• Tidak ada hasil yang ditemukan

10 Skripsi: Respon Penolakan

1.5. Landasan Konseptual

1.5.1. Konsep Global Civil Society

Konsep Global Civil Society muncul pada abad 20 sekitar tahun 1990.

Global Civil Society sering dikaitkan dengan Non Governmental Organization (NGO), Transnational Advocacy Networks, Global Social Movements, a New Multilateralism. Konsep ini tidak dapat dipisahkan dari pengertian globalitas (kondisi menjadi global) secara umum karena konsep Global Civil Society merupakan kegiatan sipil yang memiliki ciri yaitu: (a) membahas isu-isu global; (b) melibatkan komunikasi lintas batas; (c) memiliki organisasi global; (d) bekerja pada premis solidaritas supraterritorial. Konsep ini memang punya empat ciri, tetapi untuk melihat kegiatan sipil yang termasuk Global Civil Society, maka salah satu ciri atau dua yang melekat pada kegiatan itu pun sudah bisa dikategorikan ke dalam konsep Global Civil Society. Contohnya adalah kelompok lokal yang berkampanye tentang masalah supraterritorial seperti perubahan iklim dapat dianggap sebagai bagian dari Global Civil Society meskipun mereka tidak punya organisasi lintas batas dan tidak punya jaringan komunikasi dengan kelompok-kelompok sipil di tempat lain di dunia.23

Menurut Jan Art Scholte dimana Global Civil Society adalah sebuah aktivitas sukarela dengan tujuan membentuk kebijakan, norma, ataupun struktur sosial yang lebih dalam. Global Civil Society juga merupakan sebuah komunitas

23 Jan Aart Scholte, Global Civil Society: Changing the World?, Centre for the Study of Globalisation and Regionalisation (CSGR), Working Paper No.31, Mei 1999, University of

Warwick, diakses dari

https://www.unicef.org/socialpolicy/files/Global_Civil_Society_Changing_the_World.pdf (14/6/2018) Hal. 7-10

yang memiliki orientasi sosial dan cenderung mengarah pada sebuah komunitas yang lebih dekat dengan gerakan-gerakan sosial. Masyarakat sipil global yang dimaksud juga merupakan masyarakat yang berada di luar pemerintah artinya adalah gerakan ini adalah gerakan yang tidak memiliki keberpihakan terhadap pihak pemerintah dalam satu negara. Tetapi dibentuk oleh masyarakat antar negara.24

Global Civil Society menurut Joan Keane adalah merujuk pada ruang sosial yang luas, saling terikat, dan terdiri dari institusi-institusi non pemerintah maupun individu-individu dalam suatu negara yang mengarahkan diri sendiri. Bentuk dari Global Civil Society adalah organisasi, inisiatif masyarakat dan bisnis, gerakan sosial, komunitas linguistik, dan identitas budaya yang memiliki tujuan sama dengan melakukan aktivitas sosial lintas batas, bisnis, dan politik di luar batas struktur pemerintahan. Artinya adalah masyarakat sipil global merupakan kumpulan dari berbagai bentuk masyarakat dalam melakukan gerakan sosial ataupun membentuk organisasi non pemerintah yang berada di luar lintas batas negara dan memiliki tujuan yang sama.25

Dua dimensi yang menjadi ciri khas Global Civil Society adalah Pertama, mereka berusaha untuk mengikuti proses yang sebenarnya terkait dengan perluasan ikatan sosial hingga ke seluruh tingkat dunia, dimediasi oleh internasionalisasi pasar ekonomi, transportasi, budaya, komunikasi, media transparan di seluruh dunia, dan internet. Kedua, kategori masyarakat sipil global juga berusaha untuk

24 Ibid.

25 Helmut Anheier, Marlies Glasius, dan Mary Kaldor, 2001, Global Civil Society? (ed), John Keane, diakses dari http://www.johnkeane.net/global-civil-society-2/ (14/6/2018) Hal. 23-24.

memberikan konten normatif dan kekuatan memobilisasi, tekad untuk mewujudkan prinsip pemerintahan demokratis dan cara hidup demokratis di seluruh dunia, dan untuk mengidentifikasi kriteria untuk mengevaluasi kejadian di masing-masing negara, dalam kecenderungan global, dari perspektif perdamaian, toleransi, otonomi dan kontrol masyarakat, dan dalam konfrontasi dengan pusat-pusat dunia baik formal maupun informal kekuasaan dan pemerintahan.26

Perkembangan Global Civil Society yang baik berpotensi mempengaruhi pemerintah dalam dua cara: yaitu meningkatkan respons politik dengan mengumpulkan dan mengekspresikan keinginan publik melalui bentuk asosiasi non pemerintah, dan melindungi kebebasan umum dengan membatasi kemampuan pemerintah untuk menciptakan aturan sewenang-wenang dengan kekerasan.

Global Civil Society disebutkan memiliki identitas yang tidak terpaku pada bentuk pengorganisasian baku dan lebih sering dilihat sebagai kelompok kepentingan dan gerakan sosial yang terkoneksi. Dari beberapa model yang berkembang pada Global Civil Society ini strategi yang digunakan pun berbeda-beda. Strategi yang digunakan menurut Marc Edelman dapat berupa gerakan nyata seperti Visibility dan Audibility sebagai gerakan nyata yang dapat dilihat dan didengar oleh target mereka dan biasanya dilakukan oleh individu-individu secara kolektif maupun LSM dan atau gabungan antara keduanya. Selanjutnya adalah Lobbying dan biasanya dilakukan oleh para profesional NGO ataupun kelompok kepentingan dengan pasar dan pemerintah dan yang terakhir adalah Networking

26 Dragica Vujadinović, 2009, Global Civil Society as Concept and Practice in the Processes of Globalization, Working Paper No.47, University of Belgrade, diakses dari http://www.hrfd.hr/documents/07-vujadinovic-pdf.pdf (18/10/2018)

dimana mereka memiliki koneksi dengan masyarakat sipil atau organisasi lainnya yang ditunjang dengan penggunaan media.27

Bentuk strategi Global Civil Society yaitu Visibility dan Audibility;

Lobbying; dan Networking. Visibility dan Audibility adalah strategi yang dapat dirasakan oleh masyarakat dimana Visibility merujuk pada tindakan yang bisa dilihat secara langsung seperti demonstrasi dan kampanye. Selain itu tindakan-tindakan yang dapat terlihat lainnya seperti pemuatan konten dalam bentuk poster, surat kabar maupun brosur dan Audibility adalah penyebaran melalui media-media seperti TV, Radio, platform Youtube dan podcast yang nantinya akan sampai dan dapat didengar oleh target juga masyarakat. Lobbying adalah tindakan mempengaruhi pemerintah untuk mengubah suatu kebijakan. Sedangkan Networking adalah ketika mereka memiliki koneksi dengan masyarakat sipil atau organisasi lainnya baik di dalam negara maupun di luar suatu negara. 28

Strategi dalam Global Civil Society yang peneliti gunakan untuk melihat strategi yang digunakan Gerakan #MeToo dalam penelitian ini diantaranya adalah strategi Visibility dan Audibility, Lobbying, dan Networking.

Dokumen terkait