• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Konsep Dasar Pembangunan Ekonomi

2. Pengertian Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi daerah menurut Arsyad (2015) adalah suatu proses yang mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif, perbaikan kapasitas kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, indikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru. Dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola setiap sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swasta untuk menciptakan

suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut dengan tujuan untuk mensejahterakan masyarakatnya.

C. Produk Domestik Bruto (PDB)

Menurut Sukirno (2011) produk domestik bruto merupakan nilai barang dan jasa yang diproduksikan dalam suatu negara dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk negara dan penduduk/perusahaan negara lain.

Pengertian PDB menurut Badan Pusat Statistik yaitu penjumlahan nilai tambah bruto dari seluruh sektor perekonomian didalam suatu daerah/wilayah dalam periode tertentu biasanya satu tahun. Yang dimaksud dengan nilai tambah adalah selisih nilai produksi (output) dengan biaya antara (intermediate input).

Nilai tambah yang dihasilkan akan sama dengan balas jasa faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi.

Produk domestik bruto dapat dihitung dengan menggunakan dua cara yaitu atas harga dasar berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang di hitung menggunakan harga pada tahun yang bersangkutan, sedangkan PDB atas harga konstan menggambarkan nilai tambah barang dan jasa tersebut berdasarkan harga pada suatu tahun tertentu (tahun dasar) Badan Pusat Statistik (2001).

Sukirno (2000) mengemukakan rumus perhitungan pertumbuhan ekonomi sebagai berikut :

PDB   PDBt PDBt-1) PDBt-1

x 100%

Dimana :

PDB = Pertumbuhan ekonomi atas dasar perubahan PDB (%)

PDBt = Nilai PDB tahun t

PDBt-1 = Nilai PDB tahun sebelumnya

Untuk mengukur tingkat pertumbuhan ekonomi, data PDB yang digunakan adalah data atas harga konstan, maka pertumbuhan PDB semata-mata hanya mencerminkan pertumbuhan pada periode tertentu. Sebab dengan menggunakan data PDB atas harga konstan pengaruh perubahan harga terhadap nilai PDB atas harga dasar berlaku telah dihilangkan.

PDB sebagai indikator ekonomi dapat dimanfaatkan untuk memberikan gambaran situasi ekonomi suatu wilayah, diantaranya:

a. PDB atas harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu wilayah. Nilai PDB yang besar menunjukkan sumber daya ekonomi yang besar;

b. PDB harga berlaku menunjukkan pendapatan yang memungkinkan dapat dinikmati oleh penduduk suatu wilayah;

c. PDB atas harga konstan ( riil ) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan maupun sektoral dari tahun ke tahun;

d. Distribusi PDB atas harga berlaku menurut sektor menunjukkan struktur perekonomian yang menggambarkan peranan sektor ekonomi dalam suatu wilayah. Sektor-sektor ekonomi yang mempunyai peranan yang besar menunjukkan basis perekonomian yang mendominasi wilayah tersebut;

e. PDB perkapita atas dasar harga konstan berguna untuk memenuhi pertumbuhan nyata ekonomi perkapita.

Indikator yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi di suatu daerah/propinsi adalah tingkat pertumbuhan PDRB. Ada beberapa alasan yang mendasari pemilihan pertumbuhan PDRB antaranya adalah:

a. PDRB adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh aktivitas produksi didalam perekonomian dalam suatu daerah/propinsi. Hal ini berarti peningkatan PDRB juga mencerminkan peningkatan balas jasa kepada faktor produksi yang digunakan dalam aktivitas produksi tersebut.

b. PDRB dihitung atas dasar konsep aliran, artinya perhitungan PDRB hanya mencakup nilai produk yang dihasilkan pada periode tertentu. Perhitungan ini tidak mencakup nilai produk yang dihasilkan pada suatu periode sebelumnya. Pemanfaatan konsep aliran guna menghitung PDRB memungkinkan kita untuk membanding jumlah output yang dihasilkan pada tahun ini dengan tahun sebelumnya.

c. Batas wilayah perhitungan PDRB adalah suatu propinsi. Hal ini memungkin kita untuk mengukur sejauh mana kebijaksanaan-kebijaksanaan yang diterapkan pemerintah daerah mampu mendorong aktivitas perekonomian domestik.

D. Pengeluaran Pemerintah

Pendapatan daerah yang diperoleh baik dari pendapatan asli daerah maupun dana perimbangan tentunya digunakan oleh pemerintah daerah untuk membiayai belanja daerah. Menurut UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah, belanja daerah adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurangan nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Berdasarkan struktur anggaran daerah, elemen-elemen yang termasuk dalam belanja daerah terdiri dari:

a. Belanja aparartur yaitu belanja yang terdiri dari belanja administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan serta belanja modal dan pembangunan yang dialokasikan atau digunakan untuk membiayai kegiatan yang hasil, manfaat dan dampaknya tidak secara langsung dinikmati oleh masyarakat.

b. Belanja pelayanan publik yaitu belanja yang terdiri dari belanja administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan serta belanja modal dan pembangunan yang dialokasi atau digunakan untuk membiayai kegiatan yang hasil, manfaat dan dampaknya secara langsung dinikmati oleh masyarakat.

c. Belanja bagi hasil dan bantuan keuangan dapat diklasifikasikan ke dalam salah satu jenis belanja yaitu hibah, subsidi, bantuan sosial dan transfer.

d. Belanja tak terduga yaitu pengeluaran yang disediakan untuk kejadian-kejadian luar biasa seperti bencana alam, kejadian-kejadian yang dapat membahayakan daerah, utang periode yang belum diselesaikan dan atau tersedia anggarannya pada tahun yang bersangkutan, pengembalian penerimaan yang bukan hak dan penerimaan yang dibebaskan (dibatalkan) dan atau kelebihan penerimaan.

Dalam pembangunan ekonomi suatu daerah yang menjadi tujuan utama dalam pembangunan adalah terciptanya tingkat kemakmuran yang tinggi. Oleh karena itu untuk mewujudkan tujuan tersebut maka perlunya peran pemerintah yang mana peran tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk kebijakan ekonomi yaitu kebijakan fiskal melalu pengeluaran pemerintah. Menurut Sukirno (2000) Pengeluaran pemerintah adalah bagian dari kebijakan fiskal yakni suatu tindakan pemerintah untuk mengatur jalannya perekonomian dengan cara menentukan besarnya penerimaan dan pengeluaran pemerintah tiap tahunnya yang tercermin dalam APBN untuk nasional dan APBD untuk daerah yang bertujuan untuk menstabilkan harga, tingkat output, maupun kesempatan kerja dan memacu pertumbuhan ekonomi.

Menurut Sukirno (2011) jumlah pengeluaran pemerintah yang akan dilakukan dalam suatu periode tertentu tergantung kepada banyak faktor yang penting diantaranya adalah jumlah pajak yang akan di terima, tujuan-tujuan kegiatan ekonomi jangka pendek dan pembangunan jangka panjang dan pertimbangan politik keamanan.

Pada dasarnya setiap pengeluaran pemerintah dilakukan atas landasan prinsip optimalisasi pemanfaatan dana untuk mencapai sasaran-sasaran yang ditetapkan. Pengeluaran pemerintah harus mencapai sasaran seperti peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat, pembinaan dan pengawasan pelaksanaan pembangunan serta terpeliharanya berbagai asset negara dan hasil-hasil pembangunan.

Dumairy (2006) pemerintah melakukan banyak sekali pengeluaran untuk membiayai kegiatan-kegiatannya. Pengeluaran-pengeluaran pemerintah itu bukan saja untuk menjalankan roda pemerintahan sehari-hari tetapi juga membiayai kegiatan perekonomian. Bukan berarti pemerintah turut berbisnis melainkan dalam arti pemerintah harus menggerakkan dan merangsang kegiatan ekonomi secara umum. Pemerintah yang baik harus senantiasa berusaha menghindari dan memperbaikan kegagalan pasar demi tercapainya efisiensi. Pemerintah juga harus memperjuangkan pemerataan melalui program perpajakan dan redistribusi pendapatan untuk kelompok atau golongan masyarakat tertentu. Pemerintah harus menggunakan perangkat perpajakan, pembelanjaan dan peraturan moneter untuk menggapai stabilitas dan pertumbuhan ekonomi, mengurangi laju inflasi dan pengangguran serta memacu pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Menurut Mankiw (2003) peningkatan pengeluaran pemerintah berdampak pada kenaikan pertumbuhan ekonomi yang diukur melalui pendapatan dan tingkat output.

E. Tenaga Kerja

Menurut Badan Pusat Statistik bahwa penduduk yang berumur 10 tahun ke atas terbagi sebagai tenaga kerja. Di katakan tenaga kerja bila mereka melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lama bekerja paling sedikit 1 (satu) jam secara kontinu selama seminggu yang lalu.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaaan, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu

melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Tenaga kerja dapat juga didefinisikan sebagai penduduk berumur 10 tahun atau lebih yang bekerja, mencari pekerjaan dan sedang melakukan kegiatan lain seperti sekolah, maupun mengurus rumah tangga dan penerima pendapatan.

Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan tenaga kerja menurut Todaro (2003) secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah tingkat produksi, sedangkan pertumbuhan ekonomi yang lebih besar berarti ukuran pasar domestiknya lebih besar. Meskipun demikian hal tersebut masih dipertanyakan apakah laju pertumbuhan penduduk yang cepat benar-benar akan memberikan dampak positif atau negatif dari pembangunan ekonominya.

Selanjutnya dikatakan bahwa pengaruh positif atau negatif dari pertumbuhan penduduk tergantung pada kemampuan sistem perekonomian daerah tersebut dalam menyerap dan secara produktif memanfaatkan pertumbuhan tenaga kerja tersebut. Kemampuan tersebut dipengaruhi oleh tingkat dan jenis akumulasi modal dan tersedianya input dan faktor penunjang seperti kecekapan manajerial dan adminitrasi.

Dalam model sederhana tentang pertumbuhan ekonomi, pada umumnya pengertian tenaga kerja diartikan sebagai angkatan kerja yang bersifat homogen.

Menurut Todaro (2003) angkatan kerja yang homogen dan tidak terampil dianggap bisa bergerak dan beralih dari sektor tradisional ke sektor modern secara lancar dan dalam jumlah terbatas. Dalam keadaan demikian, penawaran tenaga

kerja mengandung elastisitas yang tinggi. Meningkatnya tenaga kerja (dari sektor tradisional) bersumber pada ekspansi kegiatan sektor modern. Dengan demikian salah satu sektor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi adalah tenaga kerja.

F. Tingkat Pendidikan

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 ayat (1) menjelaskan pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

Tingkat pendidikan atau sering disebut dengan jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapakan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan. Jenjang pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Tingkat pendidikan berupa formal dan nonformal mempunyai tujuan untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang terarah, terpadu dan menyeluruh. Produktivitas tenaga kerja memerlukan pengetahuan dan keterampilan, dan penguasaan teknologi sehingga dengan adanya tingkat pendidikan maka produktivitas tenaga kerja akan mudah tercapai.

Pendidikan merupakan salah satu sarana dalam mengembangkan kemampuan, pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan yang baik.

Kualitas sumber daya manusia dapat ditingkatkan sesuai dari tujuan pendidikan

itu sendiri, yaitu menambah sikap pengetahuan dan perilaku peserta pendidikan sesuai yang diharapkan.

Mankiw (2003) mengemukakan bahwa modal manusia adalah pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh melalui pendidikan, mulai dari program untuk anak-anak sampai dengan pelatihan dalam pekerjaan (on job training) untuk para pekerja dewasa.

Pendidikan merupakan bentuk investasi sumber daya manusia yang harus diprioritaskan sejajar dengan modal fisik karena pendidikan merupakan investasi jangka panjang. Dimana nilai investasi pendidikan tidak dapat langsung dinikmati oleh investor saat ini melainkan dinikmati dimasa yang akan datang. Investasi dibidang pendidikan tidak saja bermanfaat bagi perorangan tetapi juga komunitas bisnis dan masyarakat umum. Pencapaian pendidikan pada semua level niscaya akan meningkatkan pendapatan dan produktivitas masyarakat. Pendidikan jalan menuju kemajuan, kesejahteraan sosial dan ekonomi. Sukirno (2011) menjelaskan bahwa pendidikan merupakan suatu investasi yang sangat berguna untuk pembangunan ekonomi. Disatu pihak untuk memperoleh pendidikan diperlukan waktu dan uang. Pada masa selanjutnya setelah pendidikan diperoleh, masyarakat dan individu akan memperoleh manfaat. Individu yang memperoleh pendidikan tinggi cenderung memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang tidak berpendidikan tinggi. Semakin tinggi pendidikan, semakin tinggi pula pendapatan yang mungkin diperoleh.

Peningkatan dalam taraf pendidikan memberi manfaat yang boleh mempercepat pertumbuhan ekonomi yaitu manajemen perusahaan-perusahaan modern yang dikembangkan semakin efisien, penggunaan teknologi modern dalam kegiatan ekonomi dapat dikembangkan, pendidikan yang lebih tinggi meningkatkan daya pemikiran masyarakat dan berbagai bakat, tenaga ahli dan tenaga terampil yang diperlukan dalam berbagai kegiatan ekonomi dapat disediakan.

Menurut Mill pembangunan ekonomi sangat tergantung pada dua jenis perbaikan, yaitu perbaikan dalam tingkat pengetahuan masyarakat dan perbaikan yang berupa usaha-usaha untuk menghapus penghambat pembangunan seperti adat istiadat, kepercayaan dan berfikir tradisional. Perbaikan dalam pendidikan, kemajuan dalam ilmu pengetahuan, perluasan spesialisasi dan perbaikan dalam organisasi produksi merupakan faktor yang penting untuk memperbaiki mutu dan efisiensi yang akhirnya menciptakan pembangunan ekonomi. Pendidikan melaksanakan dua fungsi yaitu mempertinggi pengetahuan teknik masyarakat dan mempertinggi ilmu pengetahuan umum. Pendidikan dapat menciptakan pandangan-pandangan dan kebiasaan-kebiasaan modern dan besarnya peran untuk menentukan kemajuan ekonomi masyarakat.

Hubungan antara pertumbuhan dan pengembangan manusia merupakan hubungan dua arah yang kuat. Disatu sisi pertumbuhan ekonomi menyediakan sumber-sumber yang memungkinkan terjadinya perkembangan secara berkelanjutan dalam pembangunan manusia. Sementara disisi lain pengembangan

dalam kualitas modal manusia merupakan kontributor penting bagi pertumbuhan ekonomi.

G. Kerangka Pikir

Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi di kota Makassar, maka diperlukan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu tenaga kerja, tingkat pendidikan dan pengeluaran pemerintah.

Tenaga kerja dianggap faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi, jadi meningkatnya tenaga kerja akan mendorong terjadinya peningkatan produksi dan memacu pertumbuhan ekonomi. Pendidikan dapat meningkatkan daya pemikiran manusia dalam penggunaan teknologi modern dan lebih cepat mengerti dan siap dalam perubahan pembangunan ekonomi suatu negara. Disamping itu, pengeluaran pemerintah harus dikelola dengan baik, dengan lebih efisien dan efektif sejalan dengan tuntutan pembangunan dan pemberian pelayanan kepada masyarakat serta usaha peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah dewasa ini.

Peningkatan dan penurunan pertumbuhan ekonomi secara teori dapat dipengaruhi oleh tenaga kerja, tingkat pendidikan dan pengeluaran pemerintah.

Gambar 2.1

Skema hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya

TENAGA KERJA (X1)

PERTUMBUHAN EKONOMI

(Y) TINGKAT PENDIDIKAN

(X2)

PENGELUARANPEMERINTAH (X3)

H. Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan suatu konsep yang perlu diuji kebenarannya. Maka sesuai dengan teori dan kerangka pemikiran, hipotesis di bawah ini merupakan jawaban sementara terhadap suatu masalah yang harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Diduga bahwa jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan dan pengeluaran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar.

2. Diduga bahwa pengeluaran pemerintah yang paling dominan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar.

BAB III

METODE PENILITIAN

A. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kota Makassar. Lokasi pemilihan dilakukan secara sengaja dengan meninjau aspek kemudahan dalam memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian. Penelitian ini berlangsung selama kurang lebih dua bulan dari bulan Februari sampai dengan Maret 2015.

B. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk data yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi. Data-data sekunder yang digunakan merupakan data yang berhubungan langsung dengan penelitian yang dilaksanakan dan bersumber dari badan pusat statistik.

2. Studi kepustakaan merupakan teknik pengambilan data yang dilengkapi dengan membaca, mempelajari serta menganalisis literature yang bersumber dari buku-buku dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian untuk mendapatkan landasan teori dan konsep yang tersusun.

27

C. Jenis Dan Sumber Data

Untuk menunjang kelengkapan pembahasan, maka jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif yaitu data atau informasi yang diperoleh dalam bentuk angka-angka yang dapat di hitung. Sedangkan data kualitatif merupakan data atau informasi yang diperoleh dalam bentuk penjelasan-penjelasan yang relevan dangan obyek penelitian.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yakni data sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi terkait. Adapun sumber data tersebut diperoleh dari :

1. Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan, dan 2. Sumber lain yang relevan.

D. Metode Analisis Data

Menurut Sugiyono (2012) analisis regresi digunakan untuk melakukan prediksi bagaimana perubahan variabel dependent bila nilai variabel independent dinaikkan atau diturunkan nilainya. Untuk mengetahui besarnya pengaruh jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan, dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar, maka digunakan rumus persamaan regresi linear berganda adalah sebagai berikut:

Y=0  11 22 33  (sumber Sugiyono, 2012)

Dimana :

Y = Pertumbuhan ekonomi

0 = Nilai konstanta

1 = Tenaga kerja

2 = Tingkat pendidikan

3 = Pengeluaran pemerintah

123 = Nilai koefisien regresi

= Standar eror

Jika nilai koefisien β positif (+), hal tersebut menunjukkan hubungan yang searah antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dimana peningkatan atau penurunan besarnya variabel bebas akan diikut oleh peningkatan atau penurunan besarnya variabel terikat. Sedangkan jika nilai koefisien β negatif (-), hal ini menunjukkan hubungan yang berlawanan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dimana setiap peningkatan besarnya variabel bebas akan diikuti oleh penurunan besarnya variabel terikat dan sebaliknya ( Sugiyono, 2012).

Agar hasil yang diperoleh dapat menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat, maka hasil regresi persamaan diatas akan diuji dengan menggunakan uji statistik berikut ini:

1. Uji simultan ( Uji F)

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Derajat

signifikan yang digunakan adalah 0,05. Apabila F hitung > F tabel berarti variabel bebas secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Jika F hitung < F tabel berarti variabel bebas secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

2. Uji parsial ( Uji t)

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel dependen.

Derajat signifikan yang digunakan adalah 0,05. Apabila t hitung > t tabelmaka ini menunjukkan bahwa variabel bebas mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Demikian pula sebaliknya, apabila t hitung < t tabel

maka ini berarti variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

3. Uji koefisien determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa besar persentase variasi variabel independent dapat menjelaskan variasi variabel dependent. Nilai R2 adalah antara nol atau satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel independent dalam menjelaskan variasi variabel dependent amat terbatas. Sebaliknya jika nilai R2 mendekati satu berarti variabel independent memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependent.

E. Definisi Operasional Variabel

Veriabel diartikan sebagai obyek penelitian atau faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa dan fenomena-fenomena yang akan diteliti. Terdapat dua jenis variabel dalam penelitian yaitu variabel terikat (dependent variable) dan variabel bebas (independent variabel). Veriabel terikat merupakan variabel yang mengikuti perubahan-perubahan pada variabel bebas, sedangkan variabel bebas merupakan variabel yang tidak terikat pada variabel lainnya. Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel terikat (dependent variable) yaitu pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output dalam satu periode tertentu, dalam 1 tahun yang dinyatakan dalam perkembangan produk domestik regional (PDRB) atas dasar harga konstan selama periode 2004-2013 di Kota Makassar dan dinyatakan dalam juta rupiah.

2. Variabel bebas (independent variabel) yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Tenaga kerja dalam penelitian ini adalah bagian dari angkatan kerja yang siap bekerja atau penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan pekerjaan, dengan maksud memperoleh upah atau membantu memperoleh pendapatan dengan lama bekerja paling sedikit satu jam secara kontinu dalam seminggu yang lalu. Usia kerja yang dimaksud yaitu penduduk yang berusia 15 tahun keatas yang diukur dalam satuan orang selama periode 2004-2013 di Kota Makassar.

b. Tingkat pendidikan yang ditamatkan merupakan salah satu ukuran kualitas sumber daya manusia. Indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat pendidikan adalah tamatan SLTA dan perguruan tinggi yang dinyatakan dalam satuan orang selama periode 2004-2013 di Kota Makassar.

c. Pengeluaran pemerintah adalah realisasi total belanja daerah pemerintah Kota Makassar selama periode 2004-2013 yang dinyatakan dalam juta rupiah.

BAB IV

GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

A. Keadaan Geografis Kota Makassar

Sebagai ibu kota Propinsi Sulawesi Selatan, Kota Makassar terletak dibagian selatan Sulawesi Selatan dengan posisi 119024’ 17’ 38” Bujur Timur dan 50 8’ 6’ 19” Lintang Selatan. Sebelah utara dan timur berbatasan dengan Kabupatem Maros, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa, dan sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar. Luas wilayah Kota Makassar tercatat sekitar 175,77 km2 yang meliputi 14 kecamatan dengan 143 desa/kelurahan 970 RW dan 4789 RT.

Suhu udara di Kota Makassar tahun 2013 maksimum 33,20C minimum 23,50C dan rata-rata 27,90C. Kelembaban udara rata-rata 81 % dengan kecepatan angin rata-rata 22,6 knot dan penyinaran matahari rata-rata 64%.

B. Keadaan Penduduk Kota Makassar

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik jumlah penduduk Kota Makassar pada tahun 2004 tercatat sebanyak 1 179 023 jiwa dan meningkat menjadi 1 193 434 jiwa pada tahun 2005. Sementara itu pada tahun 2006 jumlah penduduk Kota Makassar tercatat sebanyak 1 223 540 jiwa dan angka tersebut meningkat menjadi 1 339 374 jiwa pada tahun 2010. Namun di tahun 2011 mengalami penurunan menjadi sebesar 1 148 312. Pada tahun 2013 jumlah penduduk Kota Makassar tercatat sebanyak 1 408 072 jiwa dengan

33

komposisi 696 086 laki-laki dan 711 986 perempuan. Sex ratio Kota Makassar

komposisi 696 086 laki-laki dan 711 986 perempuan. Sex ratio Kota Makassar

Dokumen terkait