• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Teori Keadilan Sosial

2. Konsep Keadilan Sosial Dalam Islam

yang ada. Plato mencoba mendapatkan konsep keadilannya dari inspirasi, tetapi Aristoteles mengembangkannya melalui analisis ilmiah dan prinsip-prinsip rasional.18

Konsep Aristoteles tidak hanya memberikan dasar bagi teori hukum, tetapi juga membangun landasan bagi filsafat barat secara umum. Rumusan masalah keadilan oleh Aristoteles, yang membedakan antara keadilan distributif dan keadilan korektif atau remedial dan menjadi dasar bagi semua pembahasan teoretis tentang masalah tersebut, merupakan kontribusi Aristoteles terhadap filsafat hukum. Ini juga dikenal sebagai "masalah keadilan." Yang dimaksud dengan "keadilan distributif" ialah pemerataan barang dan jasa kepada seluruh anggota masyarakat, dengan memperhatikan perannya masing-masing dalam masyarakat, serta perlindungan yang sama di bawah hukum.

hukum, dan sebagainya. Di sisi lain, terganggunya tatanan sosial merupakan konsekuensi tak terelakkan dari melemahnya konsep keadilan.

Keadilan ialah salah satu sila fundamental yang ditanamkan Islam, dan ini berlaku baik bagi individu maupun lingkungan pemerintahan. Baik ungkapan

"harus adil" (an ta'dilu) dan kebutuhan untuk membela keadilan (kunu qawwamina bil qisthi) selalu ditekankan dalam kitab suci Islam, Al-Quran.

Keadilan merupakan kebutuhan esensial dalam Islam. Dalam UUD 1945, tujuan negara dikatakan "menegakkan keadilan dan memajukan kemakmuran". Ini ialah dua ungkapan yang cukup terkenal dalam konteks umat Islam yang disebutkan di atas. Tujuan akhir Negara Kesatuan Republik Indonesia ialah mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur (NKRI).20

Konsep keadilan sosial Islam ialah suatu konsep yang modern.21Konsep keadilan berfungsi sebagai antitesis dari tirani dan kesewenang-wenangan dalam linguistik Islam. Tapi itu juga menyiratkan aktif, yang diwakili dalam moderasi

"Islam universal," yang moderat dan tidak memihak atau condong ke satu sisi saja, dan itu tidak mengisolasi dirinya dari salah satu dari keduanya dan tidak berbeda dengan cara apa pun dari keduanya. di antara dua. Dalam Islam, ketentuan keadilan ialah wajib, dan itu dipandang sebagai salah satu aspek terpenting dari keberadaan pribadi dan masyarakat. Ini ialah ketentuan yang harus ditetapkan oleh Allah SWT untuk seluruh umat manusia, tanpa terkecuali.

Dalam ayat kelima belas surat Ash-Syura, Allah menggarisbawahi kepada Rasulullah perlunya bersikap adil.:

Artinya: “Karena itu, serulah (mereka beriman) dan tetaplah (beriman dan berdakwah) sebagimana diperintahkan kepadamu (Muhammad) dan janganlah mengikuti keinginan mereka dan katakanlah, “Aku beriman kepada Kitab yang

20Abdurrahman Wahid, Islam dan Keadilan Sosial, opini, 22 April 2018.

21 Musthafa Assiba’I, Isytirakiyah fi al-Islam, ter. M. Abdai Ratomy, Kehidupan Islam Menurut Islam: Tuntunan Hidup Bermasyarakat, Bandung: CV. Dipenogoro, 1993, hlm. 313.

diturunkan Allah dan aku diperintahkan agar agar berlaku adil diantara kamu…’”

Dalam ayat lain, surat An-Nahl ayat 90 Allah SWT mempertegas:

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat dan dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepada mu agar ka mu dapat mengambil pelajaran,”22

Dari akar kata 'adl yang berarti sikap yang benar atau tidak memihak, menjaga hak seseorang, dan cara pengambilan keputusan yang benar, hendaknya menghukum atau mengambil keputusan atas dasar keadilan, ada beberapa pengertian yang berkaitan dengan keadilan dalam Al-Qur'an. . Salah satu makna ini ialah bahwa Anda harus membuat keputusan atau hukuman berdasarkan keadilan. Secara umum, konsep-konsep tersebut memiliki kaitan langsung dengan aspek keadilan, lebih khusus lagi sebagai penjabaran dari berbagai manifestasi keadilan yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Jelas betapa banyak tempat bagian warna dalam Al-Qur'an didasarkan pada hubungan antara berbagai definisi istilah 'adl dan wawasan atau aspek langsung dari keadilan.

Penafsiran Al-Qur'an dan dorongan yang diberikannya kepada orang-orang untuk memenuhi janji, kewajiban, dan amanat yang mereka pegang, melindungi yang menderita, lemah, dan membutuhkan, mengalami solidaritas nyata dengan sesama warga, dan seterusnya, semakin mendukung kesimpulan disajikan di atas. Hal-hal yang diputuskan sebagai prestasi yang harus dicapai oleh umat Islam memiliki orientasi yang sangat kuat pada landasan keadilan yang digariskan dalam Al-Qur'an. Dalam nada yang sama, pemahaman keadilan tidak terbatas pada lingkup mikro kehidupan individu anggota masyarakat;

22 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2002.

melainkan meluas ke lingkungan mikro masyarakat secara keseluruhan. Hal ini sesuai dengan ayat 8 Surat Al-Maidah yang berisi firman Allah SWT.:

ۗﺍ ْﻮُﻟِﺪْﻋِﺍۗ ﺍ ْﻮُﻟِﺪْﻌَﺗ ﱠﻻَﺍ ﻰٰٓﻠَﻋ ٍﻡ ْﻮَﻗ ُﻥٰﺎَﻨَﺷ ْﻢُﻜﱠﻨَﻣ ِﺮْﺠَﻳ َﻻ َﻭ ِۖﻂْﺴِﻘْﻟﺎِﺑ َءۤﺍ َﺪَﻬُﺷ ِ ﱣ ِª َﻦْﻴِﻣﺍ ﱠﻮَﻗ ﺍ ْﻮُﻧ ْﻮُﻛ ﺍ ْﻮُﻨَﻣٰﺍ َﻦْﻳِﺬﱠﻟﺍ ﺎَﻬﱡﻳَﺎٰٓﻳ َﻥ ْﻮُﻠَﻤْﻌَﺗ ﺎَﻤِﺑ ٌۢﺮْﻴِﺒَﺧ َ ﱣ´ ﱠﻥِﺍۗ َ ﱣ´ ﺍﻮُﻘﱠﺗﺍ َﻭ ۖﻯ ٰﻮْﻘﱠﺘﻠِﻟ ُﺏ َﺮْﻗَﺍ َﻮُﻫ Artinya: “ Hai orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) Karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Maidah:8)

Wawasan atau sisi keadilan Al-Qur’an berkaitan langsung dengan upaya peningkatan kesejahteraan dan taraf hidup warga negara, khususnya mereka yang menderita dan lemah posisinya di masyarakat, seperti anak yatim, fakir miskin, janda, hamil. atau wanita yang baru saja bercerai. Ayat ini menarik karena Al-Qur'an memberikan kaitan langsung antara sisi wawasan atau keadilan Al-Qur'an dengan upaya peningkatan kesejahteraan dan taraf hidup tersebut. Juga, anggota keluarga yang membutuhkan bantuan sebagai contoh keadilan.

Pentingnya keadilan dalam Islam meluas ke semua warga negara, terlepas dari posisi mereka atau apakah mereka mempraktikkan Islam atau tidak.

Akibatnya, setiap orang memiliki akses ke hak yang sama. Dengan implikasi bahwa Islam mengembalikan semua hak yang menjadi hak seseorang kepada orang itu secara utuh. Hak untuk memiliki dalam kehidupan sosial harus dibatasi oleh kebutuhan untuk melayani orang dan masyarakat dengan kemampuan terbaiknya. Penghormatan penuh terhadap hak-hak individu diberikan dalam Islam. Dengan mengizinkan keistimewaan ini, Islam berusaha untuk mencapai tujuannya, yaitu memperkenalkan dan menciptakan suatu sarana di mana

keterampilan yang dimiliki oleh setiap manusia sesuai dengan bidang kerjanya masing-masing dapat berkembang dengan cara yang wajar dan wajar. Ini mengarah pada pengembangan persaingan yang sehat.

Karena Islam menjaga keseimbangan yang sehat dalam hubungan antara Tuhan dan manusia, Islam juga berupaya membangun keseimbangan yang sehat dalam hubungan antara manusia. Hal ini dilakukan untuk melindungi hubungan dari efek merusak yang dapat disebabkan oleh tindakan berlebihan di bidang ekonomi. Karena itu, Islam menghendaki agar keadilan ditegakkan tidak hanya dalam satu segi keberadaan manusia, tetapi dalam setiap segi kehidupan manusia.23

Dalam Islam, keadilan bersifat universal dan tidak mengenal batasan apapun, termasuk kebangsaan, ras, bahasa, warna kulit, posisi (sosial, ekonomi, politik), atau bahkan batasan agama. Sangat penting bahwa keadilan diberikan, tidak hanya untuk manusia dari semua agama tetapi juga untuk hewan. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-An'am ayat 152:

ُﻒِّﻠَﻜُﻧ َﻻ ِۚﻂْﺴِﻘْﻟﺎِﺑ َﻥﺍ َﺰْﻴِﻤْﻟﺍ َﻭ َﻞْﻴَﻜْﻟﺍ ﺍﻮُﻓ ْﻭَﺍ َﻭۚ ٗﻩﱠﺪُﺷَﺍ َﻎُﻠْﺒَﻳ ﻰﱣﺘَﺣ ُﻦَﺴْﺣَﺍ َﻲِﻫ ْﻲِﺘﱠﻟﺎِﺑ ﱠﻻِﺍ ِﻢْﻴِﺘَﻴْﻟﺍ َﻝﺎَﻣ ﺍ ْﻮُﺑ َﺮْﻘَﺗ َﻻ َﻭ ﻥ ْﻭ ُﺮ ﱠﻛَﺬَﺗ ْﻢُﻜﱠﻠَﻌَﻟ ٖﻪِﺑ ْﻢُﻜﯨ ﱣﺻ َﻭ ْﻢُﻜِﻟٰﺫ ۗﺍ ْﻮُﻓ ْﻭَﺍ ِ ﱣ´ ِﺪْﻬَﻌِﺑ َﻭ ۚﻰٰﺑ ْﺮُﻗ ﺍَﺫ َﻥﺎَﻛ ْﻮَﻟ َﻭ ﺍ ْﻮُﻟِﺪْﻋﺎَﻓ ْﻢُﺘْﻠُﻗ ﺍَﺫِﺍ َﻭ ۚﺎَﻬَﻌْﺳ ُﻭ ﱠﻻِﺍ ﺎًﺴْﻔَﻧ Artinya: “Dan apabila kamu berkata,maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia ialah kerabat (mu), dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat.”

Iman Islam sangat menekankan konsep keadilan universal. Soal proses mendapatkan keadilan, sepenuhnya terserah rakyat. Dalam Islam, banyak topik yang tidak dikendalikan, salah satunya ialah bagaimana membangun negara yang akan menjadi alat untuk menegakkan keadilan. Warga negara Islam diberi

23Harun Nasution dan Bahtiar Effendy, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, (Yogyakarta, Yayasan Obor Indonesia, 1995), hlm. 218.

kebebasan untuk memutuskan sendiri bagaimana keadilan harus dijalankan di negara mereka. Dalam setiap situasi, melakukan apa yang benar dan memiliki keadilan akan membawa kedamaian dan kemakmuran. Ini ialah inti dari apa artinya menjadi bermanfaat bagi orang-orang.

Dokumen terkait