• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMIKIRAN SYEKH MUHAMMAD SYAKIR

A. Konsep Etika Menuntut Ilmu Menurut Syekh Muhammad Syakir

Dalam kehidupan sehari-hari bagi peserta didik dalam melaksanakan tugasnya sebagai peserta didik dalam belajar mengemban ilmu di tempat majlis ilmu (Madrasah) menurut Syekh Muhammad Syakir bagi peserta didik dalam menuntut ilmu harus memperhatikan sebagai berikut:

1. Belajar Sungguh-sungguh dan Semangat Tinggi

Dalam belajar peserta didik harus bersungguh-sungguh dan selalu bersemangat tinggi dalam mencari ilmu. bersungguh-sungguh dan selalu bersemangat tinggi terdapat dalam kitab ini dijelaskan yaitu:

ِتٍََط ٍََٝع ًِْجْلَا

ٍطبَشَٔ َٚ ٍّذِجِث ٍُِِْعٌْا

“belajarlah dengan sungguh-sungguh dan penuh semangat”

Kata sungguh-sungguh dalam kitab ini menggunakan kata

ٍّذِجِث

yang berartidengan sungguh-sungguh. Selaras dengan firman Allah yang terdapat pada surat Ar-Ra‟ad 13:11 yang artinya “sesungya Allah SWT tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”, serta pribahasa arab

Man Jadda Wajadda yaitu barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil (vesi novel Negeri 5 Menara). Jadi dalam proses menuntut ilmu itu para peserta didik harus bersungguh-sungguh dalam belajar dan memilih lingkungan yang baik dalam menuntut ilmu. Agar dapat

menguasai ilmu dengan baik. Tidak mungkin orang tidak usaha mendapatkan hasil. Seperti halnya orang yang tidur-tiduran tidak berkerja tidak akan mendapatkan gaji. Untuk menanamkan sifat kesungguhan maka dengan cara peserta didik meluruskan niat untuk mencari ilmu yang berkah dan manfaat di dunia akhirat. serta untuk mendapatkan ridho Allah.

Sedangkan kata penuh semangat di tulis dengan kata

ٍطبَشَٔ

yang berarti penuh semanagat Menurut Syekh Az-Zarnuji dalam kitabnya menjelaskan bahwasannya Belajarlah! Sebab ilmu adalah penghias bagi pemiliknya. Jadikan hari-harimu untuk menambah ilmu. Dan berenanglah di lautan ilmu yang berguna (Aljufri, 2009:7).

Jadi di dalam menuntut ilmu peserta didik harus tertanamkan dalam dirinya rasa semangat tinggi dan senang. Karena dengan bekal rasa tersebut para peserta didik akan menjadikannya lebih menyenangkan dan meminimalisir hambatan didalam proses menuntut ilmu.

2. Manajemen Waktu

Dengan waktu yang ada dalam menuntut ilmu peserta didik dapat memanajemen waktu dengan baik. Dalam kitab ini Syekh Muhammad Syakir menjelaskan

ٌءَْٟش ُِِْٕٗ َتْ٘ذَ٠ َْْا َهِزْلَٛىٍََع ْصِشْحاَٚ

.بَُ٘ذْ١ِفَزْغر ٍخٌََأْغَِّث ِْٗ١ِف ُعَفَْٕر َلا

jagalah waktumu jangan sampai berlalu dengan sesuatu yang tidak mendatangkan manfaat bagimu.”

Para peserta didik harus bisa memanajemen waktu dengan baik. Manajemen adalah kegiatan bersama antara pendidik, pelajar maupun semua personal yang ada dalam proses tersebut.

Sedangkan manajemen atau pengelolaan interaksi belajar mengajar adalah:

a. Suatu keahlian yang diperlukan untuk memimpin, mengatur, menggerakkan waktu, ruang, manusia dana untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

b. Dengan manajemen diharapkan tujuan tercapai secara efisien dan efektif untuk ini meliputi bidang perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian serta

pengontrolan. (Roestiyah Nk dan Staf Pembina Ilmu Keguruan IKIP, 1986:75)

Kemampuan yang diperlukan dalam mengatur waktu adalah perencanaan untuk masa depan, penetapan tujuan, mempriyoritaskan tugas-tugas mana yang harus dikerjakan dan memantau kemana sebenarnya waktu kita dibuang. Time management yang buruk bisa berarti kontrol diri yang kurang baik dan berakibat pada penumpuknya tugas karena sering menunda waktu.

Waktu bukanlah hal yang bisa diatur, karena baik kita lahir ataupun tidak, waktu akan terus berjalan dan tidak akan berhenti. Jam dinding hanya dapat gunakan sebagai pengingat waktu tidak bisa mengatur clock time, karena memang begitulah adanya. Tapi, kita dapat mengatur realtimekarena we create

our own real time. Sebagai yang berakal, kita menciptakan waktu itu sendiri.Waktu yang kita ciptakan inilah yang kita atur. Jadi time management

sebenarnya adalah self management atau kemampuan untuk mengatur diri sendiri ( Letisha, 2016:12-14).

Sedangkan menurut Syekh AZ-Zarnuji dalam kitabnya menjelaskan bahwasannya masa muda harus digunakan untuk menuntut ilmu sebaik-baiknya. Adapun waktu belajar yang paling baik adalah menjelang waktu

subuh dan antara waktu maghrib sampai waktu isa‟ (Aljufri, 2009:80).

Jadi dengan waktu yang ada para peserta didik harus pandai-pandai di dalam memanajemen waktu. Memiliki jadwal yang jelas. Mengisi waktu yang ada dengan hal-hal yang positif yang mendatangkan kemanfaatan..Maka para peserta didik harus dapat memanajemen waktu dengan sebaik-baiknya.Agar tujuannya dapat tercapai dengan baik sesuai dengan keinginan.

3. Membaca dan Memahami Pelajaran

Para peserta didik tidak dapat meninggalkan dalam kegiatan membaca. Bisa jadi membaca dapat menjadi makanan pokok bagi peserta didik dalam menuntut imu.Karena dengan membaca peserta didik dapat mengetahui dan memahami materi pelajaran serta ilmu yang lainnya. Di dalam kitab ini Syekh Muhammad Syakir menjelaskan

َِِٓ بَِٙعبَِّزْعِأ ًَْجَل ًحَذِّ١َج ًخَعٌَّبَطُِ َهْ١ٍََع َحَسَّشَمٌُّْا َهَعُْٚسُد ْعٌِبَط

.ِطْسَّذٌا ِظٍِْجَِ ِٝف ِربَزْعُلأا

“baca dan pahamilah dengan penuh kesungguhan pelajaaran yang telah maupun yang belum di bahas oleh pendidik”.

Dalam kitab ini Syekh Muhammad Syakir menyebutnya dengan menggunakan kata

ْعٌبَط yan

g berarti baca dan pahamilah. Maksudnya yaitu para peserta didik harus dapat membaca serta memahami pelajaran yang ada dengan penuh kesungguhan yang sudah atau belum di bahas oleh peserta didik. Agar peserta didik dapat menyerap pemahaman materi pelajaran dengan lebih baik.

Serta senada dengan wahyu Allah SWT yang pertama kali turun dengan ayat suci al-Qur‟an Surat Al-Alaq yang diawali dengan kata iqra’ bacalah. Tulis baca adalah kunci ilmu pengetahun

Dalam proses pembelajaran dalam beberapa kesempatan, sering terdapat kejadian bahwa materi tidak dapat diselesaikan didalam kelas dan harus diselesaikan di luar kelas karena banyaknya materi yang harus diselesaikan. Dalam keadaan seperti ini dapat digunakan secara optimal. Dengan menggunakan metode Reading Guide (Panduan Membaca)Dengan langkah-langkahnya seperti:

a. Tentukan bacaan yang akan dipelajari.

b. Buat pertayaan-pertayaan yang akan dijawab oleh peserta didik atau kisi-kisi dan boleh juga bagan atau skema yang dapat diisi oleh mereka dari bahan bacaan yang telah dipilih tadi.

c. Bagikan bahan bacaan dengan pertanyaan atau kisi-kisinya kepada peseta didik.

d. Tugas perserta didik adalah mempelajari bahan bacaan dengan menggunakan pertanyaan atau kisi-kisi yang ada. Batasi aktifitas ini sehingga tidak akan memakan waktu yang berlebihan.

e. Bahas pertanyaan atau kisi-kisi tersebut dengan menanyakan jawaban kepada peserta didik.

f. Di akhir pelajaran beri ulasan secukupnya (Zaini dkk, 2008:8). Selain menggunakan metode Reading Guide (Panduan Membaca) Ada dua cara yang mungkin membantu para peserta didik agar pesan (materi pelajaran) tersebut mudah diterima. Cara pertama, perlu adanya pengulangan sehingga membantu peserta didik memperkuat pemahamannya. Cara kedua, peserta didik menyebutkan kembali pesan yang disampaikan oleh guru kepadanya. Cara pertama dilakukan oleh pendidik sedangkan cara kedua menjadi tugas peserta didik melalui pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh pendidik kepada peserta didik. Kedua cara tersebut pada hakikatnya adalah stimulus belajar yang diupayakan oleh pendidik pada waktu ia mengajar (Sriyono dkk, 16:1992).

Dengan tolak ukur keberhasilan tujuan pendidikan yang berbasis kompetensi sekurang-kurangnya memuat tiga hal. Pertama, tumbuhnya minat membaca dan kemampuan untuk mengerti apa yang dibaca. Kemampuan ini akan tampak pada keterampilan untuk mengungkapkan diri secara lisan dan tertulis. Tumbuhnya kesanggupan untuk mengemukakan suatu gagasan dengan teratur dan logis yang menjadi sarana mempertanggungjawabkan apa yang dimengerti dan diungkapkannya secara argumntatif. Kedua, berkembangnya

kemampuan untuk memahami pikiran orang lain dengan tepat menanggapinya secara terbuka dan kritis. Ketiga, tumbuhnya kebiasaan mempelajari secara sistimatis apa yang dilakukan dan mulai mengadakan studi terbatas sebagai pendasaran pembentukan pendapat pribadi. Dengan kata lain, berkambang disposisi pembelajaran yang memungkinkan peningkatan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan (Harsanto, 2007:15-16).

Jadi menurut pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwasannya para peserta didik harus membaca materi pelajaran yang sudah atau yang belum dijelaskan oleh pendidik.Kalau materi pelajaran yang terlalu banyak dan tidak mungin diselesaikan pada waktu yang sudah ditentukan di sekolah.agar materi pelajaran dapat diterima dengan baik secara keseluruhan maka dapat menggunakan berbagai metode seperti: a). Reading Guide b). pengulangan c). menyampaikan kembali yang diterangkan pendidik.a.) tumbuhnya minat membaca b). Berkembangnya kemampuan untuk memahami oranglain secar logis dan terbuka. c). tumbunya kebiasaan mempelajri secara sistematis agar argument pribadi lebis logis dan dapat menyesuaian dengan lingkungan.

4. Melaksanakan Diskusi

Ketika menemukan masalah kesulitan materi pelajaran para peserta didik sebaiknya berdiskusi bersama pendidik atau teman untuk memecahkan masalah tersebut. Menurut Syekh Muhammad Syakir dalam kitab ini menjelaskan

َلََف ِيِءبَغٌَّا َِِٓ ٍخٌََأْغَِ ِٟف ُشَِْلأا َهْ١ٍََع ًََىْشَأ اَرِاَٚ

ِِْٓ ْفِىَْٕزْغَر

“Bila engkau menemui kesulitan jangan ragu untuk bertanya dan mendiskusinkannya dengan temanmu”.

Pada umumnya metode diskusi di aplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk:

a. Mendorong peserta didik berfikir kritis.

b. Mendorong peserta didik mengekspresikan pendapatnya secara bebas.

c. Mendorong peserta didik mengkontribusikan buah pikirannya untuk memecahkan masalah bersama.

d. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama (Syah, 1995:206).

Dalam berdiskusi biasanya setiap peserta didik diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapat, serta bersama-sama membahasnya segala permasalahan yang dihadapinya (Ahmadi, 1993:35).

Maka apabila di dalam proses pembelajaran menemukan masalah materi pelajarn atau materi yang belum faham dapat juga menggunakan metode diskusi dengan para untuk memecahkan masalah tersebut. Diskusi dilakukan dengan cara yang baik. Karena dengan diskusi dapat menyampaikan pendapat masing-masing kemudian diambil yang paling kuat argumennya. Dengan menggunakan metode diskusi ini peserta didik dapat belajar aktif dengan menyampaikan penadapatnya, saling menambahi, saling menyanggah.Tetapi dengan menggunakan kata-kata yang baik dan tidak menyinggung perasaan teman maupun

pendidik.Tidak boleh saling menjatuhkan dan tidak mau dikalahkan serta menghargai pendapat teman.Dengan metode diskusi ini dapat memecahkan masalah tersebut dengan baik.

5. Belajar Secara Bertahap

Dalam belajar dengan materi pelajaran yang sangat banyak jangan belajar dengan menggunakan sistem belajar kebut semalam karena model belajar tersebut tidak banyak yang masuk atau difahami dan mungkin cepat hilang hanya bertahan sementara. maka sebaiknya peserta dididk belajar sedikit demi sedikit tetapi diresapi dan dipahami dengan baik. Sulaiman (27:1986) dalam bukunya menjelaskan bahwa belajar bertahap, jangan sekali-kali peserta didik mempelajari ilmu secara serempak (sekaligus), melainkan hendaknya ia memperhatikan urutam (sequenceusia) jika tidak memungkinkannya untuk menuntut seluruh ilmu, maka hendaknmpuanya ia mengambil yang paling baik saja serta mengerahkan seluruh kemampuan untuk memetik ilmu yang paling mudah dicapai guna menyempurnakan ilmu yang paling mulia, yaitu ilmu akhirat (Qomariyah, 2008:178-179). Dalam kitab ini Syekh Muhammad Syakir menjelaskan:

اَرِاَٚ اًذِّ١َج بًَّْٙف ٌَُْٝٚ ْلاا َُِْٙف ًَْجَل َٜشْخُا ٌَِٝا ٍخٌََأْغَِ ِِْٓ ًِْمَزَْٕر َلاَٚ

َف ِطُْٚسُّذٌا َِِٓ َهٌَ ََُّٕٗ١َع ِٜزٌَّا َهِٔبَىَِ ِٝف ُربَزْعُ ْلاا َهَغٍَْجَأ

ْظٍِْجَر َلَ

.ِِٖشْ١َغ ِٝف

“Dan jangan engkau alihkan kemasalah lain, sebelum tuntas masalah pertama dan dapat kau pahami dengan baik”.

Jadi peserta didik belajar dengan materi pelajaran yang sangat banyak jangan menggunakan sistem model belajar kebut semalam.Model tersebut tidak baik dan tidak efektif karena sedikit mteri yang dapat dipahami.Tetapi sebaiknya peserta didik belajar dengan bertahab sedikit demi sedikit.Dengan memahami dan meghayati materi tersebut. Kalau belum paham jangan pindah ke mateti lain.

6. Taat pada aturan

Setiap sekolahan pasti mempunyai tata tertib yang berlaku.Tata tertib tersebut dibuat untuk mengatur peserta didik agar tertib dalam menuntut ilmu.Bagi peserta didik yang melanggar perlu di beri sanksi sesuai dengan yang berlaku dan dibimbing agar menjadi lebih baik (Sunarto, 2011:47). Menurut Syekh Muhammad Syakir di dalam kitab ini menyebutkan

ُُٗزَّْ١ِل ْذَطَمَع ِِٖربَزْعُأ َْٞذَ٠ َْٓ١َث ِةَدَلاا ِّذَح َْٓع ُزْ١ٍِِّّْزٌا َجَشَخ اَرِأ

اَٚ َتْ٠ِدْأَّزٌا َّكَحَزْعا َٚ ِِٗٔاَْٛخِأ َذِْٕعَٚ ِِٖزَزْعُا َذِْٕع

ِخٍَِّل ٍََٝع َشْجَّضٌ

.ِِٗثَدَأ

“Apabila murid telah melanggar adab dihadapan pendidik dan teman -temannya, maka wajiblah dididik untuk beradab yang baik karena belum memahami masalah adab”.

Seperti apabila seorang pendidk telah memilihkan tempat untukmu jangan engkau pindah ke tempat lain. Bila salah seorang teman kamu hendak menempati tempat dudukmu, jangan engkau bertengkar atau mengganggunya,

tetapi kemukakan kepada pendidik agar beliau memberimu tempat duduk tertentu.

Menurut Syekh Az-Zarnuji di dalam kitabnya menjelaska bahwasanya seorang peserta didik tidak boleh meremehkan adab sopan santun dan hal-hal yang hukumnya sunnah. Karena orang yang meremehkan adab, pasti dia akan terhalang dari hal-hal yang sunnah. Barangsiapa meremehkan ibadah-ibadah sunnah, maka dia pasti terhalang dari ibadah fardu. Akibatnya dia bisa meremehkan ibadah fardhu. Dan orang yang meremehkan ibadah fardu tentu terhalang dari urusan akhirat (Aljufri, 2009:95)

Sedangkan Proses pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling selalu diawali identifikasi masalah atau tugas perkembangan yang akandicapai. Selanjutnya akan dirumuskan tujuan yang akan dicapai, dilanjutkan menentukan masalah/materi yang akan dibahas. Agar materi atau masalah yang dibahas itu dapat dipahami oleh peserta didik yang pada gilirannya masalah peserta didik terpecahkan atau siswa dapat mencapai tugas perkembangan dengan baik maka dibutuhkan media (Nursalim, 2013:5).

Kegiatan belajar sikap atau yang dikenal dengan kegiatan belajar afektif. Kegiatan belajar ini lebih tepat menggunakan istilah pendidikan daripada pembelajaran maupun pengajaran. Sikap diartikan sebagai pola tindakan peserta didik dalam merespons stimulus tertentu. Sikap merupakan kecenderungan atau predisposisi perasaan dan perbuatan yang konsisten pada diri seseorang. Sikap berhubungan dengan minat, nilai, penghargaan, pendapat,

dan prasangka. Dalam belajar sikap, upaya pendidik adalah membantu peserta didik memilki dan mengembangkan perubahan sikap (Suprijono, 2011:9-10).

Bimbingan konseling merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seorang pendidik bimbingan dan konseling (guru BK/ konselor dalam upaya memandirikan peserta didik. Bimbingan dan konseling yang memandirikan mengamatkan kepada pendidik BK/konselor untuk memahami tiap klien atau konseli secara utuh. Dengan bermodalkan kesadaran diri dan kemampuan interpersonalnya untuk memahami konseli secara empati, konselor melakukan interaksi bimbingan dan konseling yang peduli kemaslahatan (Nursalim, 2013:2)

Bimbingan dan konseling yang merupakan pelayanan dari, untuk, dan oleh manusia memiliki pengertian-pengertian yang khas. Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada individu dengan menggunakan berbagai prosedur, cara dan bahan agar individu tersebut mampu mandiri dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Sedangkan konseling merupakan proses pemberian bantuan yang didasarkan pada prosedur wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien (Prayitno dan Erman Anti, 2013:130)

Jadi ketika peserta didik melanggar aturan yang ada maka pendidik atau BK di sekolah dapat memberi pengarahan kepada peserta didik. Dengan mengidentifikasi masalah, mendiagnosa, memberi solusi yang tepat agar sikapnya lebih baik lagi.

7. Menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif

Pada saat preoses pelajaran berlangsung di dalam kelas.maka situasi dan kondisi kelas harus diatur terlebih dahulu. Peserta didik menyiapkan degan hikmah untuk menerima materi yang disampaikan oleh pendidik. Di dalam kitab ini Syekh Muhammad Syakir

ِثْ٠ِذَحٌبِث َُْٕٗع ًَْغبَشَزَر َلََف ِطْسَّذٌا ِحَءاَشِل ِْٟف ُربَزْعُلاْا َعَشَش اَرِا

ُْلاا ٌُُُْٗٛمَ٠ بَِ ٌَِٝأ ِغْشَأَٚ ،َهِٔاَْٛخِأ َعَِ ِخَشَمٌَُّْٕبِث َلاَٚ

ًءبَغْصِأ ُربَزْع

ِخَّ١ِغْفٌَّٕا ِظِجاٌََْٛٙا َِِٓ َشَخَأ ٍءَْٟشِث َنَشْىِف ًََغْشَر ْْأ َهَّ٠ِأ َٚ ،بًِبَر

.ِطْسَّذٌا َءبَْٕثَا

“Bila pendidik telah memulai pelajaran, jangan engkau larut dalam pembicaraan dengan temanmu, simaklah setiap pembicaraan pendidik dengan penuh kesungguhan, jangan engkau melamun di tenggang-tenggah pelajaran”.

Dalam proses pembelajaran menurut Syaikh Az-Zarnuji dalam kitabnya menjelaskan peserta didik hendaknya tidak banyak bicara dihadapan pendidik. tidak bertanya sesuatu bila pendidik sedang capek atau bosan. Harus menjaga waktu.Jangan mengetuk pintunya, tapi sebaiknnya menunggu sampai beliau keluar (Aljufri, 2009:29).

Jadi dalam menuntut ilmu pada saat pendidik menjelaskan materi pelajaran maka peserta didik harus fokus mendengarkannya.Jangan sibuk main sendiri atau ngobrol dengan temannya.Hendaknya peserta didik tidak banyak bicara.Agar materi pelajaran yang disampaikan pendidik dapat diterima dengan baik.Peserta didik yang belum paham bertaya pada saat pendidik memberi kesempatan untuk bertaya.

8. Lebih Memuliakan pendidik dari pada Orang Tua

Dalam bab ilmu peserta didik harus lebih memuliyakan pendidik daripada orang tua Menurut Syekh Muhammad Syakir dalam kitab ini menjelaskan

َقَْٛف َنَربَزْعُأ َِْشَزْحَر ٌَُْ اَرِأ

ٍُُِِِْٗٛع ِِْٓ ْذِفَزْغَر ٌَُْ َهْ١ِثَلاِ َهِِاَشِزْحا

ً.بئْ١َش ِِٗعُْٚسُد ِِْٓ َلاَٚ

“Bila engkau tidak memulyakan pendidik lebih dari orang tuamu, maka engkau tidak akan mendapatkan manfaat dari ilmu yang diajarkannya”.

Menurut Syaikh Az-Zarnuji peserta didik tidak akan memperoleh ilmu dan tidak akan mengambil manfaatnya, tanpa mau menghormati ilmu dan guru (Aljufri, 2009:27).

Hampir di semua bangsa yang beradab, pendidik diakui sebagai suatu profesi khusus.Dikatakan demikian, karena profesi keguruan bukan saja memerlukan keahlian tertentu sebagaimana profesi lain, tetapi juga mengemban misi yang paling berharga, yaitu pendidikan dan peradapan. Atas dasar itu dalam kebudayaan bangsa yang beradab, pendidik senantiasa diagungkan, disanjung, dikagumi, dan dihormati, karena perannya yang penting bagi eksistensi bangsa di masa depan (Marno dan Idris, 2010:16).

Secara normative, kedudukan pendidik dalam Islam sangat mulia.tidak sedikit penulis yang menyimpulkan kedudukan pendidik setingkat dibawah kedudukan Nabi dan Rasul, seraya mengemukakan hadis nabi dan perkataan

ulama: “Tinta para ulama lebih baik dari darahnya para syuhada”. Penyair Syauki, sebagaimana dikutip Al-Abrasyi, berkata “berdiria dan hormatilah

pendidik dan berilah penghargaan, seorang pendidik itu hampir saja merupakan seorang rosul”. Hampir bisa dipastikan bahwa yang dimaksud pendidik sebagaimana hadis dan syair diatas , adalah seorang ulama yang sempurna (al-ulama al-rasyidun), yaitu seorang pendidik yang telah tercerahkan dan mampu mencerahkan peserta didik, bukan semata-mata pendidik sebagai pekerja yang menjadikan pekerjaan mengajar semata-mata sebagai media mencari nafkah. Kedudukan pendidik memang terhormat dan mulia apabila yang menduduki jabatan itu juga orang yang terormat dan mulia.sebab kehormatan dan kemuliaan itu tidak hanya terkait secara struktural, tetapi yang lebih penting adalah secara subtansial dan fungsional (Marno dan Idris, 2010:17).

Penghargaan Islam yang tinggi terhadap pendidik (pengajar) dan termasuk peserta didik (terdidik) sebenarnya tidak berdiri sendiri, melainkan terkait dengan penghargaan Islam terhadap ilmu pengetahuan dan akhlak.Ini berarti pendidik yang memiliki kedudukan mulia adalah pendidik yang

menguasai ilmu pengetahuan dan memiliki akhlak dan mampu

memberdayakan peserta didik dengan ilmu dan akhlaknya itu.Karena itu, seseorang menjadi mulia bukan semata-mata secara struktural sebagai pendidik, melainkan secara subtansial memang mulia dan secara fungsional mampu memerankan fungsi kependidiknya, yaitu mencerdaskan dan mencerahkan kehidupan bagsa (Marno dan Idris, 2010:18).

Tidak ada hak yang lebih besar kecuali haknya pendidik.Ini wajib dipelihara oleh setiap orang Islam.Sungguh pantas bila seorang pendidik yang

mengajar, walau hanya satu huruf, diberi hadiah satu dirham sebagai tanda hormat padanya. Sebab pendidik yang mengajar satu huruf yang kamu butuhkan dalam agama, dia ibarat bapakmu (Aljufri, 2009:28).

Kedua pendidik dan orang tua sama-sama miliki kedudukan yang terhormat. Di dalam hadis Nabi Rasulullah saw bersabda: ”kedudukan bagi kalian seperti seorang ayah bagi anaknya” maksudnya: Beliau saw sebagai

pendidik dalam menyelamatkan manusia dari penderitaan jangka panjang yang abadi nanti di akhirat. Sedang kedua orang tua yang menyelamatkan anaknya dari penderitaan di dunia belaka. Oleh karena itu, hak seorang pendidik lebih besar daripada hak kedua orang tua dalam bab ilmu, karena orang tua sebagai sebab hadirnya seorang anak dalam kehidupan yang fana di dunia ini, sementara pendidik menjadi sebab untuk meraih kebahagiaan dalam kehidupan jangka panajang yang abadi di akhirat nanti (al-Ihya Ulumuddin imam ghozali). Dalam QS.Al-Israa‟ ayat 23 yang artinya dan Tuhanmu telah

memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaknya kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-sebaiknya. Jika salah seorang antara keduanya atau kedua-duannya berumur lanjut dalam pemeliharaan-mu maka jangan sekali-kali kamu mengatakan kepada keduanya

perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.

Jadi dalam bab ilmu pendidik memberikan nafkah rohani sedang kedua orang tua memberi nafkah jasmani. Cara menghorami pendidik dengan cara mengamalkan ilmunya. Tetapi kedua orang tua dapat berperan ganda, yaitu

sebagai orang tua dan juga sekaligus sebagai pendidik.Dulu ketika seorang anak lahir, bapak yang pertamakali mengumandangkan adzan yang berisi kalimat tauhid dan takbir di telinga kanan dan kiri anak.Sebelum mau makan

dilatih untuk berdo‟a, dilatih sholat dan hal-hal yang baik lainnya.tapi orang tua mengajarinya tidak didasari dengan ilmu seutunya bisa di katakana hanya mengajari prakteknya. Sedang pendidik membeir teorinya.Ketika orang tua tidak sanggup mendidik anaknya maka di serahkan kepada guru.

9. Akhlak terpuji

Akhlak yang baik adalah pribadi umat Islam. Dalam kitab ini Syekh Muhammad Syakir menjelaskan bahwasannya

َُٗمٍَْخ ِْٗ١ِف َتَّجَحَٚ َُٗعَفَس ِ َّ ِلِلّ َعَضاََٛر ََّْٓف ،ُةَدَلأْاٚ ُعُضاََّٛزٌا ٍُِِْعٌا ُخَْٕ٠ِص

َمَع َةَذٌْا َءبَعَأَٚ َشَّجَىَر ََِْٓٚ،

َلََف ,ُِْْٙ١ٌَِإ ُاللّ َُٗضَّغَثَٚ ِطبٌَّٕا ُِٓ١ْعَأ ِِْٓ َظ

.ِْٗ١ٍََع ُكِفْشُ٠ َْٚأ ُُِِٗشْىُ٠ بًٔبَغِْٔإ ُذِجَ٠ ُدبَىَ٠

“Wahai anak ku tawadlu’ atau merendahkan hati dan akhlak yang baik itu adalah hiasan ilmu pengetahuan. Maka barang siapa tawadlu’ karena Allah maka akan diangkatlah derajatnya. Allah akan menjadikan seluruh makhlukNya cinta dan hormat kepadanya. Barangsiapa takabur dan berakhlak tercela maka jatuhlah martabatnya.Allah akan menjadikan seluruh makhluk membenci dirinya, dan tidak

mungkin ada orang yang menghormati, memulyakan, dan menyayanginya”.

Sedangkan tawadhu‟ tidak memandang pada diri sendiri lebih dari

orang lainnya, bahkan memandangnya sama-sama, dan tidak menonjolkan diri

(Asy‟ari, 2008:66).

Jadi dalam menuntut ilmu peserta didik harus memiliki akhlak yang

baik seperti tawadhu‟ dalam kondisi apapun. Tawadhu adalah akhlak terpuji

yang wajib dimiliki oleh setiap peserta didik dan juga pendidik. tidak merasa paling tinggi dan pintar sendiri. Dengan meninggalkan ahklak tercela seperti

takabur.Karena dengan bekal sikap tawadhu‟ tersebut menjadikan hati lebih