• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.3. Pendekatan Dalam Upaya Mengurangi Dampak Perubahan Iklim

2.3.2. Konsep Jejak Karbon (Carbon Footprint)

Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer terutama gas CO2

mengakibatkan tekanan lingkungan yang diakibatkan oleh pemanasan global dan

tersebut berhubunngan erat dengan emisi yang dikeluarkan dari segala aktivitas

mahluk hidup terutama manusia (Houghton, 2011). Oleh karena itu kegiatan

pengukuran dari intensitas gas rumah kaca dari produk yang berbeda, tubuh, dan limbah hasil kegiatan ekonomi manusia yang terjadi di seluruh dunia dinyatakan sebagai jejak karbon(Pandey, et al, 2011).

Jejak karbon merupakan penjabaran dari konsep telapak ekologis. Telapak ekologis memiliki definisi produktivitas secara biologi dari luas lahan dan laut yang dibutuhkan untuk keberlanjutan populasi manusia yang didefinisikan dalam satuan global hektar (gha) (Wackernagel and Ress, 1996). Berdasarkan konsep ini, jejak karbon memiliki arti luasan lahan yang dibutuhkan untuk mengasimilasi

keseluruhuhan produksi CO2oleh umat manusia sepanjang hidup manusia (Pandey,

et al, 2011). Pada Gambar 2.6 merupakan posisi konsep jejak karbon dalam konsep telapak ekologis dimana konsep jejak karbon sebagai salah satu jejak ekologi yang dihitung dalam telapak ekologis.

Defisit Ekologi (Ecological Deficit)

Defisit Ekologi Lahan Peternakan (Ecological Deficit)

Defisit Ekologi Lahan Perikanan (Ecological Deficit)

Defisit Ekologi Lahan Karbon (Ecological Deficit)

Defisit Ekologi Lahan Terbangun (Ecological Deficit)

Defisit Ekologi Lahan Pertanian (Ecological Deficit)

Penghasil

Emisi CO2 Emisi CO2Penyerap

Biokapasitas Lahan Karbon Carbon Footprint Ecological Footprint

Gambar 2. 6. Kedudukan Konsep Carbon Footprint Dalam Telapak Ekologis Sumber : Penulis, 2014

Definisi yang diungkapkan oleh Pandey, et al (2011) merujuk pada pendapat

Wiedmann and Minx (2007) yang mendefisikan konsep jejak karbon sebagai

ataupun tidak langsung disebabkan oleh aktivitas atau akumulasi dari seluruh aspek kehidupan. Definisi ini hanya termasuk emisi CO2dikarenakan gas CO2merupakan gas yang dominan di atmosfer dari semua gass rumah kaca dan sangat berpengaruh terhadap perubahan iklim (Pandey, et al, 2011). Definisi tersebut merupakan konsep dasar dalam perhitungan jejak karbon dimana hasil perhitungan tersebut sebagai indikator potensi pemanasan global (Wiedmann and Minx, 2007).

Sebagai sebuah konsep untuk mengukur potensi pemanasan global yang diakibatkan oleh sebuah wilayah, konsep jejak karbon semakin berkembang. Beberapa pakar berpendapat bahwa konsep jejak karbon perlu memassukkan seluruh indikator gas rumah kaca dalam perhitungannya (Brewer, 2009). Hal ini dikarenakan penggunakan jejak karbon dapat digunakan sebagai dasar untuk menerapkan kebijakan lokal yang membantu memenuhi tujuan nasional secara konprehensif, merancang perjanjian iklim yang adil dan efisien yang berhubungan dengan wilayah administratif, memberikan informasi siklus karbon, driver emisi, dan kebijakan lainnya (Pandey, et al, 2011). Oleh karena itu jejak karbon dikembangkan untuk menghitung keseluruhan GRK dalam satuan CO2e (CO2

equivalent) (Carbon Trust, 2007b; Pandey et al, 2011).

Wiedmann and Mixx (2007) berpendapat bahwa definisi jejak karbon memang belum ada definisi standar dan beberapa penelitian masih rancu untuk memasukkan gas rumah kaca lain dalam perhitungan. Meskipun demikian, perhitungan gas CO2 dalam jejak karbon merupakan definisi yang lebih tepat dikarenakan gas Co2 sebagai emisi terbesar yang mengakibatkan pemanasan global (Brewer, 2009 ; Franchetti and Apul, 2013).

Dari beberapa pendapat para pakar diatas maka identifikasi beberapa sumber emisi dalam perhitungan jejak karbon merupakan inti dari konsep jejak karbon. Jejak karbon menjadi pernyataan kuantitatif dari emisi gas rumah kaca yang berasal dari suatu aktivitas yang membantu dalam managemen emisi dan evaluasi dari perhitungan mitigasi (Carbon Trust 2007b). Dengan menghitung jumlah emisi maka sumber emisi yang terpenting dapat diidentifikasi dan penguranagan emisi dan peningkatan efisiensi dapat diprioritaskan (Pandey, et al, 2011).

Dalam perhutungan jejak karbon, terdapat kekurangan dalam keseragaman atas perhitungan langsung produksi emisikarena kegiatan dapat menghasilkan dua

macam emisi yaitu emisi langsung dan tidak langsung(Pandey, et al, 2011). Emisi langsung adalah hal hal yang dihasilkan secara langsung selama proses kegiatan dilakukan (Carbon Trust,2007b). Sebagai contohnya, CO2yang dihasilkan selama pembakaran bahan bakar industri yang dikeluarkan melalui katel uap adalah emisi secara langsung. Di sisi lain, pada pemanas listrik, tidak ada emisi secara langsung yang akan diteliti. Akan tetapi, jika listrik yang digunakan dalam boiler menghasilkan panas pana pembangkit listrik, total CO2 yang dihasilkan penerator dan transmisi pada unit pembangkit listrik dikonsumsi dalam boiler berarti sebagai perwujudan emisi tidak langsung (Matthews et al. 2008b). Hal ini menjadi sangat kompleks untuk memasukan seluruh kemungkinan emisi, sehingga kebanyakan penelitian meneliti hanya emisi langsung atau satu tahapan emisi tidak langsung

(Carbon Trust2007b).

Identifikasi sumber emisi karbon juga berbeda-beda setiap pakar. Hal ini dikarenakan oleh jenis-jenis aktivitas yang akan dimasukkan dalam perhitungan. Beberapa pakar mendefinisikan emisi langsung (hilir) dan emisi tidak langsung (hulu) (Pandey, et al, 2011 ; Brewer, 2009). Meskipun demikian pengukuran emisi hulu dan hilir tidak langsung adalah opsional dari operasinya. Berbeda dengan pendapat pakar sebelumnya menurut GHG Protokol (2010) terdapat 3 jenis lingkup emisi namun direkomendasikan bahwa setidaknya emisi lingkup 1 dan lingkup 2 dimasukkan dalam inventarisasi GRK, sedangkan untuk emisi lingkup 3 dianggap opsional. Lingkup-lingkup tersebut antara lain :

1. Lingkup 1 merupakan emisi langsung

Lingkup 1 dapat dari sumber bergerak seperti kendaraan atau dari pembakaran stasioner untuk menghasilkan listrik, panas, atau Stefan. Sebagai contoh, setiap pembakaran di tempat batubara atau gas alam akan dianggap emisi Lingkup 1. Juga termasuk dalam Lingkup 1 adalah emisi proses pengolahan indusri. Emisi dapat terjadi tidak hanya dari pembakaran bahan bakar fosil, tetapi juga sebagai bagian dari proses pengolahan terutama industri semen dan aluminium. Selain itu,

2. Lingkup 2 adalah emisi tidak langsung dihasilkan karena aktivitas pemakaian di suatu wilayah. Lingkup 2 merupakan emisi tidak langsung yang secara langsung terkait dengan konsumsi energi di suatu wilayah. Lingkup 2

termasuk membeli energi dalam bentuk listrik, uap, atau air dingin. Pembelian listrik cenderung mendominasi jenis emisi ini dalam banyak kasus.

3. Emisi tidak langsung lainnya merupakan emisi yang dihasilkan akibat distribusi energi akibat kegiatan pada lingkup 1 dan lingkup 2. Emisi ini lebih sulit untuk memperkirakan karena emisi siklus hidup dari produk sebagian besar tidak diketahui atau tidak pasti. Berapa diantaranya antara lain :

a. Pengelolaan sampah padat menghasilkan emisi dari transportasi limbah ke TPA (penggunaan bensin dalam kendaraan transportasi).

b. Produksi listrik di pembangkit listrik membutuhkan jarak yang panjang untuk distribusinya dan beberapa dari listrik akan hilang selama transmisi ini dan distribusi. Sementara pembelian tenaga listrik termasuk dalam Lingkup 2 emisi, kerugian akibat distribusi ini harus dimasukkan dalam emisi Lingkup 3.

c. Perjalanan komuter penduduk ke wilayah lain juga termasuk emisi lingkup 3 dan juga termasuk emisi hulu terkait dengan pembelian produk seperti makanan, air, bahan bakar, dan bahan lainnya.

Tidak jauh berbeda dengan GHG Protocol, Pandey, et al (2011) juga mendefinisikan 3 macam jenis emisi dalam perhitungan jejak karbon antara lain :

1. Semua emisi langsung, yaitu, emisi onsite seperti konsumsi rumah tangga, transportasi, industri, dll.

2. Emisi yang diwujudkan oleh pembelian energi terutama listrik.

3. Semua emisi tidak langsung, seperti yang terkait dengan pengangkutan barang yang dibeli, perjalanan bisnis, aktivitas energi, pembuangan produk, dll.

Selain itu beberapa penelitian lain yang terkait dengan jejak karbon mendefinisikan sumber emisi tidak jauh berbeda dengan Pandey (2011) dan GHG Protocol (2011) seperti nampak pada Tabel 2.3.

Tabel 2. 3. Aktivitas Emisi yang Dihitung dari beberapa Penelitian

Peneliti Lingkup penelitian Aktivitas Emisi CO2 yang dihitung

Druckman and Jacson (2009)

Rumah Tangga di UK I : Penggunaan energi dari rumah tangga dan kendaraan pribadi

Peneliti Lingkup penelitian Aktivitas Emisi CO2 yang dihitung

II : Emisi kegiatan pelayanan dan industri Good Company (2008) Carbon Footprint in

The City Og

Vancouver (Canada)

I : penggunaan energi oleh kendaraan dan rumah tangga

II : Emisi dari penggunaan listrik

III : Produksi barang yang dibeli oleh penduduk kota, emisi dari TPA dan perjalanan komuter

USDoE (2005) Hawai I : transportasi darat dan udara II : Penggunaan listrik

Brown et al (2009) Carbon Footprint of US Metropolitan cities

I : Sistem transportasi, perdagangan dan jasa, dan industri.

Sumber : Diadopsi dari Pandey et al (2011)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem jejak karbon berdasarkan emisi CO2 di Kabupaten Gresik sehingga pengertian jejak karbon merujuk pada pengertian dasar yang diungkapkan oleh Wiedmann and Max (2007) yaitu sebagai jumlah CO2yang dihasilkan oleh suatu wilayah dalam waktu tertentu.

Dokumen terkait