Kalender Islam Global Di Indonesia (Analisis Pemikiran Syamsul Anwar)
KONSEP KALENDER ISLAM GLOBAL MENURUT SYAMSUL ANWAR
Syamsul Anwar menuturkan untuk terbentuknya kalender Islam global harus memegang empat (4) prinsip:
Pertama, Menerima Keberadaan Hisab Secara Penuh, untuk penggunaan kalender secara global harus menggunakan hisab (perhitungan astronomis) karena tidak mungkin pembuatan kalender berdasarkan pengamatan visibilitas hilal (bulan baru). Penggunaan hisab merupakan conditiosine quanon (syarat mutlak) bagi pembuatan kalender Islam terpadu (unifikatif).99
Ketika pembuatan kalender berdasarkan rukyat, pasti akan merepotkan karena rukyat itu terbatas cakupannya dan tidak menjadi representasi seluruh penjuru dunia pada hari pertama visibilitas hilal.100 Dan hal tersebut jugalah yang menyebabkan adanya perbedaan dalam menentukan tanggal hijriyah, karena bagian bumi yang bisa menyaksikan hilal pada suatu sore akan memasuki bulan baru keesokan harinya. Sebaliknya bagian Bumi yang tidak dapat menyaksikan hilal harus menunda untuk memasuki bulan baru pada hari berikutnya atau lusa. Apabila situasi seperti itu
99 Jamaluddin ‘Abd ar-Raziq, (Diterjemahkan Syamsul Anwar)
Kalender Kamariah Islam Unifikatif Satu Hari Satu Tanggal di Seluruh Dunia, Yogyakarta, 2013, h. xv
100 Abdul Mufid, Unifikasi Kalender Hijriah Internasional
dalam Perspektif Yusuf al-Qaradawi, Jurnal, Hikmatuna, 2019, h. 76
181
terjadi pada bulan Dzulhijjah, maka sudah pasti akan terjadi perbedaan dalam melaksanakan puasa Arafah.
Sama-sama kita ketahui penggunaan hisab sudah dilakukan dari dahulu termasuk dalam menyusun waktu-waktu salat dan jadwal ibadah lainnya, dapat kita renungkan jika menyusun waktu salat itu berdasarkan rukyat betapa rumit dan repotnya umat Islam, begitu juga dengan penyususan kalender Islam global harus menggunakan hisab. Memang bila kita perhatikan, Nabi Muhammad saw tidak menggunakan hisab dalam menentukan awal bulan, akan tetapi kita bisa menjumpai dalil-dalil Al-Quran yang banyak mengisyratkan untuk menggunakan perhitungan (hisab).
Kedua, Transfer Imkanu Rukyat, transfer imkanu rukyat dikatakan juga sebagai rukyat global, ketika suatu daerah dibelahan dunia sudah imkanu rukyat, tapi sebagian daerah bulan bahkan masih dibawah ufuk, maka tempat yang sudah imkanu rukyat bisa ditansfer ke belahan dunia yang belum imkanu rukyat, dengan ketentuan kawasan ini telah mengalami ijtimak sebelum pukul 00:00 waktu setempat terkecualai kawasan GMT+14 jam (berlaku ijtimak sebelum fajar).101 Hal tersebut akan memberikan persatuan terhadap umat Islam. Jika kita lihat kebelakang, transfer rukyat sudah dilakukan sejak jaman dahulu baik di Indonesia maupun pada skala dunia.
Ketiga, Menentukan Garis Tanggal/Permulaan Hari, permulaan hari dalam kalender hijriah
101 Ahmad Syarif Muthohar, Skripsi, Penyatuan Almanak Hijriah
Nasional Perspektif Nahdlatul Ulama, Semarang, 2015, h. 44
182
merupakan permasalahan yang harus dibicarakan. Sebuah kalender akan dapat terbentuk ketika sudah ada konsep yang jelas terkait kapan sebuah hari itu dimulai. Hari adalah sebuat unit pertama dalam menyusun sebuah kalender. Dalam rangka menerapkan sebuah kalender yang bersifat global, selain suatu hari kapan dimulai, hal yang sangat penting untuk dibahas juga adalah dimana sebuah hari itu dimulai. Permulaan hari di dalam Islam sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah 187;
Artinya ” Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam masjid. Itulah larangan Allah maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah merangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertqwa”.
Dalam hal ini umat Islam diseluruh dunia cukup menggunakan garis internasional yang dipakai pada saat sekarang ini karna garis tersebut juga sudah dipakai seluruh dunia. Dengan memakai garis tanggal yang dipakai saat ini, maka penyusunan kalender Islam global akan mempercepat pencapainnya.
Keempat, Memiliki Matlak Yang Satu, menjadikan Bumi sebagai satu matlak, sehingga apabila suatu kawasan dipermukaan Bumi telah terjadi imkanu rukyat, maka itu berlaku juga untuk semua kawasan di dunia ini tanpa terkecuali. Dengan menyetujui prinsip satu matlak ini maka orang timur wajib mengikuti rukyatnya orang barat untuk melaksanakan puasa Ramadhan, Syawal, Dzulhijjah dan ibadah lainnya.
183
Sama-sama diketahui di Indonesia sendiri dari dahulu sampai sekarang masih disekat oleh matlak karena letak geografis suatu wilayah.
KESIMPULAN DAN SARAN
Penelitian ini mengambil kesimpulan bahwa pemahaman Syamsul Anwar terhadap penyatuan kalender Islam secara global merupakan harapan Syamsul Anwar yang mendesak atas terwujudnya puasa dan hari raya dapat dilaksanakan secara bersama diseluruh dunia. Penyatuan kaum Muslimin diseluruh dunia merupakan hal yang tidak mustahil bila umat Islam diseluruh dunia sama-sama menginginkan kalender yang unifikatif. Pemikiran dan gagasan Syamsul Anwar patut mendapatkan apresiasi walaupun pada kenyataannya belum ada dobrakan untuk merealisasikannya. Untuk merealisasikan kalender tersebut perlu mengadakan pertemuan secara rutin dengan berbagai pakar, seperti pakar ilmu falak, pakar astronomi, pakar fikih dan pakar ilmu keislaman lainnya yang dapat menunjang terbentuknya kalender Islam global.
Book Chapter ASTRONOMI ISLAM Book Chapter ASTRONOMI ISLAM
184
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mufid, Unifikasi Kalender Hijriah Internasional dalam Prspektif Yusuf al-Qaradawi, Jurnal, Hikmatuna, 2019
Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis (Metode Hisab-Rukat
Praktis dan Solusi Permasalahannya) Semarang, 2012
Ahmad Syarif Muthohar, Skripsi, Penyatuan Almanak Hijriah Nasional Perspektif Nahdlatul Ulama, Semarang, 2015
Arwin Juli Rakhmadi, Urgensi Kalender Islam Global, www. Tajdid. id, diakses pada 07 Agustus 2020 Hamdun, Upaya Penyatuan Kalender Islam Internasional
Oleh Organisasi Kerjasama Islam (OKI), Jurnal Bimas
Islam,Volume 10 no III, 2017
Jamaluddin ‘Abd ar-Raziq,(Diterjemahkan Syamsul Anwar) Kalender Kamariah Islam Unifikatif Satu Hari Satu Tanggal di Seluruh Dunia, Yogyakarta, 2013
Majelis Tarjih dan Tajdid/Tarjih.or.id. Kongres-Kalender-Turki-Akhirnya-Tetapkan Konsep-Unifikatif, diakses pada 23 Juli 2020
Muh Rasywan Syarif, Ihtiar Metodologis Nidhal Qassum Menuju Kalender Islam Internasional, Jurnal Al-Marshad, Volume 3 no 1, 2017
Muhammad Hidayat, Aplikasi Kriteria Kalender Islam Global Muktamar Turki 2016 dan Rekomendasi Jakarta 2017, Jurnal Al-Marshad Volume 4 no 1, 2018.
185
Muhammad Iqbal, Penyatuan Kalender Islam Internasional: Perspektif Siyasah, Jurnal Ilmiah Syari’ah, Volume 15 no 2, 2016
Nursodik, Unifikasi Kalender Islam Global (Studi Usulan Kriteria Baru MABIMS dan Kriteria Turki 2016), Tesis, Semarang, 2017
Rupi’i Amri, Pemikiran Mohammad Ilyas Tentang
Penyatuan Kalender Islam Internasional,
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Volume 17 no 1, 2016
Sakirman, Konsep Kalender Islam Internasional Perspektif Mohammad Ilyas, Skripsi, UIN Sunan Kali Jaga, Yogyakarta, 2009
Syamsul Anwar, Tindak Lanjut Kalender Hijriah Global Turki 2016 Tinjaun Usul Fikih, Jurnal Tarjih, Volume 13 No 2, 2016
--- Unifikasi Kalender Hijriah Global Problem dan Tantangan, Jurnal Al-Marshad, Volume 2 no 2, 2016
Tono Saksono, Menggagas Terbentuknya Islamic Calendar Research Network (ICRN), Jurnal Al-Marshad, Volume 2 no 1, 2016
186 187
CHAPTER