• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Permensos Nomor 20 Tahun 2017 Tentang Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni Dan Sarana Prasarana Lingkungan (Studi Kasus Kecamatan Dabun Gelang Kabupten Gayo Lues)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Implementasi Permensos Nomor 20 Tahun 2017 Tentang Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni Dan Sarana Prasarana Lingkungan (Studi Kasus Kecamatan Dabun Gelang Kabupten Gayo Lues)"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

DAN SARANA PRASARANA LINGKUNGAN

(Studi Kasus Kecamatan Dabun Gelang Kabupten Gayo Lues)

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

SISKA ALFANI

Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum Prodi Hukum Tata Negara

NIM. 170105016

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

2022 M/1443 H

(2)
(3)
(4)
(5)

v

Nama : Siska Alfani

NIM : 170105016

Fakultas/Prodi : Syariah dan Hukum/ Hukum Tata Negara

Judul : Implementasi PERMENSOS Nomor 20 Tahun 2017 tentang Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni dan Sarana Prasarana Lingkungan

(Studi Kasus Kecamatan Dabun Gelang Kabupaten Gayo Lues)

Tanggal Sidang : 20 Juli 2022 Tebal Skripsi : 77 halaman Pembimbing I : Amrullah, LL.M.

Pembimbing II : Nahara Eriyanti, M.H

Kata Kunci : PERMENSOS Nomor 20 Tahun 2017, Rehabilitasi, Rumah Tidak Layak Huni.

Kemiskinan merupakan fenomena sosial klasik yang sudah melekat dalam masyarakat. Kemiskinan membuat masyarakat miskin tidak mampu memenuhi salah satu kebutuhan dasar berupa rumah layak huni. Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar khususnya papan atau tempat tinggal atau rumah yang layak huni menyebabkan keluarga miskin tidak dapat melakukan fungsinya dengan baik. Pengembangan permukiman ditunjukan untuk mewujudkan tempat hunian yang layak bagi masyarakat berpenghasilan rendah di Kabupaten Gayo Lues, melalui pemberdayaan dalam pembangunan dan perbaikan permukiman.

Dalam PERMENSOS Nomor 20 Tahun 2017 tentang Rehabilitasi Rumah Tidak L ayak Huni dan Sarana Prasarana. Masalah yang diteliti ialah bagaimana mekanisme pemilihan penerima manfaat program rehabilitasi rumah tidak layak huni di Kecamatan Dabun Gelang Kabupaten Gayo Lues. Bagaimana implementasi program rehabiliasi rumah tidak layak huni di Kecamatan Dabun Gelang Kabupaten Gayo Lues dari perspektf fiqh siyasah. Metode yang digunakan menelaah uraian ilmiah secara kualitatif yakni penelitian yang menitikberatkan pada penemuan data secara ilmuah di lapangan. Hasil penelitian yang didapati bahwa dalam pemilihan penerima manfaat program rehabilitasi rumah tidak layak huni ini belum berjalan dengan baik karena belum menyeluruh ke semua desa yang ada di Kecamatan Dabun Gelang. Menurut perspektif fiqh siyasah pemimpin harus berlaku adil dalam menjalankan amanah sebagai pemimpin untuk tercapainya kemaslahatan bagi masyarakat melalui perubahan-perubahan kondisi masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

(6)

vi

ميحرلا نمحرلا الله مسب

Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan banyak nikmat dan rahmat kepada kita, Selanjutnya shalawat beriring salam penulis sanjungkan kepangkuan Nabi Muhammad SAW, keluarga, serta sahabat-sahabat beliau sekalian, yang telah membawa kita dari alam jahiliyah kepada alam Islamiah seperti yang kita rasakan pada saat sekarang ini. Sehingga penulis telah dapat menyelesaikan karya tulis dengan Judul: “Implementasi PERMENSOS Nomor 20 Tahun 2017 tentang Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni dan Sarana Prasarana (Studi Kasus Kecamatan Dabun Gelang Kabupaten Gayo Lues)”.

Rasa hormat dan ucapan terimakasih yang tak terhingga juga penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Muhammad Siddiq, M.H., Ph.D selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry.

2. Ibu Mumtazinur, S.I.P., MA selaku Ketua Program Studi Hukum Tata Negara.

3. Bapak Husni A. Jalil, MA. selaku Sekretaris Program Studi Hukum Tata Negara.

4. Bapak Mutiara Fahmi, Lc.,MA. selaku Penasehat Akademik yang telah memberikan pembelajaran yang sangat berharga bagi penulis.

5. Bapak Amrullah, LL.M. selaku Pembimbing Pertama yang telah banyak memberikan bimbingan, bantuan, ide, dan pengarahan.

6. Ibu Nahara Eriyanti, M.H selaku Pembimbing Kedua yang telah banyak memberikan bimbingan, bantuan, ide, dan pengarahan.

7. Ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yakni ayahanda Iskandar dan ibunda Rusdawati yang telah membesarkan, mendidik, menyayangi penulis dan selalu memberi dukungan baik doa maupun materi kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan Skripsi ini.

(7)

vii

Amalia dan Salsa Aqila Humaira yang selalu mendukung penulis sampai saat ini.

9. Keluarga Besar Hukum Tata Negara, yang saling menguatkan dan saling memotivasi selama perkuliahan ini.

10. Para Sahabat penulis yaitu Sri Rahma, Fitri Handayani, Masmi, Rahmani, Erna Novita, Ralia Arayanti, Arita, Sri Pati serta sahabat- sahabat lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

11. Kepada Bapak Ishak, SE.MM Kepala Sub Bagian Perencanaan, Keuangan dan Aset Dinas Sosial Kabupaten Gayo Lues yang telah membantu penulis dalam melengkapi skripsi penulis.

Akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih sangat banyak kekurangan. Penulis berharap skripsi ini bisa bermanfaat terutama untuk penulis sendiri dan juga kepada pembaca semua. Akhir kata kepada Allah SWT jualah penulis menyerahkan diri karena tidak ada satupun kejadian dimuka bumi ini kecuali atas kehendak-Nya, dan kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT.

Banda Aceh, 30 Mei 2022 Penulis,

Siska Alfani

(8)

viii

Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri P dan K Nomor: 158 Tahun 1987 – Nomor: 0543 b/u/1987 1. Konsonan

Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan huruf dan sebagian dilambangkan dengan tanda, dan sebagian lagi dengan huruf dan tanda sekaligus. Dibawah ini daftar huruf arab itu dan transliterasinya dengan huruf latin

Huruf

Arab Nama Huruf

Latin Nama Huruf

Arab Nama Huruf

Latin Nama

ا

Alif tidak di- lambang -kan

tidak di- lambang -kan

ط

țā’ Ț

te (dengan titik di bawah)

ب

Bā’ B Be

ظ

ẓā’

zet (dengan titik di bawah)

ت

Tā’ T te

ع

‘ain

koma terbalik (di atas)

ث

Śā’

es (dengan titi di atas)

غ

Gain G Ge

ج

Jīm J je

ف

Fā’ F ef

ح

Hā’ H

ha (dengan titik di bawah)

ق

Qāf Q Ki

خ

Khā’ Kh ka ha dan

ك

Kāf K Ka

د

Dāl D de

ل

Lām L El

ذ

Żāl Ż zet (dengan

titik di

م

Mīm M Em

(9)

ix

ر

Rā’ R er

ن

Nūn N En

ز

Zai Z zet

و

Wāu W We

س

Sīn S Es

اه

Hā’ H Ha

ش

Syīn Sy es ye dan

ء

Hamzah Apostrof

ص

Şad Ş

es (dengan titik di bawah)’

ي

Y Ye

ض

Dad

de (dengan titik di bawah) 2. Konsonan

Konsonan vokal Bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau moNomorftong dan vokal rangkap atau diftong.

a. Vokal Tunggal

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin

َ Fatḥah A

َ Kasrah I

َ Dammah U

b. Vokal Rapngka

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harkat dan huruf, transliterasinya gabungan huruf, yaitu:

Tanda dan Huruf

Nama Gabungan

Huruf

ي َ Fathah dan ya Ai

و َ Fathah dan wau Au Contoh:

(10)

x لوه = haula

c. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Harkat dan Huruf Nama Huruf dan tanda

ي/ ا Fathah dan alif atau ya Ā

ي Kasrah dan ya Ī

و Dammah dan wau Ū

Contoh:

لا ق = qāla ي م ر = ramaā لْي ق = qīla ل ْوق ي = yaqūlu d. Ta Marbutah (ة)

Transliterasi untuk ta marbutah ada dua.

a. Ta marbutah ( ة) hidup

Ta marbutah ( ة) yang hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah dan dammah, transliterasinya adalah t.

b. Ta marbutah ( ة) mati

Ta marbutah ( ة) yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah h.

c. Kalau pada suatu kata yang akhir huruf ta marbutah ( ة) diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al, serta bacaan kedua kata itu terpisah maka ta marbutah ( ة) itu ditransliterasikan dengan h.

Contoh:

ةَض اوَرالاَفاطَ الْا : rauḍah al-aṭfāl/ rauḍatul aṭfāl

(11)

xi اةَحالَط : Ṭalḥah

Modifikasi

1. Nama orang berkebangsaan Indonesia ditulis seperti biasa tanpa transliterasi, seperti M. Syuhudi Ismail. Sedangkan nama-nama lainnya ditulis sesuai kaidah penerjemahan. Contoh: Ḥamad Ibn Sulaiman.

2. Nama negara dan kota ditulis menurut ejaan Bahasa Indonesia, seperti Mesir, bukan Misr ; Beirut, bukan Bayrut ; dan sebagainya.

(12)

xii

Lampiran 1 SK Penetapan Pembimbing Skripsi ... 64 Lampiran 2 Surat izin melakukan Penelitian Dari fakultas Syariah dan

Hukum ... 65 Lampiran 3 Surat Izin Melakukan Penelitian Dari Dinas Perumahan dan

Kawasan Permukiman ... 66 Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian ... 67

(13)

xiii

LEMBARAN JUDUL ... i

PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN SIDANG ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

TRANSLITERASI ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kajian Pustaka ... 7

E. Penjelasan Istilah ... 8

F. Metodelogi Penelitian ... 13

G. Sistematika Penulisan ... 18

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG REHABILITASI RUMAH TIDAK LAYAK HUNI ... 20

A. Teori Keadilan Negara ... 20

B. Teori Negara Kesejahteraan ... 34

C. Perspektif Fiqh Siyasah ... 41

D. Dasar Hukum Pembangunan Rumah Layak Huni ... 45

BAB III TINJAUAN PERMENSOS NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG REHABILITASI RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DI KECAMATAN DABUN GELANG KABUPATEN GAYO LUES ... 48

A. Letak Geografis Kecamatan Dabun Gelang Kabupaten Gayo Lues .... 48

B. Mekanisme Pemilihan Penerima Manfaat Program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni di Kecamatan Dabun Gelang Kabupaten Gayo Lues ... 51

C. Implementasi Program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni di Kecamatan Dabun gelang Kabupaten Gayo Lues ... 54

D. Perspektif Fiqh Siyasah Terhadap Program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni ... 56

(14)

xiv

A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 61

LAMPIRAN ... 64

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 68

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kemiskinan merupakan masalah sosial khas yang melekat di masyarakat. Keyakinan tentang anggapan bahwa kemiskinan tidak dapat diatasi, tetapi hanya berkurang jumlahnya dan meminimalkan penderitaan orang miskin, seperti yang terjadi di masyarakat. Jika ditelaah dalam konteks agama, sebenarnya lebih jelas, dalam Islam ada pemisahan yang jelas antara mereka yang miskin dan mereka yang termasuk golongan miskin. Orang miskin ialah mereka yang tidak atau kurang mampu memenuhi kebutuhan pokok atau tuntutan dasar dalam hidupnya, sedangkan yang membutuhkan ialah mereka yang memiliki potensi atau bakat yang belum tersalurkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Isu kemiskinan kini telah mencapai skala dunia dan menuntut perhatian baik dari pemerintah maupun masyarakat secara keseluruhan. Tidak mungkin hanya pemerintah sendiri yang mengentaskan kemiskinan; sebaliknya, kontribusi diperlukan dari semua pihak yang berkepentingan. Kemiskinan merupakan masalah penting yang harus ditangani di negara-negara berkembang di dunia, termasuk masalah kemiskinan di Indonesia. Orang yang hidup dalam kemiskinan tidak dapat memenuhi salah satu kebutuhan utama mereka, yang berupa kurangnya akses ke perumahan yang layak.

Keluarga miskin tidak dapat melaksanakan tugasnya secara efektif karena tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya, seperti memiliki tempat tinggal yang layak atau perumahan secara umum. Tidak ada cukup ruang di rumah untuk menjaga semua anggota keluarga aman dari unsur-unsur dan gangguan yang mungkin disebabkan oleh bencana alam. Ruangan yang tidak memiliki batas antar ruangan Ketika anggota keluarga tidur di kamar tidur yang terpisah, kebutuhan mereka akan kenyamanan dan keamanan tidak terpenuhi.

(16)

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Provinsi Aceh merupakan provinsi termiskin di Pulau Sumatera yang menempati urutan keenam secara nasional.

Menurut Kepala Ombusdsman Perwakilan Aceh Taqwaddin, salah satu indikator yang digunakan BPS Aceh dalam teknik penilaian kemiskinan ialah sejauh mana pemenuhan kebutuhan pokok. Menurut pendekatan ini, kontributor utama keadaan kemiskinan di Aceh ialah kurangnya akses terhadap makanan dan tempat tinggal yang memadai (komoditas non-makanan).1

Pembangunan rumah layak huni di Aceh merupakan pembangunan yang dilakukan secara berkesinambungan, konsisten dan terpadu, baik secara internal maupun antar Satker Aceh atau instansi lain dan melihat keberadaan Pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Kota, sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya, perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Persyaratan penerima manfaat rehabilitasi rumah tidak layak huni berdasarkan Peraturan Gubernur Aceh Nomor 145 Tahun 2016 pasal 7, yaitu:

(1) Untuk dapat memperoleh tempat tinggal yang layak huni, penerima harus memenuhi semua syarat sebagai berikut:

a. Fakir b. Miskin

c. Penyandang disabilitaas, dan/atau d. Anak yatim, piatu atau yatim piatu.

(2) Penerima sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan b ialah mereka yang berumur paling sedikit empat puluh tahun, tidak mempunyai pekerjaan tetap, dan mempunyai anak yang menjadi tanggungannya atau keluarga besar.

(3) Orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c sebagai penerima tidak dapat ikut serta dalam pekerjaan yang menguntungkan.

1https://finance.detik.com/ di akses pada tanggal 11 November 2021

(17)

(4) Penerima sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d berusia di bawah delapan belas (delapan belas) tahun dan tidak mempunyai tempat tinggal.

Ketentuan bahwa “yang miskin dan anak-anak dari semua orang miskin dan semua anak terlantar pada prinsipnya diasuh oleh Negara” dapat ditemukan dalam ayat pertama Pasal 34 Undang-Undang Dasar yang telah disahkan pada tahun 1945.”.2 Sebagai wujud pelaksanaan kewajiban negara dalam menjamin terpenuhinya hak atas kebutuhan dasar setiap warga negara, pemerintah dan pemerintah daerah di Indonesia memberikan rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial kepada masyarakat miskin dan terlantar. anak yang disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Hal ini dilakukan sebagai wujud pelaksanaan kewajiban negara dalam konstitusi. Sebuah negara yang berpenghasilan rendah dan terbelakang. Oleh karena itu, boleh dikatakan, meskipun secara tidak langsung, bahwa pada kenyataannya yang terjadi di lapangan ialah tidak semua individu yang kurang beruntung dan terlantar dilindungi oleh negara. Ialah tugas negara untuk memperhatikan kepentingan orang-orang yang kurang beruntung untuk memastikan bahwa kebutuhan dasar kemanusiaan terpenuhi.

APBN dan APBD, selain lembaga sosial non-pemerintah lainnya seperti CSR dan Banzas, menyediakan dana yang diperlukan untuk pembangunan tempat tinggal yang layak huni atau perbaikan rumah yang sekarang tidak layak huni. Ini dapat ditemukan di sejumlah negara berbeda di Asia, termasuk Cina dan India, misalnya. Kebijakan khusus, seperti yang berkaitan dengan ketersediaan lahan dan struktur keuangan yang memadai, digunakan sebagai bagian dari tanggung jawab pemerintah dalam penyediaan perumahan yang layak huni dan murah bagi masyarakat miskin.

2 Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan kewajiban negara untuk memelihara fakir miskin dan anak terlantar.

Diakses pada tanggal 30 juni 2021

(18)

Faktor penyebab kemiskinan di Kabupaten Gayo Lues antara lain disebabkan tingkat pendidikan dan kesehatan relatif rendah, pembangunan infrastruktur yang belum tepat sasaran sebagai akses ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial dan budaya, terbatasnya peruntukan lahan budidaya, serta masih rendahnya akses informasi global. Kemiskinan di Kabupaten Gayo Lues diindikasikan oleh masih banyaknya perumahan tidak layak huni, rendahnya akses terhadap sarana senitasi dan air minum, rendahnya kemampuan memenuhi kebutuhan gizi minimal, daya beli rendah, akses penerangan dan informasi serta pendidikan yang relatif rendah.

Pembangunan perumahan menciptakan tempat tinggal yang layak bagi setiap penduduk Gayo Lues, khususnya masyarakat miskin di perkotaan dan pedesaan melalui pemberdayaan dalam pembangunan dan peningkatan permukiman di kawasan pembangunan permukiman berkelanjutan yang memadukan perlindungan ekonomi, sosial, dan lingkungan dengan memperhatikan penghormatan penuh terhadap hak asasi manusia dan kebebasan fundamental, termasuk hak untuk berkembang dan kebebasan untuk mencapai hal.

Dalam Perbup Gayo Lues Nomor 10 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Bantuan Pembangunan Rumah Layak Huni Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah Kabupaten Gayo Lues yang diubah menjadi Perbup Nomor 3 Tahun 2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Bantuan Pembangunan Rumah Layak Huni Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Kabupaten Gayo Lues Pasal 1 angka 13 berbunyi “Dana Otonomi Khusus Aceh yang selanjutnya disingkat DO.

Di Kabupaten Gayo Lues, 1.023 rumah di 11 kecamatan dinilai tidak layak huni. Berdasarkan Verifikasi Fasilitator Desa Dinas Sosial tahun 2020.

Jasiwa Maytense, S.E., M.M., Pj. Kepala Dinas Sosial Kabupaten Gayo Lues

(19)

melaporkan, 78 rumah warga tidak dapat digunakan di Kecamatan Pantan Kaca, 129 di Putri Betung, 872 di Pining, 153 di Terangun, 93 di Babat Jaya, 64 di Rikit Gaib, dan 78 di Blangpegayon.

Menurut Jasiwa, rumah tidak layak huni itu masuk dalam data terpadu untuk memudahkan pemerintah daerah, provinsi, dan pusat memberikan bantuan. Hal itu dilakukan untuk mencegah kerusakan lingkungan lebih lanjut.

Karena pemerintah tidak dapat menerima bahwa rumah tersebut tidak layak huni jika tidak dimasukkan dalam data terpadu, dan informasi tersebut tidak dicantumkan.3

Menurut Perbup Gayo Lues Nomor 3 Tahun 2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Bantuan Pembangunan Perumahan Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Kabupaten Gayo Lues pada Pasal 3 yang menjelaskan bahwa masyarakat yang menerima bantuan pembangunan rumah layak huni harus memiliki kriteria, salah satunya ialah masyarakat berpenghasilan rendah yang memiliki penghasilan tetap atau tidak tetap, seseorang harus memenuhi persyaratan tertentu agar dapat memperoleh bantuan.

Kecamatan Gelang Dabun merupakan salah satu kecamatan yang memiliki penduduk yang masih tergolong berpenghasilan rendah, dan juga terdapat penduduk yang didalamnya terdapat beberapa individu yang rumahnya tidak layak huni.

Tujuan Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RUTILAHU) ialah untuk menjamin setiap anggota masyarakat memiliki akses terhadap tempat tinggal yang aman dan lingkungan yang bebas risiko.

Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) menilai Kabupaten Gayo Lues sebagai daerah tertinggal karena sejumlah warganya tinggal di rumah- rumah yang tidak layak huni. Program ini memberikan bantuan dana untuk

3https://portalsatu.com/ diakses pada tanggal 30 Juni 2021

(20)

renovasi rumah sebesar Rp 15 juta, dengan alokasi yang ditentukan oleh Dinas Perumahan dan Permukiman berdasarkan kebutuhan pesanan masing-masing.

Program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan di Kecamatan Dabun Gelang namun program ini belum berhasil dalam pelaksanaannya karena belum sepenuhnya tepat sasaran.

Dari uraian diatas, penulis melihat terjadinya kesenjangan dalam pemilihan penerima manfaat rehabilitasi rumah tidak layak huni di Kecamatan Dabun Gelang Kabupaten gayo Lues. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui dan mendapat gambaran lebih lanjut yang dituliskan dalam sebuah karya ilmiah yang berjudul Implementasi PERMENSOS Nomor 20 Tahun 2017 Tentang Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni dan sarana Prasarana Lingkungan (Studi kasus: Kecamatan Dabun Gelang Kabupaten Gayo Lues).

B. Rumusan Masalah

Penulis selanjutnya membentuk rumusan masalah, yaitu topik kajian yang akan dikaji sebagai karya ilmiah berupa skripsi. Rumusan ini didasarkan pada latar belakang informasi yang telah disampaikan sebelumnya. Berikut ini ialah pertanyaan utama yang akan diselidiki sebagai bagian dari penelitian ini:

1. Bagaimana mekanisme pemilihan penerima manfaat Program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni di Kecamatan Dabun Gelang Kabupaten Gayo Lues?

2. Bagaimana efektifitas Program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni di Kecamatan Dabun Gelang Kabupaten Gayo Lues dari Persfektif Fiqh Siyasah?

C. Tujuan Penelitian

Peneliti akan menyusun tujuan penelitian bagi penelitian penulis untuk mencapai tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan

(21)

sebelumnya. Berikut ini ialah daftar tujuan yang ingin dicapai oleh penelitian ini:

1. Untuk mengetahui proses yang digunakan untuk memilih penerima bantuan Program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni di Desa Badak yang terletak di Kecamatan Gelang Dabun Kabupaten Gayo Lues.

2. Untuk mengetahui bagaimana efektifitas Program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni yang dilaksanakan di Desa Badak yang terletak di Kecamatan Gelang Dabun Kabupaten Gayo Lues dari Persfektif Fiqh Siyasah.

D. Penjelasan Istilah

Peneliti memasukkan beberapa istilah yang bertujuan untuk menjelaskan istilah-istilah yang sering digunakan dalam penulisan skripsi ini, antara lain istilah-istilah berikut ini:

1. Implementasi

Istilah "implementasi" mengacu pada proses pelaksanaan rencana setelah memberikan pertimbangan yang signifikan dan menyeluruh. Setelah tahap perencanaan selesai dan dievaluasi, biasanya implementasi dilakukan.

Implementasi dapat berupa kegiatan, tindakan, tindakan, atau adanya mekanisme sistem, sebagaimana dijelaskan Nurdin Usman. Namun, implementasi lebih dari sekadar aktivitas; melainkan, itu ialah kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya dan dirancang untuk mencapai tujuan kegiatan.4

2. Rehabilitasi

Rehabilitasi ialah proses perbaikan atau pemulihan seluruh aspek pelayanan publik atau masyarakat di wilayah pascabencana ke tingkat yang

4Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, (Jakarta: Grasindo, 2002), hlm. 70.

(22)

memadai. Tujuan utama dari rehabilitasi ialah untuk menormalkan atau berfungsi dengan baik berbagai aspek kehidupan pemerintahan dan masyarakat seperti yang mereka lakukan pada kondisi yang ada sebelum bencana.5

3. Rumah Tidak Layak Huni

Rumah yang tidak memenuhi kriteria keamanan bangunan, kecukupan minimum ruang bangunan, dan kesehatan penghuni disebut RUTILAHU, yang merupakan singkatan dari "rumah tidak layak huni".

E. Kajian Pustaka

Saat membuat karya ilmiah, penting untuk melakukan tinjauan pustaka untuk menentukan apakah artikel itu ditulis oleh orang lain atau tidak, artikel itu ditulis tetapi memiliki masalah lain. Agar penulis dapat menyusun kerangka pemikiran atau landasan teori yang dapat digunakan untuk analisis masalah, maka penulis akan melakukan studi literatur. Selain itu, temuan penelitian sebelumnya tentang Pelaksanaan Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni dapat ditemukan di sumber-sumber yang penulis gunakan dalam penulisan karya ini.

Tinjauan pustaka ini mencakup sejumlah ide, sudut pandang, dan temuan studi masa lalu yang berbeda yang semuanya terhubung dalam beberapa cara dengan masalah yang akan ditangani oleh penulis bahasa tersebut. Penelitian-penelitian berikut ini dipilih untuk dijadikan sebagai referensi untuk tesis ini:

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Tateki Yoga Tursilarini dan Trilaksmi Udiati yang berjudul Dampak Bantuan Perumahan Tidak Layak Huni (RTLH) Bagi Kesejahteraan Sosial Keluarga Penerima Manfaat di Kabupaten Bangka. Dalam penelitian ini, penulis memperoleh gambaran tentang dampak RUTILAHU terhadap kesejahteraan sosial keluarga penerima manfaat dan peran pemangku kepentingan dalam program rehabilitasi sosial rutilahu. Dampak pendampingan rutin terhadap kesejahteraan sosial Keluarga Penerima

5https://web.bpbd.jatimprov.go.id diakses pada 22 November 2021

(23)

Manfaat/KPM dilihat dari aspek fisik, psikis, dan sosial rumah. Aspek psikologis meliputi perasaan keluarga aman, nyaman dan tenang. Aspek sosial dari pendampingan rutin meningkatkan kebersamaan antara anggota keluarga dan dengan tetangga yang ada di sekitar mereka. Peran pemangku kepentingan meliputi: sosialisasi program, pendataan dan verifikasi KPM, membantu pembuatan proposal dan pelaporan, serta melakukan pemantauan dan evaluasi. 6

Kedua, kajian yang dilakukan Anita Mustika Dewi di komunitas Juron yang diberi nama Pelaksanaan Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) mendapat tantangan dari Pemerintah Kota Kabupaten Madiun. Penulis penelitian ini menyatakan bahwa Pemerintah Kota Madiun mendirikan Program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni dengan tujuan untuk meningkatkan jumlah bangunan tidak layak huni yang dapat diubah menjadi tempat tinggal yang layak huni. Program bantuan rehabilitasi perumahan berupa Rp. 10 juta, dan dibagikan berdasarkan kebutuhan. Namun, dalam proses pelaksanaan program, ada dan terus ada masalah. Yakni, rumah yang telah diperbaiki tidak memenuhi syarat fisik dan non fisik rumah tangga penerima. Komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi dapat diidentifikasi sebagai empat bidang perhatian yang dihasilkan dari faktor George Edward III.7

Ketiga, Kajian Pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RS-RTLH) di Kota Serang yang dilakukan oleh Adi Fajar Nugraha. Skripsi ini ditulis dengan rumusan masalah bagaimana pelaksanaan program Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni (RS-RTLH) di Kota Serang.

Secara khusus, tesis ini disusun dengan rumusan masalah. Ditemukan, berdasarkan temuan penelitian, bahwa Pelaksanaan Rehabilitasi Sosial Rumah

6 Tateki Yoga Tursilarini dan Trilaksmi Udiati, Dampak Bantuan Tumah Tidak Layak Huni (RTLH) bagi Kesejahteraan Sosial Keluarga Penerima Manfaat Di Kabupaten bangka, Jurnal Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol 44, No. 1 April 2020, hlm. 19.

7Anita Mustika Dewi, Implementasi Program rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Di Kelurahan Kejuron Kecamatan Taman Kota Madiun, Jurnal Unesa, Vol. 1, No. 2, 2013, hlm. 13.

(24)

Tidak Layak Huni (RS-RTLH) di Kota Serang masih belum berjalan dengan baik. Ada berbagai faktor yang mempengaruhinya, khususnya:

Dari sisi organisasi, keterlibatan semua pihak yang terkait dengan program RS-RTLH sebagai pelaksana belum sepenuhnya dilakukan. Ini termasuk pejabat dari kabupaten, kecamatan, dan masyarakat. TKSK mengalami kesulitan dalam kapasitasnya untuk memberikan bantuan kepada pengguna bantuan, yang menyebabkan frustrasi organisasi. Pasalnya, di setiap kecamatan hanya ada satu TKSK yang memberikan bantuan kepada yang berhak. Agar dapat memberikan dukungan kepada masyarakat yang tinggal di semua wilayah, sehingga dapat dijangkau oleh mereka yang membutuhkan.

Pada komponen interpretasi program RS-RTLH, masih terdapat pelaksana yang kurang memahami program tersebut. Begitulah kurangnya kesadaran individu yang bertanggung jawab atas inisiatif. Dinas Sosial Kota Serang belum beroperasi secara maksimal dalam kinerjanya. Hal ini dikarenakan Dinas Sosial Kota Serang kurang melaksanakan tugasnya dengan baik. Sesuai dengan apa yang disebutkan dalam Peratuan Walikota Serang Nomor 16 Tahun 2012, misi Dinas Sosial ialah menghimpun informasi dan mendorong keterlibatan masyarakat. Namun, Departemen Sosial tidak bertanggung jawab untuk melakukan kegiatan ini.

Untuk tahap pelaksanaan, nominal bantuan sebesar Rp. 10.000.000;

namun jika diberikan dalam bentuk barang dagangan, maka tidak memenuhi kriteria jumlah nominal. karena pengurangan kontribusi dari pihak lain yang bertindak sebagai pemasok komoditas. Dan sosialisasi program RS-RTLH belum sepenuhnya berdampak pada masyarakat sehingga masih ada individu yang tidak mengetahui program tersebut. Hal ini dikarenakan masih ada masyarakat yang belum mengetahui program tersebut.

(25)

Kajian keempat merupakan salah satu yang pernah dilakukan oleh mantan mahasiswa Program Magister Ilmu Administrasi Universitas Mulawarman. Judul penelitian ialah “Implementasi Peraturan Bupati Kutai Kartanegara Nomor 46 Tahun 2011 tentang Pelayanan Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni di Kabupaten Kutai Kertanegara”. Penulis penelitian ini menjelaskan implementasi Peraturan Bupati Kutai Kertanegara Nomor 46 Tahun 2011 tentang Pelayanan Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni di Kabupaten Kutai Kertanegara. Peraturan ini merupakan salah satu pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, dan implementasinya cukup berhasil.

Pelaksanaan pelayanan rehabilitasi rumah tidak layak huni dipengaruhi oleh beberapa unsur, antara lain proses pelayanan, waktu penyelesaian, harga pelayanan, produk pelayanan, penyediaan sarana dan prasarana, dan kompetensi pemberi pelayanan.8

Kajian kelima berjudul “Implementasi Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Melalui Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) di Kota Garut, Provinsi Jawa Barat”, dan dilakukan oleh Haryati Roebyantho dan Nunung Unayah. Peneliti yang melakukan penelitian ini mencatat bahwa tujuan Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) ialah untuk menjamin bahwa setiap warga negara memiliki akses terhadap tempat tinggal yang aman serta lingkungan yang aman. Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) menilai Kabupaten Garut sebagai salah satu daerah tertinggal karena sejumlah warganya tinggal di rumah-rumah yang tidak layak huni. Karakteristik penerima sasaran program tidak semuanya mengacu pada Pedoman Pelaksanaan Kementerian Sosial Republik Indonesia, melainkan disesuaikan dengan kebijakan pemerintah daerah dalam penanganan

8 Mujdi Sulistiyo, Implementasi Peraturan Bupati kutai Kertanegara Nomor 46 Tuhan 2011 Tentang Pelayanan Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni di Kabupaten Kutai Kertanegara, Jurnal Paradigma, Vol 2, nomor 3, Desember 2013, hlm. 401.

(26)

kemiskinan melalui program RTLH. Hal ini karena Pedoman Pelaksanaan dibuat oleh Kementerian Sosial Republik Indonesia.9

Misi utama program RTLH ialah merestorasi rumah, namun kenyataannya 10 juta rupiah tidak cukup untuk membangun rumah sendiri.

Meskipun demikian, tujuan utama program ini ialah untuk mencapai tujuan ini.

Akibat langsungnya, pembangunan rumah belum selesai. Karena tidak adanya petunjuk operasional yang tepat dan sosialisasi program yang tidak memadai, pencapaian kinerja program RTLH hanya mampu memenuhi tujuan fisik dari tujuan kinerjanya, tetapi tujuan sosial dan psikologis tidak dapat tercapai sama sekali.

Keenam, Kajian “Pemberdayaan Keluarga Miskin Berbasis Masyarakat Melalui Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni” yang dilakukan oleh Ahmad Suhendi dan Mochammad Syawie (Studi di Desa Jambu, Kabupaten Landak, Provinsi Kalimantan Barat). Dalam ruang lingkup penelitian ini, fokus utama penelitiannya ialah pada emansipasi keluarga berpenghasilan rendah yang tinggal di lingkungan berbasis masyarakat melalui rehabilitasi rumah tidak layak huni, yang tujuannya ialah untuk memperbaiki kondisi rumah tidak layak huni.

bahwa mereka dapat dihuni. Salah satu hal yang memiliki kepentingan strategis yang penting bagi kehidupan masyarakat yang tinggal di sana ialah rumah mereka. Signifikansi strategis ini tercermin dari letak rumah sebagai pusat kegiatan dalam menjalankan tugasnya sebagai tempat mendidik anak dan anggota keluarga asuh. Rumah juga berfungsi sebagai tempat membina anggota keluarga. Atas dasar itu, setiap keluarga bekerja tanpa lelah untuk mencapai

9 Haryati Roebyantho dan Nunung Unayah, Implementasi Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Melalui Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) di Kota Garut Provinsi Jawa Barat, Jurnal Sosio Konsepsia Vol. 4, No. 1, September- Desember 2014, hlm. 312.

(27)

tujuan kepemilikan rumah, meskipun pada kenyataannya beberapa anggota keluarga belum dapat mencapai impian mereka.10

(1) identifikasi kondisi rumah tidak layak huni dan potensi masyarakat (Lihat); (2) identifikasi proses analisis dalam merumuskan rencana aksi rehabilitasi rumah tidak layak huni (Think); dan (3) identifikasi bentuk partisipasi dalam pelaksanaan rencana aksi yang dilakukan masyarakat dalam rangka rehabilitasi rumah tidak layak huni. Tujuan-tujuan tersebut merupakan tujuan dari penelitian ini.

F. Metode Penelitian

Dalam bidang penelitian ilmiah, teknik penelitian yang digunakan untuk memperoleh data yang komprehensif dan akurat dari penelitian yang sedang diselidiki memiliki dampak yang signifikan terhadap temuan yang diperoleh.11 Tujuan penelitian ialah untuk mengungkap tujuan-tujuan yang perlu dipenuhi dalam suatu bidang yang sedang diselidiki; ini melibatkan kegiatan seperti mencari, mengamati, menyelidiki, dan mengevaluasi informasi sebelum sampai pada suatu kesimpulan dalam bentuk hipotesis. Saat melakukan penelitian, memiliki sejumlah hipotesis yang berbeda untuk dipilih dapat mempermudah dalam memilih solusi yang sesuai untuk masalah yang dihadapi. Teknik penelitian menjadi faktor yang sangat signifikan dalam proses memperoleh data guna mengidentifikasi solusi atas tantangan yang tertuang dalam rumusan masalah.

Penyelidikan ini menggunakan teknik yang disebut metode kualitatif, yaitu menganalisis masalah yang bersangkutan dengan memberikan gambaran ilmiah yang bersifat kualitatif dan bersumber dari hal-hal yang alamiah.

10 Ahmad Suhendi dan Mohammad Syawie, Pemberdayaan Keluaraga Miskin Berbasis Komunitas Melalui Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni, Jurnal Sosiokonsepsia Vol.

17, No. 03, 2012, hlm. 281.

11 Muhammad Teguh, Metode Penelitian Ekonomi, Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 121.

(28)

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan strategi kualitatif, yang dapat didefinisikan sebagai penelitian yang berfokus pada penemuan data secara organik di lapangan dan penelitian di mana data yang dikumpulkan ditangani dan dievaluasi secara kualitatif. Pendekatan metode kualitatif merupakan teknik penelitian yang digunakan untuk menganalisis status benda-benda alam. Ini ialah pernyataan definitif. Dalam konteks penelitian ini, ciri alam yang dipermasalahkan terkait dengan proses rehabilitasi rumah tidak layak huni di Desa Badak yang terletak di Kecamatan Gelang Dabun Kabupaten Gayo Lues.

Para penulis menggunakan pendekatan penelitian berikut untuk mencapai suatu tujuan.:

1. Pendekatan Penelitian

Teknik hukum empiris, juga dikenal sebagai penelitian yang mengkaji fungsi hukum atau peraturan dalam penerapannya dalam konteks masyarakat, digunakan dalam melakukan penelitian ini.

2. Jenis Penelitian

Metode penelitian ini merupakan metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian lapangan atau field research, yaitu penelitian yang mengharuskan peneliti terjun langsung ke lapangan untuk memperoleh data dasar, baik melalui observasi atau observasi dan wawancara mendalam dengan responden dalam hal ini. belajar. Penelitian lapangan merupakan metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian lapangan atau field research.

3. Teknik Pengumpulan Data

Selama proses pengumpulan data, pendekatan seperti observasi dan wawancara digunakan untuk memperoleh data dan informasi yang akan digunakan sebagai variabel penelitian. Dalam beberapa keadaan, peneliti juga akan mengumpulkan bahan dari perpustakaan, terutama teori tentang undang-

(29)

undang yang mengatur perbaikan tempat tinggal yang tidak layak. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari wawancara dan observasi ialah adil dan akurat.

a. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berfungsi baik sebagai subjek investigasi dan setting di mana investigasi dilakukan. Tujuan penentuan lokasi penelitian ialah agar penentuan lokasi tujuan dalam penelitian menjadi lebih sederhana atau lebih jelas. Kecamatan Gelang Dabun Kabupaten Gayo Lues dipilih sebagai lokasi penelitian karena belum pernah dilakukan studi tentang penerima manfaat rehabilitasi rumah tidak layak huni di Kecamatan Gelang Dabun Kabupaten Gayo Lues. Hal inilah yang melatarbelakangi pemilihan lokasi penelitian berada di Kecamatan Gelang Dabun Kabupaten Gayo Lues.

b. Observasi

Praktek observasi berfungsi sebagai landasan penyelidikan ilmiah.

Peneliti mendapatkan wawasan tentang perilaku dan pentingnya perilaku itu melalui proses observasi. Peneliti melakukan observasi sehubungan dengan penelitian ini dengan mengamati secara langsung berhubungan dengan bagaimana pelaksanaan proses restorasi rumah tidak layak huni yang dilakukan di Desa Badak Kecamatan Gelang Dabun Kabupaten Gayo Lues. Penelitian dilakukan di Kabupaten Gayo Lues. Tahap observasi ini dilakukan agar data dan gambaran awal penyelidikan dapat menjadi tambahan awal temuan dari wawancara.

c. Wawancara

Percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, antara lain pewawancara (interviewer), yang mengajukan pertanyaan, dan yang diwawancarai (interviewee), yaitu orang yang menawarkan jawaban yang disajikan, dikenal

(30)

dengan istilah wawancara. Wawancara juga sering disebut dengan wawancara.12 Proses pengumpulan informasi untuk keperluan penelitian melalui penggunaan sesi tanya jawab yang berlangsung secara tatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang ditanyai yang disebut dengan wawancara.13 Dalam konteks ini, istilah "wawancara" mengacu pada proses pengumpulan informasi yang terjadi antara pewawancara dan yang diwawancarai dalam bentuk pertanyaan dan tanggapan.

Metode wawancara yang digunakan sebagai teknik pengumpulan data dilakukan dalam bentuk wawancara panduan. Wawancara terstruktur menggunakan daftar pertanyaan yang penulis susun untuk ditanyakan kepada responden dilakukan sebagai bagian dari penelitian ini. Selain itu, pertanyaan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan data penulis dan dilakukan secara fleksibel.

d. Dokumentasi

Dokumentasi ialah metode pengumpulan data tertulis yang berisi informasi dan penjelasan serta pemikiran tentang fenomena yang masih aktual dan sesuai dengan masalah penelitian. Dokumentasi ialah teknik pengumpulan data tertulis yang berisi informasi dan penjelasan serta pemikiran tentang fenomena.14 Dalam proses melakukan dokumentasi, penulis mempelajari hal-hal tertulis tentang proses perbaikan tempat tinggal yang tidak layak huni. Objek tertulis tersebut antara lain buku, artikel jurnal, dan barang sejenis lainnya.

4. Instrument Pengumpulan Data

12 Lexy J. Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya.

2010), hlm. 187.

13 M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Cet. 4, (Jakarta: Kencana Prenada Media group, 2010), hlm. 108.

14 Marzuki Abubakar, Metode Penelitian, (Banda Aceh: 2013), hlm. 57.

(31)

Instrumen pengumpulan data ialah alat yang digunakan untuk mendukung proses penelitian dalam kaitannya dengan upaya untuk mendapatkan data empiris atau data penelitian lapangan. Instrumen pengumpulan data ialah alat yang membantu memperoleh data empiris secara efektif dan efisien. Alat perekam audio digunakan oleh penulis penelitian ini selama fase wawancara prosedur pengumpulan data, sementara kamera digunakan selama fase dokumentasi penelitian. Selain itu, penulis memanfaatkan alat-alat untuk mencatat, seperti kertas dan pulpen.

5. Objektivitas dan Validitas Data

Data harus ditunjukkan objektif dan valid untuk menunjukkan bahwa penelitian dilakukan sesuai dengan kriteria. Hal ini dilakukan dengan harapan bahwa data yang diperoleh akan menjadi produk penyelidikan ilmiah yang asli, dan bahwa data yang digunakan akan memiliki asal yang dapat dilacak.

6. Analisis Data

Setelah semua data yang diperlukan diperoleh secara utuh, tahap selanjutnya dari proses penelitian disebut analisis data. Ini ialah prosedur pengolahan data metodis yang dimulai dengan tahap proses penelitian.15 Untuk melakukan analisi data dibutuhkan tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Klasifikasi Data

Sebelum mengklasifikasikan data perlu dilakukan pengelompokan agar lebih mudah memahami kategorisasi data. Hal ini dilakukan agar data dapat dikenali baik sebagai sumber primer maupun sumber sekunder. Demikian pula informasi yang diperoleh melalui observasi, percakapan, dan dokumen tertulis (wawancara).

15 Albi Anggito, Johan Setiawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jawa Barat: CV Jejak, 2018), hlm. 236.

(32)

b. Penilaian Data

Proses pengumpulan data untuk tujuan menentukan sejauh mana dan cara pencapaian tujuan, serta tingkat akurasi dan objektivitas, dikenal sebagai penilaian data. Studi ini memfasilitasi proses analisis data yang lebih mudah.

c. Interpretasi Data

Penulis menyelesaikan langkah terakhir dari proses analisis data, yaitu interpretasi data. Pada titik ini, penulis mengintegrasikan temuan dari analisis berbagai pertanyaan, kriteria, dan standar untuk menghasilkan tanggapan dan interpretasi dari semua informasi yang telah dikumpulkan untuk memperoleh tingkat validitas data.

G. Sistematika Pembahasan

Penulis karya ilmiah ini menggunakan pendekatan metodis terhadap topik agar proses penelitian lebih mudah diikuti. Perdebatan ini dipecah menjadi empat bagian, dan setiap bab membahas topiknya sendiri dengan cara yang metodis dan terkait dengan ide-ide yang disajikan dalam bab-bab lain. Berikut ini ialah contoh debat sistematis yang termasuk dalam penelitian ini:

Bab satu, merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, penjelasan istilah, kajian pustaka, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab dua, berisikan penjelasan berupa kerangka dan landasan teori tentang Implementasi Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni.

Bab tiga, berisikan tentang penelitian. Bab ini menjelaskan hasil penelitian tentang implementasi rehabilitasi rumah tidak layak huni di Desa Badak Kecamatan Dabun Gelang Kabupaten Gayo Lues.

(33)

Bab empat, merupakan bab terakhir atau bab penutup dari penelitian ini.

Ini terdiri dari temuan-temuan dari keseluruhan penelitian, yang dirangkum dalam kesimpulan dan gagasan penulis sendiri tentang masalah-masalah yang ada dalam karya ilmiah ini.

(34)

20 BAB II

LANDASAN TEORI TENTANG REHABILITASI RUMAH TIDAK LAYAK HUNI

A. Teori Keadilan Sosial

Ketika kita berbicara tentang keadilan sosial, kita berbicara tentang keadilan dalam kaitannya dengan distribusi manfaat serta beban kerjasama sosial, terutama yang berkaitan dengan apa yang kita sebut negara. Akibatnya, konsep keadilan sosial sering disebut sebagai keadilan distributif dalam literatur akademis. Meskipun kata tersebut tidak sepenuhnya tidak akurat, penting untuk ditekankan bahwa keadilan sosial bukan hanya masalah distribusi kekayaan yang adil melainkan mencakup cakupan yang jauh lebih luas, termasuk semua komponen konvensional politik, ekonomi, dan setiap aspek masyarakat lainnya.

Konsep keadilan struktural, yang memandang keadilan masyarakat dan individu terutama dari sudut struktur sosial, juga diakui dalam bahasa Indonesia.

Keadilan struktural juga dikenal dalam bahasa Inggris. Dalam penelitian ini, kata "keadilan" sering digunakan sebagai singkatan dari "keadilan sosial", yang juga digunakan sebagai frasa luas. Perbedaan antara keadilan distributif dan keadilan retributif ialah bahwa keadilan distributif lebih mementingkan pengendalian penerapan keadilan, sedangkan keadilan retributif lebih mementingkan penghukuman para pelaku kesalahan.16

1. Konsep Keadilan Sosial Menurut Para Ahli

Dalam masyarakat Yunani “homogen” keadilan ialah sebuah keutamaan politik agar warga masyarakat hidup sesuai dengan posisi dan kodratnya masinmasing, dalam kehidupan social modern yang hiterogen keadilan ialah prinsip rasional yang mengendalikan tindakan politik untuk menjamin kesatuan, kesetabilan, dan kelenggengan masyarakat. Menurut Aristoteles politik dianggap

16 Bur Rasuanto, Keadilan Sosial, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005), hlm. 6.

(35)

kelanjutan etika, pada zaman modern hubungannya seperti yang dikatakan Nozick: “filsafat moral menyiapkan latar-belakang untuk dan pagar bagi filsafat hukum.”

Dengan kata lain, filsafat politik ialah masalah argument moral, argument moral ialah masalah imbauan keyakinan nalar kita. Karena hubungan filsafat politik dan filsafat moral begitu rupa, filsafat politik biasa juga disebut moralitas politik atau etika politik. Hadermas yang mengembangkan teori moralnya bukan sekedar teori keutamaan moral, kehidupan etika atau nilai hidup baik, melainkan mengenai keadilan sosial, menyebutnya sebagai moralitas politik.

Istilah "keadaan keadilan", yang dikembangkan oleh John Rawls dan awalnya diambil dari David Hume, digunakan untuk merujuk pada situasi di mana pertanyaan tentang keadilan muncul. Hume sendiri menciptakan istilah

"kondisi keadilan" untuk menggambarkan bahwa keadilan baru hanya merupakan kebajikan yang relevan ketika ada kelangkaan dan orang-orang tidak secara spontan tergerak dalam ikatan emosional untuk mengulurkan tangan membantu. Dia melakukan ini untuk menunjukkan bahwa keadilan baru ialah kebajikan yang relevan hanya ketika ada kelangkaan. Keadaan sebenarnya dari hubungan interpersonal ialah satu-satunya yang dialamatkan oleh konsep keadilan yang diusulkan oleh Hume. sedangkan misi COJ Rawls ialah menciptakan kondisi moral dari klaim-klaim yang saling bersaing di mana kolaborasi manusia dapat dibayangkan dan esensial. Ini ialah tujuan COJ. Jika dua manusia normal bertemu di gurun yang sunyi dan salah satu dari mereka mencuri permainan yang lain karena mereka lapar, pencuri itu tidak akan bertindak sesuai dengan kebutuhan alaminya untuk bertahan hidup; namun, tidak ada masalah keadilan dalam situasi ini. Dalam setting orang-orang yang masih dalam keadaan alamiah atau pro-sosial, sulit untuk melakukan percakapan yang bermakna tentang isu-isu keadilan atau ketidakadilan.

(36)

Maka definisi keadilan mengandaikan dua syarat yaitu masyarakat dan situasi kelangkaan yang wajar. Kita bisa membicarakan masyarakat adil apabila yang disebut masyarakat itu ada. Pun tidakada masalah keadilan untuk barang- barang atau nikmat yang mudah didapatkan dan berlimpah-limpah. Keadilan atau lebih tepat ketidak-adilan bukan situasi alamiah melainkan bikinan manusia, dan karena itu bisa diubah atau dihapus. Masalah pokok keadilan social ialah pembgian nikmat dan beban dalam masyarakat yang oleh Brian Barry dirangkum dalam tiga kelompok: ekonomi (uang), Politic (kuasa) dan social (status).

Teori keadilan yang dikemukakan oleh Rawls dan Habermas disebut sebagai teori keadilan deontologis. Di bidang filsafat moral, istilah "deontologi"

digunakan untuk merujuk pada salah satu dari dua aliran pemikiran utama tentang teori etika normatif. Aliran pemikiran lainnya dikenal sebagai "non- konsekuensialis." Efek dari suatu tindakan diperhitungkan ketika menentukan apakah suatu tindakan dapat diterima secara moral atau tidak, menurut pandangan konsekuensialis. Di sisi lain, teori etika non-konsekuensialis mengevaluasi kebenaran atau kesalahan suatu tindakan tidak berdasarkan hasil tetapi lebih pada karakter wajib dari tindakan itu sendiri untuk menentukan apakah aktivitas itu benar atau salah. Dalam etika konsekuensialis, penghapusan perbuatan salah dengan alasan akan berdampak negatif. Membunuh selalu buruk, apa pun hasilnya, menurut non-konsekuensialis. Teori yang paling menonjol di kubu konsekuensialis ialah utilitarianisme, sedangkan teori yang paling berpengaruh di kubu non-konsekuensialis ialah teori deontologis. Dalam teori keadilan ini, para ahli deontologi berpikir bahwa nilai hak lebih diutamakan daripada nilai melakukan apa yang benar. Selain itu, teori keadilan Rawls dan Habermas tunduk pada berbagai predikat yang berbeda, termasuk kognitivis, universalistik, dan prosedural.

(37)

Dalam Pembukaan UUD 1945 konsep keadilan, keadilan, dan keadilan sosial disebutkan hampir di setiap paragraf; untuk lebih spesifik, mereka disebutkan dalam tiga paragraf. Keadilan disebutkan dalam masing-masing dari ketiga (tiga) alinea, lebih khusus lagi pada alinea IV, satu (satu) kali, dan keadilan sosial disebutkan dua kali (dua kali), sehingga jumlah keseluruhan disebut tiga (tiga). Pembukaan UUD 1945 yang dianggap sebagai instrumen penting bagi negara baik dari segi politik maupun hukum, memiliki banyak referensi keadilan dalam berbagai kedok, menunjukkan pentingnya konsep ini.

Masalah mendasar baik dalam negara maupun sistem hukum ialah kurangnya keadilan.17

Sudut pandang politik yang melihat negara berdasarkan teori Rawl dan teori Habermas menyoroti signifikansi dan dasar-dasar keadilan dalam negara dan hukum. Perspektif ini dikembangkan oleh Habermas. Ini ialah jawaban atas pertanyaan, "bagaimana negara kontemporer dengan masyarakat yang beragam?" Karena setiap kelompok dan orang dalam masyarakat memiliki kepentingannya masing-masing dan bahkan mungkin anonim, orang-orang ini dapat berkumpul dalam komunitas politik yang disebut negara. Solusinya ialah mengejar keadilan sosial. Mereka sekarang bersama sebagai satu negara dan negara berkat keadilan sosial.

Plato ialah seorang pemikir idealis abstrak yang mengakui adanya kekuatan yang berada di luar kemampuan manusia. Akibatnya, pemikiran irasional ialah bagian dari filosofinya. Dalam nada yang sama, Platon berpendapat masalah keadilan tidak dapat diselesaikan oleh orang biasa karena keadilan berada di atas kemampuan mereka. Transformasi masyarakat ialah akar penyebab ketidakadilan. Suatu masyarakat mencakup komponen-komponen penting yang harus dilestarikan, antara lain sebagai berikut: a) Stratifikasi kelas

17 Ahmad Fadlil Sumadi, Hukum dan Keadilan Sosial dalam Perspektif Hukum Ketatanegraan, Jurnal Konstitusi, Vol 12, nomor 4, Desember 2015, hlm. 864.

(38)

sosial yang kaku; misalnya, domba manusia dan kelas penguasaan yang terdiri dari gembala dan anjing penjaga harus dijaga pada jarak yang aman satu sama lain. b) Pengidentifikasian nasib negara dengan nasib kelas penguasanya, perhatian khusus pada kelas penguasa dan persatuannya, dan ketaatan pada persatuan kelas penguasa, aturan ketat untuk pemeliharaan dan pendidikan kelas penguasa, dan pengawasan dan kolektivisasi kepentingan anggota kelas penguasa.

Agar ada keadilan di dunia, masyarakat harus kembali ke bentuk aslinya, dengan domba menggantikan para gembala. Negara bertanggung jawab untuk menjalankan misi ini, yaitu menghentikan transformasi. Oleh karena itu, hubungan antara rakyat dan negara, bukan hubungan antara individu itu sendiri, ialah fokus keadilan. Selain itu, keadilan dapat ditafsirkan dalam hal cara ia memanifestasikan dirinya sebagai atribut manusia. Realisasi keadilan sebagai hasilnya dipindahkan ke alam di luar pengalaman manusia, dan akal manusia, yang diperlukan untuk keadilan, tunduk pada cara Tuhan yang tidak dapat diubah atau keputusan Tuhan yang tidak dapat dipahami. Konsekuensinya ialah keadilan tidak dapat diwujudkan di muka bumi. Akibatnya, Plato menjelaskan bahwa mereka yang memimpikan negara harus berada di atas standar manusia untuk mewujudkan keadilan.

Runtuhnya demokrasi Athena, yang terjadi selama dan setelah perang Peloponnesia, merupakan dorongan bagi sebagian besar introspeksi keadilan yang dicurahkan Plato dan Aristoteles untuk mengembangkan teori hukum masing-masing. Kedua penulis ini menghabiskan sebagian besar pekerjaan mereka untuk mengembangkan definisi operasional keadilan dan menjelaskan hubungan yang ada antara keadilan dan hukum positif. Aristoteles mengembangkan konsep keadilannya melalui analisis ilmiah dan prinsip-prinsip rasional dengan latar belakang model masyarakat politik dan undang-undang

(39)

yang ada. Plato mencoba mendapatkan konsep keadilannya dari inspirasi, tetapi Aristoteles mengembangkannya melalui analisis ilmiah dan prinsip-prinsip rasional.18

Konsep Aristoteles tidak hanya memberikan dasar bagi teori hukum, tetapi juga membangun landasan bagi filsafat barat secara umum. Rumusan masalah keadilan oleh Aristoteles, yang membedakan antara keadilan distributif dan keadilan korektif atau remedial dan menjadi dasar bagi semua pembahasan teoretis tentang masalah tersebut, merupakan kontribusi Aristoteles terhadap filsafat hukum. Ini juga dikenal sebagai "masalah keadilan." Yang dimaksud dengan "keadilan distributif" ialah pemerataan barang dan jasa kepada seluruh anggota masyarakat, dengan memperhatikan perannya masing-masing dalam masyarakat, serta perlindungan yang sama di bawah hukum.

2. Konsep Keadilan Sosial Dalam Islam

Ajaran Islam, jika dilihat secara keseluruhan, mengungkapkan sifat sempurna Islam sebagai agama. Salah satu konsep pedoman yang mendapat tempat menonjol dan menjadi topik pembahasan pada suatu kesempatan ialah keadilan (al'a). Definisi keadilan yang lugas ialah upaya menempatkan sesuatu pada tempatnya. Oleh karena itu, menurut doktrin Islam, keadilan dapat diaktualisasikan atau menjelma pada saat atau kesempatan tertentu.19 Penyelenggaraan peradilan akan membawa akibat yang tak terelakkan untuk mewujudkan tatanan sosial yang damai dan serasi. Keadilan sejati tidak terbatas pada satu segi kehidupan; melainkan dapat ditemukan dalam berbagai segi, termasuk yang berkaitan dengan agama, ekonomi, masyarakat, politik, budaya,

18 Muhammad Helmi, Konsep Keadilan Dalam Filsafat Hukum Dan Filsafat Hukum Islam, Jurnal Pemikiran Hukum Islam, Vol. XIV, Nomor. 2, Desember 2015, hlm.136.

19 Afifa Rangkuti, Konsep Keadilan Dalam Perspektif Islam, Jurnal pendidikan Islam, Vol. VI, Nomor. 1, Januari-Juni 2017, hlm. 2.

(40)

hukum, dan sebagainya. Di sisi lain, terganggunya tatanan sosial merupakan konsekuensi tak terelakkan dari melemahnya konsep keadilan.

Keadilan ialah salah satu sila fundamental yang ditanamkan Islam, dan ini berlaku baik bagi individu maupun lingkungan pemerintahan. Baik ungkapan

"harus adil" (an ta'dilu) dan kebutuhan untuk membela keadilan (kunu qawwamina bil qisthi) selalu ditekankan dalam kitab suci Islam, Al-Quran.

Keadilan merupakan kebutuhan esensial dalam Islam. Dalam UUD 1945, tujuan negara dikatakan "menegakkan keadilan dan memajukan kemakmuran". Ini ialah dua ungkapan yang cukup terkenal dalam konteks umat Islam yang disebutkan di atas. Tujuan akhir Negara Kesatuan Republik Indonesia ialah mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur (NKRI).20

Konsep keadilan sosial Islam ialah suatu konsep yang modern.21Konsep keadilan berfungsi sebagai antitesis dari tirani dan kesewenang-wenangan dalam linguistik Islam. Tapi itu juga menyiratkan aktif, yang diwakili dalam moderasi

"Islam universal," yang moderat dan tidak memihak atau condong ke satu sisi saja, dan itu tidak mengisolasi dirinya dari salah satu dari keduanya dan tidak berbeda dengan cara apa pun dari keduanya. di antara dua. Dalam Islam, ketentuan keadilan ialah wajib, dan itu dipandang sebagai salah satu aspek terpenting dari keberadaan pribadi dan masyarakat. Ini ialah ketentuan yang harus ditetapkan oleh Allah SWT untuk seluruh umat manusia, tanpa terkecuali.

Dalam ayat kelima belas surat Ash-Syura, Allah menggarisbawahi kepada Rasulullah perlunya bersikap adil.:

Artinya: “Karena itu, serulah (mereka beriman) dan tetaplah (beriman dan berdakwah) sebagimana diperintahkan kepadamu (Muhammad) dan janganlah mengikuti keinginan mereka dan katakanlah, “Aku beriman kepada Kitab yang

20Abdurrahman Wahid, Islam dan Keadilan Sosial, opini, 22 April 2018.

21 Musthafa Assiba’I, Isytirakiyah fi al-Islam, ter. M. Abdai Ratomy, Kehidupan Islam Menurut Islam: Tuntunan Hidup Bermasyarakat, Bandung: CV. Dipenogoro, 1993, hlm. 313.

(41)

diturunkan Allah dan aku diperintahkan agar agar berlaku adil diantara kamu…’”

Dalam ayat lain, surat An-Nahl ayat 90 Allah SWT mempertegas:

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat dan dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepada mu agar ka mu dapat mengambil pelajaran,”22

Dari akar kata 'adl yang berarti sikap yang benar atau tidak memihak, menjaga hak seseorang, dan cara pengambilan keputusan yang benar, hendaknya menghukum atau mengambil keputusan atas dasar keadilan, ada beberapa pengertian yang berkaitan dengan keadilan dalam Al-Qur'an. . Salah satu makna ini ialah bahwa Anda harus membuat keputusan atau hukuman berdasarkan keadilan. Secara umum, konsep-konsep tersebut memiliki kaitan langsung dengan aspek keadilan, lebih khusus lagi sebagai penjabaran dari berbagai manifestasi keadilan yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Jelas betapa banyak tempat bagian warna dalam Al-Qur'an didasarkan pada hubungan antara berbagai definisi istilah 'adl dan wawasan atau aspek langsung dari keadilan.

Penafsiran Al-Qur'an dan dorongan yang diberikannya kepada orang- orang untuk memenuhi janji, kewajiban, dan amanat yang mereka pegang, melindungi yang menderita, lemah, dan membutuhkan, mengalami solidaritas nyata dengan sesama warga, dan seterusnya, semakin mendukung kesimpulan disajikan di atas. Hal-hal yang diputuskan sebagai prestasi yang harus dicapai oleh umat Islam memiliki orientasi yang sangat kuat pada landasan keadilan yang digariskan dalam Al-Qur'an. Dalam nada yang sama, pemahaman keadilan tidak terbatas pada lingkup mikro kehidupan individu anggota masyarakat;

22 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2002.

(42)

melainkan meluas ke lingkungan mikro masyarakat secara keseluruhan. Hal ini sesuai dengan ayat 8 Surat Al-Maidah yang berisi firman Allah SWT.:

ۗﺍ ْﻮُﻟِﺪْﻋِﺍۗ ﺍ ْﻮُﻟِﺪْﻌَﺗ ﱠﻻَﺍ ﻰٰٓﻠَﻋ ٍﻡ ْﻮَﻗ ُﻥٰﺎَﻨَﺷ ْﻢُﻜﱠﻨَﻣ ِﺮْﺠَﻳ َﻻ َﻭ ِۖﻂْﺴِﻘْﻟﺎِﺑ َءۤﺍ َﺪَﻬُﺷ ِ ﱣ ِª َﻦْﻴِﻣﺍ ﱠﻮَﻗ ﺍ ْﻮُﻧ ْﻮُﻛ ﺍ ْﻮُﻨَﻣٰﺍ َﻦْﻳِﺬﱠﻟﺍ ﺎَﻬﱡﻳَﺎٰٓﻳ َﻥ ْﻮُﻠَﻤْﻌَﺗ ﺎَﻤِﺑ ٌۢﺮْﻴِﺒَﺧ َ ﱣ´ ﱠﻥِﺍۗ َ ﱣ´ ﺍﻮُﻘﱠﺗﺍ َﻭ ۖﻯ ٰﻮْﻘﱠﺘﻠِﻟ ُﺏ َﺮْﻗَﺍ َﻮُﻫ Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang- orang yang selalu menegakkan (kebenaran) Karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Maidah:8)

Wawasan atau sisi keadilan Al-Qur’an berkaitan langsung dengan upaya peningkatan kesejahteraan dan taraf hidup warga negara, khususnya mereka yang menderita dan lemah posisinya di masyarakat, seperti anak yatim, fakir miskin, janda, hamil. atau wanita yang baru saja bercerai. Ayat ini menarik karena Al-Qur'an memberikan kaitan langsung antara sisi wawasan atau keadilan Al-Qur'an dengan upaya peningkatan kesejahteraan dan taraf hidup tersebut. Juga, anggota keluarga yang membutuhkan bantuan sebagai contoh keadilan.

Pentingnya keadilan dalam Islam meluas ke semua warga negara, terlepas dari posisi mereka atau apakah mereka mempraktikkan Islam atau tidak.

Akibatnya, setiap orang memiliki akses ke hak yang sama. Dengan implikasi bahwa Islam mengembalikan semua hak yang menjadi hak seseorang kepada orang itu secara utuh. Hak untuk memiliki dalam kehidupan sosial harus dibatasi oleh kebutuhan untuk melayani orang dan masyarakat dengan kemampuan terbaiknya. Penghormatan penuh terhadap hak-hak individu diberikan dalam Islam. Dengan mengizinkan keistimewaan ini, Islam berusaha untuk mencapai tujuannya, yaitu memperkenalkan dan menciptakan suatu sarana di mana

(43)

keterampilan yang dimiliki oleh setiap manusia sesuai dengan bidang kerjanya masing-masing dapat berkembang dengan cara yang wajar dan wajar. Ini mengarah pada pengembangan persaingan yang sehat.

Karena Islam menjaga keseimbangan yang sehat dalam hubungan antara Tuhan dan manusia, Islam juga berupaya membangun keseimbangan yang sehat dalam hubungan antara manusia. Hal ini dilakukan untuk melindungi hubungan dari efek merusak yang dapat disebabkan oleh tindakan berlebihan di bidang ekonomi. Karena itu, Islam menghendaki agar keadilan ditegakkan tidak hanya dalam satu segi keberadaan manusia, tetapi dalam setiap segi kehidupan manusia.23

Dalam Islam, keadilan bersifat universal dan tidak mengenal batasan apapun, termasuk kebangsaan, ras, bahasa, warna kulit, posisi (sosial, ekonomi, politik), atau bahkan batasan agama. Sangat penting bahwa keadilan diberikan, tidak hanya untuk manusia dari semua agama tetapi juga untuk hewan. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-An'am ayat 152:

ُﻒِّﻠَﻜُﻧ َﻻ ِۚﻂْﺴِﻘْﻟﺎِﺑ َﻥﺍ َﺰْﻴِﻤْﻟﺍ َﻭ َﻞْﻴَﻜْﻟﺍ ﺍﻮُﻓ ْﻭَﺍ َﻭۚ ٗﻩﱠﺪُﺷَﺍ َﻎُﻠْﺒَﻳ ﻰﱣﺘَﺣ ُﻦَﺴْﺣَﺍ َﻲِﻫ ْﻲِﺘﱠﻟﺎِﺑ ﱠﻻِﺍ ِﻢْﻴِﺘَﻴْﻟﺍ َﻝﺎَﻣ ﺍ ْﻮُﺑ َﺮْﻘَﺗ َﻻ َﻭ ﻥ ْﻭ ُﺮ ﱠﻛَﺬَﺗ ْﻢُﻜﱠﻠَﻌَﻟ ٖﻪِﺑ ْﻢُﻜﯨ ﱣﺻ َﻭ ْﻢُﻜِﻟٰﺫ ۗﺍ ْﻮُﻓ ْﻭَﺍ ِ ﱣ´ ِﺪْﻬَﻌِﺑ َﻭ ۚﻰٰﺑ ْﺮُﻗ ﺍَﺫ َﻥﺎَﻛ ْﻮَﻟ َﻭ ﺍ ْﻮُﻟِﺪْﻋﺎَﻓ ْﻢُﺘْﻠُﻗ ﺍَﺫِﺍ َﻭ ۚﺎَﻬَﻌْﺳ ُﻭ ﱠﻻِﺍ ﺎًﺴْﻔَﻧ Artinya: “Dan apabila kamu berkata,maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia ialah kerabat (mu), dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat.”

Iman Islam sangat menekankan konsep keadilan universal. Soal proses mendapatkan keadilan, sepenuhnya terserah rakyat. Dalam Islam, banyak topik yang tidak dikendalikan, salah satunya ialah bagaimana membangun negara yang akan menjadi alat untuk menegakkan keadilan. Warga negara Islam diberi

23Harun Nasution dan Bahtiar Effendy, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, (Yogyakarta, Yayasan Obor Indonesia, 1995), hlm. 218.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa makanan yang disajikan pada upacara perkawinan adat Jawa Tengah di desa sungai jambu, ada tiga macam yaitu makanan yang disajikan

Analisis konsep sei dalam chanoyu aliran Urasenke adalah persiapan yang dilakukan teishu sebelum melaksanakan chanoyu, yaitu ketika teishu membersihkan roji dari kotoran

Metode kedua adalah dengan menerapkan Constant current source pada Boost Converter sebagai driver dari LED, yang akan dibahas lebih lanjut dalam buku proyek akhir

Dalam landasan teori akan membahas tentang: (1) pengertian pendidikan, (2) pengertian belajar, (3) faktor-faktor yang berpengaruh terhadap belajar, (4) pengertian

Hasil survei dari guru terhadap aplikasi media pembelajaran e-learning berbasis multiplatform menunjukkan bahwa siswa kelas 2 SDN Medalem II Tuban mendapatkan

Dengan demikian, penelitian ini berfokus untuk menganalisis dampak yang terjadi pada pasar ekspor perikanan dengan komoditas udang dan ikan ke Eropa bila

Gaji angka dari

Objek penelitian ini adalah keseluruhan proses dan hasil pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dalam rangka