• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.6 Konsep Metode Valuasi Ekonomi

Penentuan nilai ekonomi total maupun nilai kerusakan lingkungan digunakan pendekatan harga pasar maupun non pasar. Pendekatan harga pasar dapat menggunakan pendekatan produktivitas, pendekatan modal manusia atau dikenal dengan pendekatan nilai yang hilang, dan pendekatan biaya kesempatan (opportunity cost). Sedangkan pendekatan non-pasar dapat menggunakan metode nilai hedonis (hedonic price), metode biaya perjalanan (travel cost method), metode kesediaan membayar atau menerima (contingen valuation method), dan metode transfer benefit (benefit transfer) (Dhewanthi et al, 2007).

2.6.1 Pendekatan Produktivitas

Pendekatan produktivitas ini sebisa mungkin mengacu pada harga pasar sesungguhnya dalam pemberian harga barang sumberdaya alam dan lingkungan. Beberapa teknik yang dapat digunakan dalam pendekatan ini antara lain (Dhewanti et al, 2007):

1. Perubahan produktivitas

Nilai total dari sumberdaya dapat diketahui dengan mengambil nilai pasar dari suatu sumberdaya alam, serta menilai perubahan dalam kualitas lingkungan sehingga mengubah produktivitas dan biaya produksi yang kemudian mengubah harga dan hasil yang dapat diamati dan diukur.

2. Biaya pengganti (Replacement cost)

Teknik tersebut mengidentifikasi biaya pengeluaran untuk perbaikan lingkungan hingga mencapai bahkan mendekati keadaan semula. Biaya yang dihitung untuk menggantikan sumberdaya dan lingkungan yang rusak atau menurun akibat aktivitas-aktivitas manusia.

3. Biaya pencegahan (Prevention cost )

Teknik ini digunakan apabila nilai jasa lingkungan tidak dapat diduga nilainya, oleh karenanya pendekatan ini baik pengeluaran aktual maupun potensi pengeluarannya dapat dipakai. Nilai lingkungan yang dihitung atas upaya- upaya yang disiapkan masyarakat dalam pencegahan kerusakan lingkungan,

18

seperti pembuatan terrassering untuk upaya pencegahan erosi di daerah dataran tinggi.

2.6.2 Pendekatan Modal Manusia

Pendekatan modal manusia dapat menggunakan harga pasar sesungguhnya atau dengan harga bayangan. Pendekatan ini dapat dilakukan melalui beberapa teknik diantaranya (Dhewanthi et al, 2007):

1. Pendekatan pendapatan yang hilang

Pendekatan ini menghitung kerugian akibat pendapatan yang hilang karena perubahan fungsi lingkungan yang berdampak pada kesehatan manusia.

2. Biaya berobat

Pendekatan ini menghitung kerugian berdasarkan biaya yang dikeluarkan untuk mengobati kesehatannya akibat penurunan kualitas lingkungan.

3. Biaya penanggulangan

Pendekatan ini dapat digunakan apabila perubahan kualitas lingkungan tidak dapat diduga nilainya namun dapat dipastikan bahwa tujuan penanggulangannya penting.

2.6.3 Analisis Willingness to Accept (WTA) Masyarakat

Metode contingent valuation method (CVM) ini mengestimasi nilai ekonomi untuk berbagai macam ekosistem dan jasa lingkungan yang tidak memiliki harga pasar, misal jasa keindahan. Penggunaan metode ini melalui pendekatan kesediaan untuk membayar atau menerima ganti rugi agar sumberdaya alam tersebut tersebut kembali ke kondisi semula. Metode ini merupakan teknik untuk menyatakan preferensi karena tergantung dari penilaiaan orang-orang yang diwawancara. Pendekatan tersebut juga menunjukkan rasa kepedulian mereka dalam menilai suatu barang dan jasa lingkungan (Dhewanti et al, 2007).

Nilai kesediaan untuk menerima (willingness to accept) merupakan nilai yang bersedia diterima oleh masyarakat sebagai kompensasi atas penurunan kualitas sumberdaya alam. WTA merupakan bagian dari metode CVM yang akan digunakan dalam penelitian ini. Melalui tahapan ini akan didapatkan nilai WTA sebagai ganti rugi atas pencemaran akibat dari aktivitas pabrik gula terhadap

19 masyarakat. Penilaian akan dilakukan melalui tahapan-tahapan tersebut sehingga didapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian.

Asumsi-asumsi yang dibutuhkan dalam pengumpulan nilai willingness to accept (WTA) dari setiap responden sebagai berikut:

1. Responden adalah masyarakat yang bertempat tinggal di lokasi penelitian dan bersedia menerima dana kompensasi.

2. Nilai WTA yang diberikan merupakan nilai minimum yang bersedia diterima responden jika dana kompensasi yang diberikan benar-benar dilaksanakan. 3. Pabrik gula bersedia memberikan dana kompensasi atas penurunan kualitas

lingkungan.

4. Responden dipilih secara purposive dari populasi yang terkena dampak penurunan kualitas lingkungan dan merupakan perwakilan rumah tangga.

Besar kecilnya nilai willingness to accept (WTA) dapat diketahui dengan menggunakan pendekatan CVM. Pendekatan tersebut memiliki lima tahapan (Garrod dan Willis, 1999) yaitu: (1) membangun pasar hipotetis; (2) mengukur besaran WTA; (3) mengestimasi rataan WTA; (4) menduga kurva penawaran; (5) agregasi data. Menurut Hanley dan Spash (1993) ada enam tahapan, yaitu adanya penambahan evaluasi pelaksanaan CVM sebagai tahapan terakhir.

2.7 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini terkait estimasi nilai kerugian dan willingness to accept (WTA) masyarakat akibat eksternalitas negatif pernah dilakukan sebelumnya. Salah satunya Purnama (2012) mengkaji tentang estimasi nilai kerugian dan WTA dengan judul “Estimasi Nilai Kerugian dan Willingness to Accept Masyarakat Akibat Pencemaran Air Tanah dan Udara di Sekitar Kawasan Industri”. Tujuan penelitian tersebut selain mengidentifikasi kondisi responden sekitar, juga mengestimasi nilai kerugian masyarakat, mengestimasi nilai kompensasi yang bersedia diterima, dan mengkaji faktor-faktor yang memengaruhi besarnya kompensasi yang bersedia diterima. Dengan alat analisis deskriptif, metode valuasi ekonomi berupa biaya pengganti, biaya berobat, dan contingent valuation method (CVM) serta analisis berganda, hasil menunjukkan estimasi total rata-rata kerugian yang diterima masyarakat

20

Kelurahan Nanggewer sebesar Rp 154.708/bulan, nilai rata-rata WTA yang diinginkan responden sebesar Rp 275.000/bulan, serta faktor-faktor yang memengaruhi WTA yaitu jumlah tanggungan dan ada atau tidaknya upaya mengatasi pencemaran.

Penelitian yang dilakukan oleh Sianturi (2012) dengan judul “Eksternalitas Negatif dari Pencemaran Sungai Musi-Palembang terhadap Masyarakat Akibat Kegiatan Industri” juga menggunakan alat analisis berupa analisis deskriptif, CVM dan analisis regresi berganda. Hasil menunjukkan bahwa kuantitas air dan kualitas air di Sungai Musi kondisi buruk, besarnya nilai rata-rata WTA yang diinginkan responden adalah Rp 210.333,33/bulan, dan faktor-faktor yang memengaruhi besarnya nilai WTA yaitu jarak tempat tinggal, biaya pengeluaran air bersih, biaya kesehatan, usia, pekerjaan, wiraswasta, tingkat pendidikan, dan pendapatan.

Lain halnya dengan Shaffitri (2011) mengkaji internalisasi biaya eksternal dengan judul penelitian “Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu” menggunakan metode biaya produksi, biaya pengganti, perubahan produktivitas, dan CVM berupa WTP. Kesimpulan yang diperoleh bahwa biaya total sebelum internalisasi biaya eksternal diestimasi sebesar Rp 17.204.708/bulan, setelah internalisasi menjadi Rp 17.333.345/bulan, nilai manfaat ekonomi total dari internalisasi sebesar Rp 720.815.722/tahun, nilai ekonomi total dari internalisasi sebesar Rp 888.814.772/tahun, dan estimasi rataan WTP sebesar Rp 250.000/tahun.

Ketiga penelitian tersebut memiliki kesamaan dalam menggunakan konsep analisis berupa CVM untuk mengukur kesediaan menerima dana kompensasi maupun kesediaan membayar namun terdapat juga beberapa perbedaan antara lain perbedaan dari segi lokasi, tujuan, dan jenis kegiatan. Jenis kegiatan yang dikaji dalam penelitian ini adalah aktivitas pabrik gula yang beroperasi kembali sejak tahun 2008 sampai sekarang. Lokasi penelitian berada di Desa Cepiring, Kecamatan Cepiring, Kabupaten Kendal dimana tempat berdirinya pabrik tersebut sehingga masyarakat di desa tersebut merasakan eksternalitas negatif.

21

Dokumen terkait