X4 + 0,004 X5 + 0,022 X7 Keterangan : X1 = jumlah trip X2 = panjang jaring X3 = BBM X4 = jumlah ABK

X5 = ukuran daya mesin

X7 = ukuran kapal

4.4.1.2 Optimasi Unit Penangkapan

Optimasi unit penangkapan udang di kabupaten Sorong Selatan memerlukan fungsi-fungsi pembatas untuk mencapai nilai optimum dalam pemanfaatan sumberdaya udang dengan tetap menjaga keberlanjutan kegiatan penangkapan. Fungsi pembatas ialah nilai-nilai yang tidak boleh dilampaui agar tidak merusak kelestarian sumber daya yang ada. Fungsi pembatas untuk menentukan unit penangkapan optimum pada penelitian ini meliputi hasil tangkapan lestari, jumlah suplai bahan bakar minyak (BBM) dan persediaan es.

Udang penaeid di perairan kabupaten sorong selatan hanya ditangkap

dengan menggunakan trammel net, sehingga hasil tangkapan gabungan dari

beberapa jenis armada penangkapan harus lebih kecil dari CMSY. Dari hasil

penelitian didapatkan potensi lestari (MSY) udang penaeid di perairan Kabupaten Sorong Selatan sebesar 12.778,175 ton/tahun sehingga jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB, total allowable catch) sebesar 80 % dari MSY atau sebesar 10.222 ton/tahun. Berdasarkan pedoman dari Direktorat Jendral Perikanan yang mengacu pada code of conduct for resposible fisheries (FAO, 1995), tingkat penangkapan/pemanenan suatu stok sumberdaya tidak boleh melebihi 80% nilai MSY untuk menjamin kelestarian stok ikan dan keberlanjutan perikanan tangkap.

Besarnya produksi udang penaeid untuk perahu ketinting adalah 1,208 ton/unit/tahun, perahu jolor sebesar 3,451 ton/unit/tahun, perahu johnson sebesar 3,316 ton/unit/tahun, dan kapal pkp sebesar 2,302 ton/unit/tahun. Dengan demikian didapatkan fungsi pembatas udang penaeid terhadap hasil tangkapan lestari adalah:

1,208 X1 + 3,451 X2 + 3,316 X3 + 2,302 X4 + dB1 – dA1 = 10.222

Adapun X1 adalah jumlah perahu ketinting, X2 adalah jumlah perahu jolor,

X3 adalah jumlah perahu johnson dan X4 adalah jumlah kapal pkp.

Upaya penangkapan yang optimum didapatkan dari kapasitas persediaan es yang dapat dialokasikan untuk setiap armada penangkapan udang penaeid yang beroperasi di Kabupaten Sorong Selatan. Oleh karena itu harus diketahui jumlah kebutuhan es dari masing-masing armada penangkapan. Pada penelitian ini diketahui kemampuan penyediaan es di Kabupaten Sorong Selatan adalah 1500 ton/tahun. Sedangkan jumlah kebutuhan es untuk masing-masing armada yang beroperasi di Kabupaten Sorong Selatan adalah perahu ketinting membutuhkan es sebanyak 3,38 ton/tahun, perahu jolor membutuhkan 3,26 ton/tahun, perahu johnson membutuhkan 1,22 ton/tahun dan kapal pkp sebanyak 1,18 ton/tahun, maka fungsi pembatas es terhadap upaya penangkapan adalah:

3,38 X1 + 3,26 X2 + 1,22 X3 + 1,18 X4 + dB2 – dA2 = 1500

Adapun X1 adalah jumlah perahu ketinting, X2 adalah perahu jolor, X3

adalah perahu johnson dan X4 adalah kapal pkp.

Upaya penangkapan yang optimum juga ditentukan dari total suplai bahan bakar minyak (BBM) yang dapat dialokasikan untuk setiap armada penangkapan udang penaeid yang beroperasi di Kabupaten Sorong Selatan. Oleh karena itu harus diketahui jumlah maksimum BBM yang dibutuhkan dari masing-masing armada penangkapan. Penulis sampaikan bahwa di Kabupaten Sorong Selatan belum mempunyai SPBU. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kemampuan penyediaan BBM yang ada di Kabupaten Sorong Selatan adalah 600.000 liter/tahun. Sedangkan Jumlah maksimum BBM yang dibutuhkan untuk masing- masing armada adalah perahu ketinting membutuhkan BBM sebanyak 845 liter/unit/tahun, perahu jolor sebanyak 1630 liter/unit/tahun, perahu johnson

sebanyak 1525 liter/unit/tahun dan kapal pkp sebanyak 1180 liter/unit/tahun, sehingga fungsi pembatas BBM terhadap upaya penangkapan adalah:

845 X1 + 1630X2 + 1525X3 + 1180 X4 + dB3 – dA3 = 600000

Adapun X1 adalah jumlah perahu ketinting, X2 adalah perahu jolor, X3

adalah perahu johnson dan X4 adalah kapal pkp.

Selain beberapa pembatas yang telah diuraikan di atas syarat-syarat lain yang harus dipenuhi untuk pengelolaan sumberdaya udang penaeid yang baik adalah keberadaan armada penangkapan yang ada saat ini sebaiknya tidak dihilangkan. Pada penelitian ini diketahui jumlah armada yang beroperasi di Kabupaten Sorong Selatan berjumlah 172 unit dengan jumlah masing-masing armada adalah perahu ketinting sebanyak 97 unit, perahu jolor sebanyak 30 unit, perahu johnson sebanyak 25 unit dan kapal pkp sebanyak 20 unit. Dengan demikian fungsi matematika yang terbentuk seperti di bawah ini.

X1 – dB4 ≥ 97; X2 – dB5 ≥ 30; X3 – dB6 ≥ 25; X4 – dB7≥ 20

Adapun X1 adalah jumlah perahu ketinting, X2 adalah perahu jolor, X3

adalah perahu johnson dan X4 adalah kapal pkp.

Dari analisis linear goal programming didapat jumlah optimum dari masing- masing armada yang bisa beroperasi di perairan Kabupaten Sorong Selatan antara lain ketinting (219 unit), perahu jolor (217 unit), johnson (25 unit) dan kapal pkp (20 unit) dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Jumlah armada optimum untuk perairan Kabupaten Sorong Selatan

No Jenis armada Jumlah yang ada (unit) Jumlah optimum (unit) Keterangan

1 Perahu ketinting 97 219 belum

optimum

2 Perahu jolor 30 217 belum

optimum

3 Perahu johnson 25 25 optimum

4 Perahu pkp 20 20 optimum

Dokumen terkait