• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

E. Definisi Operasional Variabel

Veriabel diartikan sebagai obyek penelitian atau faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa dan fenomena-fenomena yang akan diteliti. Terdapat dua jenis variabel dalam penelitian yaitu variabel terikat (dependent variable) dan variabel bebas (independent variabel). Veriabel terikat merupakan variabel yang mengikuti perubahan-perubahan pada variabel bebas, sedangkan variabel bebas merupakan variabel yang tidak terikat pada variabel lainnya. Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel terikat (dependent variable) yaitu pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output dalam satu periode tertentu, dalam 1 tahun yang dinyatakan dalam perkembangan produk domestik regional (PDRB) atas dasar harga konstan selama periode 2004-2013 di Kota Makassar dan dinyatakan dalam juta rupiah.

2. Variabel bebas (independent variabel) yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Tenaga kerja dalam penelitian ini adalah bagian dari angkatan kerja yang siap bekerja atau penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan pekerjaan, dengan maksud memperoleh upah atau membantu memperoleh pendapatan dengan lama bekerja paling sedikit satu jam secara kontinu dalam seminggu yang lalu. Usia kerja yang dimaksud yaitu penduduk yang berusia 15 tahun keatas yang diukur dalam satuan orang selama periode 2004-2013 di Kota Makassar.

b. Tingkat pendidikan yang ditamatkan merupakan salah satu ukuran kualitas sumber daya manusia. Indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat pendidikan adalah tamatan SLTA dan perguruan tinggi yang dinyatakan dalam satuan orang selama periode 2004-2013 di Kota Makassar.

c. Pengeluaran pemerintah adalah realisasi total belanja daerah pemerintah Kota Makassar selama periode 2004-2013 yang dinyatakan dalam juta rupiah.

BAB IV

GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

A. Keadaan Geografis Kota Makassar

Sebagai ibu kota Propinsi Sulawesi Selatan, Kota Makassar terletak dibagian selatan Sulawesi Selatan dengan posisi 119024’ 17’ 38” Bujur Timur dan 50 8’ 6’ 19” Lintang Selatan. Sebelah utara dan timur berbatasan dengan Kabupatem Maros, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa, dan sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar. Luas wilayah Kota Makassar tercatat sekitar 175,77 km2 yang meliputi 14 kecamatan dengan 143 desa/kelurahan 970 RW dan 4789 RT.

Suhu udara di Kota Makassar tahun 2013 maksimum 33,20C minimum 23,50C dan rata-rata 27,90C. Kelembaban udara rata-rata 81 % dengan kecepatan angin rata-rata 22,6 knot dan penyinaran matahari rata-rata 64%.

B. Keadaan Penduduk Kota Makassar

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik jumlah penduduk Kota Makassar pada tahun 2004 tercatat sebanyak 1 179 023 jiwa dan meningkat menjadi 1 193 434 jiwa pada tahun 2005. Sementara itu pada tahun 2006 jumlah penduduk Kota Makassar tercatat sebanyak 1 223 540 jiwa dan angka tersebut meningkat menjadi 1 339 374 jiwa pada tahun 2010. Namun di tahun 2011 mengalami penurunan menjadi sebesar 1 148 312. Pada tahun 2013 jumlah penduduk Kota Makassar tercatat sebanyak 1 408 072 jiwa dengan

33

komposisi 696 086 laki-laki dan 711 986 perempuan. Sex ratio Kota Makassar pada tahun 2009 sekitar 94,45 yang berarti terdapat 94 lebih orang laki-laki di antara 100 orang perempuan, pada tahun 2013 angka tersebut naik menjadi 97,77, hal ini berarti terdapat 98 lebih orang laki-laki diantara 100 orang perempuan.

Adanya peningkatan sex ratio ini, adalah karena Kota Makassar sebagai salah satu kota yang menyediakan fasilitas pendidikan yang lebih banyak dikawasan timur Indonesia dan juga lapangan pekerjaan sehingga menjadi salah satu kota tujuan kaum laki-laki untuk menuntut ilmu pengetahuan dan mencari pekerjaan.

Pertumbuhan penduduk yang tinggi disebabkan karena kota ini merupakan satu kota pusat pendidikan dan tempat mencari lapangan pekerjaan di kawasan timur Indonesia. Pertumbuhan penduduk yang tinggi, merupakan suatu hal yang mengkhawatirkan banyak pihak, apalagi bila tidak dibarengi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dengan kata lain apabila pertumbuhan penduduk lebih besar dibanding dengan pertumbuhan ekonomi maka dipandang bahwa pertumbuhan penduduk akan menjadi masalah.

Pertumbuhan penduduk yang positif akan memperluas lahan hunian sehingga menambah kepadatan penduduk Kota Makassar. Pada tahun 2009 kepadatan penduduk Kota Makassar adalah 7.239 orang/km2 kemudian pada tahun 2013 menjadi 8.011 orang/km2, suatu peningkatan yang cukup besar.

Penigkatan kepadatan penduduk yang cepat tentunya akan membebani pemerintah dalam penyediaan berbagai macam fasilitas. Jika hal tersebut diikuti dengan peningkatan potensi penduduk terutama dari segi ekonomi, maka peningkatan kepadatan penduduk sedikit akan mengurangi beban pemerintah.

C. Struktur Ekonomi Kota Makassar

Keadaan struktur perekonomian suatu wilayah dapat memberikan informasi tentang besarnya peranan masing-masing sektor kegiatan ekonomi dalam pembentukan PDRB wilayah tersebut. Perekonomian suatu wilayah dikatakan cukup mapan apabila struktur ekonominya didominasi oleh sektor tersier yang terdiri dari sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor angkutan dan komunikasi, sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa (Badan Pusat Statistik, 2013). Semakin besar peranan sektor tersier dalam pembentukan PDRB suatu wilayah, menunjukkan bahwa perekonomian wilayah tersebut semakin mapan. Gambaran mengenai struktur ekonomi Kota Makassar dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1

Struktur Ekonomi Kota Makassar Tahun 2004-2008 (Dalam Persen)

Lapangan usaha 2004 2005 2006 2007 2008

1. Pertanian 1,15 1,13 1,11 0,98 0,90

2. Pertambangan & Penggalian 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 3. Industri Pengolahan 23,85 23,86 23,50 23,13 22,24

4. Listrik, Gas, & Air Bersih 1,94 2,14 2,05 2,00 1,93

5. Bangunan 7,65 7,59 7,54 7,70 8,09

6. Perdag, Hotel & Restoran 28,95 28,78 28,21 28,44 29,05 7. Angkutan & Komunikasi 15,25 16,01 15,80 15,78 14,80 8. Keuangan, Sewa & Jasa Prsh 9,97 9,63 10,09 10,37 10,09

9. Jasa-Jasa 11,23 10,85 11,69 16.59 12,89

Sumber : BPS Kota Makassar, diolah dari beberapa sumber

Lanjutan Tabel 4.1

Struktur Ekonomi Kota Makassar Tahun 2009-2013 (Dalam Persen)

Lapangan usaha 2009 2010 2011 2012 2013

1. Pertanian 0,82 0,74 0,67 0,59 0,55

2. Pertambangan & Penggalian 0,01 0,01 0,00 0,00 0,00 3. Industri Pengolahan 20,74 19,69 18,90 17,83 17,11

4. Listrik, Gas, & Air Bersih 1,79 1,81 1,76 1,71 1,66

5. Bangunan 7,49 7,83 7,73 7,59 7,86

6. Perdag, Hotel & Restoran 28,70 29,08 29,43 29,36 29,38 7. Angkutan & Komunikasi 13,93 14,33 14,36 15,24 15,28 8. Keuangan, Sewa & Jasa Prsh 10,17 10,25 10,85 11,23 12,07

9. Jasa-Jasa 15,88 16,26 16,31 16,37 16,09

Sumber : BPS Kota Makassar, diolah dari beberapa sumber

Berdasarkan pada data tabel 4.1 menunjukkan bahwa perekonomian Kota Makassar dapat dikatakan relatif mapan karena keadaan struktur ekonominya lebih bertumpu kepada sektor tersier. Menurut Badan Pusat Statistik (2013) Pergeseran struktur ekonomi suatu wilayah dapat dilihat dari perubahan peranan masing-masing sektor kegiatan ekonomi pada kurun waktu tersebut. Apabila kondisi struktur ekonomi suatu wilayah sudah mapan, perubahan peranan sektor-sektor kegiatan ekonominya biasanya tidak terlalu besar. Sementara pada kondisi struktur ekonomi yang belum mapan, perubahannya lebih berfluktuasi dibanding wilayah yang sudah mapan. Struktur ekonomi Kota Makassar dalam kurun waktu tahun 2004-2013 nampak membaik, hal ini disebabkan menurunnya peranan

sektor pertanian, penggalian, industri, listrik serta meningkatnya sektor perdagangan, angkutan dan komunikasi, dan keuangan pada pembentukan PDRB Kota Makassar.

Pada tahun 2004 sektor kegiatan ekonomi yang paling besar kontribusinya terhadap pembentukan PDRB Kota Makassar adalah sektor perdangangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 28,95% angka ini mengalami peningkatan sehingga tahun 2013 dengan kontribusi sebesar 29,38%. Sementara urutan kedua adalah sektor industri pengolahan yaitu sebesar 23,85% pada tahun 2004 angka ini mengalami penurunan selama periode 2004-2013, dengan kontribusi sebesar 17,11% pada tahun 2013. Berikutnya adalah sektor angkutan dan komunikasi sebesar 15,25% pada tahun 2004 dimana angka ini mengalami peningkatan dan penurunan selama periode 2004-2013 dengan kontribusi sebesar 15,28% pada tahun 2013.

Sektor jasa-jasa pada tahun 2004 sebesar 11,23% angka ini mengalami penigkatan dan penurunan selama periode 2004-2013 dengan kontribusi sebesar 16,09% pada tahun 2013. Demikian juga sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan mengalami penigkatan dan penurunan selama periode 2004-2013 dengan kontribusi sebesar 9,97% pada tahun 2004 dan pada tahun 2013 sebesar 12,07%. Sektor bangunan dengan kontribusi sebesar 7,65% pada athun 2004 angka ini juga mengalami peningkatan dan penurunan selama periode 2004-2013 dengan kontribusi pada tahun 2013 sebesar 7,86%. Berikutnya adaalah sektor listrik, gas & air bersih sebesar dengan kontribusi sebesar 1,94% pada tahun 2004 angka ini mengalami peningkatan dan penurunan selama periode 2004-2013 yakni

sebesar 1,66% pada tahun 2013. Selanjutnya sektor pertanian sebesar 1,15% pada tahun 2004 angka ini mengalami penurunan selama periode 2004-2013 dengan kontribusi sebesar 0,55% pada tahun 2013 dan yang terakhir adalah sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,01% pada tahun 2004 angka ini juga mengalami penurunan selama periode 2004-2013 yaitu 0,00% pada tahun 2013.

D. Pertumbuhan Ekonomi Kota Makassar

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil diharapkan berperan dalam meningkatkan kemampuan faktor-faktor produksi sehingga merangsang bagi berkembangnya ekonomi dalam skala yang lebih besar serta berdampak pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat dilihat melalui besarnya perubahan PDRB pada tahun tertentu. Jika kenaikan produksi barang dan jasa pada tahun tertentu lebih tinggi dari tahun sebelumnya maka terjadi kenaikan pertumbuhan dan sebaliknya jika terjadi penurunan produksi barang dan jasa dari tahun sebelumnya dikatakan terjadi perlambatan pertumbuhan.

Pertumbuhan ekonomi diukur dengan menggunakan PDRB atas harga konstan karena pengaruh perubahan harga inflasi telah dihilangkan. Tabel 5.1 menggambarkan pertumbuhan ekonomi yang dicapai kota Makassar tahun 2004-2013.

Tabel 4.2

PDRB Atas Harga Konstan Dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Makassar Tahun 2004-2013

2008 13 561 827 18 10,60

2009 14 798 187 68 9,12

2010 16 252 451 43 9,83

2011 17 820 697 97 9,65

2012 19 582 060 39 9,88

2013 21 327 227 88 8,91

Sumber : BPS Kota Makassar, diolah dari berbagai sumber

Berdasarkan data pada tabel 4.2 menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang dicapai kota Makassar pada tahun 2004-2013. Pada tahun 2004 pertumbuhan ekonomi Kota Makassar sebesar 10,17% dan menurun pada tahun 2005 sebesar 7,22%. Pada tahun 2006 mengalami peningkatan sebesar 8,09% dan menurun pada tahun 2009 sebesar 9,12%. Pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi sebesar 9,65% sedikit melambat dari tahun sebelumnya dan mengalami kenaikan pada tahun 2012 sebesar 9,88%. Pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi Kota Makassar sebesar 8,91% sedikit melambat dibandingkan tahun sebelumnya,

namun PDRB dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang semakin membaik.

Data tersebut menunjukkan bahwa PDRB atas harga konstan dari tahun ke tahun terus menerus mengalami peningkatan. Pada tahun 2004 nilai PDRB Kota Makassar sebesar Rp. 9.785.333,89 dan meningkat pada tahun 2005 sebesar Rp. 10.492.540,67. Kemudian pada tahun 2006 mengalami peningkatan sebesar Rp. 11.341.848,21 dan meningkat lagi pada tahun 2007 sebesar Rp.

12.261.538,92. Demikian juga pada tahun 2008 meningkat sebesar Rp.

13.561.827,18 sampai dengan tahun 2013 terus mengalami peningkatan sebesar Rp. 21. 327.227,88.

E. Jumlah Tenaga Kerja Di Kota Makassar

Tenaga kerja merupakan salah satu bagian penting dalam pertumbuhan ekonomi. Tenaga kerja merupakan proses yang paling utama dalam suatu produksi barang dan jasa serta mengatur sarana produksi untuk menghasilkan barang dan jasa tersebut. Tabel 4.3 menyajikan jumlah tenaga kerja penduduk usia 15 tahun keatas di Kota Makassar tahun 2004-2013.

Tabel 4.3

Jumlah Tenaga Kerja Di Kota Makassar Tahun 2004-2013 Tahun Jumlah Tenaga Kerja

1 2 3

2007 431 981 9,15

2008 498 653 10,56

2009 470 909 9,97

2010 506 992 10,74

2011 541 668 11,47

2012 514 556 10,91

2013 527 765 11,18

Total 4 721 149 100,00

Sumber : BPS Kota Makassar, diolah dari beberapa sumber

Berdasarkan data pada Tabel 4.3 dapat dijelaskan bahwa jumlah tenaga kerja di Kota Makassar pada tahun 2004 sebanyak 404 546 jiwa atau sebesar 8,57%, dan menurun menjadi sebanyak 389 155 jiwa atau sebesar 8,24% pada tahun 2005. Pada tahun 2006 kembali meningkat sebanyak 434 924 jiwa atau sebesar 9,21%, dan tahun 2007 mengalami sedikit penurunan sebanyak 431 981 jiwa atau sebesar 9,15%. Pada tahun 2008 meningkat kembali menjadi 498 653 jiwa atau sebesar 10,56% dan menurun lagi pada tahun 2009 menjadi 470 909 jiwa atau sebesar 9,97%. Pada tahun 2010 dan 2011 meningkat kembali menjadi 506 992 jiwa atau sebesar 10,74% dan 541 668 jiwa atau sebesar 11,47%.

Demikian pada tahun 2012 kembali menurun menjadi 514 556 jiwa atau sebesar atau sebesar 10,91% dan meningkat kembali pada tahun 2013 menjadi 527 765 jiwa atau sebesar 11,18%. Jumlah tenaga kerja di Kota Makassar selama periode 2004-2013 berfluktuasi.

F. Tingkat Pendidikan Di Kota Makassar

Tingkat pendidikan yang ditamatkan merupakan salah satu ukuran kualitas sumber daya manusia. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan, semakin baik kualitas sumber daya manusianya. Sehingga potensi sumber daya manusia disuatu wilayah dapat dilihat dari jenjang pendidikan yang ditamatkan. Sebagai ibukota propinsi pusat kegiatan ekonomi dengan fasilitas pendidikan yang lengkap, memungkinkan penduduknya untuk memperoleh pendidikan yang tinggi dengan lebih mudah. Tamatan SLTA dan perguruan tinggi dapat dilihat pada tabel 4.4

Tabel 4.4

Tamatan SLTA Dan Perguruan Tinggi Di Kota Makassar Tahun 2004-2013

Tahun SLTA

(Jiwa )

PerguruanTinggi

(Jiwa) Total

2004 316 356 134 072 450 428

2005 324 418 133 217 457 635

2006 317 342 139 851 457 193

2007 326 765 142 562 469 327

2008 328 535 147 115 475 650

2009 353 392 144 008 497 400

2010 406 151 180 552 586 703

2011 406 151 180 552 586 703

2012 379 618 179 501 559 119

2013 397 063 171 278 568 341

Sumber : BPS Kota Makassar, Diolah dari beberapa sumber

Berdasarakan data pada tabel 4.4 tamatan SLTA dan perguruan tinggi mengalami peningkatan dan penurunan selama periode 2004-2013. Tamatan SLTA mengalami peningkatan dari 316 356 jiwa pada tahun 2004 menjadi 324 318 jiwa pada tahun 2005. Sedangkan tamatan perguruan tinggi mengalami penurunan dari 134 072 jiwa pada tahun 2004 menjadi 133 217 jiwa pada tahun 2005. Total tamatan SLTA dan perguruan tinggi pada tahun 2004 dan 2005 masing-masing sebesar 450 428 jiwa dan 457 635 jiwa. Pada tahun 2006 tamatan SLTA mengalami penurunan mencapai 317 342 jiwa dan meningkat kembali pada tahun 2007 mencapai 326 765 jiwa. Sedangkan tamatan perguruan tinggi mengalami peningkatan pada tahun 2006 sebesar 139 851 jiwa menjadi sebesar 142 562 jiwa pada tahun 2007.

Pada tahun 2006 dan 2007 total tamatan SLTA dan perguruan tinggi masing-masing sebesar 457 193 jiwa dan 469 327 jiwa. Tamatan SLTA pada tahun 2008 sebesar 328 535 jiwa, angka ini mengalami peningkatan pada tahun 2009 mencapai 353 392 jiwa. Sedangkan tamatan perguruan tinggi pada tahun 2008 sebesar 147 115 jiwa, angka ini mengalami penurunan menjadi sebesar 144 008 jiwa. Pada tahun 2008 dan 2009 total tamatan SLTA dan perguruan tinggi massing-masing sebesar 475 650 jiwa dan 497 400 jiwa. Pada tahun 2010 dan 2011 tamatan SLTA dan perguruan tinggi tidak mengalami peningkatan atau penurunan yaitu sebesar 406 151 jiwa dan 180 552 jiwa. Pada tahun 2010 dan 2011 total tamatan SLTA dan perguruan tinggi tidak mengalami peningkatan atau penurunan yaitu sebesar 586 703 jiwa. Pada tahun 2012 tamatan SLTA mengalami penurunan menjadi 379 618 jiwa dan meningkat kembali pada tahun 2013

menjadi sebesar 397 063 jiwa. Demikian juga tamatan perguruan tinggi mengalami penurunan menjadi 179 501 jiwa dan 171 278 jiwa pada tahun 2012 dan 2013. Pada tahun 2012 dan 2013 total tamatan SLTA dan perguruan tinggi masing-masing sebesar 559 119 jiwa dan 568 341 jiwa.

G. Realisasi Pengeluaran Pemerintah Di Kota Makassar

Pengeluaran pemerintah adalah bagian dari kebijakan fiskal yakni suatu tindakan pemerintah untuk mengatur jalannya perekonomian dengan cara menentukan besarnya penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Data mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5

Realisasi Pengeluaran Pemerintah Kota Makassar Tahun 2004-2013 Tahun Total Pengeluaran (Juta Rupiah )

2004 560 513 319

2005 608 909 469

2006 829 478 742

2007 1 016 955 301

2008 1 225 077 157

2009 1 325 111 876

2010 1 534 709 976

2011 1 589 355 783

2012 2 213 547 065

2013 2 091 629 062

Sumber : BPS Kota Makassar, diolah dari beberapa sumber

Berdasarkan pada tabel 4.5, terlihat bahwa setiap tahun pengeluaran pemerintah mengalami peningkatan. Di tahun 2004 jumlah pengeluaran pemerintah sebesar Rp. 560.513.319. Pada tahun 2005 pengeluaran pemerintah meningkat menjadi Rp. 608.909.469. Kemudian meningkat lagi di tahun 2006 dan 2007 masing-masing dengan nilai sebesar RP. 829.478.742 dan Rp.

1.016.955.301. Di tahun 2008 bertambah sebesar Rp. 1.225.677.157. Tahun 2009 meningkat lagi sebesar Rp. 1.325.111.876 . Kemudian tahun 2010, terjadi lagi peningkatan sebesar Rp. 1.534.709.976. Demikian juga pada tahun 2011 dan 2012 mengalami peningkatan masing-masing sebesar Rp. 1.589.355.783 dan Rp.

2.213.547.065. Selanjutnya ditahun 2013, menurun menjadi sebesar Rp. 2.

091.629.062.

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 1. Data Penelitian

Dari data yang diperoleh mengenai pertumbuhan ekonomi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu tenaga kerja, tingkat pendidikan dan pengeluaran pemerintah dari tahun ke tahun dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.1 Data penelitian

Tahun Y X1 X2 X3

2004 9 785 333 89 404 546 450 428 560 513 319

2005 10 492 540 67 389 155 457 635 608 909 469 2006 11 341 848 21 434 924 457 193 829 478 742 2007 12 261 538 92 431 981 469 327 1 016 955 301 2008 13 561 827 18 498 653 475 650 1 225 077 157 2009 14 798 187 68 470 909 497 400 1 325 111 876 2010 16 252 451 43 506 992 586703 1 534 709 976 2011 17 820 697 97 541 668 586703 1 589 355 783 2012 19 582 060 39 514 556 559 119 2 213 547 065 2013 21 327 227 88 527 765 568 341 2 091 629 062 Sumber : Data diolah dari BPS Kota Makassar berbagai tahun terbitan

46

Keterangan :

Y = Pertumbuhan Ekonomi (PDRB Juta Rupiah) X1 = Jumlah Tenaga Kerja ( Satuan Orang)

X2 = Tingkat Pendidikan ( Tamatan SLTA & Perguruan Tinggi ) X3 = Total Pengeluaran Pemerintah ( Juta Rupiah )

Tabel 5.2

Hasil Log Dari Data Penelitian

Tahun Y X1 X2 X3

2004 8,99 5,61 5.65 8,74

2005 9,02 5,59 5.66 8,78

2006 9,05 5,63 5.66 8,91

2007 9,09 5,64 5.67 9,01

2008 9,13 5,69 5.67 9,09

2009 9,16 5,67 5.68 9,12

2010 9,21 5,70 5.76 9,18

2011 9,25 5,73 5.76 9,20

2012 9,29 5,71 5.74 9,34

2013 9,32 5,72 5.75 9,32

Sumber : Hasil olahan dengan Ms excel

Dalam penelitian ini data diubah dalam bentuk log karena data penelitian memiliki tingkat perbedaan yang tinggi.

2. Koefisien Determinasi (R2)

Besarnya kontribusi yang diberikan oleh variabel tenaga kerja, tingkat pendidikan dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar pada tahun 2004-2013 secara bersama-sama dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi R square atau R2. Hasil analisis besarnya koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut:

Tabel 5.3 Model Summaryb

Sumber : Hasil Analisis Dengan SPSS 16,0

Besarnya R2 berdasarkan hasil analisis pada tabel 5.3 dengan menggunakan SPSS 16.0 diperoleh sebesar 0,979. Dengan demikian besarnya pengaruh yang diberikan oleh variabel tenaga kerja, tingkat pendidikan, dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar secara bersama-sama sebesar 97,9%. Sedangkan sisanya sebesar 2,1% dapat dijelaskan atau dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

3. Analisis Regresi

Analisis ini digunakan untuk menghitung arah dan besarnya pengaruh variabel independent (tenaga kerja, tingkat pendidikan dan pengeluaran pemerintah) terhadap variabel dependent ( pertumbuhan ekonomi Kota Makassar).

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan statistical product and service solution (SPSS) 16.0 maka diperoleh :

Tabel 5.4

Rangkuman Hasil Analisis Variabel

Variabel Koefisien Sig Beta Colinearity statistics

Tolerance VIF

X1 0,105 0,823 0,045 0,095 10,479

X2 0,734 0,048 0,295 0,245 4,085

X3 0,426 0,004 0,772 0,114 8,734

Konstanta = 1,698 F(sig) = 0,000

R = 0,990 , R Square = 0,979 Durbin Waston = 1,609

F tabel = 4,757 , T tabel = 2,446 Sumber : Hasil Olahan SPSS 16.0

Berdasarkan pada tabel 5.4 hasil rangkuman analisis, maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:

Y = 1,698 + 0,105X1 + 0,734X2 + 0,426X3 Persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Konstanta sebesar 1,698 artinya jika jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan dan pengeluaran pemerintah nilainya berada pada titik 0, maka nilai pertumbuhan ekonomi akan berada pada level 1,698.

b) Koefisien regresi variabel jumlah tenaga kerja (X1) yaitu sebesar 0,105 artinya bahwa setiap peningkatan jumlah tenaga kerja sebesar satu satuan, maka akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi Kota Makassar meningkat sebesar 0,105 satuan, ceteris paribus.

c) Koefisien regresi variabel tingkat pendidikan (X2) yaitu sebesar 0,734 artinya bahwa setiap peningkatan tingkat pendididkan sebesar 1 satuan, maka akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi Kota Makassar meningkat sebesar 0,734 satuan, ceteris paribus.

d) Koefisien regresi variabel pengeluaran pemerintah (X3) yaitu sebesar 0,426 artinya bahwa setiap peningkatan pengeluaran pemerintah sebesar 1 satuan, maka akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi Kota Makassar meningkat sebesar 0,426 satuan, ceteris paribus.

4. Uji Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji F)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independent yaitu jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan dan pengeluaran pemerintah secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent yaitu pertumbuhan ekonomi. Table 5.5 menunjukkan hasil analisis regresi secara simultan sebagai berikut:

Tabel 5.5 ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .116 3 .039 93.880 .000a

Residual .002 6 .000

Total .119 9

Sumber : Hasil Analisis Dengan SPSS 16.0

Untuk mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel bebas atau tidak, dapat dijelaskan sebagai berikut:

Ho : Secara simultan jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan dan pengeluaran pemerintah berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Ha : Secara simultan jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan dan pengeluaran pemerintah tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Tingkat signifikan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

α

= 5%.

Signifikan 5% atau 0,05 merupakan ukuran standar yang sering digunakan dalam penelitian. Berdasarkan tabel 5.5 anova F-hitung diperoleh sebesar 93,880. F-tabel dapat ditentukan dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95%,

α

= 5%, df 1 (jumlah variabel) = 3 dan df 2 (n-k-1) atau 10-3-1 = 6 (n adalah jumlah kasus, dan k adalah jumlah variabel independent), hasil F-tabel dapat dihitung pada Ms Excel dengan cara ketik =finv(0,05;3;6) pada cell kosong lalu enter. Hasil F-tabel yang diperoleh adalah sebesar 4,757. Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

Ho diterima bila F-hitung > F-tabel Ho ditolak bila F-hitung < F-tabel

Nilai F-hitung lebih besar dari F-tabel masing-masing dengan nilai sebesar 93,880 > 4,757 maka Ho diterima, artinya secara simultan jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan dan pengeluaran pemerintah berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar.

5. Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independent yaitu jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan dan pengeluaran pemerintah secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent yaitu pertumbuhan ekonomi (Y). Tabel 5.6 menunjukkan hasil analisis koefisien regresi secara parsial sebagai berikut :

Tabel 5.6 Coefficientsa

1 (Constant) 1.698 1.594 1.065 .328

X1 .105 .449 .045 .234 .823

X2 .734 .298 .295 2.476 .048

X3 .426 .096 .772 4.331 .004

Sumber : Hasil Analisis Dengan SPSS 16.0

a) Uji Koefisien Regresi Variabel Jumlah Tenaga Kerja (X1) Dengan menentukan hipotesis sebagai berikut:

Ho : Secara parsial ada pengaruh signifikan antara jumlah tenaga kerja (X1) dengan pertumbuhan ekonomi (Y).

Ha : Secara parsial tidak ada pengaruh signifikan antara jumlah tenaga kerja (X1) dengan pertumbuhan ekonomi (Y).

Tingkat signifikan yang digunakan adalah

α

= 5% (0,05). Berdasarkan pada tabel 5.6 koefisien diperoleh t-hitung sebesar 0,234 dan t-tabel dapat dicari pada

α =

5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 10-3-1 = 6 (n adalah jumlah kasus dan k adalah jumlah variabel independent).

Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi = 0,025) hasil diperoleh untuk t-tabel sebesar 2,446 dapat dicari dengan cara ketik =tinv(0,05;6) pada cell kosong lalu enter. Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

Ho diterima jika t hitung > t tabel Ho ditolak jika t hitung < t tabel

Nilai t hitung < t tabel ( 0,234 < 2,446 ) maka Ho ditolak , artinya secara parsial jumlah tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar.

b) Uji Koefisien Regresi Variabel Tingkat Pendidikan (X2) Dengan menentukan hipotesis sebagai berikut:

Ho : Secara parsial Ada pengaruh signifikan antara tingkat pendidikan (X2) dengan pertumbuhan ekonomi (Y).

Ha : Secara parsial tidak ada pengaruh signifikan antara tingkat pendidikan (X2) dengan pertumbuhan ekonomi (Y).

Tingkat signifikan yang digunakan adalah

α

= 5% (0,05). Berdasarkan pada tabel 5.6 koefisien diperoleh t-hitung sebesar 2,476 dan t-tabel dapat dicari pada

α =

5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 10-3-1 = 6 (n adalah jumlah kasus dan k adalah jumlah variabel independent).

Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi = 0,025) hasil diperoleh untuk t-tabel

sebesar 2,446 dapat dicari dengan cara ketik =tinv(0,05;6) pada cell kosong lalu enter. Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

Ho diterima jika t hitung > t tabel Ho ditolak jika t hitung < t tabel

Oleh karena nilai t hitung > t tabel (2,476 > 2,446) maka Ho diterima, artinya secara parsial tingkat pendidikan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar.

c) Uji Koefisien Regresi Variabel Pengeluaran Pemerintah (X3) Dengan menentukan hipotesis sebagai berikut:

Ho : Secara parsial ada pengaruh signifikan antara pengeluaran pemerintah (X3) dengan pertumbuhan ekonomi (Y).

Ha : Secara parsial tidak ada pengaruh signifikan antara pengeluaran pemerintah (X3) dengan pertumbuhan ekonomi (Y).

Tingkat signifikan yang digunakan adalah

α

= 5% (0,05). Berdasarkan pada tabel 5.6 koefisien diperoleh t-hitung sebesar 4,431 dan t-tabel dapat dicari pada

α =

5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 10-3-1 = 6 (n adalah jumlah kasus dan k adalah jumlah variabel independent).

Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi = 0,025) hasil diperoleh untuk t-tabel sebesar 2,446 dapat dicari dengan cara ketik =tinv(0,05;6) pada cell kosong lalu enter. Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

Ho diterima jika t hitung > t tabel Ho ditolak jika t hitung < t tabel

Oleh karena nilai t hitung > t tabel ( 4,431 > 2,446) maka Ho diterima, artinya secara parsial pengeluaran pemerintah berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar.

Faktor yang berpengaruh dominan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar selama periode 2004-2013 adalah tingkat pendidikan karena nilai koefisien regresinya lebih besar yaitu 0,734 dibandingkan dengan nilai koefisien regresi variabel independent lainnya.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis pengaruh tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar selama periode 2004 hingga 2013 nilai t hitung lebih

Berdasarkan hasil analisis pengaruh tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar selama periode 2004 hingga 2013 nilai t hitung lebih

Dokumen terkait