• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KONSEP DESAIN

4.1 Teknik Perancangan

4.1.1 Konsep Desain

Konsep desain ditentukan terlebih dahulu dari problematika yang diangkat. Seperti kurang berkembangnya pelaku teater boneka di Indonesia, minimnya apresiasi terhadap teater boneka, terbatasnya literatur yang membahas tentang teater boneka, dan tidak adanya media yang digunakan untuk memberikan inspirasi ide kreatif tentang teater boneka. Dimana konsep buku ini dapat membuka mata target audiens bahwa teater boneka itu beragam dan tidak hanya sebatas wayang golek dan boneka tangan.

Selain itu, dengan memberikan wawasan tentang berteater boneka dari salah satu figur pelaku teater boneka tentu akan memberikan wawasan yang bermanfaat bagi para pembaca khususnya mereka yang juga terjun dalam bidang tersebut.

4.1.1.1 Big Idea

Gambar 4.1 Big idea perancangan

Dengan pencetusan big idea ini dimaksudkan agar mampu menjawab permasalahan dan kebutuhan yang ditemukan dalam peneletian ini. Dengan perancangan buku visual yang berisikan proses kreatif Papermoon (Papermoon’s Ways) menjadi kekuatan utama dari buku ini dalam menjawab permasalahan yang ditemukan di lapangan. Media berupa buku visual ini juga menjadi sarana yang mampu menyajikan konten edukatif secara mendalam namun tidak berat. Hal ini juga memberikan sumber referensi bagi target pasar yang memiliki ketertarikan

Papermoon’s Ways to Build creative puppet Theatery in Indonesia

Kebutuhan akan mediaedukasi tentang teater boneka sebagai sumber pengetahuan sehingga meningkatkan apreasiasi masyarakat terhadap teater boneka Fenomena

1. Teater boneka mempunyai potensi budaya Indonesia tetapi Pelaku teater boneka di Indonesia masih kurang berkembang. 2. Sebagian besar masih bekerja pada

beberapa projek kemudian menghilang atau tidak bertahan lama.

3. Masih jarang teater yang menggunakan boneka sebagai media teater. Sebagian besar mereka masih menggunakan media boneka sebagai media mendongeng. 4. Papermoon Puppet Theatre sebagai teater

boneka yang inovatif dapat menjadi sumber inspirasi untuk ide kreatif dalam teater boneka

Problematika

1. Kurangnya pertunjukan teater boneka yang menggunakan boneka sebagai media berteater.

2. Kurangnya inovasi untuk menarik minat masyarakat terhadap teater boneka. 3. Kurangnya media informasi mengenai

teater boneka di Indonesia.

4. Kurangnya media yang untuk memberikan pengetahuan atau edukasi berupa inspirasi ide dan proses kreatif tentang teater boneka.

Tujuan

1. Membuat buku visual yang memberikan edukasi tentang proses kreatif berteater boneka.

2. Sebagai sumber pengetahuan dengan memberikan insipirasi ide kreatif pada generasi lain terutama generasi muda untuk dapat mengetahui bagaimana berteater boneka yang inovatif. 3. Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap teater boneka

sebagai upaya pelestarian dan pengembangan teater boneka. 4. Mengenalkan lebih dalam mengenai teater boneka,

khu-susnya Papermoon Puppet Theatre sebagai salah satu pelaku teater boneka yang inovatif.

Media Cetak Eksisting - Hanya berupa profil

singkat tentang paper-moon

- Tidak memuat informasi mendalam tentang teater boneka

Media digital dan video - Terbatas oleh durasi

waktu

- Tidak fleksibel sebagai sarana edukasi yang detail dan mendalam

Target Pasar Pria/wanita. Usia 18 – 32 tahun.

Mahasiswa dan profesi kerja lainnya. Berpendapatan Rp 100.000-Rp

3.000.000

Domisili Jawa Timur Orang yang menyukai seni.

Orang yang tertarik dengan teater boneka.

Orang yang tertarik dengan Papermoon Puppet Theatre.

Solusi media:

Buku Visual Edukatif Papermoon Puppet Theatre dan insight dalam berkarya

pada dunia seni teater boneka dan secara khusus membahas Papermoon sebagai role model utama.

4.1.1.2 Output

Output yang dihasilkan nantinya adalah sebuah buku visual tentang Papermoon Puppet Theatre. Buku visual ini membahas berbagai hal yang berkaitan dengan Papermoon dan internal di dalamnya, role model yang menjadi sumber inspirasi bagi mereka dalam berteater, pertunjukkan yang mereka lakukan dan proses kreatif di baliknya, hingga penyajian singkat mengenai beberapa teknik yang mereka gunakan dalam berpentas.

Berikut beberapa poin yang akan dikerjakan dalam penelitian yang berkaitan dengan subjek ini :

1. Struktur konten dan layout 2. Ilustrasi dan gaya gambar 3. Fotografi

4. Penggunaan warna

5. Pattern dan decorative art 6. Desain Cover

4.1.1.3 Konsep Media

Terdapat 3 keyword yang menjadi pokok dalam proses perancangan kali ini yaitu interaktif, edukatif, dan komunikatif. Pemaparan dari 3 keyword tersebut sebagai berikut.

Buku visual yang interaktif disesuaikan dengan budaya yang dibawa oleh Papermoon pada setiap pementasan, yaitu dekat dengan penonton. Papermoon selalu membawa penonton untuk mengetahui dapur ketika selesai pentas karena menurut Papermoon hal tersebut adalah momen yang tepat ketika seniman bertemu dengan audiens. Ketika selesai menikmati karya, audiens dapat mengetahui rahasia dapur sehingga audiens mempunyai pengetahuan dan apreasiasi yang lebih daripada sekadar menonton saja sehingga audiens dapat merasakan interaksi yang hadir antara mereka dengan seniman.

Buku visual yang komunikatif tersebut juga diambil dari sifat Papermoon bahwa Papermoon selalu menyajikan pementasan dengan menyesuaikan pada rentang usia penonton. Papermoon menyajikan beberapa judul untuk anak-anak dan dewasa. Papermoon percaya bahwa jangkauan media teater boneka ini sangat luas sehingga untuk setiap karya yang ditampilkan selalu memperhatikan siapa target audiens mereka. Hal ini membuat isi dari teater yang ditampilkan oleh Papermoon mudah ditangkap oleh audiens. Selain itu Papermoon juga membuat cerita atau suasana yang dekat dengan penonton. Setiap karya Papermoon harus berhubungan dengan Papermoonsehingga penonton dapat masuk ke dalam cerita yang diberikan.

Buku visual yang edukatif dibentuk dengan menyesuaikan visi dan misi Papermoon. Papermoon ingin memberikan edukasi masyarakat bahwa untuk membuat suatu pertunjukan dibutuhkan usaha yang tidak mudah. Ketika masyarakat mengetahui hal tersebut maka bentuk apresiasi terhadap teater boneka akan meningkat. Selain itu Papermoon juga ingin memberikan edukasi bahwa masyarakat dapat mencoba untuk membuat boneka sendiri sehingga harapannya akan muncul teater-teater boneka baru di Indonesia. Hal ini akan membantu meningkatkan budaya teater boneka Indonesia.

4.1.1.4 Segmentasi

• Pria/wanita.

• Usia 18 – 32 tahun.

• Mahasiswa dan profesi kerja lainnya. • Berpendapatan Rp 100.000-Rp 3.000.000 • Domisili Jawa Timur

• Orang yang menyukai seni.

• Orang yang tertarik dengan teater boneka.

Dokumen terkait