• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP KUNCI PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT

Dalam dokumen Pengantar & dimensi-dimensi pendidikan (Halaman 87-91)

PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT

A. KONSEP KUNCI PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT

Bahwa manusia adalah makhluk yang tumbuh dan berkem-bang. Ia ingin mencapai suatu kehidupan yang optimal. Selama manusia barusaha untuk meningkatkan kehidupannya, baik dalam meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, sikap/nilai, maupun keterampilannya, secara sadar atau tidak sadar, maka selama itulah pendidikan masih berjalan terus.

Pendidikan sepanjang hayat merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia transforma-si, dan di dalam masyarakat yang saling mempengaruhi seperti saat globalisasi sekarang ini. Setiap manusia dituntut untuk me-nyesuaikan dirinya secara terus menerus dengan situasi baru.

Pendidikan sepanjang hayat merupakan jawaban terhadap kritik-kritik yang dilontarkan pada sekolah/madrasah. Sistem se-kolah/madrasah secara tradisional mengalami kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan perubahan kehidupan yang sangat ce-pat dalam abad terakhir ini, dan tidak dace-pat memenuhi kebutu-han-kebutuhan atau tutuntutan manusia yang makin meningkat. Pendidikan di sekolah/madrasah hanya terbatas pada tingkat pen-didikan dari sejak kanak-kanak sampai dewasa, tidak akan meme-nuhi persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan dunia yang ber-kembang sangat pesat. Dunia yang selalu berubah ini membutuh-kan suatu sistem yang fleksibel. Pendidimembutuh-kan harus tetap bergerak dan mengenal inovasi secara terus menerus (continue improve-ment).

kegiatan-ke-giatan pendidikan dianggap sebagai suatu keseluruhan. Seluruh sektor pendidikan merupakan suatu sistem yang terpadu. Konsep ini harus disesuaikan dengan kenyataan serta kebutuhan masya-rakat yang bersangkutan. Suatu masyamasya-rakat yang telah maju akan memiliki kebutuhan yang berbeda dengan masyarakat yang belum maju.

Apabila sebahagian besar masyarakat suatu bangsa masih yang banyak buta huruf, maka upaya pemeberantasan buta huruf di kalangan orang dewasa mendapat prioritas dalam sistem pen-didikan sepanjang hayat. Tetapi, di negara industri yang telah ma-ju pesat, masalah bagaimana mengisi waktu senggang akan mem-peroleh perhatian dalam sistem ini.Pendidikan bukan hanya ber-langsung di sekolah/madrasah. Pendidikan akan mulai segera se-telah anak lahir dan akan berlangsung sampai manusia meninggal dunia, sepanjang ia mampu menerima pengaruh-penga-ruh. Oleh karena itu, proses pendidikan akan berlangsung dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.

Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi proses perkembangan seorang individu sekaligus merupakan pe-letak dasar kepribadian anak. Pendidikan anak diperoleh terutama melalui interaksi antara orang tua-anak. Dalam berinteraksi den-gan anaknya, orang tua akan menunjukkan sikap dan perlakuan tertentu sebagai perwujudan pendidikan terhadap anaknya.

Pendidikan di sekolah/madrasah merupakan kelanjutan da-lam keluarga. Sekolah/madrasah merupakan lembaga tempat di-mana terjadi proses sosialisasi yang kedua setelah keluarga, se-hingga mempengaruhi pribadi anak dan perkembangan sosialnya. Sekolah/madrasah diselenggarakan secara formal. Disekolah/ madrasah anak akan belajar apa yang ada di dalam kehidupan, dengan kata lain sekolah/madrasah harus mencerminkan kehidu-pan sekelilingnya.

dari kehidupan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan per-kembangan budayanya.

Dalam kehidupan modern seperti saat ini, sekolah/ madra-sah merupakan suatu keharusan, karena tuntutan-tuntutan yang diperlukan bagi perkembangan anak sudah tidak memungkinkan akan dapat dilayani oleh keluarga. Materi yang diberikan di seko-lah/madrasah berhubungan langsung dengan pengembangan pri-badi anak, berisikan nilai moral dan agama, berhubungan lang-sung dengan pengembangan sains dan teknologi, serta pengem-bangan kecakapan-kecakapan tertentuyang langsung dapat dira-sakan dalam pengisian tenaga kerja.

Pendidikan di masyarakat merupakan bentuk pendidikan yang diselenggarakan di luar keluarga dan sekolah. Bentuk pendi-dikan ini menekankan pada pemerolehan pengetahuan dan kete-rampilan khusus serta praktis yang secara langsung bermanfaat dalam kehidupan di masyarakat. Phillip H. Coombs (Uyoh Sadul-loh, 1994: 65) mengemukakan beberapa bentuk pendidikan di masyarakat, antara lain: (1) program persamaan bagi mereka yang tidak pernah bersekolah atau putus sekolah; (2) program pemberantasan buta huruf; (3) penitipan bayi dan penitipan anak pra sekolah; (4) kelompok pemuda tani; (5) perkumpulan olah raga dan rekreasi; dan (6) kursus-kursus keterampilan.

Dengan demikian konsep pendidikan sepanjang hayat kata kuncinya dapat dipandang:

1. Konsep pendidikan seumur hidup diartikan sebagai tujuan atau ide formal untuk pengorganisasian dan penstrukturan pengalaman-pengalaman pendidikan. Pengalaman pendidi-kan sang anak tentang ilmu do’a yang ia peroleh haruslah ia bangunkan untuk pengejawantahan dan penerapan ilmu itu bagi dirinya dan keluarganya serta lingkungannya, sebab un-tuk sebuah ‘penerapan lah’ suatu ilmu dituntut.

belajar dan berkewajiban mengajar agar ia dapat ilmu baru karena mengajarkan ilmu, tidak hanya di sekolah/madrasah tapi juga dari orang-orang yang berpengalaman di bidang ilmu yang dibutuhkan.

3. Konsep pelajar seumur hidup, artinya bahwa saat tiap nafas yang ia tarik dan hembuskan padanya ada kewajiban pada peningkatan cara menghadapi dunia yang terus berkembang tidak dapat kecuali hanyalah dengan penambahan ilmu be-serta pengalaman kehidupan. Menjadikan tiap gerak dan langkah guna penambahan ilmu serta pengalaman itulah yang dimaksud dengan kesadaran bahwa ia adalah seorang peserta didik sepanjang hayat.

4. Konsep bahwa pendidikan sepanjang hayat merupakan tang-gungjawab pribadi seserang dari buaian sampai ke liang la-hat.

Dalam rangka mempertahankan kesuciannya (ftrah) seseo-rang dituntut untuk aktif dalam setiap kesempatan. Sementa-ra oSementa-rang tua dan keluarga serta lingkungan termasuk peme-rintah berkewajiban untuk memfasilitasi seseorang. Orang tua memasukkan anaknya ke sekolah/madrasah yang baik, pemerintah membangun sekolah/madrasah yang baik, ma-syarakatpun demikian mengawasi pelaksanaan Proses Bela-jar MengaBela-jar (PBM) pada sebuah sekolah/madrasah. Namun hakekat lebih luas dari itu, sekolah/madrasah bukan hanya lembaga pendidikan formal yang dialami tapi masyarakat atau tingkah dan pola pemerintah merupakan sekolah/mad-rasah yang tak ternilai harganya. Menjanga kesucian (ftrah) tadi adalah dengan mengakrabi tiap individu yang berkompe-ten dan berwenang, baik pada masyarakat, pemerintah dan keluarga.

5. Kurikulum yang membantu pendidikan sepanjang hayat, orang tua, masyarakat dan pemerintah perlu mendesain

se-buah kurikulum dan situasi dimana dengan masing-masing keduanya itu seorang individu bisa belajar bagaimana hidup dan menghadapi kehidupan masa sekarang begitu pula untuk tujuan di masa mendatang.

Dalam dokumen Pengantar & dimensi-dimensi pendidikan (Halaman 87-91)