• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TENAGA KERJA, TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA MAKASSAR AISAH BINTI USMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH TENAGA KERJA, TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA MAKASSAR AISAH BINTI USMAN"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

i

AISAH BINTI USMAN 10571 01812 11

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR 2015

(2)

ii

AISAH BINTI USMAN 10571 01812 11

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada

Jurusan Ilmu Ekonomi Dan Studi Pembangunan

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR 2015

i

(3)

iii

Judul Penelitian : PENGARUH TENAGA KERJA, TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA MAKASSAR

Nama Mahasiswa : AISAH BINTI USMAN No Stambuk : 10571 0181211

Fakultas/ Jurusan : EKONOMI DAN BISNIS / ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

Perguruan Tinggi : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR.

Makassar, 10 Oktober 2015

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Hj. Naidah, SE. M.Si St.Marhumi, SE.,MM

Mengetahui :

Dekan Fakultas Ekonomi Ketua Jurusan IESP

Dr. H. Mahmud Nuhung, SE.MA Hj. Naidah, SE. M.Si

NBM : 497 794 NBM : 710 561

ii

(4)

iv

Ekonomi Dan Bisnis dengan Surat Keputusan Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Nomor:………. dan telah dipertahankan di depan

penguji pada hari Jumat tanggal 21 bulan Juli tahun 2015, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada Jurusan Ilmu Ekonomi Dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, ………

Panatia Ujian;

Pengawas Umum : Dr. H. Irwan Akib, M.Pd. (………)

( Rektor Unismuh Makassar)

Ketua : Dr. H. Mahmud Nuhung, SE. MA (………)

( Dekan Fakultas Ekonomi & Bisnis)

Sekretaris : H. Sultan Sarda, SE. MM (………)

( Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi & Bisnis)

Penguji :

1) Dr. H. Muhammad Rusydi, M.Si (……….)

2) Dr. Hj. Ruliaty, MM (….…………)

3) Muh. Aris Pasigai, SE, MM (……….)

4) Ismail Badollahi SE. M.Si. AK (……….)

26 Dzhulhijjah 1436 10 Oktober 2015

iii

(5)

v

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, atas limpahan rahmat dan rezekinya yang tiada henti-hentinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan waktu yang telah direncanakan, walau dalam untaian kata yang sederhana. Salam dan selawat senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam yang menjadi teladan dalam segala aktivitas bagi

seluruh umat manusia di dunia ini.

Skripsi ini berjudul “ Pengaruh Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan Dan

Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Makassar ”.

Penulis menyedari bahwa sebagai manusia biasa, segala aktivitas didunia ini khususnya dalam penulisan ini tidak lepas dari bantuan dan uluran tangan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui goresan tinta ini penulis mengucapkan terima kasih kapada :

1. Dengan penuh rasa cinta, terima kasih dan penghargaan yang teristimewa kapada ayahanda dan ibunda atas kepercayaan, kasih sayang, doa, kesabaran, motivasi dan harapan yang menjadi motivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

2. Bapak Dr. H. Irwan Akib, M. Pd, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar

3. Bapak Dr. H. Mahmud Nuhung, MA. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makasssar

iv

(6)

vi

5. Ibu Hj. Naidah, SE, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar

6. Bapak Dan Ibu dosen jurusan ilmu ekonomi dan studi pembangunan, yang memberikan ilmu, petunjuk dan pengarahan selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

7. Teman-teman seruangan angkatan 2011 tanpa terkecuali atas kebersamaannya menjalani hari-hari perkuliahan, semoga menjadi kenangan terindah yang tak terlupakan

Akhirnya kepada Allah penulis memohon ridho semoga atas segala dukungan dan bantuan dari berbagai pihak mendapat pahala disisi Allah SWT.

Dan segala kerendahan hati kritik dan saran penulis harapkan untuk penyempurnaan penulisan selanjutnya. Semoga karya ini bermanfaat kepada para pembaca dan terlebih kepada penulis sendiri.

Makassar, Oktober 2015 Penulis

v

(7)

vii

Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Makassar. Dibimbing oleh Ibu Hj. Naidah dan Ibu St.Marhumi, selaku pembimbing I dan pembimbing II.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis seberapa besar pengaruh jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar. Hipotesis yang diajukan yaitu jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan dan pengeluaran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data tersebut kemudian diolah dengan menggunakan program komputer yakni SPSS 16 dengan metode analisis regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan dan pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar, hasil regresi antara variabel dependent dengan variabel independent adalah R-Square = 0,979 dan F statistik = 93,880 sehingga secara bersama-sama variabel tenaga kerja, tingkat pendidikan dan pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar.

Kata Kunci: Pertumbuhan Ekonomi, Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan Dan Pengeluaran Pemerintah

vi

(8)

viii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ……… iii

KATA PENGANTAR ……… iv

ABSTRAK ………. vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ……….. x

DAFTAR GAMBAR ………. xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ……… 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Konsep Dasar Pertumbuhan Ekonomi ... 9

1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi ………... 9

2. Teori Pertumbuhan Ekonomi klasik ... 9

3. Teori Pertumbuhan Neo Klasik ………... 10

4. Toeri Pertumbuhan Ekonomi Baru ……….. 11

5. Teori Pengeluaran Pemerintah ………. 12

B. Konsep Dasar Pembangunan Ekonomi ... 13

1. Pengertian Pembangunan Ekonomi ... 13

2. Pengertian Pembangunan Ekonomi Daerah ... 13

C. Produk Domestik Regional Bruto ... 14

vii

(9)

ix

G. Kerangka Pikir ……….. 24

H. Hipotesis ……….. ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ……….. ... 27

A. Lokasi Dan Waktu Penelitian ………. 27

B. Metode pengumpulan data ……… 27

C. Jenis Dan Sumber Data ……… . 28

D. Metode Analisis Data ... 28

E. Definisi Operasional Variabel ……… 31

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN ………. 33

A. Keadaan Geografis Kota Makassar ……….. 33

B. Keadaan Penduduk Kota Makassar ……….. 33

C. Struktur Ekonomi Kota Makassar ……… 35

D. Pertumbuhan Ekonomi Kota Makassar ……… 38

E. Jumlah Tenaga Kerja Di Kota Makassar ……….. 40

F. Tingkat Pendidikan Di Kota Makassar ……… 42

G. Realisasi Pengeluaran Pemerintah di Kota Makassar ……. 44

viii

(10)

x

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ………. 59

A. Simpulan ………... 59

B. Saran ………. .. 60

DAFTAR PUSTAKA ……… 61

LAMPIRAN ………... 62

ix

(11)

xi

Tabel 4.1 Struktur Ekonomi Di Kota Makassar Tahun 2004-2013

( Dalam Persen ) ……… .. 35

Tabel 4.2 PDRB Atas Harga Konstan Dan Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Makassar Tahun 2004-2013 ………. 39

Tabel 4.3 Jumlah Tenaga Kerja Di Kota Makassar Tahun 2004-2013 ……… 40

Tabel 4.4 Tamatan SLTA Dan Perguruan Tinggi Di Kota Makassar Tahun 2004-2013 ……… 42

Tabel 4.5 Realisasi Pengeluaran Pemerintah Kota Makassar Tahun 2004-2013 ……… 44

Tabel 5.1 Data Penelitian ………. 46

Tabel 5.2 Hasil Log Dari Data Penelitian ……… 47

Table 5.3 Model Summary ……… 48

Tabel 5.4 Rangkuman Hasil Analisis Variabel ……… 49

Table 5.5 Annova ……… 50

Table 5.6 Coefficients ………. 52

x

(12)

xii

2.1 Skema kerangka pikir penelitian ……… 25

xi

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi adalah bagian penting dari pembangunan sebuah negara. Tanpa pertumbuhan ekonomi maka pembangunan suatu negara tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan yang digunakan sebagai ukuran atas perkembangan atau kemajuan perekonomian suatu negara atau wilayah karena berkaitan erat dengan aktivitas kegiatan ekonomi masyarakat dalam hal peningkatan produksi barang dan jasa. Peningkatan dalam pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu target pembangunan ekonomi baik ditingkat nasional maupun daerah.

Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah suatu negara dalam jangka panjang. Prestasi pertumbuhan ekonomi diukur dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya dalam kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa yang akan meningkat disebabkan oleh faktor-faktor produksi yang selalu mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya. Menurut Sukirno (2011) perkembangan kemampuan memproduksi barang dan jasa sebagai akibat pertambahan faktor-faktor produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh pertambahan produksi barang dan jasa yang sama besarnya. Pertambahan potensi memproduksi kerap kali lebih besar dari

1

(14)

pertambahan produksi yang sebenarnya. Dengan demikian perkembangan ekonomi adalah lebih lambat dari potensinya.

Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi jika jumlah produksi barang dan jasa pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun sebelumnya. Jika kenaikan produksi barang dan jasa pada tahun tertentu lebih tinggi dari tahun sebelumnya maka terjadi kenaikan pertumbuhan, sebaliknya jika terjadi penurunan produksi barang dan jasa dari tahun sebelumnya maka terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi. Indikator yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi ditingkat nasional adalah Produk Domestik Bruto (PDB), sedangkan untuk tingkat daerah digunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Dalam pelaksanaan pembangunan, pertumbuhan yang tinggi merupakan sasaran utama bagi negara berkembang. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi masih meninggalkan permasalahan yang harus dihadapi didalam pembangunan suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi yang cepat akan menimbulkan ketimpangan distribusi pendapatan, disebabkan tidak memperhatikan apakah pertumbuhan tersebut lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau perubahan struktur ekonomi. Salah satu dari tujuan pertumbuhan ekonomi adalah menjelaskan kenaikan berkelanjutan dalam standar kehidupan yang diamati dalam suatu wilayah. Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila dalam waktu yang cukup lama yaitu lima tahun, sepuluh tahun atau lebih lama lagi mengalami kenaikan output perkapita.

(15)

Penerapan otonomi daerah mulai pada tahun 2004 sampai sekarang pada dasarnya bertujuan untuk mengefisienkan segala kebijakan yang berkaitan tentang urusan daerah, dengan harapan agar kebijakan yang diambil dapat lebih tepat sasaran dan mampu menghasilkan manfaat yang lebih besar bagi masing-masing daerah, sehingga mampu mengalami percepatan pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Diharapkan dengan penerapan otonomi daerah pertumbuhan ekonomi lebih baik dari masa sebelumnya. Pembangunan ekonomi kabupaten/kota yang berlangsung di Indonesia berjalan terus menerus dalam upaya untuk memajukan daerahnya. Hal ini berkaitan dengan adanya kewenangan yang diberikan kepada daerah semenjak diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Pusat pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu alternatif untuk menggerakkan dan memacu pembangunan guna meningkatkan pendapatan masyarakat.

Pertumbuhan ekonomi yang dicapai Kota Makassar pada tahun 2004-2013 dengan rata-rata pertumbuhan 9,16 persen selama sepuluh tahun terakhir. Pada tahun 2005 pertumbuhan ekonomi Kota Makassar sebesar 7,22 persen sedikit melambat dibandingkan tahun sebelumnya, namun produk domestik regional bruto (PDRB) dari tahun ke tahun mengalami kenaikan yang semakin membaik.

Pertumbuhan ekonomi Kota Makassar dalam periode 2004-2013 selalu yang tertinggi jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Sulawesi Selatan.

Dengan kontribusi PDRB sebesar 33,18 persen tahun 2013 memberikan indikasi kuatnya pengaruh perekonomian Kota Makassar terhadap perekonomian Sulawesi Selatan.

(16)

Kota Makassar merupakan ibu kota propinsi sehingga menjadikannya sebagai kota niaga dan jasa. Kemajuan perekonomian yang dicapai Kota Makassar dalam waktu sepuluh tahun terakhir terus menunjukkan peningkatan dengan meningkatnya nilai produk domestik yang dihasilkan dari tahun ke tahun.

Kenaikan nilai nominal PDRB atas dasar harga yang cukup signifikan dalam beberapa tahun terakhir di pengaruhi oleh adanya kenaikan produksi barang dan jasa dan juga kenaikan harga. Pada tahun 2013 nilai PDRB Kota Makassar mencapai angka 58,80 triliun rupiah dibandingkan dengan lima tahun sebelumnya.

Perkembangan PDRB Kota Makassar dalam waktu sepuluh tahun terakhir dari tahun 2004-2013 dengan rata-rata perkembangan sekitar 18,11 persen pertahun. Kontribusi kota Makassar terhadap besarnya PDRB Sulawesi Selatan mencapai 31,82 persen pada tahun 2013. Hal ini berarti 31,82 persen perekonomian propinsi Sulawesi Selatan berada di Kota Makassar. Kontribusi Kota Makassar terhadap pembentukan PDRB Sulawesi Selatan mengalami penigkatan, yaitu pada tahun 2004 sebesar 18,07 persen meningkat menjadi 31,82 persen pada tahun 2013. Ini menunjukkan perkembangan perekonomian Kota Makassar lebih cepat bila dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Sulawesi Selatan.

Salah satu indikator penting dalam pertumbuhan ekonomi adalah sumber daya manusia yang ada disuatu wilayah. Pertumbuhan penduduk dan tenaga kerja secara tradisional dianggap sebagai faktor positif dan merangsang pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan meningkatkan luasnya pasar domestik. Pada dasarnya penduduk dapat dibagi menjadi dua kelompok

(17)

yaitu penduduk yang termasuk dalam kelompok angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Penduduk yang bertambah akan memperbesar jumlah tenaga kerja dan penambahan tersebut memungkinkan suatu daerah untuk menambah produk.

Namun akibat buruk dari penambahan penduduk yang tidak diimbangi oleh kesempatan kerja akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi tidak sejalan dengan peningkatan kesejahteraan.

Jumlah tenaga kerja yang terserap di Kota Makassar selama sepuluh tahun terakhir dari tahun 2004-2013 mengalami fluktuasi, hal ini ditandai dengan berfluktuasinya angka kesempatan kerja. Pada tahun 2004 jumlah tenaga kerja sebanyak 404,546 jiwa dan menurun menjadi 389,155 jiwa pada tahun 2005. Pada tahun 2006 kembali meningkat menjadi 434,924 jiwa dan menurun lagi pada tahun 2007 menjadi 431,981 jiwa. Selanjutnya pada tahun 2008 meningkat sebanyak 498,653 jiwa dan menurun pada tahun 2009 menjadi 470,909. Demikian pada tahun 2010 dan 2011 mengalami peningkatan masing-masing sebesar 506,992 jiwa dan 541,668 jiwa. Pada tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 514,556 jiwa dan kembali meningkat pada tahun 2013 menjadi 527,765 jiwa.

Selain tenaga kerja, faktor lain yang berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi adalah tingkat pendidikan. Pendidikan memainkan peran penting untuk meningkatkan kemampuan suatu negara berkembang dalam menyerap teknologi modern dan mengembangkan kapasitas bagi terwujudnya pertumbuhan dan pembangunan berkelanjutan (Todaro dan Smith, 2003). Pendidikan mencerminkan tingkat kepandaian penduduk karena semakin tinggi tamatan pendidikan

(18)

seseorang maka semakin tinggi pula kemampuan kerja atau produktivitas seseorang dalam bekerja.

Tingkat pendidikan yang ditamatkan merupakan salah satu ukuran kualitas sumber daya manusia. Hal ini karena semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan, semakin baik kualitas sumber daya manusianya. Sehingga potensi sumber daya manusia di suatu wilayah dapat dilihat dari jenjang pendidikan yang ditamatkan (Badan Pusat Statistik, 2013). Pendidikan dapat menjadikan sumber daya manusia lebih cepat mengerti dan siap dalam menghadapi perubahan dan pembangunan suatu daerah. Tingkat pendidikan di Kota Makassar pada tahun 2004 sebesar 10,30 tahun. Pada tahun 2005-2008 tidak mengalami peningkatan atau penurunan rata-rata lama sekolah yaitu sebesar 10,50 tahun dan mengalami peningkatan pada tahun 2009 dan 2010 sebesar 10,60 tahun dan 10,82 tahun. Pada tahun 2011 sebesar 10,85 tahun. Demikian juga pada tahun 2012 dan 2013 mengalami peningkatan masing-masing sebesar 10,86 tahun dan 10,90 tahun.

Indikator lain yang turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah pengeluaran pemerintah. Pengeluaran pemerintah mencerminkan kebijakan pemerintah. Kebijakan pengeluaran pemerintah daerah dalam APBD tercermin dari total belanja pemerintah yang dialokasikan dalam anggaran daerah. Marganda dan Sirojulizam (2009) mengemukakan bahwa pengeluaran pemerintah yang terlalu kecil akan merugikan pertumbuhan ekonomi, pengeluran pemerintah yang proposional akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pengeluaran pemerintah yang boros akan menghambat pertumbuhan ekonomi. Pemerintah juga memperoleh penerimaan yang bersumber dari bantuan pusat dan pendapatan asli

(19)

daerah merupakan bentuk dari akumulasi modal pemerintah yang digunakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Sasaran dari pengeluaran pemerintah adalah untuk membiayai pembangunan di bidang sarana dan prasarana yang dapat menunjang kelancaran usaha swasta dan pemenuhan pelayanan masyarakat.

Dari paparan diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji sejauh mana pengaruh tenaga kerja, tingkat pendidikan dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Makasssar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka yang menjadi masalah pokok dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut:

1. Seberapa besar pengaruh jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar ? 2. Faktor manakah yang paling dominan berpengaruh terhadap pertumbuhan

ekonomi di Kota Makassar ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis besarnya pengaruh jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan, dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar.

2. Untuk menganalisis faktor manakah yang paling dominan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar.

(20)

D. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan pertimbangan untuk merumuskan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar sehingga dapat diambil kebijakan yang tepat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dimasa akan datang.

2. Sebagai bahan informasi bagi peneliti yang berkeinginan untuk melakukan penelitian yang terkait dengan penulisan ini.

3. Sebagai proses pembelajaran dan penambah wawasan bagi penulis dalam hal menganalisis.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Pertumbuhan Ekonomi 1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Sukirno (2011) mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Jadi pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainnya.

Kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat.

Kemampuan yang meningkat ini disebabkan oleh pertambahan faktor-faktor produksi baik dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi akan menambah barang modal dan teknologi yang akan digunakan juga makin berkembang. Di samping itu, tenaga kerja bertambah sebagai akibat perkembangan penduduk seiring dengan meningkatnya pendidikan dan keterampilan mereka.

2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik

Teori pertumbuhan ekonomi klasik dikemukakan oleh tokoh-tokoh ekonomi seperti Adam Smith, David Ricardo, Malthus, dan John Stuart Mill yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh empat faktor yaitu:

luas tanah, jumlah penduduk, jumlah barang dan modal, dan teknologi yang

9

(22)

digunakan. Menurut Smith dalam Arsyad (2015) unsur pokok dari sistem produksi suatu negara bergantung pada faktor-faktor berikut:

a. Sumber daya alam yang tersedia merupakan wadah paling mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat dimana jumlah sumber daya alam yang tersedia mempunyai batas maksimum bagi pertumbuhan perekonomian;

b. Sumber daya manusia (jumlah penduduk dan tenaga kerja) merupakan peran positif dalam proses pertumbuhan output, maksudnya jumlah penduduk akan menyesuaikan dengan kebutuhan akan tenaga kerja dari suatu masyarakat.

c. Akumulasi modal yang dimiliki memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi. Stok modal dapat diidentikan sebagai dana pembangunan dimana cepat lambatnya pembangunan ekonomi tergantung pada dana pembangunan tersebut.

Menurut Sukirno (2011) Laju pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh produktivitas sektor-sektor dalam menggunakan faktor-faktor produksinya.

Produktivitas dapat ditingkatkan melalui berbagai sarana misalnya melalui pendidikan, pelatihan dan manajemen yang lebih baik.

3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

Menurut teori yang dikembangkan oleh Abramovits dan Solow, dalam sukirno (2011) pertumbuhan ekonomi bergantung kepada perkembangan faktor- faktor produksi. Pandangan ini dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut;

Y = f (K,L,T)

(23)

Dimana :

Y = Tingkat pertumbuhan ekonomi

K = Tingkat pertumbuhan barang modal

L = Tingkat pertumbuhan tenaga kerja

T = Tingkat perkembangan teknologi

Faktor terpenting yang mewujudkan pertumbuhan ekonomi bukanlah pertambahan modal dan pertambahan tenaga kerja. Faktor terpenting adalah kemajuan teknologi dan pertumbuhan kemahiran dan kepakaran tenaga kerja.

4. Teori Pertumbuhan Ekonomi Baru

Teori ini memberikan kerangka teoritis untuk menganalisis pertumbuhan yang bersifat endogen, pertumbuhan ekonomi merupakan hasil dari dalam sistem ekonomi. Menurut Todaro (2003), menganggap bahwa pertumbuhan ekonomi lebih ditentukan oleh sistem produksi bukan berasal dari luar sistem. Kemajuan teknologi merupakan hal yang endogen, pertumbuhan merupakan bagian dari keputusan pelaku-pelaku ekonomi untuk berinvestasi dalam pengetahuan. Peran modal lebih besar dari sekedar bagian dari pendapatan apabila modal yang tumbuh bukan hanya modal fisik saja tapi menyangkut modal manusia.

Akumulasi modal merupakan sumber utama pertumbuhan ekonomi. Definisi modal diperluas dengan memasukkan modal ilmu pengetahuan dan modal sumber daya manusia. Perubahan teknologi bukan sesuatu yang berasal dari luar model atau eksogen merupakan bagian dari proses pertumbuhan ekonomi. Dalam teori pertumbuhan endogen, peran investasi dalam model fisik dan modal manusia turut menentukan pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

(24)

5. Teori Pengeluaran Pemerintah

Pada dasarnya pengeluaran pemerintah dilakukan atas landasan prinsip optimalisasi pemanfaatan dana untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Mangkoesoebroto (2002) hubungan perkembangan pengeluaran pemerintah dapat dibedakan antar tahap awal, tahap menengah dan tahap lanjut. Pada tahap awal perkembangan ekonomi, jumlah investasi yang dikeluarkan pemerintah untuk pembangunan sangat dominan dan dalam jumlah yang besar, hal ini disebabkan pada tahap ini pemerintah harus menyediakan prasarana seperti pendidikan, kesihatan, prasarana transportasi dan sebagainya.

Pada tahap menengah investasi dari swasta mulai berkembang tetapi pemerintah masih tetap memegang peranan besar guna memacu pertumbuhan agar dapat lepas landas. Selain harus mengatasi kegagalan pasar yang terjadi, pemerintah juga harus menyediakan barang publik dalam jumlah yang lebih banyak dengan kualitas yang lebih baik. Perkembangan ekonomi pada tahap ini menyebabkan hubungan antar sektor yang semakin kompleks. Rasio investasi total terhadap pendapatan nasional semakin besar, tetapi rasio investasi pemerintah terhadap pendapatan nasional akan semakin mengecil.

Pada tahap lanjut, aktivitas pemerintah dalam pembangunan ekonomi beralih dari penyediaan sarana dan prasarana ke pengeluaran untuk kesejahteraan sosial masyarakat seperti program kesihatan, jaminan hari tua dan sebagainya.

Pada intinya, teori Rostow dan Musgrave ini membagi pembangunan ekonomi ke dalam beberapa tahapan. Keterlibatan dan peran pemerintah semakin lama semakin berkurang seiring dengan semakin meningkatnya tahapan yang dilalui.

(25)

Dumairy (2006) mengemukakan bahwa ada lima faktor yang yang menyebabkan pengeluaran pemerintah selalu meningkat menurut Wagner yaitu tuntutan peningkatan perlindungan keamanan dan pertahanan, kenaikan tingkat pendapatan masyarakat, urbanisasi yang mengiringi pertumbuhan ekonomi, perkembangan demokrasi dan ketidakefisienan birokrasi yang mengiringi perkembangan pemerintah.

B. Konsep Dasar Pembangunan Ekonomi 1. Pengertian Pembangunan Ekonomi

Menurut Sukirno (2011), pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perubahan dalam struktur dan kegiatan ekonomi.

Perubahan dalam kegiatan ekonomi seperti perkembangan pendidikan, perkembangan kemahiran tenaga kerja, perbaikan teknologi dan kenaikan dalam taraf kemakmuran masyarakat. Pembangunan ekonomi hanya berlaku apabila pendapatan perkapita mengalami kenaikan secara berkepanjangan.

2. Pengertian Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi daerah menurut Arsyad (2015) adalah suatu proses yang mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri- industri alternatif, perbaikan kapasitas kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, indikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru. Dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola setiap sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swasta untuk menciptakan

(26)

suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut dengan tujuan untuk mensejahterakan masyarakatnya.

C. Produk Domestik Bruto (PDB)

Menurut Sukirno (2011) produk domestik bruto merupakan nilai barang dan jasa yang diproduksikan dalam suatu negara dengan menggunakan faktor- faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk negara dan penduduk/perusahaan negara lain.

Pengertian PDB menurut Badan Pusat Statistik yaitu penjumlahan nilai tambah bruto dari seluruh sektor perekonomian didalam suatu daerah/wilayah dalam periode tertentu biasanya satu tahun. Yang dimaksud dengan nilai tambah adalah selisih nilai produksi (output) dengan biaya antara (intermediate input).

Nilai tambah yang dihasilkan akan sama dengan balas jasa faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi.

Produk domestik bruto dapat dihitung dengan menggunakan dua cara yaitu atas harga dasar berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang di hitung menggunakan harga pada tahun yang bersangkutan, sedangkan PDB atas harga konstan menggambarkan nilai tambah barang dan jasa tersebut berdasarkan harga pada suatu tahun tertentu (tahun dasar) Badan Pusat Statistik (2001).

Sukirno (2000) mengemukakan rumus perhitungan pertumbuhan ekonomi sebagai berikut :

PDB   PDBt PDBt-1) PDBt-1

x 100%

(27)

Dimana :

PDB = Pertumbuhan ekonomi atas dasar perubahan PDB (%)

PDBt = Nilai PDB tahun t

PDBt-1 = Nilai PDB tahun sebelumnya

Untuk mengukur tingkat pertumbuhan ekonomi, data PDB yang digunakan adalah data atas harga konstan, maka pertumbuhan PDB semata-mata hanya mencerminkan pertumbuhan pada periode tertentu. Sebab dengan menggunakan data PDB atas harga konstan pengaruh perubahan harga terhadap nilai PDB atas harga dasar berlaku telah dihilangkan.

PDB sebagai indikator ekonomi dapat dimanfaatkan untuk memberikan gambaran situasi ekonomi suatu wilayah, diantaranya:

a. PDB atas harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu wilayah. Nilai PDB yang besar menunjukkan sumber daya ekonomi yang besar;

b. PDB harga berlaku menunjukkan pendapatan yang memungkinkan dapat dinikmati oleh penduduk suatu wilayah;

c. PDB atas harga konstan ( riil ) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan maupun sektoral dari tahun ke tahun;

d. Distribusi PDB atas harga berlaku menurut sektor menunjukkan struktur perekonomian yang menggambarkan peranan sektor ekonomi dalam suatu wilayah. Sektor-sektor ekonomi yang mempunyai peranan yang besar menunjukkan basis perekonomian yang mendominasi wilayah tersebut;

(28)

e. PDB perkapita atas dasar harga konstan berguna untuk memenuhi pertumbuhan nyata ekonomi perkapita.

Indikator yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi di suatu daerah/propinsi adalah tingkat pertumbuhan PDRB. Ada beberapa alasan yang mendasari pemilihan pertumbuhan PDRB antaranya adalah:

a. PDRB adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh aktivitas produksi didalam perekonomian dalam suatu daerah/propinsi. Hal ini berarti peningkatan PDRB juga mencerminkan peningkatan balas jasa kepada faktor produksi yang digunakan dalam aktivitas produksi tersebut.

b. PDRB dihitung atas dasar konsep aliran, artinya perhitungan PDRB hanya mencakup nilai produk yang dihasilkan pada periode tertentu. Perhitungan ini tidak mencakup nilai produk yang dihasilkan pada suatu periode sebelumnya. Pemanfaatan konsep aliran guna menghitung PDRB memungkinkan kita untuk membanding jumlah output yang dihasilkan pada tahun ini dengan tahun sebelumnya.

c. Batas wilayah perhitungan PDRB adalah suatu propinsi. Hal ini memungkin kita untuk mengukur sejauh mana kebijaksanaan-kebijaksanaan yang diterapkan pemerintah daerah mampu mendorong aktivitas perekonomian domestik.

(29)

D. Pengeluaran Pemerintah

Pendapatan daerah yang diperoleh baik dari pendapatan asli daerah maupun dana perimbangan tentunya digunakan oleh pemerintah daerah untuk membiayai belanja daerah. Menurut UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah, belanja daerah adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurangan nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Berdasarkan struktur anggaran daerah, elemen-elemen yang termasuk dalam belanja daerah terdiri dari:

a. Belanja aparartur yaitu belanja yang terdiri dari belanja administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan serta belanja modal dan pembangunan yang dialokasikan atau digunakan untuk membiayai kegiatan yang hasil, manfaat dan dampaknya tidak secara langsung dinikmati oleh masyarakat.

b. Belanja pelayanan publik yaitu belanja yang terdiri dari belanja administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan serta belanja modal dan pembangunan yang dialokasi atau digunakan untuk membiayai kegiatan yang hasil, manfaat dan dampaknya secara langsung dinikmati oleh masyarakat.

c. Belanja bagi hasil dan bantuan keuangan dapat diklasifikasikan ke dalam salah satu jenis belanja yaitu hibah, subsidi, bantuan sosial dan transfer.

d. Belanja tak terduga yaitu pengeluaran yang disediakan untuk kejadian- kejadian luar biasa seperti bencana alam, kejadian yang dapat membahayakan daerah, utang periode yang belum diselesaikan dan atau tersedia anggarannya pada tahun yang bersangkutan, pengembalian penerimaan yang bukan hak dan penerimaan yang dibebaskan (dibatalkan) dan atau kelebihan penerimaan.

(30)

Dalam pembangunan ekonomi suatu daerah yang menjadi tujuan utama dalam pembangunan adalah terciptanya tingkat kemakmuran yang tinggi. Oleh karena itu untuk mewujudkan tujuan tersebut maka perlunya peran pemerintah yang mana peran tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk kebijakan ekonomi yaitu kebijakan fiskal melalu pengeluaran pemerintah. Menurut Sukirno (2000) Pengeluaran pemerintah adalah bagian dari kebijakan fiskal yakni suatu tindakan pemerintah untuk mengatur jalannya perekonomian dengan cara menentukan besarnya penerimaan dan pengeluaran pemerintah tiap tahunnya yang tercermin dalam APBN untuk nasional dan APBD untuk daerah yang bertujuan untuk menstabilkan harga, tingkat output, maupun kesempatan kerja dan memacu pertumbuhan ekonomi.

Menurut Sukirno (2011) jumlah pengeluaran pemerintah yang akan dilakukan dalam suatu periode tertentu tergantung kepada banyak faktor yang penting diantaranya adalah jumlah pajak yang akan di terima, tujuan-tujuan kegiatan ekonomi jangka pendek dan pembangunan jangka panjang dan pertimbangan politik keamanan.

Pada dasarnya setiap pengeluaran pemerintah dilakukan atas landasan prinsip optimalisasi pemanfaatan dana untuk mencapai sasaran-sasaran yang ditetapkan. Pengeluaran pemerintah harus mencapai sasaran seperti peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat, pembinaan dan pengawasan pelaksanaan pembangunan serta terpeliharanya berbagai asset negara dan hasil-hasil pembangunan.

(31)

Dumairy (2006) pemerintah melakukan banyak sekali pengeluaran untuk membiayai kegiatan-kegiatannya. Pengeluaran-pengeluaran pemerintah itu bukan saja untuk menjalankan roda pemerintahan sehari-hari tetapi juga membiayai kegiatan perekonomian. Bukan berarti pemerintah turut berbisnis melainkan dalam arti pemerintah harus menggerakkan dan merangsang kegiatan ekonomi secara umum. Pemerintah yang baik harus senantiasa berusaha menghindari dan memperbaikan kegagalan pasar demi tercapainya efisiensi. Pemerintah juga harus memperjuangkan pemerataan melalui program perpajakan dan redistribusi pendapatan untuk kelompok atau golongan masyarakat tertentu. Pemerintah harus menggunakan perangkat perpajakan, pembelanjaan dan peraturan moneter untuk menggapai stabilitas dan pertumbuhan ekonomi, mengurangi laju inflasi dan pengangguran serta memacu pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Menurut Mankiw (2003) peningkatan pengeluaran pemerintah berdampak pada kenaikan pertumbuhan ekonomi yang diukur melalui pendapatan dan tingkat output.

E. Tenaga Kerja

Menurut Badan Pusat Statistik bahwa penduduk yang berumur 10 tahun ke atas terbagi sebagai tenaga kerja. Di katakan tenaga kerja bila mereka melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lama bekerja paling sedikit 1 (satu) jam secara kontinu selama seminggu yang lalu.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaaan, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu

(32)

melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Tenaga kerja dapat juga didefinisikan sebagai penduduk berumur 10 tahun atau lebih yang bekerja, mencari pekerjaan dan sedang melakukan kegiatan lain seperti sekolah, maupun mengurus rumah tangga dan penerima pendapatan.

Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan tenaga kerja menurut Todaro (2003) secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah tingkat produksi, sedangkan pertumbuhan ekonomi yang lebih besar berarti ukuran pasar domestiknya lebih besar. Meskipun demikian hal tersebut masih dipertanyakan apakah laju pertumbuhan penduduk yang cepat benar-benar akan memberikan dampak positif atau negatif dari pembangunan ekonominya.

Selanjutnya dikatakan bahwa pengaruh positif atau negatif dari pertumbuhan penduduk tergantung pada kemampuan sistem perekonomian daerah tersebut dalam menyerap dan secara produktif memanfaatkan pertumbuhan tenaga kerja tersebut. Kemampuan tersebut dipengaruhi oleh tingkat dan jenis akumulasi modal dan tersedianya input dan faktor penunjang seperti kecekapan manajerial dan adminitrasi.

Dalam model sederhana tentang pertumbuhan ekonomi, pada umumnya pengertian tenaga kerja diartikan sebagai angkatan kerja yang bersifat homogen.

Menurut Todaro (2003) angkatan kerja yang homogen dan tidak terampil dianggap bisa bergerak dan beralih dari sektor tradisional ke sektor modern secara lancar dan dalam jumlah terbatas. Dalam keadaan demikian, penawaran tenaga

(33)

kerja mengandung elastisitas yang tinggi. Meningkatnya tenaga kerja (dari sektor tradisional) bersumber pada ekspansi kegiatan sektor modern. Dengan demikian salah satu sektor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi adalah tenaga kerja.

F. Tingkat Pendidikan

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 ayat (1) menjelaskan pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

Tingkat pendidikan atau sering disebut dengan jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapakan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan. Jenjang pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Tingkat pendidikan berupa formal dan nonformal mempunyai tujuan untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang terarah, terpadu dan menyeluruh. Produktivitas tenaga kerja memerlukan pengetahuan dan keterampilan, dan penguasaan teknologi sehingga dengan adanya tingkat pendidikan maka produktivitas tenaga kerja akan mudah tercapai.

Pendidikan merupakan salah satu sarana dalam mengembangkan kemampuan, pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan yang baik.

Kualitas sumber daya manusia dapat ditingkatkan sesuai dari tujuan pendidikan

(34)

itu sendiri, yaitu menambah sikap pengetahuan dan perilaku peserta pendidikan sesuai yang diharapkan.

Mankiw (2003) mengemukakan bahwa modal manusia adalah pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh melalui pendidikan, mulai dari program untuk anak-anak sampai dengan pelatihan dalam pekerjaan (on job training) untuk para pekerja dewasa.

Pendidikan merupakan bentuk investasi sumber daya manusia yang harus diprioritaskan sejajar dengan modal fisik karena pendidikan merupakan investasi jangka panjang. Dimana nilai investasi pendidikan tidak dapat langsung dinikmati oleh investor saat ini melainkan dinikmati dimasa yang akan datang. Investasi dibidang pendidikan tidak saja bermanfaat bagi perorangan tetapi juga komunitas bisnis dan masyarakat umum. Pencapaian pendidikan pada semua level niscaya akan meningkatkan pendapatan dan produktivitas masyarakat. Pendidikan jalan menuju kemajuan, kesejahteraan sosial dan ekonomi. Sukirno (2011) menjelaskan bahwa pendidikan merupakan suatu investasi yang sangat berguna untuk pembangunan ekonomi. Disatu pihak untuk memperoleh pendidikan diperlukan waktu dan uang. Pada masa selanjutnya setelah pendidikan diperoleh, masyarakat dan individu akan memperoleh manfaat. Individu yang memperoleh pendidikan tinggi cenderung memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang tidak berpendidikan tinggi. Semakin tinggi pendidikan, semakin tinggi pula pendapatan yang mungkin diperoleh.

(35)

Peningkatan dalam taraf pendidikan memberi manfaat yang boleh mempercepat pertumbuhan ekonomi yaitu manajemen perusahaan-perusahaan modern yang dikembangkan semakin efisien, penggunaan teknologi modern dalam kegiatan ekonomi dapat dikembangkan, pendidikan yang lebih tinggi meningkatkan daya pemikiran masyarakat dan berbagai bakat, tenaga ahli dan tenaga terampil yang diperlukan dalam berbagai kegiatan ekonomi dapat disediakan.

Menurut Mill pembangunan ekonomi sangat tergantung pada dua jenis perbaikan, yaitu perbaikan dalam tingkat pengetahuan masyarakat dan perbaikan yang berupa usaha-usaha untuk menghapus penghambat pembangunan seperti adat istiadat, kepercayaan dan berfikir tradisional. Perbaikan dalam pendidikan, kemajuan dalam ilmu pengetahuan, perluasan spesialisasi dan perbaikan dalam organisasi produksi merupakan faktor yang penting untuk memperbaiki mutu dan efisiensi yang akhirnya menciptakan pembangunan ekonomi. Pendidikan melaksanakan dua fungsi yaitu mempertinggi pengetahuan teknik masyarakat dan mempertinggi ilmu pengetahuan umum. Pendidikan dapat menciptakan pandangan-pandangan dan kebiasaan-kebiasaan modern dan besarnya peran untuk menentukan kemajuan ekonomi masyarakat.

Hubungan antara pertumbuhan dan pengembangan manusia merupakan hubungan dua arah yang kuat. Disatu sisi pertumbuhan ekonomi menyediakan sumber-sumber yang memungkinkan terjadinya perkembangan secara berkelanjutan dalam pembangunan manusia. Sementara disisi lain pengembangan

(36)

dalam kualitas modal manusia merupakan kontributor penting bagi pertumbuhan ekonomi.

G. Kerangka Pikir

Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi di kota Makassar, maka diperlukan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu tenaga kerja, tingkat pendidikan dan pengeluaran pemerintah.

Tenaga kerja dianggap faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi, jadi meningkatnya tenaga kerja akan mendorong terjadinya peningkatan produksi dan memacu pertumbuhan ekonomi. Pendidikan dapat meningkatkan daya pemikiran manusia dalam penggunaan teknologi modern dan lebih cepat mengerti dan siap dalam perubahan pembangunan ekonomi suatu negara. Disamping itu, pengeluaran pemerintah harus dikelola dengan baik, dengan lebih efisien dan efektif sejalan dengan tuntutan pembangunan dan pemberian pelayanan kepada masyarakat serta usaha peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah dewasa ini.

Peningkatan dan penurunan pertumbuhan ekonomi secara teori dapat dipengaruhi oleh tenaga kerja, tingkat pendidikan dan pengeluaran pemerintah.

(37)

Gambar 2.1

Skema hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya

TENAGA KERJA (X1)

PERTUMBUHAN EKONOMI

(Y) TINGKAT PENDIDIKAN

(X2)

PENGELUARANPEMERINTAH (X3)

(38)

H. Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan suatu konsep yang perlu diuji kebenarannya. Maka sesuai dengan teori dan kerangka pemikiran, hipotesis di bawah ini merupakan jawaban sementara terhadap suatu masalah yang harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Diduga bahwa jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan dan pengeluaran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar.

2. Diduga bahwa pengeluaran pemerintah yang paling dominan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar.

(39)

BAB III

METODE PENILITIAN

A. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kota Makassar. Lokasi pemilihan dilakukan secara sengaja dengan meninjau aspek kemudahan dalam memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian. Penelitian ini berlangsung selama kurang lebih dua bulan dari bulan Februari sampai dengan Maret 2015.

B. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk data yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi. Data-data sekunder yang digunakan merupakan data yang berhubungan langsung dengan penelitian yang dilaksanakan dan bersumber dari badan pusat statistik.

2. Studi kepustakaan merupakan teknik pengambilan data yang dilengkapi dengan membaca, mempelajari serta menganalisis literature yang bersumber dari buku-buku dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian untuk mendapatkan landasan teori dan konsep yang tersusun.

27

(40)

C. Jenis Dan Sumber Data

Untuk menunjang kelengkapan pembahasan, maka jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif yaitu data atau informasi yang diperoleh dalam bentuk angka-angka yang dapat di hitung. Sedangkan data kualitatif merupakan data atau informasi yang diperoleh dalam bentuk penjelasan-penjelasan yang relevan dangan obyek penelitian.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yakni data sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi terkait. Adapun sumber data tersebut diperoleh dari :

1. Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan, dan 2. Sumber lain yang relevan.

D. Metode Analisis Data

Menurut Sugiyono (2012) analisis regresi digunakan untuk melakukan prediksi bagaimana perubahan variabel dependent bila nilai variabel independent dinaikkan atau diturunkan nilainya. Untuk mengetahui besarnya pengaruh jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan, dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar, maka digunakan rumus persamaan regresi linear berganda adalah sebagai berikut:

(41)

Y=0  11 22 33  (sumber Sugiyono, 2012)

Dimana :

Y = Pertumbuhan ekonomi

0 = Nilai konstanta

1 = Tenaga kerja

2 = Tingkat pendidikan

3 = Pengeluaran pemerintah

123 = Nilai koefisien regresi

= Standar eror

Jika nilai koefisien β positif (+), hal tersebut menunjukkan hubungan yang searah antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dimana peningkatan atau penurunan besarnya variabel bebas akan diikut oleh peningkatan atau penurunan besarnya variabel terikat. Sedangkan jika nilai koefisien β negatif (-), hal ini menunjukkan hubungan yang berlawanan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dimana setiap peningkatan besarnya variabel bebas akan diikuti oleh penurunan besarnya variabel terikat dan sebaliknya ( Sugiyono, 2012).

Agar hasil yang diperoleh dapat menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat, maka hasil regresi persamaan diatas akan diuji dengan menggunakan uji statistik berikut ini:

1. Uji simultan ( Uji F)

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Derajat

(42)

signifikan yang digunakan adalah 0,05. Apabila F hitung > F tabel berarti variabel bebas secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Jika F hitung < F tabel berarti variabel bebas secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

2. Uji parsial ( Uji t)

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel dependen.

Derajat signifikan yang digunakan adalah 0,05. Apabila t hitung > t tabelmaka ini menunjukkan bahwa variabel bebas mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Demikian pula sebaliknya, apabila t hitung < t tabel

maka ini berarti variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

3. Uji koefisien determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa besar persentase variasi variabel independent dapat menjelaskan variasi variabel dependent. Nilai R2 adalah antara nol atau satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel independent dalam menjelaskan variasi variabel dependent amat terbatas. Sebaliknya jika nilai R2 mendekati satu berarti variabel independent memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependent.

(43)

E. Definisi Operasional Variabel

Veriabel diartikan sebagai obyek penelitian atau faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa dan fenomena-fenomena yang akan diteliti. Terdapat dua jenis variabel dalam penelitian yaitu variabel terikat (dependent variable) dan variabel bebas (independent variabel). Veriabel terikat merupakan variabel yang mengikuti perubahan-perubahan pada variabel bebas, sedangkan variabel bebas merupakan variabel yang tidak terikat pada variabel lainnya. Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel terikat (dependent variable) yaitu pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output dalam satu periode tertentu, dalam 1 tahun yang dinyatakan dalam perkembangan produk domestik regional (PDRB) atas dasar harga konstan selama periode 2004- 2013 di Kota Makassar dan dinyatakan dalam juta rupiah.

2. Variabel bebas (independent variabel) yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Tenaga kerja dalam penelitian ini adalah bagian dari angkatan kerja yang siap bekerja atau penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan pekerjaan, dengan maksud memperoleh upah atau membantu memperoleh pendapatan dengan lama bekerja paling sedikit satu jam secara kontinu dalam seminggu yang lalu. Usia kerja yang dimaksud yaitu penduduk yang berusia 15 tahun keatas yang diukur dalam satuan orang selama periode 2004-2013 di Kota Makassar.

(44)

b. Tingkat pendidikan yang ditamatkan merupakan salah satu ukuran kualitas sumber daya manusia. Indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat pendidikan adalah tamatan SLTA dan perguruan tinggi yang dinyatakan dalam satuan orang selama periode 2004-2013 di Kota Makassar.

c. Pengeluaran pemerintah adalah realisasi total belanja daerah pemerintah Kota Makassar selama periode 2004-2013 yang dinyatakan dalam juta rupiah.

(45)

BAB IV

GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

A. Keadaan Geografis Kota Makassar

Sebagai ibu kota Propinsi Sulawesi Selatan, Kota Makassar terletak dibagian selatan Sulawesi Selatan dengan posisi 119024’ 17’ 38” Bujur Timur dan 50 8’ 6’ 19” Lintang Selatan. Sebelah utara dan timur berbatasan dengan Kabupatem Maros, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa, dan sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar. Luas wilayah Kota Makassar tercatat sekitar 175,77 km2 yang meliputi 14 kecamatan dengan 143 desa/kelurahan 970 RW dan 4789 RT.

Suhu udara di Kota Makassar tahun 2013 maksimum 33,20C minimum 23,50C dan rata-rata 27,90C. Kelembaban udara rata-rata 81 % dengan kecepatan angin rata-rata 22,6 knot dan penyinaran matahari rata-rata 64%.

B. Keadaan Penduduk Kota Makassar

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik jumlah penduduk Kota Makassar pada tahun 2004 tercatat sebanyak 1 179 023 jiwa dan meningkat menjadi 1 193 434 jiwa pada tahun 2005. Sementara itu pada tahun 2006 jumlah penduduk Kota Makassar tercatat sebanyak 1 223 540 jiwa dan angka tersebut meningkat menjadi 1 339 374 jiwa pada tahun 2010. Namun di tahun 2011 mengalami penurunan menjadi sebesar 1 148 312. Pada tahun 2013 jumlah penduduk Kota Makassar tercatat sebanyak 1 408 072 jiwa dengan

33

(46)

komposisi 696 086 laki-laki dan 711 986 perempuan. Sex ratio Kota Makassar pada tahun 2009 sekitar 94,45 yang berarti terdapat 94 lebih orang laki-laki di antara 100 orang perempuan, pada tahun 2013 angka tersebut naik menjadi 97,77, hal ini berarti terdapat 98 lebih orang laki-laki diantara 100 orang perempuan.

Adanya peningkatan sex ratio ini, adalah karena Kota Makassar sebagai salah satu kota yang menyediakan fasilitas pendidikan yang lebih banyak dikawasan timur Indonesia dan juga lapangan pekerjaan sehingga menjadi salah satu kota tujuan kaum laki-laki untuk menuntut ilmu pengetahuan dan mencari pekerjaan.

Pertumbuhan penduduk yang tinggi disebabkan karena kota ini merupakan satu kota pusat pendidikan dan tempat mencari lapangan pekerjaan di kawasan timur Indonesia. Pertumbuhan penduduk yang tinggi, merupakan suatu hal yang mengkhawatirkan banyak pihak, apalagi bila tidak dibarengi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dengan kata lain apabila pertumbuhan penduduk lebih besar dibanding dengan pertumbuhan ekonomi maka dipandang bahwa pertumbuhan penduduk akan menjadi masalah.

Pertumbuhan penduduk yang positif akan memperluas lahan hunian sehingga menambah kepadatan penduduk Kota Makassar. Pada tahun 2009 kepadatan penduduk Kota Makassar adalah 7.239 orang/km2 kemudian pada tahun 2013 menjadi 8.011 orang/km2, suatu peningkatan yang cukup besar.

Penigkatan kepadatan penduduk yang cepat tentunya akan membebani pemerintah dalam penyediaan berbagai macam fasilitas. Jika hal tersebut diikuti dengan peningkatan potensi penduduk terutama dari segi ekonomi, maka peningkatan kepadatan penduduk sedikit akan mengurangi beban pemerintah.

(47)

C. Struktur Ekonomi Kota Makassar

Keadaan struktur perekonomian suatu wilayah dapat memberikan informasi tentang besarnya peranan masing-masing sektor kegiatan ekonomi dalam pembentukan PDRB wilayah tersebut. Perekonomian suatu wilayah dikatakan cukup mapan apabila struktur ekonominya didominasi oleh sektor tersier yang terdiri dari sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor angkutan dan komunikasi, sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa (Badan Pusat Statistik, 2013). Semakin besar peranan sektor tersier dalam pembentukan PDRB suatu wilayah, menunjukkan bahwa perekonomian wilayah tersebut semakin mapan. Gambaran mengenai struktur ekonomi Kota Makassar dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1

Struktur Ekonomi Kota Makassar Tahun 2004-2008 (Dalam Persen)

Lapangan usaha 2004 2005 2006 2007 2008

1. Pertanian 1,15 1,13 1,11 0,98 0,90

2. Pertambangan & Penggalian 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 3. Industri Pengolahan 23,85 23,86 23,50 23,13 22,24

4. Listrik, Gas, & Air Bersih 1,94 2,14 2,05 2,00 1,93

5. Bangunan 7,65 7,59 7,54 7,70 8,09

6. Perdag, Hotel & Restoran 28,95 28,78 28,21 28,44 29,05 7. Angkutan & Komunikasi 15,25 16,01 15,80 15,78 14,80 8. Keuangan, Sewa & Jasa Prsh 9,97 9,63 10,09 10,37 10,09

9. Jasa-Jasa 11,23 10,85 11,69 16.59 12,89

Sumber : BPS Kota Makassar, diolah dari beberapa sumber

(48)

Lanjutan Tabel 4.1

Struktur Ekonomi Kota Makassar Tahun 2009-2013 (Dalam Persen)

Lapangan usaha 2009 2010 2011 2012 2013

1. Pertanian 0,82 0,74 0,67 0,59 0,55

2. Pertambangan & Penggalian 0,01 0,01 0,00 0,00 0,00 3. Industri Pengolahan 20,74 19,69 18,90 17,83 17,11

4. Listrik, Gas, & Air Bersih 1,79 1,81 1,76 1,71 1,66

5. Bangunan 7,49 7,83 7,73 7,59 7,86

6. Perdag, Hotel & Restoran 28,70 29,08 29,43 29,36 29,38 7. Angkutan & Komunikasi 13,93 14,33 14,36 15,24 15,28 8. Keuangan, Sewa & Jasa Prsh 10,17 10,25 10,85 11,23 12,07

9. Jasa-Jasa 15,88 16,26 16,31 16,37 16,09

Sumber : BPS Kota Makassar, diolah dari beberapa sumber

Berdasarkan pada data tabel 4.1 menunjukkan bahwa perekonomian Kota Makassar dapat dikatakan relatif mapan karena keadaan struktur ekonominya lebih bertumpu kepada sektor tersier. Menurut Badan Pusat Statistik (2013) Pergeseran struktur ekonomi suatu wilayah dapat dilihat dari perubahan peranan masing-masing sektor kegiatan ekonomi pada kurun waktu tersebut. Apabila kondisi struktur ekonomi suatu wilayah sudah mapan, perubahan peranan sektor- sektor kegiatan ekonominya biasanya tidak terlalu besar. Sementara pada kondisi struktur ekonomi yang belum mapan, perubahannya lebih berfluktuasi dibanding wilayah yang sudah mapan. Struktur ekonomi Kota Makassar dalam kurun waktu tahun 2004-2013 nampak membaik, hal ini disebabkan menurunnya peranan

(49)

sektor pertanian, penggalian, industri, listrik serta meningkatnya sektor perdagangan, angkutan dan komunikasi, dan keuangan pada pembentukan PDRB Kota Makassar.

Pada tahun 2004 sektor kegiatan ekonomi yang paling besar kontribusinya terhadap pembentukan PDRB Kota Makassar adalah sektor perdangangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 28,95% angka ini mengalami peningkatan sehingga tahun 2013 dengan kontribusi sebesar 29,38%. Sementara urutan kedua adalah sektor industri pengolahan yaitu sebesar 23,85% pada tahun 2004 angka ini mengalami penurunan selama periode 2004-2013, dengan kontribusi sebesar 17,11% pada tahun 2013. Berikutnya adalah sektor angkutan dan komunikasi sebesar 15,25% pada tahun 2004 dimana angka ini mengalami peningkatan dan penurunan selama periode 2004-2013 dengan kontribusi sebesar 15,28% pada tahun 2013.

Sektor jasa-jasa pada tahun 2004 sebesar 11,23% angka ini mengalami penigkatan dan penurunan selama periode 2004-2013 dengan kontribusi sebesar 16,09% pada tahun 2013. Demikian juga sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan mengalami penigkatan dan penurunan selama periode 2004-2013 dengan kontribusi sebesar 9,97% pada tahun 2004 dan pada tahun 2013 sebesar 12,07%. Sektor bangunan dengan kontribusi sebesar 7,65% pada athun 2004 angka ini juga mengalami peningkatan dan penurunan selama periode 2004-2013 dengan kontribusi pada tahun 2013 sebesar 7,86%. Berikutnya adaalah sektor listrik, gas & air bersih sebesar dengan kontribusi sebesar 1,94% pada tahun 2004 angka ini mengalami peningkatan dan penurunan selama periode 2004-2013 yakni

(50)

sebesar 1,66% pada tahun 2013. Selanjutnya sektor pertanian sebesar 1,15% pada tahun 2004 angka ini mengalami penurunan selama periode 2004-2013 dengan kontribusi sebesar 0,55% pada tahun 2013 dan yang terakhir adalah sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,01% pada tahun 2004 angka ini juga mengalami penurunan selama periode 2004-2013 yaitu 0,00% pada tahun 2013.

D. Pertumbuhan Ekonomi Kota Makassar

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil diharapkan berperan dalam meningkatkan kemampuan faktor-faktor produksi sehingga merangsang bagi berkembangnya ekonomi dalam skala yang lebih besar serta berdampak pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat dilihat melalui besarnya perubahan PDRB pada tahun tertentu. Jika kenaikan produksi barang dan jasa pada tahun tertentu lebih tinggi dari tahun sebelumnya maka terjadi kenaikan pertumbuhan dan sebaliknya jika terjadi penurunan produksi barang dan jasa dari tahun sebelumnya dikatakan terjadi perlambatan pertumbuhan.

Pertumbuhan ekonomi diukur dengan menggunakan PDRB atas harga konstan karena pengaruh perubahan harga inflasi telah dihilangkan. Tabel 5.1 menggambarkan pertumbuhan ekonomi yang dicapai kota Makassar tahun 2004- 2013.

(51)

Tabel 4.2

PDRB Atas Harga Konstan Dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Makassar Tahun 2004-2013

Tahun PDRB Harga Konstan

(Juta Rupiah)

Pertumbuhan Ekonomi (%)

2004 9 785 333 89 10,17

2005 10 492 540 67 7,22

2006 11 341 848 21 8,09

2007 12 261 538 92 8,11

2008 13 561 827 18 10,60

2009 14 798 187 68 9,12

2010 16 252 451 43 9,83

2011 17 820 697 97 9,65

2012 19 582 060 39 9,88

2013 21 327 227 88 8,91

Sumber : BPS Kota Makassar, diolah dari berbagai sumber

Berdasarkan data pada tabel 4.2 menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang dicapai kota Makassar pada tahun 2004-2013. Pada tahun 2004 pertumbuhan ekonomi Kota Makassar sebesar 10,17% dan menurun pada tahun 2005 sebesar 7,22%. Pada tahun 2006 mengalami peningkatan sebesar 8,09% dan menurun pada tahun 2009 sebesar 9,12%. Pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi sebesar 9,65% sedikit melambat dari tahun sebelumnya dan mengalami kenaikan pada tahun 2012 sebesar 9,88%. Pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi Kota Makassar sebesar 8,91% sedikit melambat dibandingkan tahun sebelumnya,

(52)

namun PDRB dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang semakin membaik.

Data tersebut menunjukkan bahwa PDRB atas harga konstan dari tahun ke tahun terus menerus mengalami peningkatan. Pada tahun 2004 nilai PDRB Kota Makassar sebesar Rp. 9.785.333,89 dan meningkat pada tahun 2005 sebesar Rp. 10.492.540,67. Kemudian pada tahun 2006 mengalami peningkatan sebesar Rp. 11.341.848,21 dan meningkat lagi pada tahun 2007 sebesar Rp.

12.261.538,92. Demikian juga pada tahun 2008 meningkat sebesar Rp.

13.561.827,18 sampai dengan tahun 2013 terus mengalami peningkatan sebesar Rp. 21. 327.227,88.

E. Jumlah Tenaga Kerja Di Kota Makassar

Tenaga kerja merupakan salah satu bagian penting dalam pertumbuhan ekonomi. Tenaga kerja merupakan proses yang paling utama dalam suatu produksi barang dan jasa serta mengatur sarana produksi untuk menghasilkan barang dan jasa tersebut. Tabel 4.3 menyajikan jumlah tenaga kerja penduduk usia 15 tahun keatas di Kota Makassar tahun 2004-2013.

Tabel 4.3

Jumlah Tenaga Kerja Di Kota Makassar Tahun 2004-2013 Tahun Jumlah Tenaga Kerja

(Jiwa)

Persentase (%)

1 2 3

2004 404 546 8,57

2005 389 155 8,24

2006 434 924 9,21

(53)

1 2 3

2007 431 981 9,15

2008 498 653 10,56

2009 470 909 9,97

2010 506 992 10,74

2011 541 668 11,47

2012 514 556 10,91

2013 527 765 11,18

Total 4 721 149 100,00

Sumber : BPS Kota Makassar, diolah dari beberapa sumber

Berdasarkan data pada Tabel 4.3 dapat dijelaskan bahwa jumlah tenaga kerja di Kota Makassar pada tahun 2004 sebanyak 404 546 jiwa atau sebesar 8,57%, dan menurun menjadi sebanyak 389 155 jiwa atau sebesar 8,24% pada tahun 2005. Pada tahun 2006 kembali meningkat sebanyak 434 924 jiwa atau sebesar 9,21%, dan tahun 2007 mengalami sedikit penurunan sebanyak 431 981 jiwa atau sebesar 9,15%. Pada tahun 2008 meningkat kembali menjadi 498 653 jiwa atau sebesar 10,56% dan menurun lagi pada tahun 2009 menjadi 470 909 jiwa atau sebesar 9,97%. Pada tahun 2010 dan 2011 meningkat kembali menjadi 506 992 jiwa atau sebesar 10,74% dan 541 668 jiwa atau sebesar 11,47%.

Demikian pada tahun 2012 kembali menurun menjadi 514 556 jiwa atau sebesar atau sebesar 10,91% dan meningkat kembali pada tahun 2013 menjadi 527 765 jiwa atau sebesar 11,18%. Jumlah tenaga kerja di Kota Makassar selama periode 2004-2013 berfluktuasi.

(54)

F. Tingkat Pendidikan Di Kota Makassar

Tingkat pendidikan yang ditamatkan merupakan salah satu ukuran kualitas sumber daya manusia. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan, semakin baik kualitas sumber daya manusianya. Sehingga potensi sumber daya manusia disuatu wilayah dapat dilihat dari jenjang pendidikan yang ditamatkan. Sebagai ibukota propinsi pusat kegiatan ekonomi dengan fasilitas pendidikan yang lengkap, memungkinkan penduduknya untuk memperoleh pendidikan yang tinggi dengan lebih mudah. Tamatan SLTA dan perguruan tinggi dapat dilihat pada tabel 4.4

Tabel 4.4

Tamatan SLTA Dan Perguruan Tinggi Di Kota Makassar Tahun 2004-2013

Tahun SLTA

(Jiwa )

PerguruanTinggi

(Jiwa) Total

2004 316 356 134 072 450 428

2005 324 418 133 217 457 635

2006 317 342 139 851 457 193

2007 326 765 142 562 469 327

2008 328 535 147 115 475 650

2009 353 392 144 008 497 400

2010 406 151 180 552 586 703

2011 406 151 180 552 586 703

2012 379 618 179 501 559 119

2013 397 063 171 278 568 341

Sumber : BPS Kota Makassar, Diolah dari beberapa sumber

(55)

Berdasarakan data pada tabel 4.4 tamatan SLTA dan perguruan tinggi mengalami peningkatan dan penurunan selama periode 2004-2013. Tamatan SLTA mengalami peningkatan dari 316 356 jiwa pada tahun 2004 menjadi 324 318 jiwa pada tahun 2005. Sedangkan tamatan perguruan tinggi mengalami penurunan dari 134 072 jiwa pada tahun 2004 menjadi 133 217 jiwa pada tahun 2005. Total tamatan SLTA dan perguruan tinggi pada tahun 2004 dan 2005 masing-masing sebesar 450 428 jiwa dan 457 635 jiwa. Pada tahun 2006 tamatan SLTA mengalami penurunan mencapai 317 342 jiwa dan meningkat kembali pada tahun 2007 mencapai 326 765 jiwa. Sedangkan tamatan perguruan tinggi mengalami peningkatan pada tahun 2006 sebesar 139 851 jiwa menjadi sebesar 142 562 jiwa pada tahun 2007.

Pada tahun 2006 dan 2007 total tamatan SLTA dan perguruan tinggi masing-masing sebesar 457 193 jiwa dan 469 327 jiwa. Tamatan SLTA pada tahun 2008 sebesar 328 535 jiwa, angka ini mengalami peningkatan pada tahun 2009 mencapai 353 392 jiwa. Sedangkan tamatan perguruan tinggi pada tahun 2008 sebesar 147 115 jiwa, angka ini mengalami penurunan menjadi sebesar 144 008 jiwa. Pada tahun 2008 dan 2009 total tamatan SLTA dan perguruan tinggi massing-masing sebesar 475 650 jiwa dan 497 400 jiwa. Pada tahun 2010 dan 2011 tamatan SLTA dan perguruan tinggi tidak mengalami peningkatan atau penurunan yaitu sebesar 406 151 jiwa dan 180 552 jiwa. Pada tahun 2010 dan 2011 total tamatan SLTA dan perguruan tinggi tidak mengalami peningkatan atau penurunan yaitu sebesar 586 703 jiwa. Pada tahun 2012 tamatan SLTA mengalami penurunan menjadi 379 618 jiwa dan meningkat kembali pada tahun 2013

(56)

menjadi sebesar 397 063 jiwa. Demikian juga tamatan perguruan tinggi mengalami penurunan menjadi 179 501 jiwa dan 171 278 jiwa pada tahun 2012 dan 2013. Pada tahun 2012 dan 2013 total tamatan SLTA dan perguruan tinggi masing-masing sebesar 559 119 jiwa dan 568 341 jiwa.

G. Realisasi Pengeluaran Pemerintah Di Kota Makassar

Pengeluaran pemerintah adalah bagian dari kebijakan fiskal yakni suatu tindakan pemerintah untuk mengatur jalannya perekonomian dengan cara menentukan besarnya penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Data mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5

Realisasi Pengeluaran Pemerintah Kota Makassar Tahun 2004-2013 Tahun Total Pengeluaran (Juta Rupiah )

2004 560 513 319

2005 608 909 469

2006 829 478 742

2007 1 016 955 301

2008 1 225 077 157

2009 1 325 111 876

2010 1 534 709 976

2011 1 589 355 783

2012 2 213 547 065

2013 2 091 629 062

Sumber : BPS Kota Makassar, diolah dari beberapa sumber

(57)

Berdasarkan pada tabel 4.5, terlihat bahwa setiap tahun pengeluaran pemerintah mengalami peningkatan. Di tahun 2004 jumlah pengeluaran pemerintah sebesar Rp. 560.513.319. Pada tahun 2005 pengeluaran pemerintah meningkat menjadi Rp. 608.909.469. Kemudian meningkat lagi di tahun 2006 dan 2007 masing-masing dengan nilai sebesar RP. 829.478.742 dan Rp.

1.016.955.301. Di tahun 2008 bertambah sebesar Rp. 1.225.677.157. Tahun 2009 meningkat lagi sebesar Rp. 1.325.111.876 . Kemudian tahun 2010, terjadi lagi peningkatan sebesar Rp. 1.534.709.976. Demikian juga pada tahun 2011 dan 2012 mengalami peningkatan masing-masing sebesar Rp. 1.589.355.783 dan Rp.

2.213.547.065. Selanjutnya ditahun 2013, menurun menjadi sebesar Rp. 2.

091.629.062.

Gambar

Tabel 5.1 Data penelitian Tahun Y X1 X2 X3 2004 9 785 333 89 404 546 450 428 560 513 319 2005 10 492 540 67 389 155 457 635 608 909 469 2006 11 341 848 21 434 924 457 193 829 478 742 2007 12 261 538 92 431 981 469 327 1 016 955 301 2008 13 561 827 18 498 6
Tabel 5.3 Model Summary b
Tabel 5.5 ANOVA b
Tabel 5.6 Coefficients a Model Unstandardized Coefficients StandardizedCoefficients t Sig.BStd

Referensi

Dokumen terkait

EBS 100 dibandingkan dengan perlakuan EBS 75 memiliki perbedaan yang sangat bermakna ( p = 0,005) berarti ekstrak batang sereh konsentrasi 100% memiliki potensi yang lebih

Di era modern, pertanyaan tentang kebaikan bersama memperoleh banyak kekayaan tafsir yang sangat berpengaruh. Buku ini mengetengahkan empat ga- gasan Modern yang memberi

masih berusia remaja. Bonek yang masih remaja tersebut cenderung mudah terprovokasi. Untuk memperbaiki atau merestorasi stigma Bonek ada beberapa hal yang dapat

Berdasarkan Pasal 1 ayat (22) Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan Tanggung jawab adalah kewajiban membayar ganti kerugian yang di derita pihak

Lendutan yang terjadi dikontrol pada dua kondisi yaitu saat transfer pada saat beban yang berpengaruh adalah beban mati dan gaya pratekan tendon kantilefer,

SOP DOKTER KEPERAWATAN • SOP SOP APOTEKER OUT COME PELAYANAN MELALUI ASUHAN STANDARD PELAYANAN FARMASI RS LEADERSHIPDAN MANAJEMEN DAN KOMPETENSI PROFESI DALAM

Pada periode sebelum penerapan perjanjian ACFTA, tidak ada dari ketujuh variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel inflasi Indonesia, inflasi Tiongkok,

Further research is needed to investigate differences in Acute Stroke Units and their admission proto- cols and allied health involvement as this may be impacting length of stay