• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bangli Masterplan Minapolitan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bangli Masterplan Minapolitan"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N B A N G L I BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PENANAMAN MODAL KABUPATEN BANGLI

Jalan Brigjen Ngurah Rai No.30 Telp. (0366) 91547 Bangli 80613

KEGIATAN:

 

PENYUSUNAN MASTERPLAN KAWASAN MINAPOLITAN

BERNUANSA WISATA DI DANAU BATUR

KABUPATEN BANGLI

(2)

KATA PENGANTAR

Dalam setiap proses pekerjaan selalu diawali sebuah rencana, di mana rencana tersebut memuat tahapan – tahapan / Langkah – langkah pekerjaan yang harus kita lakukan dari awal sampai akhir hingga mencapai tujuan yang kita inginkan. Dan diharapkan dengan membuat perencanaan yang matang kita dapat melaksanakan suatu proses pekerjaan secara runtut setahap demi setahap sampai dengan selesai. Dan jika kita dapat melalui proses tersebut dengan lancar, maka pekerjaan akan selesai tepat waktu dengan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan.

Dan setelah melalui tahapan demi tahapan perencanaan yang telah dituangkan dalam laporan – laporan sebelumnya maka sebagai tahap akhir di mana dalam laporan ini akan dijelaskan mengenai konsep – konsep perancangan secara detail.

Demikianlah Laporan ini kami susun dan atas kerja sama dari pihak – pihak terkait demi kelancaran pekerjaan Penyusunan Masterplan Kawasan Minapolitan Bernuansa Wisata Di Danau Batur Kabupaten Bangli.

Bangli, Desember 2010

(3)

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... ii

Daftar Tabel ... v

Daftar Diagram ... vi

Daftar Gambar ... vii

Daftar Peta ... viii BAB I PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG ... I.1 1.2.PENGERTIAN MINAPOLITAN ... I.2 1.3.MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN ... I.5 1.3.1. Maksud ... I.5 1.3.2. Tujuan ... I.5 1.3.3. Sasaran ... I.5 1.4.RUANG LINGKUP ... I.6 1.4.1. Lingkup Lokasi ... I.6 1.4.2. Lingkup Kegiatan ... I.6 1.5.METODOLOGI ... I.6 1.6.DASAR HUKUM PERENCANAAN ... I.7 1.7.SITEMATIKA PEMBAHASAN ... I.9 BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN DAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN 2.1. ARAHAN PERDA PROVINSI BALI NO 16 TAHUN 2009

TENTANG RTRWP BALI 2009- 2029 ... II.1 2.1.1. Rencana Struktur Ruang ... II.1 2.1.2. Penetapan Kawasan Strategis Provinsi ... II.1 2.2. ARAHAN RPJPD KABUPATEN BANGLI 2005-2025 ... II.3 2.2.1. Visi dan Misi Pembangunan Kabupaten Bangli ... II.3 2.2.2. Sasaran dan arah Pembangunan Jangka Panjang Daerah ... II.3 2.3. RENCANA POLA RUANG WILAYAH ... II.6 2.4. PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN ... II.26 2.5. RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN KINTAMANI ... II.31 2.6. RENCANA UMUM TATA RUANG IKK KINTAMANI ... II.31 2.7. IMPLIKASI TERHADAP KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN DAERAH ... II.31

(4)

2.8. GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN ... II.32 2.8.1.Potensi Dan Kondisi Fisik dasar ... II.32 2.8.2.Kondisi Dan Potensi Pemanfaatan Ruang ... II.39 2.9. KONDISI DAN POTENSI KEPENDUDUKAN, SOSIAL BUDAYA ... II.39 2.9.1.Aspek Kependudukan ... II.39 2.9.2.Kehidupan Sosial Budaya ... II.43 2.10.KONDISI DAN POTENSI SARANA DAN PRASARANA ... II.43 2.10.1.Transportasi ... II.44 2.10.2.Air Bersih ... II.45 2.10.3.Drainase ... II.47 2.10.4.Air Limbah ... II.47 2.10.5.Persampahan ... II.48 2.10.6.Listrik ... II.50 2.10.7.Telepon ... II.51 2.10.8.Fasilitas Sosial Dan Ekonomi ... II.52 2.11.KONDISI DAN POTENSI EKONOMI WILAYAH ... II.52 2.11.1.Struktur Dan Pertumbuhan Ekonomi ... II.52 2.11.2.Kegiatan Dan Pola Usaha Di Sektor Ekonomi ... II.53 2.12.KONDISI DAN POTENSI KEPARIWISATAAN ... II.54 BAB III KONSEP DAN SKENARIO KAWASAN PERENCANAAN

3.1.BATASAN ISTILAH DAN KONSEPSI MINAPOLITAN ... III.1 3.2.ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLTAN ... III.2 3.3.KONSEP HULU HILIR ... III.8 3.4.SKENARIO PENGEMBANGAN ... III.8 3.4.1. Visi dan Misi Pengembangan Kawasan Minapolitan ... III-8 3.4.2. Skenario Pengembangan Minapolitan ... III-9 BAB IV ARAHAN KAWASAN PERENCANAAN

4.1.ARAHAN EKSTERNAL KAWASAN MINAPOLITAN ... IV.1 4.1.1. Orientasi pelayanan Minapolitan ... IV-1 4.1.2. Arahan Lingkage Sistem Antar Kegiatan ... IV.3 4.2.RENCANA AGROEKOSISTEM MINAPOLITAN ... IV.5 4.2.1. Arahan Agroinput ... IV-6 4.2.2. Arahan Agroiproses Usaha tani ... IV-7

(5)

4.2.3. Agrooutput Dan Pemasaran ... IV-8 4.2.4. Subsistem Penunjang ... IV-10 4.2.5. Sasaran Program Pengembangan Kawasan Minapolitan ... IV-10 4.2.6. Pendekatan Dan prinsip Pengelolaan ... IV-15 4.3.KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN ... IV.16 4.3.1. Arahan Kebutuhan Pengembangan Kawasan Minapolitan ... IV-16 4.3.2. Rencana Aktivitas ... IV-21 4.3.3. Arahan Hubungan Antar Ruang ... IV-26 4.4.ARAHAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR ... IV.28 4.4.1. Arahan Sirkulasi ... IV-28 4.4.2. Arahan Sistem Parkir Dan Penyeberangan ... IV-32 4.4.3. Arahan Sistem Utilitas ... IV-34 4.5.ARAHAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN ... IV.41 4.5.1. Arahan Sarana Utama ... IV-41 4.5.2. Arahan Sarana Penunjang... IV-45 4.5.3. Arahan Sarana Pelengkap ... IV-47 BAB V PENUTUP

5.1.SIMPULAN... V.1 5.2.REKOMENDASI ... V.2

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1.Penetapan Kawasan Strategis Provinsi Bali ... II.2 Tabel 2.2.Rencana Pola Ruang Wilayah ... II.9 Tabel 2.3.Kawasan Cagar Budaya Dan Ilmu Pengetahuan Kabupaten Bangli ... II.14 Tabel 2.4.Sebaran Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Bangli ... II.27 Tabel 2.5.Luas Wilayah Kawasan Pariwisata Kintamani ... II.32 Tabel 2.6.Jumlah Dan Kepadatan Penduduk Di Kawasan Kintamani Tahun 2009 ... II.40 Tabel 2.7.Prediksi Jumlah Dan Perkembangan Penduduk Di Kawasan

Kintamani Tahun 1997-2012 ... II.42 Tabel 2.8.Banyaknya Rumah Tanga Menggunakan Jamban

Di Kawasan Kintamani Tahun 2009 ... II.48 Tabel 2.9.Banyaknya Rumah Tanga Menurut Jenis Penerangan

Yang Digunakan Di Kawasan Kintamani Tahun 2009 ... II.50 Tabel 2.10.Obyek Dan Daya Tarik Wisata Di Kawasan Kintamani ... II.54 Tabel 3.1.Arahan Konsep Kawasan Minapolitan Menurut Teori Friedman ... III.5 Tabel 3.2.Arahan Konsep Kawasan Menurut Departemen Pekerjaan Umum ... III.7 Tabel 3.3.Skenario Pengembangan Minapolitan ... III.11 Tabel 3.4.Dampak Pengembangan Dari Skenario Yang Ditetapkan ... III.13 Tabel 4.1.Tabel Agroinput Kawasan Minapolitan Danau Batur ... IV.6 Tabel 4.2.Tabel Agroproses Usaha Tani Kawasan Minapolitan ... IV.7 Tabel 4.3.Tabel Agrooutput Kawasan Minapolitan ... IV.8 Tabel 4.4.Tabel Pemasaran Dan Permodalan Kawasan Minapolitan ... IV.9 Tabel 4.5.Tabel Potensi Dan Permasalahan Kawasan Minapolitan ... IV.10 Tabel 4.6.Daftar Kelompok Dan Ketua Kelompok Budidaya

Perikanan Tawar Dikecamatan Kintamani ... IV.12 Tabel 4.7.Kebutuhan Ruang Kegiatan Minapolitan Bernuansa Wisata Danau Batur ... IV.17 Tabel 4.8.Kebutuhan Pengembangan Ruang Dan Aktivitas Penggunaan

(7)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1.Hubungan Aktivitas Pengelola ... IV.22 Diagram 4.2.Hubungan Aktivitas Kegiatan Karyawan ... IV.24 Diagram 4.3.Hubungan Aktivitas Kegiatan Wisatawan ... IV.26 Diagram 4.4.Arahan Skema Distribusi Sistem Pembuangan Air

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1.Penetapan Kawasan Strategis Provinsi Bali ... II.2 Gambar 2.2.Rencana Sistem Prasarana Lingkungan ... II.8 Gambar 2.3.Rencana Pola Ruang Kabupaten Bangli ... II.11 Gambar 2.4.Kawasan Rawan Bencana Gunung Api Batur ... II.18 Gambar 2.5.Sebaran Daya Tarik Wisata ... II.28 Gambar 2.6.Orientasi Kawasan Perencanaan ... II.34 Gambar 2.7.Administrasi Kecamatan Kintamani ... II.35 Gambar 2.8.Topografi kecamatan Kintamani ... II.36 Gambar 2.9.Penggunaan lahan Kecamatan Kintamani ... II.41 Gambar 2.10.Jaringan Jalan Kecamatan Kintamani ... II.46 Gambar 3.1.Konsepsi Pengembangan Kawasan Minapolitan ... III.3 Gambar 4.1.Lingkage Sistem Antar Sektor ... IV.5 Gambar 4.2.Contoh Pembenihan, Industri Komoditas fillet Ikan Nila ... IV.24 Gambar 4.3.Contoh Industri Komoditas Abon Dan kripik Ikan Nila ... IV.25 Gambar 4.4.Contoh Ikan Olahan Yang Disajikan Di Restoran ... IV.25 Gambar 4.5.Ilustrasi Konsep Penataan Sirkulasi Kendaraan Beserta Halte/Shelter ... IV.31 Gambar 4.6.Ilustrasi Konsep Penataan Trotoar Dan Zebra Cross ... IV.32 Gambar 4.7.Desain Model Parkir Pada Kawasan Minapolitan ... IV.33 Gambar 4.8.Lampu Penerangan Jalan Setapak dengan bahan bahan yang natural ... IV.35 Gambar 4.9.Arahan Sistem Jaringan Drainase ... IV.37 Gambar 4.10.Arahan Sistem Sanitasi (Air Buangan) ... IV.37 Gambar 4.11.Arahan Disain Tempat Sampah ... IV.41 Gambar 4.12.Balai Benih Ikan ... IV.42 Gambar 4.13.Rencana Keramba Jaring Apung ... IV.44 Gambar 4.14.Daerah Konservasi Habitat ... IV.46 Gambar 4.15.Rencana Lembaga Perbankan ... IV.49 Gambar 4.16.Disain Penataan kawasan Wingkang Ranu ... IV.50 Gambar 4.17.Rencana Gardu Pandang ... IV.51 Gambar 4.18.MCK Dan Fasilitas Penunjang ... IV.52 Gambar 4.19.Penataan Kawasan Minapolitan Di Desa Toya Bungkah ... IV.53 Gambar 4.20.Penataan Kawasan Minapolitan Di Desa Kedisan ... IV.54

(9)

DAFTAR PETA

(10)

1.1LATAR BELAKANG

Provinsi Bali memiliki empat buah danau yaitu Danau Batur di Kabupaten Bangli, Danau Beratan di Kabupaten Tabanan, Danau Buyan dan Danau Tamblingan di Kabupaten Buleleng. Danau Batur yang terletak di Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli merupakan danau terbesar di Bali yang menjadi cadangan air penting bagi Daerah Bali. Sebagai suatu sistem sumberdaya alam, perairan Danau Batur mengandung potensi sumberdaya hayati dan non hayati yang belum terdata dan terinventarisasi secara memadai dalam rangka pendayagunaan bagi pengembangan aktivitas perikanan perairan umum. Pengembangan perikanan Danau Batur mempunyai arti yang strategis dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar danau, pelestarian keanekaragaman hayati danau dan pengembangan pariwisata.

Selain sebagai cadangan sumberdaya air bagi Daerah Bali, Danau Batur mempunyai arti strategis dan sangat vital bagi kehidupan masyarakat di desa-desa sekitar kawasan danau. Berbagai aktivitas manusia berbasis sumberdaya alam danau telah berlangsung dengan cukup intensif, antara lain penangkapan ikan, budidaya ikan, budidaya sayur-sayuran dan hortiklutura lainnya, pariwisata dan rekreasi, transportasi dan lain sebagainya.

Peranan perairan danau dalam menunjang kegiatan perikanan sangat ditentukan oleh tingkat produktivitas danau, baik produktivitas primer, sekunder dan tersier. Produktivitas primer danau dapat dilihat dari kelimpahan dan keanekaragaman phytoplankton dan tumbuhan air yang merupakan komponen dasar dalam sistem rantai makanan di perairan. Tumbuhan air merupakan komponen penting dalam sistem ekologi danau, namun di sisi lain

(11)

kehadirannya dapat menimbulkan masalah besar pada kelangsungan produktivitas danau sehingga perlu dikontrol, baik secara alamiah maupun intervensi manusia. Produktivitas primer ini sangat dipengaruhi oleh kondisi kualitas air, baik secara fisik maupun kimiawi. Kualitas air danau dalam menunjang produktivitas primer selain dipengaruhi oleh kondisi geologi danau, juga sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia di sekitarnya.

Produktivitas primer akan mempengaruhi produktivitas sekunder, yaitu dapat dianalisis dari kelimpahan zooplankton dan ikan-ikan herbivora (grazing), serta produktivitas tersier dapat dilihat dari kelimpahan dan keanekaragaman komunitas ikan. Keseimbangan antara produktivitas primer, sekunder dan tersier merupakan jaminan bagi mantapnya sistem ekologi danau, yang secara agregat menuju pada kapasitas atau daya dukung yang tinggi. Daya dukung yang tinggi yang ditunjang oleh produktivitas yang tinggi pula dengan tingkat kestabilan ekosistem yang mantap merupakan modal dasar dalam pengembangan perikanan danau secara mandiri.

Untuk mengetahui potensi sumberdaya danau dalam menunjang kegiatan perikanan perlu adanya inventarisasi segenap komponen, baik sumberdaya hayati maupun non hayati yang mempengaruhi tingkat daya dukungnya. Semua danau-danau di Bali belum memiliki data dan informasi yang memadai mengenai potensi sumberdaya alamnya bagi pengembangan perikanan, termasuk Danau Batur. Hal ini menjadi salah satu faktor yang menghambat optimalnya intervensi kebijakan dalam mengembangkan perikanan danau secara lestari dan berkelanjutan sebagaimana prinsip-prinsip pemanfaatan sumberdaya alam. Selain itu, berbagai isu-isu strategis dan permasalahan lingkungan yang turut mempengaruhi daya dukung perairan danau bagi pengembangan kegiatan perikanan yang lebih optimal juga perlu diketahui.

Permasalahan pemanfaatan ruang dikawasan kintamani saat ini cenderung mengarah pada kerusakan lingkungan seperti: pertanian holtikultura di lahan miring,galian C, banyak bangunan yang berdiri di lahan rawan longsor,hal ini akan dapat mengakibatkan terjadinya pencucian lapisan tanah permukaan pada saat musim hujan dan akhirnya akan menuju ke perairan danau. Dampak yang nyata akan jelas terjadi sedimen pasir pada jalan jalan disekitar danau dan terjadi penyuburan air danau (Eutrifikasi) sehingga dapat mengakibatkan pendangkalan danau.

Pengertian Kawasan Minapolitan adalah kawasan yang membentuk kota perikanan, yang memudahkan masyarakat melakukan usaha budidaya ikan, dengan kemudahan memperoleh sarana prasara budidaya (bahan-bahan Kantong Jaring apung/KJA, pakan ikan, benih ikan, obat-obatan dll) ; pasca panen, pengolahan maupun pemasaran hasil budidaya.

(12)

jalan, listrik, drainase dll), fasilitas penunjang dan pendukung usaha budidaya ikan yaitu : Balai Benih Ikan,Pengolahan pakan, Laboratorium,Dermaga & Parkir, Keramba jaring apung,pasar atau pelelangan ikan, Pengolahan hasil, KJA Pemancingan, Kios & Kuliner, Pengembangan Jalan Setapak ( sepeda), Rest Area, Gardu pandang, Pembangunan jalan Produksi, percontohan Budidaya,Pengembangan MCK dan fasilitas Penunjang, Pembangunan Tourism Information Centre, Lembaga Perbank kan, LSM keamanan, Dan Daerah Konservasi Habitat.

1.2. PENGERTIAN MINAPOLITAN

Minapolitan terdiri dari kata mina dan kata politan (polis).Mina berarti ikan dan Politan berarti kota, sehingga Minapolitan dapat diartikan sebagai kota perikanan atau kota di daerah lahan perikanan atau di daerah kota.

Dalam pedoman ini, yang dimaksud dengan minapolitan adalah kota perikanan yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha perikanan serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan ekonomi daerah sekitarnya.

Kota perikanan dapat merupakan kota menengah, atau kota kecil atau kota kecamatan atau kota perdesaan atau kota nagari yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan ekonomi yang mendorong pertumbuhan pembangunan perdesaan dan desa-desa hinterland atau wilayah sekitarnya melalui pengembangan ekonomi, yang tidak terbatas sebagai pusat pelayanan sektor perikanan, tetapi juga pembangunan sektor secara luas seperti usaha perikanan (on farm dan off farm), industry kecil, pariwisata, jasa pelayanan dll.

Kota perikanan (minapolitan) berada dalam kawasan pemasok hasil perikanan (sentra produksi perikanan) yang mana kawasan tersebut memberikan kontribusi yang besar terhadap mata pencaharian dan kesejahteraan masyarakatnya.Selanjutnya kawasan perikanan tersebut (termasuk kotanya) disebut dengan kawasan minapolitan.

A. Persyaratan Kawasan Minapolitan

Suatu wilayah dapat dikembangkan menjadi suatu kawasan minapolitan dengan persyaratan sebagai berikut:

1. Memiliki sumberdaya lahan/perairan yang sesuai untuk pengembangan komoditas perikanan yang dapat dipasarkan atau telah mempunyai pasar (komuditas unggulan), serta berpotensi atau telah berkembang diversifikasi usaha dari komoditas unggulannya. Pengembangan kawasan tersebut tidak saja menyangkut kegiatan budidaya perikanan (on farm) tetapi juga kegiatan off farmnya; yaitu mulai

(13)

pengadaan sarana dan prasarana perikanan (benih, pakan, obat-obatan dsb) kegiatan pengelolahan hasil perikanan sapai dengan pemasaran hasil perikanan serta kegiatan penunjang (pasar hasil, industri pengelolahan, minawisata dsb);

2. Memiliki berbagai sarana dan prasarana minabisnis yang memadai untuk mendukung pengembangan sistem dan usaha minabisnis yaitu:

a. Pasar, baik pasar untuk hasil-hasil perikanan, pasar sarana perikanan (pakan, obat-obatan dsb), maupun pasar jasa pelayanan termasuk pasar lelang, cold storage dan prosessing hasil perikanan sebelum dipasarkan;

b. Lembaga keuangan (perbankan dan non perbankan) sebagai sumber modal untuk kegiatanminabisnis;

c. Memiliki kelembagaan pembudidaya ikan (kelompok, UPP) yang dinamis dan terbuka pada inovasi baru, yang diharapkan dapat berfungsi sebagai Sentra Pembelajaran Dan Pengembangan Minabisnis (SPPM). Kelembagaan pembudidaya disamping sebagai pusat pembelajaran (pelatihan), juga diharapkan kelembagaan pembudidaya ikan dengan pembudidaya ikan disekitarnya merupakan inti-plasma dalam usaha bisnis;

d. Balai Benih Ikan (BBI), Unit Perbenihan Rakyat (UPR), dsb yang berfungsi sebagai penyuplai induk dan penyedia benih untuk kelangsungan kegiatan budidaya ikan;

e. Penyuluhan dan bimbingan teknologi minabisnis, untuk mengembangkan teknologi tepat guna yang cocok untuk daerah kawasan minapolitan;

f. Jaringan yang memadai dan aksesbilitas dengan daerah lainnya serta saran irigasi, yang kesemuanya untuk mendukung usaha perikanan yang effisien.

3. Memiliki saran dan prasarana umum yang memadai seperti transportasi, jaringan listrik, telekomunikasi, air bersih,dll;

4. Memiliki sarana dan prasarana kesejahteraan sosial/masyarakat yang memadai seperti kesehatan, pendidikan, kesenian, rekreasi, perpustakaan, swalayan dll;

5. Kelestarian lingkungan hidup baik kelestarian sumberdaya alam, kelestarian sosial budaya maupun keharmonisan hubungan kota dan desa terjamin.

B. Batasan Kawasan Minapolitan

Batasan suatu kawasan minapolitan tidak ditentukan oleh batasan administratif pemerintah (Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten, dsb) tetapi lebih ditentukan dengan memperhatikan ecomonic of scale dan economic of scope.Karena itu, penetapan kawasan

(14)

perkembangan minabisnis yang ada di setiap daerah.Dengan demikian bentuk dan luasan kawasan minapolitan dapat meliputi suatu satu wilayah Desa/Kelurahan atau Kecamatan atau beberapa Kecamatan dalam Kabupaten/Kota atau dapat juga meliputi wilayah yang dapat menembus wialyah Kabupaten/Kota lain berbatasan.Kotanya dapat berupa Kota Desa atau Kota Nagari atau Kota Kecamatan atau Kota Kecil atau Kota Menengah.

1.3. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud Penyusunan Masterplan Kawasan Minapolitan Bernuansa Wisata Di danau Batur Kabupaten Bangli khususnya di kecamatan Kintamani (Danau Batur) adalah sebagai salah satu pedoman pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Rencana Induk pendukung Pengembangan Kawasan Minapolitan di Kabupaten Bangli.

1.3.1.Tujuan

Tujuan dari kegiatan ini adalah menyusun Masterplan Kawasan Minapolitan Bernuansa Wisata Di Danau Batur Kabupaten Bangli.

1.3.2.Sasaran

Sasaran dari Pekerjaan Masterplan Kawasan minapolitan Bernuansa Wisata Di Danau Batur Kabupaten Bangli, ini adalah :

1. Terumuskannya secara jelas dan sistematis substansi muatan dan kedalaman materi teknis Rencana Induk Kawasan Minapolitan.

2. Tersusunnya desain dan alokasi ruang untuk kegiatan pendukung minapolitan dan sarana pendukungnya sebagai acuan pembanggunan kawasan.

3. Terkoordinasinya pembangunan fasilitas dan infrastruktur pendukung kawasan minapolitan dan pendukungnya dalam suatu kawasan.

4. terjadinya keseimbangan dan keserasian fungsi pemanfaatan ruang (perairan) danau Batur dengan tetap memegang konsep pemanfaatan sumberdaya secara optimal dan berkelanjutan; dan

5. tersedianya landasan operasional yang berkaitan dengan pemberian advis planning, perijinan pemanfaatan ruang atau pengendalian pemanfaatan ruang kepada investor dan masyarakat luas.

(15)

1.4. RUANG LINGKUP

1.4.1. Lingkup Lokasi Kegiatan

Lingkup lokasi Penyusunan Masterplan Kawasan Minapolitan Bernuansa Wisata Di Danau Batur Kabupaten Bangli, terbagi menjadi 2 pokok bahasan lokasi :

1. Lingkup lokasi Desa-desa hinterland Kawasan Minapolitan yang meliputi 10 Desa Dikecamatan Kintamani

2. Lingkup lokasi ini adalah wilayah Kintamani/Wingkang Ranu Danau Batur dan wilayah daratan sekitarnya yang masih memberi pengaruh terhadap perairan danau

1.4.2.Lingkup Materi

Lingkup materi kegiatan meliputi:

1. Memetakan berbagai aktivitas/kegiatan pemanfaatan danau Batur dan

mengidentifikasi kondisi eksisting dalam pemanfaatan ruang khususnya antara kegiatan perikanan dan non perikanan;

2. Memetakan kesesuaian ruang perairan danau Batur bagi kegiatan budidaya ikan serta analisis daya dukungnya.

3. Memetakan habitat sumberdaya ikan yang meliputi habitat pemijahan (spawning habitats), habitat asuhan (nursery habitats) dan habitat pecarian makanan (feeding habitats);

4. Merencanakan Balai Benih Ikan,Pengolahan pakan, Laboratorium,Dermaga & Parkir, Keramba jaring apung,pasar atau pelelangan ikan, Pengolahan hasil, Pemancingan, Kios & Kuliner, Pengembangan Jalan Setapak ( sepeda), Rest Area, Gardu pandang, Pembangunan jalan Produksi, percontohan Budidaya,Pengembangan MCK dan fasilitas Penunjang, Pembangunan Tourism Information Centre, Lembaga Perbank an, LSM keamanan, Dan Daerah Konservasi Habitat.

1.5. METODOLOGI 1) Survey Lapangan

Survey Lapangan dilakukan pada tahap awal pekerjaan untuk mendapatkan informasi tentang kondisi fisik, sosial, ekonomi, dan budaya setempat serta kebijakan-kebijakan yang ada dan yang sedang akan ditetapkan oleh pemerintah daerah, khususnya yang terkait dengan aspek penataan bangunan, mencakup antara lain :

(16)

3) Peraturan Daerah (PERDA) tentang bangunan yang diberlakukan pada kawasan yang direncanakan.

4) Program pembangunan prasarana dan sarana (air bersih, drainase, persampahan, jalan, jaringan listrik dan telepon, pertamanan, yang sedang atau akan dilaksanakan pada kawasan yang direncanakan.

5) Inventarisasi kebutuhan dengan berbagai klasifikasinya maupun prasarana dan sarana yang dibutuhkan.

6) Rona Fisik Kawasan yang menyangkut; kelerengan, hidrologi, kemampuan lahan, , sirkulasi udara dan lain-lain.

2) Analisa

Kegiatan analisa pada prinsipnya merupakan penilaian terhadap berbagai keadaan, yang dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip pendekatan, metode dan teknik analisis perencanaan yang dapat dipertanggung jawabkan, baik secara ilmiah dan praktis, sehingga kegiatan analisis ini merupakan kunci keberhasilan penyusunan rencana Masterplan. Pada proses analisa dilakukan kajian terhadap potensi maupun masalah kawasan, dengan menggunakan 3 penilaian yaitu :

Menilai kondisi pada saat sekarang

Menilai kecenderungan perkembangan termasuk kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di masa mendatang

Menilai kebutuhan ruang.

Analisa data dilakukan secara deskriptif dan proyektif yang bersifat kualitatif dan kuantitatif sehingga hasil analisa yang nantinya tertuang dalam rencana dapat dipahami oleh seluruh kalangan baik pemerintah daerah maupun masyarakat serta pihak yang terkait, yang meliputi:

a) Penilaian terhadap faktor fisik dasar kawasan, guna mengetahui potensi dan limitasi pengembangan fisik kawasan yang meliputi :

Analisis daya dukung ruang

Analisis kecenderungan perkembangan kawasan

Analisis identifikasi kebutuhan jenis dan karakter kegiatan

b) Proses penentuan fungsi kawasan, merupakan proses pengenalan jenis kegiatan kawasan yang dominan pada kawasan perencanaan, baik dalam struktur kawasan maupun hinterlandnya (contact plan), ditetapkan berdasarkan :

Rencana penggunaan lahan yang ditetapkan dalam RTRW, RUTRK atau dan RDTRK.

(17)

Analisis pola penyebaran kegiatan kawasan

Analisis kemudahan pencapaian antar bagian wilayah kawasan

c) Proses penentuan struktur kawasan, merupakan usaha optimal penetapan model pengembangan tata ruang, berdasarkan :

Analisis pola struktur ruang kawasan saat ini (eksisting) Analisis struktur ruang sistem kawasan sekitarnya Pemaduserasian hasil dari Analisis potensi lokasi

Analisis identifikasi rencana sektoral yang berpengaruh dalam pembentukan struktur tata ruang kawasan

Analisis berbagai konsep dan teori struktur tata ruang yang memungkinkan diterapkan di wilayah perencanaan

d) Proses penentuan jenis dan intensitas sarana dan prasarana utama kawasan, yang ditetapkan berdasarkan :

Analisis kebutuhan jenis sarana dan prasarana yang didasarkan pada fungsi dan daya tampung kawasan

Modifikasi dan penafsiran standar teknis yang berlaku guna menghitung besarnya kebutuhan ruang bagi sarana dan prasarana kawasan.

Penilaian nilai dan status ruang kawasan.

e) Penilaian terhadap keperluan dan fasilitas penunjang, yang ditetapkan berdasarkan : Masterplan minapolitan yang diusulkan, kaitannya dengan fasilitas pelengkap dan daya tampung keseluruhan.

Massa fasilitas penunjang baik dalam kaitan sebagai fungsi penunjang kegiatan kawasan minapolitan maupun fungsi utilitas pendukung dan sebagainya.

1.6.DASAR HUKUM PERENCANAAN

Pelaksanaan Penyusunan Master Plan Kawasan Minapolitan Bernuansa Wisata di Danau Batur Kabupaten Bangli harus berpedoman pada :

1. Undang – undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

2. Undang – undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yang mengatur tentang Kawasan Agropolitan, bab I Ketentuan Umum Nomor 24, Pasal 51 ayat 1 dan 2

3. Undang-undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung 4. Undang – undang No. 7 Tahun 2994 tentang Sumber Daya Air 5. Undang-undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan

(18)

7. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

8. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung

9. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia No. 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan

10. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 332/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Gedung Negara.

11. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 257/KPTS/M/2004 tentang Standar Pedoman Pengadaan Jasa Kontruksi

12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.

13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

14. Peraturan dan standar-standar teknis seperti PBI, SKBI dan SKNI dan SNI

15. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.41/MEN/2009 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan

16. Keputusan Direkur Jenderal Perikanan Budidaya Nomor KEP 45/DJ-PB/2009 tentang Pedoman Umum Pengembangan Kawasan Minapolitan

1.7. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Untuk pembahasan masing-masing bab dalam Laporan Akhir Master Plan Kawasan Minapolitan Bernuansa Wisata di Danau Batur Kabupaten Bangli adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisikan tentang latar belakang, tujuan dan sasaran, perumusan masalah, lingkup perencanaan, metodologi, dan sistematika pembahasan.

BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN DAN GAMBARAN UMUM

Pada bab ini berisikan tentang tinjauan kebijaksanaan wilayah atau kawasan perencanaan serta sekitarnya berdasarkan Rencana Tata ruang yang ada misalnya berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)Kabupaten Bangli, RDTR Kecamatan Kintamani serta studi-studi terkait lainnya.

(19)

BAB III KONSEP DAN SKENARIO

Pada sub ini membahas tentang konsep dan skenario dasar untuk penyusunan laporan akhir Penyusunan Master Plan Kawasan Minapolitan Bernuansa Wisata di Danau Batur Kabupaten Bangli

BAB IV ARAHAN KAWASAN PERENCANAAN

Berisikan tentang Arahan kebijakan Kabupaten Bangli dalam kaitannya dengan kawasan minapolitan, Arahan kesesuaian pemilihan Danau Batur sebagai lokasi kawasan rencana pengembangan kawasan Minapolitan, Arahan kesesuaian lokasi sentra minapolitan, Arahan penentuan komiditas utama, Arahan agroekosistim, Arahan lingkage sistim antara kegiatan, Arahan aktivitas, alias hubungan antara ruang, Arahan zoning kawasan tapak perencanaan, program ruang, Arahan infrastruktur, Arahan identitas kawasan tapak, Arahan penataan ruang terbuka hijau serta Arahan strategi pengembangan kawasan minapolitan di Danau Batur. BAB V PENUTUP

Pada bab ini menjelaskan tentang Simpulan dan rekomendasi dari laporan akhir untuk Penyusunan Master Plan Kawasan Minapolitan Bernuansa Wisata di Danau Batur Kabupaten Bangli.

(20)

Tinjauan ini dimaksudkan untuk melihat kedudukan dan peranan wilayah perencanaan dalam lingkup wilayah yang lebih luas, terutama dari aspek kebijaksanaan tata ruang yang ada. 2.1 ARAHAN PERDA PROVINSI BALI NO 16 TAHUN 2009 TENTANG RTRWP BALI

2009 – 2029

2.1.1. Rencana Struktur Ruang

Rencana struktur ruang wilayah Provinsi Bali, terdiri atas :

a. sistem perkotaan yang berkaitan dengan kawasan perdesaan; dan b. sistem jaringan transportasi sebagai prasarana wilayah.

Berkaitan dengan rencana struktur ruang diatas salah satu diantaranya menyebutkan bahwa Sistem wilayah pelayanan perkotaan Bali Utara dengan pusat pelayanan Kawasan Perkotaan Singaraja yang berfungsi sebagai PKW didukung oleh wilayah pelayanan Kawasan-kawasan Perkotaan Seririt sebagai PKL dan Kawasan-kawasan Perkotaan Gerokgak, Busungbiu, Banjar, Pancasari, Sawan, Kubutambahan, Tejakula dan Kintamani yang berfungsi sebagai PPK

2.1.2. Penetapan Kawasan Strategis Provinsi

Penetapan kawasan strategis provinsi dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan sebarannya pada Gambar 2.1.

(21)

Gambar 2.1

Penetapan Kawasan Strategis Provinsi Bali

Sumber : Lampiran XIX, Perda Provinsi Bali No.16/2009 ttg RTRWP Bali

Untuk wilayah kajian penetapan kawasan strategis provinsi Bali ada beberapa butir seperti tabel 2.1 dibawah ini.

Tabel 2.1

Penetapan Kawasan Strategis Provinsi Bali No. Klasifikasi Kawasan Strategis Sebaran Lokasi

1. Kawasan Strategis berdasarkan kepentingan

pertumbuhan ekonomi.

1. Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus (KDTWK) Kintamani,

Bedugul-Pancasari, Tanah Lot, Palasari, Gilimanuk.

2. Kawasan Strategis berdasarkan kepentingan

sosial budaya.

1.Kawasan Radius Kesucian Pura Sad Kahyangan dan Dewata Nawa Sanga berdasarkan Konsepsi Rwa Bhineda, Tri Guna, Catur Lokapala, Sad Winayaka/Padma Bhuana meliputi : Pura Lempuyang Luhur (Puncak Gunung Lempuyang Kabupaten Karangasem), Pura Andakasa (Puncak Gunung Andakasa Kabupaten Karangasem), Pura Batukaru (Lereng Gunung Batukaru Kabupaten Tabanan), Pura Batur (Tepi Kawah

Gunung Batur Kabupaten Bangli), Pura Goa Lawah

(Kabupaten Klungkung), Pura Luhur Uluwatu (Bukit Pecatu Kabupaten Badung), Pura Pucak Mangu (Kabupaten Badung), Pura Agung Besakih (Lereng Gunung Agung Kabupaten Karangasem), Pura Pusering Jagat (Pejeng Kabupaten Gianyar), dan Pura Kentel Gumi di Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung.

(22)

No. Klasifikasi Kawasan Strategis Sebaran Lokasi fungsi dan daya

dukung lingkungan hidup.

Sumber:: Lampiran Perda Prov. Bali No. 16 Tahun 2009 tentang RTRWP Bali 2010 - 2030

2.2. ARAHAN RPJPD KABUPATEN BANGLI 2005-2025 2.2.1. Visi dan Misi Pembangunan Kabupaten Bangli

Sesuai arahan dalam Dokumen RPJPD Bangli tahun 2005 – 2025, Visi Pembangunan Kabupaten Bangli 2005-2025, adalah :

“Terwujudnya Masyarakat Bangli yang Sejahtera, Mandiri, Terdidik dan Siap Mengabdi (sewyakirti) berdasarkan Tri Hita Karana.”

Misi Pembangunan Kabupaten Bangli 2005-2025, adalah 1. Mewujudkan masyarakat Bangli yang tangguh dan unggul 2. Melestarikan kebudayaan Bali

3. Mewujudkan ketertiban dan keamanan masyarakat Bangli yang berkeadilan dan demokratis

4. Mewujudkan masyarakat Bangli yang Sejahtera dan Mandiri 5. Mewujudkan Bangli yang asri dan lestari

2.2.2. Sasaran dan Arah Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Sasaran dan arah pembangunan jangka panjang daerah Kabupaten Bangli 2005-2025, yang terkait dengan penataan ruang adalah, pada sasaran dan arah pembangunan untuk pencapaian Misi ke –lima yaitu misi untuk mewujudkan Bangli yang asri dan lestari.

Sasaran pembangunan jangka panjang untuk mewujudkan Bangli yang asri dan lestari adalah :

a. Lestarinya wilayah Kabupaten Bangli sebagai kawasan resapan air dan penjaga ekosistem Bali yang ditandai dengan meningkatnya kualitas hutan dan vegetasi minimal 30% penutupan daerah aliran sungai (DAS), yang sebagian besar berada di wilayah Kabupaten Bangli.

b. Menurunnya proposi luas lahan kritis baik di kawasan hutan maupun kawasan budidaya c. Terwujudnya pemerataan pengembangan wilayah Bangli guna mempersempit

ketimpangan wilayah Bangli bagian utara dengan wilayah Bangli bagian selatan yang ditandai dengan dimekarkannya wilayah Kecamatan Kintamani, kebutuhan pengembangan jaringan jalan provinsi pada ruas Bayunggede – Belancan –

(23)

Manikliyu – Belantih/Catur, tambahan kelengkapan fasilitas dan perluasan permukiman perkotaan di ibukota kabupaten maupun ibukota masing – masing kecamatan, penegasan fungsi kawasan perkotaan Kayuamba, sebagai kawasan perdagangan dan jasa wilayah.

d. Terwujudnya pembangunan konservasi DAS dan prasarana Sumber Daya Alam (SDA), prasarana sumber daya air untuk menunjang kebutuhan air baku, sarana prasarana air minum, air limbah, persampahan, transportasi, energi, dan telekomunikasi maupun telematika yang handal.

e. Terpenuhinya kebutuhan air minum dan irigasi non sawah yang ditandai dengan peningkatan pemanfaatan air baku yang ada untuk air minum dan irigasi perkebunan atau hortikultura untuk peningkatan produksi dan nilai tambah kawasan.

f. Terwujudnya infrastruktur untuk deteksi dini bencana alam (letusan gunung berapi, gempa, tanah longsor) serta bencana lainnya, dan infrastruktur tanggap darurat terhadap bencana.

Arah pembangunan jangka panjang untuk mewujudkan Bangli yang asri dan lestari adalah : a. Sumberdaya alam dikembangkan dan dimanfaatkan dengan memperhatikan

prinsip-prinsip konservasi dan kebijakan otonomi daerah terutama dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat umum, mengembangkan wilayah strategis dan cepat tumbuh, serta memperkuat kapasitas dan komitmen daerah untuk mendukung pembangunan berkelanjutan dengan pendekatan suatu kesatuan “ekosistem pulau Bali”. Peningkatan partisipasi masyarakat akan pentingnya pemanfaatan SDA dan lingkungan hidup dilakukan melalui pemberdayaan terhadap berbagai institusi sosial di tingkat lokal, serta pengakuan terhadap hak-hak adat dan pemerintah daerah atas sumberdaya alam. Pengelolaan sumberdaya alam di Kabupaten Bangli harus selalu mempertimbangkan kearifan-kearifan lokal yang telah berkembang di masyarakat sehingga keberlanjutan fungsi lingkungan dapat dipertahankan. Disamping itu, SDA dikembangkan dan dimanfaatkan dengan memperhatikan aspek keamanan, kemakmuran, ketahanan nasional, dan lingkungan guna mencegah serta mengatasi berbagai krisis dan konflik di tengah masyarakat yang diakibatkan oleh persaingan atas pemanfaatannya serta permasalahan sosial lainnya.

b. Pembangunan berwawasan dan ramah lingkungan dikembangkan pada semua bidang pembangunan utamanya pembangunan bidang ekonomi yang

(24)

hidup, pengembangan ekonomi yang memanfaatkan jasa lingkungan hidup, serta tujuan – tujuan pemulihan dan rehabilitasi yang berkelanjutan sehingga meningkatnya daya dukung lingkungan hidup dalam pembangunan Bangli yang berkelanjutan dengan perhatian khusus ditujukan bagi kesejahteraan masyarakat lokal agar mereka dapat menikmati hasil dari pemanfaatan sumberdaya alam yang berlokasi di daerahnya.

c. Arah pembangunan di kawasan Danau Batur diupayakan kepada peningkatan kualitas air dan pengendalian tingkat pencemaran dan kerusakannya melalui perbaikan manajemen dan sistem pengelolaan danau, pembangunan fisik yang terkendali serta pengendalian pencemaran oleh berbagai aktivitas di sekelilingnya.

d. Pembangunan sistem transportasi perlu diintegrasikan dengan pengembangan tata ruang wilayah serta diarahkan untuk aksesibilitas dan pergerakan yang lebih memberdayakan wilayah Bangli bagian Utara dengan bagian selatan (termasuk bagian Timur dan Barat). Hal ini perlu dilakukan melalui peningkatan aksesbilitas di dalam wilayah Bangli untuk mengembangkan wilayah dan mengoptimalkan potensi wilayah terutama Bangli Utara serta penambahan jaringan jalan penghubung Selatan-Utara untuk meningkatkan aksesibilitas. Pembangunan sistem transportasi perkotaan di Bangli perlu diarahkan untuk meningkatkan pangsa pasar pengguna angkutan umum mencapai sebesar 50% dari total pelaku perjalanan harian. Hal ini guna mewujudkan angkutan umum sebagai inti sistem transportasi kota. Untuk itu, selain peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan angkutan umum melalui pemberian insentif bagi angkutan umum, perlu pula dikembangkan kebijakan sistem disinsentif bagi kendaraan pribadi sebagai akibat tingginya penggunaan kendaraan pribadi. Di sisi lain juga dilakukan peningkatan disiplin dan tertib lalu lintas melalui pemenuhan kebutuhan fasilitas keselamatan lalu lintas, sosialisasi peraturan perundang-undangan dan penegakan hukum terhadap pelanggaran peraturan lalu lintas terkait dengan kelancaran, keamanan dan keselamatan transportasi.

(25)

2.3. RENCANA POLA RUANG WILAYAH

Rencana pola ruang wilayah kabupaten merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah kabupaten yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budidaya.

Rencana pola ruang wilayah kabupaten berfungsi:

a. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten;

b. Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang; c. Sebagai dasar penyusunan indikasi program pembangunan; dan

d. Sebagai dasar pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kabupaten. Rencana pola ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan:

a. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;

b. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah kabupaten;

c. Kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan lingkungan; d. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

Rencana pola ruang wilayah kabupaten Bangli merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWN, RTRWP Bali, RTRW Kabupaten Berbatasan yang telah ada beserta rencana rinci yang telah ada, terdiri dari Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya. Hirarki fungsi ruang kawasan lindung dan kawasan budidaya di Kabupaten bangli terdiri dari :

A. KAWASAN LINDUNG

a1) Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya;

• kawasan hutan lindung; dan

• kawasan resapan air. a2) Kawasan perlindungan setempat

• Kawasan suci (kawasan gunung, kawasan danau, kawasan campuhan)

• Kawasan tempat suci (radius kesucian kawasan pura Sad Kahyangan, radius kesucian kawasan pura Dang Kahyangan, radius kesucian kawasan pura Kahyangan Tiga dan radius kesucian kawasan pura lainnya)

• Kawasan sempadan jurang;

• Kawasan sekitar danau; dan

• Ruang terbuka hijau kota.

a3) Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya

(26)

a4) Kawasan rawan bencana alam

• kawasan rawan tanah longsor;

• kawasan rawan banjir a5) Kawasan lindung geologi.

• Kawasan cagar alam geologi

• Kawasan rawan bencana alam geologi (kawasan rawan letusan gunung berapi, kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan gerakan tanah, Kawasan rawan yang terletak di zona patahan aktif dan kawasan rawan bahaya gas beracun).

• kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah (kawasan

imbuhan air tanah dan sempadan mata air) a6) Kawasan lindung lainnya.

• Kawasan perlindungan plasma nutfah; B. KAWASAN BUDIDAYA

b1) kawasan peruntukan hutan produksi;

• Kawasan Hutan Produksi terbatas

• Kawasan Hutan Rakyat b2) kawasan peruntukan pertanian;

• kawasan peruntukan pertanian lahan basah;

• kawasan peruntukan pertanian lahan kering;

• kawasan peruntukan pertanian hortikultura b3) kawasan peruntukan perkebunan.

b4) kawasan peruntukan perikanan. b5) Kawasan peruntukan peternakan b6) kawasan peruntukan industri; b7) kawasan peruntukan pariwisata;

• Daya Tarik Wisata Khusus (DTWK)

• Daya Tarik Wisata (DTW)

b8) kawasan peruntukan permukiman; dan/atau

• permukiman perkotaan; dan

• permukiman perdesaan.

• kawasan peruntukan pertambangan;

(27)

Gambar 2.2

(28)

NO JENIS POLA RUANG LUAS (HA) %

A KAWASAN LINDUNG 10,672.10 20.49

1 Hutan Lindung 6,239.01 11.98

2 Taman Wisata Alam 2,649.27 5.09

3 Danau 1,667.00 3.20

4 Sempadan Sungai 14.96 0.03

5 Sempadan Danau 101.86 0.20

B KAWASAN BUDIDAYA 41,408.90 79.51

1 Permukiman 5,072.58 9.74

2 Kaw. Budidaya Tanaman Pangan 2,734.76 5.25

3 Kaw Budidaya Pekebunan 25,291.64 48.56

4 Kaw Budidaya Hortikultura 1,522.99 2.92

5 Hutan Produksi Terbatas (HPT) 453.00 0.87

6 Kawasan Hutan Rakyat 4,550.43 8.74

7 Kaw. Efektif Daya Tarik Wisata Khusus 1,783.50 3.42 52,081.00 100.00 C KAWASAN BUDIDAYA BERFUNGSI LINDUNG

1 Hutan Produksi Terbatas 453.00 0.87

2 Kawasan Hutan Rakyat 4,550.43 8.74

3 Kawasan Budidaya Perkebunan 25,291.64 48.56

4 Kawasan Budidaya Hortikultura 1,522.99 2.92

31,818.06 61.09 TOTAL

Sumber : Hasil Perhitungan Tim Penyusunan RTRWK Bangli, 2009 TOTAL

Sebaran kawasan lindung dan kawasan budidaya di Kabupaten Bangli dapat dilihat pada Tabel 2.2. dan Gambar 2.3. Komposisi kawasan lindung adalah 20,49% dan Kawasan Budidaya 79,51%, namun dalam Komponen Kawasan Budidaya terdapat Kawasan Perkebunan dan Kehutanan yang berfungsi perlindungan sebesar 61,09%.

Tabel 2.2.

Rencana Pola Ruang Wilayah

RENCANA POLA RUANG KAWASAN LINDUNG

Berdasarkan komposisi komponen kawasan lindung yang telah diuraikan, maka rencana pemantapan kawasan lindung di Kabupaten Bangli adalah seluas 10.672,10 Ha atau 20,49% dari luas wilayah, yang rinciannya dapat dilihat pada Tabel 5.8.

Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahannya A. Kawasan Hutan lindung

Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberi perlindungan terhadap kawasan sekitarnya atau bawahannya. Tujuan perlindungannya adalah untuk mencegah terjadinya erosi, bencana banjir, sedimentasi,

(29)

dan menjaga fungsi hidrologis tanah untuk menjamin ketersedian unsur hara tanah, air tanah, dan air permukaan.

Kawasan hutan lindung di Kabupaten Bangli adalah kawasan yang telah ditetapkan pemerintah menjadi Hutan Lindung seluas 6.239,01 Ha atau 11,98% luas wilayah kabupaten. Sebaran hutan lindung seluruhnya terdapat di Kecamatan Kintamani, mencakup :

1 Hutan Lindung Munduk Pengajaran, luas 613 ha. 2 Hutan lindung Gunung Abang, luas 1.406,71 ha 3 Hutan lindung Penulisan Kintamani, luas 4.219,30 ha

Penggunaan dan pemanfaatan lahan di kawasan lindung harus sesuai dengan fungsi kawasan dan tidak boleh mengganggu fungsi alam, tidak mengubah bentang alam serta ekosistem alami. Oleh karena fungsi utamanya adalah perlindungan, maka setiap kegiatan yang dilakukan pada kawasan hutan lindung harus mengikuti kaidah-kaidah perlindungan dan kaidah-kaidah konservasi, agar kawasan tersebut dapat dipertahankan dan dilestarikan.

B. Kawasan Resapan Air

Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akifer) yang berguna sebagai sumber air. Keberadaan kawasan resapan air sulit dipisahkan dengan kawasan lain terutama kawasan budidaya pertanian. Karena itu, luasan kawasan konservasi dan resapan air di Kabupaten Bangli tidak dapat di deleniasi secara pasti. Kawasan ini tersebar di masing-masing kecamatan yang ada di Kabupaten Bangli, dan tersebar lebih luas di wilayah Kecamatan kintamani.

Rencana pola ruang kawasan resapan air berupa Daerah Aliran Sungai (DAS) pada Satuan Wilayah Sungai (SWS) Bangli yang mencakup seluruh wilayah daerah yang meliputi DAS Pekerisan (66,436 Km²), DAS Melangit (52,568 Km²), DAS Sangsang (84,117 Km²) dan DAS Bubuh (59,563 Km²) serta tersebar pada kawasan hutan lindung, kawasan penyangga hutan lindung dan kawasan pertanian.

Kawasan resapan air, ditetapkan dengan kriteria: curah hujan tinggi, berstruktur tanah yang mudah meresapkan air, geomorfologi yang mampu meresapkan air secara besar-besaran.

(30)

Gambar 2.3

(31)

Rencana Pola Ruang Kawasan Perlindungan Setempat A. KAWASAN SUCI

Kawasan-kawasan suci yang dipandang memiliki nilai kesucian oleh umat Hindu menurut Bhisama Radius Kesucian Pura adalah Kawasan gunung, danau, campuhan, pantai dan laut. Kawasan suci yang terdapat di Kabupaten Bangli adalah kawasan Gunung, Danau, Campuhan dan Mata Air.

a1. Kawasan suci gunung;

• Sebaran lokasi kawasan suci gunung mencakup seluruh kawasan dengan kemiringan sekurang-kurangnya 45 derajat pada badan gunung menuju ke puncak gunung yang ada di kabupaten Bangli mencakup Gunung Batur, Puncak gunung penulisan, dan lereng Gunung Abang.

• Arahan pengelolaan kawasan suci gunung disetarakan dengan kawasan hutan lindung dan kawasan resapan air dalam rangka penerapan konsep wana kertih a2. Kawasan suci danau;

• Kawasan suci danau mencakup Kawasan Danau Batur beserta sempadan

danaunya.

• Arahan pengelolaan kawasan disetarakan dengan kawasan sempadan mata air dan kawasan sempadan danau sekaligus dalam rangka penerapan konsep danu kertih

B. KAWASAN SEKITAR DANAU BATUR

Kawasan Sekitar Danau Batur adalah kawasan tertentu di sekeliling Danau Batur yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi danau. Tujuan perlindungan adalah untuk melindungi danau dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu kelestarian fungsi danau.

Kriteria penetapan kawasan sekitar danau adalah :

a. Daratan dengan jarak 50 (lima puluh) meter sampai dengan 100 (seratus) meter dari titik pasang air danau tertinggi; atau

b. Daratan sepanjang tepian danau yang lebarnya proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik danau.

Arahan pengelolaan kawasan Danau Batur dan sekitarnya adalah ditujukan bagi perlindungan kawasan meliputi :

(32)

Pengendalian kegiatan yang dapat mengganggu nilai kesucian danau, teruatama pada kawasan pinggir danau yang digunakan untuk upacara agama;

Pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar danau; Pengamanan dan pelestarian di daerah hulu

Pemanfaatan untuk kegiatan budidaya perikanan

Pemanfaatan untuk kegiatan rekreasi air secara terbatas Pemanfaatan untuk kegiatan transportasi penyebarangan Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam Dan Cagar Budaya

Sesuai dengan UU no 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, kawasan pelestarian alam terdiri dari beberapa kawasan yang terdapat di Kabupaten Bangli, yaitu : Taman Wisata Alam dan Kawasan Cagar Budaya.

A. Taman Wisata Alam

Taman Wisata Alam (TWA) adalah kawasan yang mewakili ekosistem khas yang merupakan habitat alami yang memberikan perlindungan bagi perkembangan flora dan fauna yang khas dan beraneka ragam dan berfungsi sebagai tempat wisata.

Taman Wisata Alam yang terdapat di Kabupaten Bangli terletak di Kecamatan Kintamani adalah TWA Batur-Bukit Payang seluas 2.075 ha dan TWA Penelokan seluas 574,27 ha

Tujuan perlindungan kawasan suaka alam adalah untuk melindungi flora dan fauna yang khas, bagi kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan pengembangan obyek dan daya tarik wisata.

Arahan pengelolaan Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) adalah :

a. kawasan taman wisata alam harus memeiliki ketentuan zonasi untuk zona inti, zona pemanfaatan, dan zona lain yang dapat mendukung pelestarian sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.

b. Pembatasan kegiatan wisata alam apabila kawasan tersebut juga sekaligus merupakan kawasan suci

B. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan

Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan adalah tempat serta ruang di sekitar bangunan bernilai budaya tinggi dan sebagai tempat atau ruang di sekitar situs purbakala dan kawasan yang memiliki bentukan geologi alami yang khas.

(33)

Tujuan perlindungan kawasan ini adalah untuk melindungi kekayaan budaya bangsa berupa peninggalan sejarah, bangunan, arkeologi, monumen nasional, dan keragaman bentukan geologi yang berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan dari ancaman kepunahan yang disebabkan oleh kegiatan alam dan manusia. Kriteria penetapan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan mencakup :

a. tempat di sekitar bangunan bernilai budaya tinggi; b. situs purbakala; dan

c. kawasan dengan bentukan geologi tertentu yang mempunyai manfaat tinggi untuk kepentingan sejarah, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan.

Sebaran kawasan cagar budaya di Kabupaten Bangli dapat dilihat pada Tabel 2.3, dan arahan pengelolaan kawasan cagar budaya :

a. pemanfaatan untuk penelitian, pendidikan, dan pariwisata; b. perlindungan bangunan cagar budaya dan

c. perlunya pengembangan arahan peraturan zonasi kawasan cagar budaya

Tabel 2.3.

Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan Kabupaten Bangli NO CAGAR BUDAYA NAMA LOKASI DESA/

KECAMATAN

LUAS

(HA) PENELITIAN

1 P. Indra Kila Dausa/ Kintamani 0 -

2 P. Tuluk Biyu Batur/ Kintamani 0.18 Drs. M.M Sukarto, 1974/1975

3 P. Batur Ulun Danu Batur/ Kintamani 0 -

4 P. Tegeh Koripan

Sukawana/

Kintamani 0.10 Dr. W.F. Stutterheim, 1929

5 P. Kehen Cempaga/ Bangli 0 -

6 P. Gede Pusering Jagat Trunyan/ Kintamani 0.20 Walter Spies, 1933 7 Candi Tebing Tambahan Tembahan/ Tembuku 0 Made Sutaba, 1963

8 P. Puseh Mengguh Mengguh/ Kintamani 0.05 Bid. PSK dan Suaka Sejarah dan Purbakala, 1976 9 P. Puncak Sari Batukaang/ Kintamani 0.12 LPPN II Gianyar, 1976

10 P. Puseh Batukaang/ Kintamani 0.07 LPPN II Gianyar, 1976

11 Pura Puser Tasik Bangbang,

Tembuku.

Jumlah 0.72

Sumber : Raperda RTRWP Bali, 2009 Kawasan Rawan Bencana

Kawasan rawan bencana alam adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam, terdiri dari kawasan rawan tanah longsor, dan rawan

(34)

kebakaran. Di Kabupaten Bangli kawasan rawan bencana yang berpotensi adalah Kawasan rawan tanah Longsor.

Kawasan rawan tanah longsor ditetapkan dengan kriteria kawasan berbentuk lereng yang rawan terhadap perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran (dengan kondisi kemiringan lereng lebih curam dari 40º ) Lokasi kawasan rawan tanah longsor terdiri dari kawasan-kawasan dengan tingkat kerawanan sedang - tinggi yang terletak pada daerah lereng bukit / perbukitan , lereng gunung / pegunungan, dan tebing / lembah sungai.

Sebaran lokasi tersebut di atas terutama terdapat di : 1. Lereng kaldera Batur memutar bagian dalam

2. Lereng Kaldera batur bagian luar arah utara, barat dan selatan

3. Kawasan dengan kemiringan terjal di seluruh wilayah Kabupaten Bangli di luar lereng kaldera Batur

Kawasan rawan bencana kebakaran, adalah kawasan-kawasan lahan kering dan kawasan hutan, yang sering terjadi kebakaran baik yang disebabkan oleh pembukaan lahan serta karena kondisi iklim dan cuaca yang merangsang terjadinya kebakaran, mencakup kawasan hutan yang menjadi RPH Kintamani Barat, RPH Kintamani Timur dan RPH Penelokan.

Kawasan Lindung Geologi

Kawasan lindung geologi yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundangan tersebut diatas adalah berfungsi sebagai perlindungan kelestarian yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan, serta juga perlindungan terhadap keselamatan manusia dan mahluk hidup lainnya dari kerawanan fisik lingkungan yang diakibatkan oleh adanya proses geologi.

Kawasan Lindung Geologi terdiri dari dari : a. Kawasan Cagar Alam Geologi terdiri atas : b. Kawasan Rawan Bencana alam Geologi;

c. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah A. Kawasan Cagar Alam Geologi

Sebaran kawasan cagar alam geologi terdiri dari :

A1. Kawasan Yang Mempunyai Keunikan Bentang Alam

Kawasan Kaldera Gunung Batur adalah termasuk dalam kawasan cagar alam geologi yang mempunyai keunikan bentang alam berupa kawah, kaldera, leher vulkanik. Keunikan bentang alam Gunung Batur ini telah memberikan panorama alam yang sangat indah yang menjadai daya tarik wisata utama di Kabupaten Bangli. Pada beberapa tulisan, Kawasan Gunung Berapi Aktif yang mudah dilihat dan dinikmati

(35)

persitiwa alamnya secara langsung hanya terdapat bebarapa saja di dunia dan salah satunya adalah Gunung Batur. Potensi ini dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata alam yang menarik dengan tema edukasi dan petualangan dan suasana alami.

A3. Kawasan Yang Mempunyai Keunikan Proses Geologi

Kawasan kaldera Gunung Api Batur juga mempunyai keunikan proses geologi yaitu kawasan yang mempunyai kemunculan gas solfatara, fumaroia, dan gas beracun lainnya

B. Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi :

Sebaran kawasan rawan bencana alam geologi terdiri dari :

B1. Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi Gunung Batur Kriteria Kawasan rawan letusan gunung berapi adalah :

• Wilayah disekitar kawah atau kaldera; dan/atau

• Wilayah yang sering terlanda awan panas, aliran lava, aliran lahar lontaran atau guguran batu pijar dan /atau aliran gas beracun.

Kawasan gunung berapi Gunung Batur memenuhi kriteria diatas, dan penetapan Kawasan rawan letusan gunung berapinya dibagi menjadi :

1. Kawasan Rawan Bencana III ( Daerah Terlarang ) adalah :

• Kawasan terlanda aliran lava, hujan abu, pasir, lapili dan kemungkinannya adanya gas beracun terutama di daerah puncak G. Batur, Lereng bagian Tenggara, Selatan, Barat Daya, barat dan Barat laut.

2. Kawasan Rawan Bencana II ( Daerah Bahaya ) adalah :

• Kawasan yang berpotensi terlanda hujan abu lebat dan kemungkinan perluasan aliran lava serta lontaran batu pijar, bom, lapili dan pasir.

• Daerahnya mencakup kaki sebelah utara, Timur Laut dan Timur G. Batur hingga berbatasan dengan dinding kaldera dalam Batur dan danau Batur karena lokasi tersebut kemungkinannya berpindah-pindah;

• Daerahnya meliputi jari-jari ± 3 Km dari puncak G.Batur (tergantung letusan gunung api tersebut ), sedangkan daerah yang diperkirakan terkena adalah Desa Songan A dan Desa Songan B.

3. Kawasan Rawan Bencana I ( Daerah Waspada ) adalah :

• Meliputi sektor antara batas kaldera II sampai batas Kaldera I; Daerah ini hanya terancam hujan abu dan kemungkinan lontaran batu pijar, dan bilamana letusan yang kuat maka akan terjadi bom gunung api sampai

(36)

didaerah tersebut; Dearah penyebarannya meliputi kawasan kaldera Batur dengan radius ± 6 Km dari puncak G.Batur.

• Daerah ini terdapat pemukiman dan kegiatan usaha, namun ada juga daerah yang rawan terkena tanah longsor seperti jalan Penelokan dan Kutadalem yang melintang sepanjang punggung yang dikiri kanannya jurang; Dan bilamana sewaktu-waktu terjadi gempa baik vulkanik maupun Tektonik yang kuat atau hujan yang sangat lebat, mungkin pada beberapa tempat tersebut akan terjadi longsor.

Arahan mitigasi dan adaptasi kawasan gerakan tanah meliputi :

a. Melakukan rehabilitasi dan konservasi lahan yaitu dengan jalan melakukan perbaikan pola tanam dan upaya konservasi lahan (sengkedan, tanaman keras dan lain-lain) untuk menahan laju gerakan tanah

b. Membatasi kegiatan budidaya;

c. Memasang sistem peringatan dini kawasan rawan gerakan tanah d. Pengembangan sistem jaringan drainase;

e. Pengembangan bangunan penahan gerakan tanah;

f. Pengaturan kegiatan budidaya yang sesuai dengan kondisi fisik kawasan. B2. Kawasan Rawan Bahaya Gas Beracun

Kawasan rawan bahaya gas beracun ditetapkan dengan kriteria wilayah yang berpotensi dan /atau pernah mengalami bahaya gas beracun terutama didaerah kawah / kaldera gunung berapi Gunung Berapi Batur.

Arahan mitigasi dan adaptasi kawasan rawan bahaya gas beracun, meliputi : a. Pengembangan sistem peringatan dini;

b. Pembatasan dan pengaturan pusat permukiman dan kegiatan manusia di kawasan yang pernah dan /atau berpotensi mengalami bahaya gas beracun.

(37)

Gambar 2.4

(38)

Kawasan Peruntukan Pertanian A. Kawasan Budidaya Hortikultura

Kawasan pertanian hortikultura adalah kawasan yang diperuntukkan bagi budidaya tanaman semusim dan tahunan. Pengembangan kawasan pertanian hortikultura di Kabupaten Bangli sebagian besar bercampur dengan kawasan perkebunan, namun di beberapa lokasi berupa khusus tanaman sayur-sayuran maupun buah-buahan dengan luas 1.522,99 ha atau 2,92% dari luas wilayah Kabupaten Bangli diarahkan di seluruh kecamatan, terutama lahan yang diusahakan secara intensif untuk kegiatan tanaman hortikultura. Komoditas hortikultura yang berkembang di Kabupaten Bangli adalah tanaman jeruk. Jeruk Kintamani telah mampu bersaing sebagai komoditas lokal unggulan Kabupaten Bangli dengan jeruk-jeruk import, sehingga peningkatan kualitas dan luasan areal perlu ditingkatkan.

Arahan pengelolaan kawasan budidaya hortikultura dilaksanakan melalui:

a. Pengembangan luas areal pada lahan-lahan yang memiliki potensi/kesesuaian lahan untuk budidaya hortikultura unggulan secara optimal;

b. Pemanfaatan lahan basah yang belum beririgasi pada bulan-bulan kering;

c. Pemilihan jenis komoditi yang memilki nilai ekonomis tinggi dengan masa tanaman singkat;

d. Pembatasan perluasan lahan budidaya hortikultura dari kawasan budidaya perkebunan dan peruntukan hutan rakyat;

e. Pengendalian kegiatan budidaya hortikultura pada kawasan yang memiliki kemiringan di atas 40% (empat puluh persen), untuk diarahkan bercampur atau dikembalikan kepada tanaman budiaya perkebunan atau tanaman kehutanan (agroforestry) untuk mendukung kestabilan lereng dan mencegah kerawanan longsor;

f. Pemantapan kawasan agropolitan berbasis pertanian hortikultura sebagai penggerak perekonomian kawasan perdesaan;

g. Pengembangan kemitraan dengan sektor industri dan pariwisata;

h. Pengembangan luasan kawasan budidaya hortikultura organic secara bertahap pada tiap subak dan dan desa sesuai potensinya.

Kawasan budidaya hortikultura, ditetapkan dengan kriteria:

a. Pengembangan luas areal pada lahan-lahan yang memiliki potensi/kesesuaian lahan sebagai bahan pertanian lahan kering secara optimal;

(39)

c. Pemilihan jenis komoditi yang memiliki nilai ekonomis tinggi dengan masa tanam singkat.

B. Kawasan Budidaya Perkebunan

Kawasan budidaya perkebunan adalah kawasan yang diperuntukkan bagi budidaya perkebunan rakyat baik perkebunan dengan komoditi khusus. Komoditi perkebunan di Kabupaten Bangli yang telah terkenal adalah kopi arabika. Keberadaan kopi arabika di Kabupaten Bangli telah mendapat pengakuan nasional dan internasional dengan dikembangkananya sertifikat indikasi geografis. Luas perkebunan rakyat untuk kopi arabika memang terluas, dan secara total luas perkebunan pada 2007 adalah 7.652 ha atau 14.88% dari luas wilayah. Mengingat ketersediaan lahan yang masih luas, potensi alami dan geografis yang dimiliki serta upaya pelestarian lingkungan dengan tetap mengembangkan komoditi yang mempunyai nilai jual secara internasional, maka perluasan areal perkebunan menjadi alternatif peningkatan nilai tambah wilayah.

Perluasan areal perkebunan diarahkan memanfaatkan semaksimal mungkin potensi yang masuh tersedia yaitu 25.291,64 Ha atau 48,567% dari luas wilayah.

Pengelolaan kawasan budidaya perkebunan dilaksanakan melalui:

a. Pengembangan luas areal tambahan dari luas yang ada pada lahan-lahan yang memiliki potensi/kesesuaian lahan sebagai lahan perkebunan/ tahunan secara optimal dan dengan tetap memperhatikan asas kelestarian sumberdaya lahan; b. Pengembangan kegiatan perkebunan dengan system agribisnis yang didukung

pengembangan agroindustri dan Kawasan agropolitan

c. Pengembangan lahan perkebunan terintegrasi dengan dengan komoditas lainnya; d. Pemantapan dan pelestarian kawasan perkebunan dengan komoditas-komoditas

khas yang sebagai keunggulan tanaman pekebunan daerah;

e. Wilayah yang menghasilkan produk perkebunan yang bersifat spesifik lokasi dilindungi kelestariannya dengan sertifikat indikasi geografis;

f. Wilayah yang sudah ditetapkan untuk dilindungi kelestariannya dengan indikasi geografis dilarang dialihfungsikan;

g. Pengembangan kemitraan dengan sektor industri dan pariwisata dan

pengembangan agrowisata;

h. Pengembangan luasan kawasan perkebunan organik secara bertahap pada tiap subak dan desa sesuai potensinya.

(40)

a. Pengembangan luas areal pada lahan-lahan yang memiliki potensi/kesesuaian lahan untuk tanaman perkebunan/ tanaman tahunan secara optimal dengan tetap memperhatikan kelestarian sumberdaya lahan;

b. Pengembangan tanaman perkebunan diprioritaskan pada tanaman yang memiliki produktivitas tinggi dan daya saing tinggi serta mampu mendukung kelestarian lingkungan.

C. Kawasan Budidaya Peternakan

Kawasan budidaya peternakan diperuntukkan bagi kegiatan peternakan hewan besar, hewan kecil dan tidak dikembangkan dalam bentuk padang penggembalaan ternak sehingga batasan lokasinya tidak dapat dipetakan secara tegas dan diarahkan secara terpadu dan terintegrasi bercampur dengan kawasan peruntukan pertanian. Kegiatan peternakan meliputi peternakan besar (sapi) dan peternakan kecil (ayam, itik, babi, Kambing dll).

Arahan pengelolaan kawasan budidaya peternakan dilaksanakan melalui:

a. Pemanfaatan ruang bercampur dengan kegiatan peruntukan lainnya, terutama kawasan peruntukan pertanian dan permukiman secara terbatas;

b. Pemanfaatan lahan pertanian yang dapat mensuplai bahan makanan ternak secara terpadu dan terintegrasi;

c. Pemanfaatan lahan pekarangan permukiman perdesaan, untuk kegiatan

peternakan skala rumah tangga;

d. Pemanfaatan lahan kritis melalui pengembangan rumput, leguminosa, semak, dan jenis pohon yang tahan kering dan sesuai untuk makanan ternak;

e. Pemanfaatan lahan yang sesuai bagi kegiatan peternakan secara optimal

f. Pemantapan pelayanan Pasar Hewan di Kelurahan Cempaga Bangli (untuk Kawasan Perkotaan Bangli dan sekitarnya serta Pasar hewan Kayuamba untuk pelayanan regional.

g. Pengembangan kawasan agropolitan promosi Tiga-Pengelumbaran untuk

komoditas unggulan peternakan sapi masyarakat Kawasan budidaya peternakan, ditetapkan dengan kriteria:

a. Pemanfaatan area pertanian untuk menghasilkan produk usaha peternakan yang bernilai ekonomi tinggi;

b. Pengembangan pada area pertanian lahan kering atau kritis yang produktivitasnya rendah;

c. Keterpaduan kegiatan peternakan dengan kawasan pertanian tanaman

(41)

d. Kemampuan mendayagunakan bahan pakan rerumputan, semak dan pepohonan serta hasil pertanian dan limbah pertanian secara optimal untuk pakan ternak; e. Kemampuan mengoptimalkan sumber daya lahan dan lingkungan secara optimal;

dan

f. Kemampuan mempertahankan pelestarian plasma nutfah dan konservasi lahan secara berkelanjutan.

Kawasan Peruntukan Perikanan A. Peruntukan Perikanan Tangkap

Peruntukan kegiatan perikanan tangkap diperairan umum untuk wilayah Kabupaten Bangli seluas 1.639,90 Ha atau 3.15% dari luas Kabupaten Bangli, yang tersebar di Daerah Aliran Sungai, Kawasan Waduk dan Kawasan Danau Batur. Untuk pengembangan kegiatan budidaya perikanan di Kawasan Danau Batur, harus ada suatu studi penelitian ambang batas pengembangan kegiatan budidaya perikanan di Kawasan Danau Batur.

B. Peruntukan Budidaya Perikanan

Peruntukan kawasan budidaya perikanan mencakup :

a. perikanan budidaya keramba jaring apung (KJA) di Danau Batur dengan potensi pengembangan seluas 81,9 Ha (delapan puluh satu koma sembilan hektar) atau 5% (lima persen) dari luas Danau Batur; dan

b. perikanan budidaya di sawah dan di kolam. C. Kawasan pengolahan hasil perikanan

Kawasan pengolahan hasil perikanan merupakan kegiatan meningkatkan nilai tambah hasil perikanan dalam bentuk industri kecil hasil perikanan yang tersebar di seluruh wilayah bercampur dengan kawasan permukiman

Kawasan Pertambangan

Kegiatan pertambangan adalah kegiatan yang memanfaatkan peruntukan ruang sesuai arahan pola ruang untuk kegiatan pertambangan.

Kawasan peruntukan pertambangan Kabupaten Bangli, mencakup:

1. Lokasi kawasan pertambangan galian C terutama di Kawasan Yeh Mampeh pada dasar kaldera Batur dan ditegaskan lebih lanjut dalam Rencana Detail Tata Ruang Kawasan.

(42)

2. Lokasi kegiatan pertambangan pengambilan air bawah tanah tersebar di seluruh wilayah kabupaten dengan kapasitas pengeboran sesuai dengan potensi yang tersedia dan pemanfaatannya sesuai dengan ketentuan penatagunaan air; dan

3. Lokasi kegiatan pertambangan skala kecil lainnya, pada kawasan yang potensial dengan memperhatikan kelestarian lingkungan.

Arahan pengelolaan kawasan budidaya pertambangan dilaksanakan melalui:

a. Pengembangan masterplan kegiatan pertambangan Galian C di Kawasan Kaldera Batur b. Kegiatan penambangan pada dasarnya adalah terbatas dan temporer, tidak permanen c. Pembatasan eksploitasi Galian C, sampai pada tahap tidak menggangu keamanan

kegiatan penambangan dan view lingkungan sekitar penambangan d. Pengaturan jalur dan jadwal angkutan pembawa hasil penambangan

e. Perbaikan rona lingkungan pada kawasan yang telah tidak direkomendasi untuk penambangan baru

f. Pelarangan kegiatan pengambilan batu padas, pasir dan batu pada kawasan-kawasan tebing sungai.

Kawasan Peruntukan Industri

Kawasan peruntukan kegiatan industri merupakan kawasan yang diperuntukan bagi kegiatan industri pariwisata yang bercampur dengan permukiman baik di kawasan permukiman perkotaan maupun kawasan permukiman perdesaan, terkait dengan potensi sumber daya alam setempat, industri kreatif dan industri kerajinan penunjang kepariwisataan.

Kawasan peruntukan industry di Kabupaten Bangli diarahkan pada kegiatan Sentra-Sentra Industri Kecil yang dapat bercampur dengan kawasan permukiman baik di Kawasan Permukiman Perkotaan maupun Kawasan Permukiman Perdesaan.

Kegiatan industry yang dikembangkan terkait dengan potensi sumber daya alam setempat, induatri kreatif dan industry kerajinan penunjang kepariwisataan.

Sebaran pengembangan peruntukan kegiatan industri mencakup :

• Industri terkait kerajinan bambu sebagai ikon produksi kerajinan Kabupaten Bangli, tersebar di Kecamatan Bangli dan Kecamatan Susut.

• Industri terkait pengolahan bahan makanan potensi sumber daya perkebunan yang ada seperti kopi, jeruk, buah-buahan lainnya;

• Industri terkait bahan setengah jadi, untuk produksi barang kerajinan dari bahan hasil kehutanan (kayu);

(43)

Industri kecil makanan pengolahan hasil perikanan budidaya;

• Industri kreatif terkait production house atau software mengingat kawasan sekitar Danau Batur mampu memberikan suasana segar untuk pengembangan keilmuan yang ditunjang teknologi komunikasi yang handal; dan

• Industri kreatif lainnya.

Pengembangan Kawasan Industri Tertentu untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Kawasan Perkotaan Kayuamba dengan luasan minimal 5 ha (lima hektar) mencakup pemusatan kegiatan industri

Kawasan Peruntukan Pariwisata

Kawasan peruntukkan pariwisata adalah kawasan yang diperuntukan bagi kegiatan pariwisata atau segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata.

Sektor pariwisata di dalam ruang selanjutnya diwujudkan dalam wadah aktivitas yang secara dominan mengakomodasi kegiatan kepariwisataan, berdasarkan potensi daya tarik wisata yang ada. Wujud ruang peruntukan pariwisata juga memperhatikan ketentuan dari UU. No. 10 tentang kepariwisataan yang berupa arahan pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata dan Daya Tarik Wisata.

Berdasarkan arahan kebijakan, maka kawasan peruntukan pariwisata terdiri dari :

a. Kawasan Strategis Pariwisata mencakup Kawasan Daya Tark Wisata Khusus

(KDTWK), dan

b. Daya Tarik Wisata (DTW) yang tersebar dalam skala kecil

Kawasan strategis pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.

Kawasan peruntukan pariwisata yang terdapat di Kabupaten Bangli adalah : 1. Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus (KDTWK)

a. Penetapan KDTWK berdasarkan cakupan geografis yang berada dalam satu atau lebih satuan wilayah administrasi desa/kelurahan yang di dalamnya terdapat potensi daya tarik wisata, aksesibilitas yang tinggi, ketersediaan fasilitas umum dan fasilitas pariwisata serta aktivitas sosial budaya masyarakat yang saling mendukung dalam perwujudan kepariwisataan, namun pengembangannya sangat dibatasi untuk lebih

Gambar

Gambar 2.7. Administrasi Kecamatan Kintamani
Gambar 2.9. Penggunaan Lahan Kecamatan Kintamani
Gambar 2.10. Jaringan Jalan Kecamatan Kintamani
Gambar 4.1.Linkage System Antar Sektor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan drainase sebagaimana dimaksud dalam Pasal 123 huruf d diatur sesuai dengan rencana detail tata ruang dan peraturan

kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi seluruh kegiatan yang tidak diarahkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau rencana rinci tata ruang

(2) Dalam hal tersebut perubahan Rencana Umum Tata Ruang Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, Izin Tempat Usaha dimaksud ayat

atas rencana Perseroan untuk mendirikan anak usaha baru dengan mengacu kepada ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan dan/atau peraturan perundang- undangan terkait dan

Menyusun rencana kegiatan Bidang Sumber Daya Air, berdasarkan data dan program Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang serta ketentuan perundang-undangan yang

Menyusun rencana kegiatan Bidang Sumber Daya Air, berdasarkan data dan program Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang serta ketentuan perundang-undangan yang

4. Dengan demikian, Status daya dukung lingkungan Kabupaten Bangli tahun 2011 dalam memenuhi kebutuhan produk hayati di wilayah tersebut, berdasarkan pendekatan daya dukung

Ya Ketidaklayakan Lingkungan Hidup Rencana tata ruang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan Kebijakan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta sumber daya