Bagian Kedua
A. Konsep dan Prinsip Keadilan 1. Konsep keadilan
2. Konsep keadilan sosial
Keadilan sosial merupakan dahannya dari ide keadilan yang menjadi batangnya. Unsur-unsur pokok yang terdapat pada keadilan berlaku pula bagi keadilan sosial, demikian pula dasar filsafatnya atau kerangka pemikirannya. Dengan demikian terdapatlah juga ber-macam-macam pemaparan dan penjelasan tentang keadilan sosial.30 Isi dan lingkupan keadilan sosial yang dikemukakan oleh aliran pemikiran neoliberalisme di Inggris, yaitu sosial justice pada prinsipnya menuntut persamaan kesempatan (equality of opportunity) dan suatu taraf hidup yang minimum (minimum standard of living). Sedangkan ajaran neoliberal dari kaum solidaritas di Perancis menyatakan bahwa untuk menjembatani jurang antara solidaritas manusia dan ketatalaksanaan yang nyata dalam kondisi-kondisi manusia perlu oleh negara diadakan perundang-undangan sosial, perlindungan terhadap wanita dan anak-anak, pajak penghasilan yang progresif dan tindakan-tindakan yang sejenis.
Ernest Barker, dari kaum idialis, mengungkapkan, bahwa keadilan sosial adalah pengaturan yang tepat dari suatu masyarakat nasional yang bertujuan memupuk dan mendorong perkembangan segenap kepastian yang setinggi mungkin dari kepribadian dalam seluruh anggota masyarakat.
Charles J. Bushnell, dalam The Liang Gie memerinci pokok-pokok dari keadilan sosial (social justice) sebagai berikut: 31
“(1) For every child a normal birth, a healthy environment, abundant, good and a liberal, appropriate education.
(2) For every mature person a secure job adapted to his abilities. (3) For every person a income adequate to maintain him efficient in the
position of his highest social service.
(4) For every person such influence with the authorities that his needs and ideas receive due consideration by them”.
(1) Bagi setiap anak, suatu kelahiran yang normal, suatu lingkungan yang sehat, makanan baik yang berlimpah-limpah, dan suatu pendidikan sepantasnya yang liberal. (2) Bagi setiap orang dewasa, suatu pekerjaan yang terjamin
sesuai dengan kemampuannya.
(3) Bagi setiap orang, suatu penghasilan yang memadai untuk mempertahankannya agar tetap efisien dalam kedudukan dari pengabdiannya yang tertinggi kepada masyarakat. (4) Bagi setiap orang, pengaruh pada para penguasa se-demikian hingga kebutuhan dan idenya memperoleh per-timbangan sebagaimana mestinya dari mereka.”
Isi dan lingkup keadilan sosial sebagai salah satu sila dari dasar Negara Republik Indonesia, menjadi kewenangan dari seluruh rakyat Indonesia melalui wakil-wakilnya untuk menetapkan dan menyempurnakannya menurut perkembangan zaman. Mohammad Hatta dalam uraiannya mengenai sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia menulis demikian:32
“Keadilan sosial adalah langkah yang menentukan untuk melaksanakan Indonesia yang adil dan makmur.
Pemimpin-pemimpin Indonesia yang menyusun Undang-Undang Dasar 1945 memunyai kepercayaan, bahwa cita-cita keadilan sosial dalam bidang ekonomi dapat mencapai ke-makmuran yang merata.”
Selanjutnya diperinci langkah-langkah pelaksanaan untuk mencapai negara yang adil dan makmur itu seperti adanya ketentuan upah minimum, peyediaan rumah, pemeliharaan kesehatan, dan
31 Ibid, hlm. 44-45
32 Mohammad Hatta, Lahirnya Pancasila, (Bung Karno Mengembang Dasar-dasar Negara), (Yogyakarta: Oesaha Penerbitan Goentoer, 1949), hal. 37-40
pengadaan celengan oleh pengusaha bagi para buruhnya, penyama-rataan pendapatan masyarakat, pengembangan koperasi sesuai dengan tuntutan zaman modern, pelaksanaan ekonomi terpimpin sesuai dengan rencana pemerintah untuk mencapai kemakmuran yang sebesar mungkin bagi rakyat, pelaksanaan pengajaran, dan pemeliharaan fakir miskin/anak terlantar, dan pemberian jaminan sosial kepada penduduk.33
Keadilan sosial tidak saja menjadi dasar negara, tetapi sekaligus menjadi tujuan yang harus dilaksanakan.34 Dari uraian beliau tersebut pengertian keadilan sosial hampir dipersamakan dengan kemakmuran rakyat.
Panitia ad-hock Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) 1966 memberikan perumusan jika keadilan sosial sebagai berikut:35
“Sila keadilan sosial mengandung prinsip bahwa setiap orang di Indonesia akan mendapat perlakuan yang adil dalam bidang hukum, politik, sosial, ekonomi, dan kebudayaan.”
Dalam perumusan ini keadilan sosial diartikan “mendapat perlakuan yang adil”. Dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (Nomor: II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Eka Prasetia Pancakarsa) ditentukan:
“Dengan Sila Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, manusia Indonesia menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masya-rakat Indonesia.”
Selanjutnya untuk mewujudkan keadilan sosial itu diperinci perbuatan dan sikap yang perlu dipupuk, yakni: 1) perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotong royongan; 2) sikap adol terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain; 3) sikap suka memberi pertolongan kepada orang yang memerlukan; 4) sikap suka bekerja keras; 5) sikap menghargai
33 Mohammad Hatta, Pengertian Pancasila, (Pidato Lahirnya Pancasila, tanggal 1 Juni 1977 di Gedung Kebangkitan Nasional-Jakarta), (Jakarta: Idayu Press, 1977), hlm. 34-40
34 Ibid, hlm. 34
hasil karya orang lain yang bermanfaat untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan bersama.
Pengertian keadilan sosial dikaitkan dengan pemahaman kesatuan sila-sila Pancasila, maka Notonegoro memberikan penger-tian sila kelima: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia adalah keadilan yang Berketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.36 Dalam kaitan pemahaman ini keadilan pada hakekatnya merupakan tujuan suatu keadilan dalam hidup bersama atau dengan perkataan lain keadilan sosial (sila kelima Pancasila) pada hakekatnya sebagai tujuan dari lembaga hidup bersama yang disebut negara.37 Memahami kesatuan sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat, maka pengertian keadilan dalam keadilan sosial (sila kelima) yaitu sifat-sifat dan keadaan negara yang sesuai dengan hakekat adil.38
Mochtar Kusumaatmadja, dalam menguraikan asas-asas atau prinsip-prinsip yang terkandung dalam Undang Undang Dasar 1945 dan Mukadimahnya yang seharusnya dijadikan pedoman dalam melakukan pembaharuan hukum nasional, menyebutkan:39
“Asas Keadilan Sosial mengamanatkan bahwa semua warga negara memunyai hak yang sama dan bahwa semua orang sama dihadapan hukum.”
Putu Sudarma Sumadi,40 dalam rangka membahas keterkaitan asas kekeluargaan dengan persaingan usaha menyatakan, bahwa asas kekeluargaan merupakan pengamalan Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, yang meliputi tujuan meningkatkan pertumbuhan perekonomian nasional dikaitkan dengan pemerataan. Dalam asas tersebut terkandung pula pengakuan terhadap persamaan.
36 Notonegoro, Pancasila Secara Ilmiah Populer, (Jakarta: Pantjuran Tujuh, 1975), hlm. 43-44
37 Ida Bagus Putu Kumara Adi Adnyana, Penjabaran Nilai-nilai Pancasila Dalam Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan, (Selanjutnya disebut Ida Bagus Putu Kumara Adi Adnyana I), Disertasi Program Doktor Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang, 2010, hlm. 95
38 Ibid, hal. 99
39 Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-konsep Hukum Dalam Pembangunan, (Bandung: PT. Alumni, 2006), hlm. 188
40 Putu Sudarma Sumadi, Penganturan Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, Ringkasan Disertasi Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Airlangga, (Surabaya, 1999), hlm. 9
Mengenai persamaan, hal tersebut harus dipahami dalam pengertian baik sebagai suatu dalil mengenai keadilan maupun sebagai suatu hak.41 Dalam pengertian yang pertama keadilan di-pandang merupakan sikap tidak memihak yang melahirkan gagasan mengenai persamaan, yaitu persamaan perlakuan dalam hukum. Mengenai pengertian yang kedua, dapat ditelusuri dari ketentuan yang tertuang dalam Pasal 27 ayat (2) UUDNRI 1945, bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pasal tersebut pada dasarnya mengakui pula kebebasan, namun kebebasan itu harus dipandang dalam pengertian yang dinamis.
Kebebasan sehubungan dengan asas kekeluargaan sebagai implementasi Sila Keadilan Sosial (Sila Kelima) merupakan suatu alat yang membuka jalan yang seluas-luasnya bagi pengembangan personalitas dan persamaan yang dimaksudkan dalam rangka mem-beri kesempatan yang sama kepada setiap orang untuk melakukan hal yang sama. Dalam kaitan dengan persaingan usaha kebebasan tersebut pada dasarnya memperluas makna persamaan, sehingga pengertiannya mengarah pada persamaan kesempatan berusaha.42 Sejalan dengan alur pikir tersebut dapat dikatakan bahwa kebebasan dalam keadilan sosial dikaitkan dengan pekerja outsourcing, maka kebebasan tersebut juga pada dasarnya memperluas makna persamaan, sehingga pengertiannya mengarah pada persamaan kesempatan untuk mendapat pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi ke-manusiaan. Artinya kebebasan dan persamaan hak untuk mendapat pekerjaan termasuk sebagai pekerja outsourcing dan mendapat perlakuan dan imbalan yang adil dan layak bagi kemanusiaan sesuai pekerjaan yang dilakukan sebagai mana diatur dalam Pasal 27 ayat (2) dan Pasal 28D ayat (2) UUDNRI 1945 merupakan pengejawan-tahan/implementasi dari asas/prinsip keadilan sosial.