Bagian Keempat
C. Tahapan dan Pembatasan Outsourcing 1. Tahapan Outsourcing
1) Pekerjaan yang diserahkan
Secara bisnis (ekonomi) maupun legal (hukum) tidak mungkin semua kegiatan perusahaan dapat diserahkan kepada pihak lain
outsourcing-kan). Karena apabila hal ini dilakukan, perusahaan akan kehilangan identitas dan keunggulan pribadinya. Fokus atau spesialisasi perusahaan pada produk barang/jasa tertentu akan membuat perusahaan tersebut memunyai keunggulan yang tidak tersaingi perusahaan lain.
Dengan demikian tidak tertutup kemungkinan perusahaan tersebut dapat menjadi pemberi-penerima pekerjaan bagi perusahaan lain untuk barang/jasa yang dihasilkannya.
Dari sisi ketenagakerjaan, larangan penyerahan bisnis utama (core business) kepada perusahaan lain melalui outsourcing bertujuan untuk memberikan jaminan perlindungan kerja bagi para pekerja. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 dalam Pasal 65 ayat (1) telah membatasi pekerjaan-pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan lain melalui pemborongan pekerjaan atau dengan jasa pekerja (outsourcing). Dalam Pasal 65 ayat (2) disebutkan:
“Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan lain sebagaimana dimaksud ayat (1) harus memenuhi syarat-syarat berikut:
a. Dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama;
b. Dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan;
c. Merupakan kegiatan penunjang perusahaan sec ara keseluruhan; dan
d. Tidak menghambat proses produksi
Persyaratan-persyaratan yang ditetapkan sebagaimana ketentuan Pasal 65 ayat (2) UU No. 13 Tahun 2003 tersebut di atas, merupakan keharusan yang wajib diikuti oleh setiap perusahaan, baik pemberi pekerjaan maupun penerima pekerjaan (perusahaan outsourcing). Adapun keempat persyaratan tersebut dijabarkan sebagai berikut:44 1. Dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama
Baik dalam UU No. 13 Tahun 2003 maupun dalam penjelasannya tidak ditemukan pengertian terpisah dari kegiatan utama. Oleh karena itu harus mengartikan kalimat tersebut melalui pen-terjemahan secara harfiah.
Pekerjaan yang di-outsurce harus dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama dapat diartikan sebagai pekerjaan yang pengerjaannya/proses produksinya tidak dilakukan secara bersama-sama dengan bisnis utama perusahaan.45 Suatu per-usahaan yang memproduksi sepatu olah raga kegiatan utamanya diperusahan/pabrik adalah merangkai bahan sepatu satu demi satu sehingga menjadi satu unit sepatu yang bisa dipakai. Apabila bagian pekerjaan tertentu di-outsource oleh perusahaan kepada perusahaan lain, maka kegiatan tersebut harus dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama. Contoh bila yang di-outsource adalah makanan pekerja (catering), maka kegiatan tersebut harus dikerjakan secara terpisah dari kegiatan utama perusahaan, yakni merangkai bahan sepatu hingga menjadi satu unit sepatu yang bisa dipakai tersebut.
Secara bisnis, hal itu tentu bertujuan untuk mengurangi kese-merawutan atau melakukan penyederhana pekerjaan. Apabila pekerjaan tersebut dilakukan secara bersama-sama dengan kegiatan utama, maka dapat menimbulkan keruwetan yang luar biasa. Apalagi jika lokasi tempat kerja tidak memungkinkan. Pemisahan tersebut bermanfaat untuk meningkatkan fokus perusahaan dalam merancang produk yang paling unggul. Ke-mungkinan alasan lain adalah pemerintah mencoba menciptakan iklim usaha yang kondusif untuk merangsang lahirnya per-usahaan-perusahaan baru yang mandiri, yang mampu membuka lapangan kerja baru.
Secara legalitas, pemisahan tersebut dapat dipandang sebagai suatu strategi untuk menghindari tumpang tindih perizinan/ badan hukum perusahaan. Ketegasan perizinan juga akan berdampak pada penerimaan pajak yang diperoleh dari hasil kerja perusahaan. Dengan pemisahan melalui outsourcing suatu bagian pekerjaan tertentu dari pekerjaan utamanya, maka ke-mungkinan penyelewenangan akan dapat diminimalisir. 2. Dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari
pemberi pekerjaan
Prinsip dari pelaksanaan outsourcing adalah setiap pekerjaan yang diserahkan/diterima harus dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan pekerjaan yang di-outsource tersebut bisa dalam bentuk menghasilkan/membuat suatu produk tertentu atau menjalankan suatu pekerjaan tertentu.
Pelaksanaan suatu pekerjaan yang di outsource dapat dikerjakan di tempat penerima pekerjaan atau ditempat pemberi pekerjaan sesuai dengan sifat pekerjaan tersebut. Untuk pekerjaan yang sifatnya membuat suatu produk tertentu, misalnya baut kecil untuk pabrik perakitan mobil, kancing baju untuk pabrik garmen dan lain-lain, umumnya pengerjannya dilakukan di perusahaan outsourcing. Sedangkan untuk pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya melakukan suatu jasa tertentu, misalnya tugas-tugas penjagaan keamanan perusahaan dan jasa akuntan untuk menyusun laporan pembukuan, biasanya dikerjakan di tempat pemberi pekerjaan. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang di-outsource tersebut, maka pemberi pekerjaan dapat memberi komando secara langsung kepada penerima pekerjaan, tergantung dari sifat pekerjaan yang diserahkan. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang tempat penger-jaannya dilakukan ditempt pemberi pekerjaan, maka perintah dapat diberikan oleh pemberi pekerjaan secara langsung kepada pekerja outsourcing yang ditempatkan oleh penerima pekerjaan di perusahaan pemberi pekerjaan. Sedangkan untuk pekerjaan yang pengerjananya dilakukan di perusahaan penerima pekerjaan (perusahaan outsourcing), maka perintah bisa saja diberikan oleh pemberi pekerjaan melalui penerima pekerjaan.
Perintah tersebut sebenarnya merupakan penerjemahan dari kesepakatan yang telah dibuat dan ditandatangani oleh kedua belah pihak. Diperintah atau tidak, kedua belah pihak sudah seharusnya memenuhi segala kewajibannya serta menerima apa yang menjadi haknya.
3. Merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan Menurut penjelasan Pasal 66 ayat (1) UU No. 13 Tahun 2003, yang dimaksud dengan kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi adalah kegiatan di luar usaha pokok (cor-business), seperti usaha
penyedia makanan bagi pekerja/buruh (catering), tenaga pengamanan (security) jasa penunjang di pertambangan dan perminyakan, serta penyediaan angkutan pekerja/buruh. Sebagaimana dijelaskan di atas, tidak mungkin semua kegiatan perusahaan di-outsource kepada perusahaan lain. Untuk kegiatan inti, maka perusahaan harus memegang kendali, sehingga segela resep dan rahasia keunggulan produksi dapat tetap tersimpan. Sedangkan pekerjaan-pekerjaan seperti keamanan perusahaan catering dan lain-lain semua itu adalah kegiatan pendukung yang tidak memunyai hubungan langsung dengan bisnis utama, sehingga meskipun mengalami gangguan, bisnis utama masih tetap bisa berjalan.
4. Tidak menghambat proses produksi
Berkenan dengan sifat pekerjaan yang di-outsource adalah bukan pekerjaan utama, maka seandainya terjadi kendala pada pelaksanaan pekerjaan tersebut proses produksi tidak terhalang secara langsung.
Penentuan syarat bukan bisnis utama sangat bermanfaat untuk melindungi perusahaan dari permainan/kecurangan perusahaan penerima pekerjaan. Syarat ini berkaitan erat dengan pembatasan pekerjaan yang dapat di-outsource, yakni hanya pekerjaan di luar kegiatan utama perusahaan. Bisa dibayangkan bahaya kelang-sungan hidup suatu perusahaan seandainya yang di-outsource adalah pekerjaan utama. Pada saat produksi sedang berjalan, ternyata karena satu dan lain hal, penerima pekerjaan lalai menuhi kewajibannya. Kondisi demikian akan langsung me-matikan aktivitas perusahaan.46
Persyaratan 1 sampai 4 tersebut di atas merupakan persyaratan yang bersifat komulatif, artinya semua persyaratan harus ter-penuhi secara bersama-sama pada saat pelaksanaan kegiatan outsourcing. Tidak terpenuhinya salah satu syarat mengakibatkan pekerjaan yang di-outsource tidak dapat diserahkan kepada per-usahaan lain, atau seandainya sudah dilaksanakan akan menim-bulkan konsekuensi yuridis yang merugikan pemberi pekerjaan, khususnya berkaitan dengan tanggungjawab terhadap pekerja/
buruh. Dalam hal ini demi hukum hubungan kerja dengan pekerja outsourcing beralih dari penerima pekerjaan ke perusahaan pemberi pekerjaan (Pasal 66 ayat (8) UU No. 13 Tahun 2003).