3. Teori Dua Faktor ( Two Factor Theory)
2.4. Konsep Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio, psiko, sosio, spiritual yang komprehensif kepada individu, keluarga, masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia (Nursalam, 2007).
Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang langsung diberikan kepada pasien, pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan dengan menggunakan metodologi proses keperawatan dalam lingkup dan wewenang serta tanggung jawab keperawatan. Kegiatan yg dilakukan adalah dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan Dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan utama (primary health care) sesuai dengan wewenang, tanggung jawab dan etika profesi keperawatan yang memungkinkan setiap orang mencapai kemampuan hidup sehat dan produktif (Nursalam, 2007).
Keperawatan mempunyai karakteristik sebagai berikut (Nursalam, 2002) meliputi :
1. Profesional, yaitu terikat dengan pekerjaan seumur hidup yang merupakan sumber penghasilan utama.
2. Mempunyai motivasi yang kuat atau panggilan sebagai landasan bagi pemilihan karier profesionalnya, dan mempunyai komitmen seumur hidup yang mantap terhadap kariernya.
3. Memiliki kelompok ilmu pengetahuan yang mantap kokoh serta keterampilan khusus, yang diperolehnya melalui pendidikan dan latihan yang lama.
4. Mengambil keputusan demi pasiennya berdasarkan aplikasi prinsip dan teori keperawatan.
5. Beroriensi kepada pelayanan, menggunakan keahlian demi kebutuhan pasien.
6. Pelayanan yang diberikan kepada pasien didasarkan kepada kebutuhan obyektif pasien.
7. Mengetahui apa yang baik untuk pasien, dan mempunyai otonomi dalam mempertimbangkan tindakannya.
8. Membentuk perkumpulan profesi.
9. Mempunyai kekuatan dan status dalam bidang keahliannya, dan pengetahuan mereka dianggap khusus.
Sebagai pelaksana asuhan keperawatan di beberapa tatanan yang melakukan pelayanan/asuhan keperawatan professional, serta sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan maka perawat perlu membangun citra keperawatan sebagai suatu profesi, meletakkan peran pelayanan/asuhan keperawatan dalam pengembangan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, termasuk pada pelayanan/asuhan rumah sakit. Menerapkan standar profesional keperawatan pada pelaksanaan pelayanan/ asuhan
keperawatan, serta merealisasikan pelayanan keperawatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan (scientific nursing).
Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan adalah sebagai berikut (Nursalam, 2007) :
1. Peran perawat sebagai pelaksana, bertanggung jawab dalam memberi pelayanan perawatan, mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks kepada individu, kelompok dan masyarakat.
2. Peran perawat sebagai pengelola, perawat bertanggung jawab dalam administrasi pengelolaan pelayanan perawatan baik di masyarakat maupun di dalam institusi.
3. Peran perawat sebagai pendidik, perawat bertanggung jawab dalam pendidikan kesehatan/perawatan kepada pasien, keluarga, dan masyarakat.
4. Peran perawat sebagai peneliti, perawat melakukan penelitian keperawatan untuk mengembangkan ilmu dan praktek keperawatan serta ikut berperan secara aktif dalam kegiatan penelitian di bidang kesehatan.
Tanggung jawab perawat dalam memberikan asuhan keperawatan adalah sebagai berikut (Nursalam, 2007) :
1. Tanggung jawab terhadap pasien. Perawat dalam pengabdiannya bertanggung jawab kepada pasien dan kebutuhannya tanpa membedakan bangsa, suku, agama dan status sosial.
2. Tanggung jawab terhadap mutu pelayanan. Perawat bertanggung jawab pada mutu pelayanan keperawatan yang diberikan, jujur memegang rahasia jabatan dan mengutamakan kepentingan pasien diatas kepentingan pribadi.
3. Tanggung jawab terhadap profesi perawat. Perawat senantiasa harus menjunjung tinggi nama baik profesi dengan selalu meningkatkan kemampuan profesional dan menunjukkan perilaku dan pribadi luhur. 4. Tanggung jawab terhadap pemerintah, bangsa dan negara. Perawat
senantiasa mematuhi dan melaksanakan peraturan yang berlaku dan menyumbangkan pikiran kepada institusi dalam meningkatkan kesehatan kepada masyarakat.
Sedangkan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan adalah sebagai berikut (Nursalam, 2007) :
1. Fungsi mandiri artinya membantu individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat dalam melaksanakan kegiatan yang menunjang kesehatan atau penyembuhan atau menghadapi kematian
2. Fungsi pengobatan artinya perawat membantu individu, keluarga, dan masyarakat dalam melaksanakan rencana pengobatan yang ditentukan oleh dokter.
3. Fungsi kolaborasi artinya perawat sebagai anggota tim kesehatan, bekerja sama saling membentuk dan merencanakan pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, penyembuhan dan rehabilitasi.
Perawat mempunyai hak yang sama dengan yang umumnya diberikan masyarakat pada semua orang. Tetapi di samping itu, umumnya disepakati
bahwa para perawat juga mempunyai hak professional, hak-hak professional perawat sebagai berikut :
1. Hak menemukan martabat dalam ekspressi diri dan kemajuan diri melalui pemanfaatan kemampuan khusus dan latar belakang pendidikan. 2. Hak pengakuan andil perawat melalui penyediaan lingkungan
berpraktek, dan imbalan ekonomi professi yang wajar.
3. Hak memperoleh lingkungan kerja yang menekan serendah mungkin stress fisik serta emosi dan resiko kesehatan.
4. Hak mengontrol praktek professi dalam batas-batas hukum. 5. Hak menetapkan standar mutu perawatan.
6. Hak turut serta dalam penyusunan kebijaksanaan yang mempengaruhi bidang keperawatan.
7. Hak aksi sosial dan politik atas nama perawatan dan pembinaan kesehatan (Wolf, Weitzel, Fuerst,1984 dalam Nursalam, 2007).
Menurut Nursalam (2007), beberapa faktor yang memperlambat perkembangan perawat secara professional adalah sebagai berikut :
1. Antithetical terhadap perkembangan Ilmu Keperawatan; karena rendahnya dasar pendidikan profesi dan belum dilaksanakannya pendidikan keperawatan secara professional, perawat lebih cenderung untuk melaksanakan perannya secara rutin dan menunggu perintah dari dokter. Mereka cenderung untuk menolak terhadap perubahan ataupun sesuatu yang baru dalam melaksanakan perannya secara professional. 2. Rendahnya rasa percaya diri/harga diri (low self-confidence/self–
informasi dari klien. Perasaan rendah diri/kurang percaya dirinya tersebut timbul karena rendahnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kurang memadai serta sisitem pelayanan kesehatan Indonesia yang menempatkan perawat sebagai “second class citizen“. Dimana perawat dipandang tidak cukup memiliki kemampuan yang memadai dan kewenangan dalam pengambilan keputusan di bidang pelayanan kesehatan.
3. Kurangnya pemahaman dan sikap untuk melaksanakan riset keperawatan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, lebih dari 90 % perawat tidak melaksanakan perannya dalam melaksanakan riset. Hal ini disebabkan oleh pengetahuan/ketrampilan riset yang sangat kurang, keterbatasan waktu, tidak adanya anggaran karena policy yang tidak mendukung pelaksanaan riset.
4. Pendidikan keperawatan hanya difokuskan pada pelayanan kesehatan yang sempit; pembinaan keperawatan dirasakan kurang memenuhi sasaran dalam memenuhi tuntutan perkembangan zaman. Pendidikan keperawatan dianggap sebagai suatu obyek untuk kepentingan tertentu dan tidak dikelola secara profesional.
5. Rendahnya standar gaji bagi perawat; khususnya yang bekerja di instansi pemerintah dirasakan sangat rendah bila dibandingkan dengan Negara lain, baik di Asia ataupun Amerika. Keadaan ini berdampak terhadap kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang profesional.
2.4.1. Penilaian Kinerja Perawat
Menurut Swanburg (1987) dalam Nursalam (2007), penilaian kinerja adalah alat yang paling dapat dipercaya oleh manajer perawat dalam mengontrol sumber daya manusia dan produktivitas. Proses penilaian kinerja dapat digunakan secara efektif dalam mengarahkan perilaku pegawai dalam rangka menghasilkan jasa keperawatan dalam kualitas dan volume yang tinggi. Perawat manajer dapat menggunakan proses apraisal kinerja untuk mengatur arah kerja dalam memilih, bimbingan perencanaan karir, serta pemberian penghargaan kepada personal perawat yang kompeten.
Satu ukuran pengawasan yang digunakan oleh manajer perawat guna mencapai hasil organisasi adalah sistem penilaian pelaksanaan kerja perawat. Melalui evaluasi reguler dari setiap pelaksanaan kerja pegawai, manajer dapat mencapai beberapa tujuan. Hal ini berguna untuk membantu kepuasan perawat dan untuk memperbaiki pelaksanaan kerja mereka, memberitahukan perawat yang bekerja tidak memuaskan bahwa pelaksanaan kerja mereka kurang serta menganjurkan perbaikannya, mengidentifikasi pegawai yang layak menerima promosi atau kenaikan gaji, mengenal pegawai yang memenuhi syarat penugasan khusus, memperbaiki komunikasi antara atasan dan bawahannya serta menentukan pelatihan dasar untuk pelatihan karyawan yang memerlukan bimbingan khusus.
Dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan kepada pasien, digunakan standar praktek keperawatan yang merupakan pedoman bagi
perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Standar praktik keperawatan adalah norma atau penegasan tentang mutu pekaryaan seorang perawat yang dianggap baik, tepat, dan benar yang dirumuskan sebagai pedoman pemberian asuhan keperawatan serta merupakan tolak ukur dalam penilaian penampilan kerja seorang perawat. Standar penilaian praktik keperawatan merupakan standar penilaian kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Menurut Nursalam (2007), penilaian kinerja perawat baik apabila memenuhi ≥ 75% standar praktik keperawatan.
Standar praktik keperawatan telah disahkan oleh Menkes. RI dalam SK No. 660/Menkes/SK/IX/1987 yang kemudian diperbaharui dan disahkan berdasarkan SK Dirjen. Yanmed. Depkes. RI No. YM.00.03.2.6.7637, tanggal 18 Agustus 1993. Kemudian pada tahun 1996, Dewan Pimpinan Pusat PPNI menyusun standar praktek keperawatan yang mengacu dalam tahapan proses keperawatan, yang meliputi: (1) Pengkajian, (2) Diagnosis keperawatan, (3) Perencanaan, (4) Implementasi dan (5) Evaluasi.