• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP DESAIN PARKIR PADA KAWASAN MINAPOLITAN :

Dalam dokumen Bangli Masterplan Minapolitan (Halaman 120-125)

MENGITARI DANAU PARKIR

KONSEP DESAIN PARKIR PADA KAWASAN MINAPOLITAN :

Model parkir yang digunakan pada area kompleks kawasan minapolitan, (laboratorium, Dan Bangunan Lainnya) yang ada di dalam zona inti menggunakan model parkir pararel dengan sudut 45º dibantu tanda dijalan atau tepi batas parkir bagi tiap kendaraan, hal ini terkait dengan ketersediaan ruang parkir yang ada cukup terbatas dimana penggunaan model tersebut dianggap paling mudah untuk melakukan manuver sehingga lebar jalan antara bisa dengan mudah apabila menggunakan sistem sirkulasi 1 arah.

Secara umum dan sederhana, fasilitas penyeberangan bagi pejalan kaki adalah berupa zebra cross dengan penempatan pada titik-titik persimpangan jalan. Model parkir yang digunakan pada area depan Laboratorium utama kawasan menggunakan model parkir pararel dengan sudut 90º dibantu tanda dijalan atau tepi batas parkir bagi tiap kendaraan., hal ini terkait dengan upaya pemaksimalan lahan parkir. Dengan lebar gang parkir yang dibuat cukup besar sehingga memudahkan manuver kendaraan untuk keluar masuk petak parkir dan sistem sirkulasinya merupakan sistem 2 arah.

Untuk sistem parkir yang ada di kawasan perencanaan dapat diarahkan dengan sistem karcis :

:

Masuk dengan dengan karcis, keluar cek karcis dan STNK

:

Biaya parkir Pelayanan parkir :

:

Adanya tempat penitipan helm 4.6.3. Arahan Sistem Utilitas

Rencana sistem utilitas adalah rencana yang memperkirakan kebutuhan pelayanan jaringan utilitas pada kawasan Masterplan Minapolitan yang meliputi : penerangan jalan,jaringan air minum, jaringan drainase, dan sistem pembuangan sampah. Adapun konsep pengembangan kawasan dan standar kebutuhan utilitas tersebut adalah sebagai berikut :

4.6.3.1. Penerangan Jalan

Konsep rencana penggunaan desain lampu yang akan digunakan adalah rencana jaringan di atas tanah dimana jaringan yang ada dihubungkan dengan kabel yang ada di udara. Penempatan tiang di tepi jalan dan mengikuti jalan. Jarak penempatan antar tiang adalah 5 meter. Tiap beberapa tiang akan dipasang trafo dimana digunakan sebagai pengatur daya yang melawati tiang. Dan antar beberapa trafo akan dibangun gardu dimana tingkat pengendalian listrik adalah dalam gardu tersebut. Dari tiap - tiap tiang nantinya akan mengalirkan listrik ke beberapa gedung.

Sesuai dengan namanya maka penerangan berfungsi untuk memberi cahaya pada malam hari. Ketinggian dan tipe penerangan dibuat agar dapat mengekspresikan karakter kawasan. Ketinggian lampu penerangan adalah sekitar 2 kali tinggi orang dewasa untuk menerangi gedung dalam kawasan minapolitan. Untuk daerah yang lebih intim seperti jalan setapak, tempat duduk dan tanaman, dapat digunakan ketinggian yang lebih rendah sesuai dengan fungsi tempat yang diterangi. Beberapa konsep desain lampu penerangan yang difungsikan sebagai pendukung kegiatan pada malam hari, juga difungsikan sebagai daya tarik, menampilkan estetika dan Penerangan yang difungsikan sebagai dekorasi untuk mendapat efek khusus pada beberapa segmen, khususnya yaitu pada kawasan perdagangan sebagai kawasan komersil.

Gambar 4.8. Lampu penerangan jalan setapak dengan bahan-bahan yang natural

4.6.3.2. Jaringan Air Minum

Kebutuhan air minum merupakan kebutuhan utama bagi masyarakat yang ada di wilayah perencanaan, kebutuhan air minum ini meliputi kebutuhan untuk rumah tangga, fasilitas sosial dan perkantoran, fasilitas komersial, industri, pemadam kebakaran serta cadangan. Standar yang digunakan dalam penanganan kebutuhan air minum adalah sebagai berikut :

Setiap penduduk membutuhkan 80 lt/orang/hr

Fasilitas sosial dan perkantoran membutuhkan 15% dari kebutuhan rumah tangga Fasilitas komersial sebesar 20% dari kebutuhan rumah tangga

Industri sebesar 10% dari kebutuhan rumah tangga Cadangan kebocoran 10% dari kebutuhan total

Pemadam kebakaran sebesar 10% dari kebutuhan total

Kebutuhan air pada wilayah perencanaan sudah terpenuhi oleh air danau dan sumur masyarakat.

4.6.3.3. Jaringan Drainase

Sistem penyaluran air hujan atau lebih dikenal dengan system drainase mempunyai tujuan untuk mngembalikan air hujan yang melimpah di permukaan tanah ke badan air penerima. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan saluran atau sungai–sungai yang melewati Kawasan perencanaan, serta sungai-sungai kecil yang ada dan melintasi kawasan tersebut. Adapun sistem drainase ini bertujuan untuk:

1. Tujuan Utama

: Arus air hujan yang berbahaya atau menganggu lingkungan secepat mungkin di buang ke badan penerima tanpa erosi dan penyebaran posisi atau endapan.

: Tidak terjadi genangan, banjir dan permukaan tanah yang becek.

Hal diatas merupakan permasalahan yang harus ditangani secara bersungguh-sungguh, terutama bagi daerah-daerah yang selalu mengalami banjir setiap musim hujan.

2. Tujuan Pendukung

Konservasi sumber daya air serta ar tanah jadi tujuan sistem drainase secara umum adalah:

: Mengeliminasi atau reduksi semua dampak negatif dari adanya limpasan air hujan di permukaan, serta

: Memperbesar semua dampak positif dari adanya air hujan

Prinsip yang berlaku untuk system drainase adalah semua daerah upstream (hulu aliran), arus limpasan dan aliran air hujan yang belum terlalu atau tidak membahayakan atau menganggu lingkungan, sebesar mungkin dihambat dan diresapkan sebagai langkah untuk konservasi sumber daya air tanah. Dengan demikian mengurangi arus limpasan atau aliran permukaan yang menyebabkan erosi dan banjir hilir yang dapat menimbulkan kematianikan-ikan.

Sedangkan untuk menghitung kebutuhan utilitas drainase maka jenis kebutuhannya dibedakan atas kebutuhan permukiman, sosial, dan komersial. Standar yang digunakan dalam menghitung utilitas drainase adalah sebagai berikut :

: Permukiman : 75% dari air bersih : Sosial : 60% dari air bersih : Komersial : 60% dari air bersih

Dalam memperbaiki kebutuhan akan utilitas drainase, langkah awal pengelolaannya adalah melakukan perbaikan drainase, seperti melakukan perkerasan , pengerukan drainase yang tertimbun, dll. Selain itu arahan lain yang dapat dilakukan adalah pemisahan fungsi drainase dengan fungsi irigasi. Jaringan ini secara umum menggunakan selokan-selokan yang mengikuti bentuk kontur wilayah yang cenderung agak curam, kemudian dialirkan ke sungai-sungai yang terdekat. Secara sederhana dinyatakan bahwa drainase tanah buruk apabila air sangat lambat meresap ke dalam tanah. Penetapan jenis drainase meliputi drainase permukaan, drainase penampang dan permeabilitas. Tinjauan disini hanya terbatas pada kondisi drainase permukaan dengan cara menilai atau menentukan perbandingan relatif Iamanya air tergenang di permukaan tanah. Mudah tidaknya air meresap atau hilang dari pemukaan tanah, sehingga drainase dikelompokan menjadi :

: Tidak pernah tergenang. : Tergenang periodik.

: Tergenang terus menerus dan tergenang di waktu pasang.

Berdasarkan kondisi lapangan yang ada, rencana saluran drainase terbagi menjadi 3 jenis yaitu :

: Drainase primer adalah merupakan saluran drainase yang berupa sungai yang merupakan pertemuan dari saluran drainase sekunder.

: Drainase sekunder adalah merupakan saluran drainase yang merupakan pertemuan dari saluran drainase tersier.

: Drainase tersier adalah merupakan saluran buangan langsung dari rumah.

Saluran atau sistem drainase yang dibangun pada rencana perencanaan dan pengembangan perencanaan dan perencanaan dan pengembangan Kawasan Minapolitan yaitu pembuatan drainase di kanan kiri jalan yang mengikuti jaringan jalan. Saluran yang digunakan adalah saluran tertutup dan terbuka. Dengan kedalaman 80 cm dan lebar 50 cm.

Gambar 4.9. Arahan Sistem Jaringan Drainase

Diagra Minapo keberad sanitasi dan dra saluran serta d lubang Sistem aliran a diletakk aliran b kesalura bangun melewa am 4.4 Ara

Dalam dokumen Bangli Masterplan Minapolitan (Halaman 120-125)

Dokumen terkait