• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jawaban sempurna = 50,

SISTEM PEMBAGIAN KEKUASAAN NEGARAREPUBLIK INDONESIA (PERTEMUAN I)

B. Konsep Pembagian Kekuasaan di Indonesia

Dalam sebuah praktik ketatanegaraan tidak jarang terjadi pemusatan kekuasaan pada satu orang saja, sehingga terjadi pengelolaan sistem pemerintahan yang dilakukan secara absolut atau otoriter. Maka untuk menghindari hal tersebut perlu adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan, sehingga terjadi control dan keseimbangan diantara lembaga pemegang kekuasaan. Dengan kata lain, kekuasaan legislatif, eksekutif maupun yudikatif tidak dipegangoleh satu orang saja. Apa sebenarnya konsep pemisahan dan pembagian kekuasaan itu? Mohammad Kusnardi dan Hermaily Ibrahim dalam bukunya yang berjudul Pengantar Hukum Tata Negara (1983:140) menyatakan bahwa istilah pemisahan kekuasaan (separation of powers) dan pembagian kekuasaan (divisions of power)

menganut mekanisme pemisahan kekuasaan adalah Amerika Serikat .Berbeda dengan mekanisme pemisahan kekuasaan, di dalam mekanisme pembagian kekuasaan, kekuasaan negara itu memang dibagi-bagi dalam beberapa bagian (legislatif, eksekutif dan yudikatif), tetapi tidak dipisahkan. Hal ini membawa konsekuensi bahwa diantara bagian-bagian itu dimungkinkan ada koordinasi atau kerjasama. Mekanisme pembagian ini banyak sekali dilakukan oleh banyak negara di dunia, termasuk Indonesia. Bagaimana konsep pembagian kekuasaan yang dianut Indonesia? Mekanisme pembagian kekuasaan di Indonesia diatur sepenuhnya di dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Penerapan pembagian kekuasaan di Indonesia terdiri atas dua bagian, yaitu pembagian kekuasaan secara horizontal dan pembagian kekuasaan secara vertikal.

1. Pembagian kekuasaan secara horizontal

Pembagian kekuasaan secara horizontal yaitu pembagian kekuasaan menurutfungsi lembaga-lembaga tertentu (legislatif, eksekutif dan yudikatif).BerdasarkanUUD Negara RepublikIndonesia Tahun 1945, secara horizontal pembagiankekuasaan negara di lakukan padatingkatan pemerintahan pusat dan pemerintahandaerah.Pembagian kekuasaan pada tingkatan pemerintahan pusat berlangsungantara lembaga-lembaga negara yang sederajat.Pembagian kekuasaan padatingkat pemerintahan pusat mengalami pergeseran setelah terjadinya perubahanUUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.Pergeseran yang dimaksud adalahpergeseran klasifikasi kekuasaan negara yang umumnya terdiri atas tiga jeniskekuasaan (legislatif, eksekutif dan yudikatif) menjadi enam kekuasaan negara,yaitu:

a) Kekuasaan konstitutif, yaitu kekuasaan untuk mengubah danmenetapkan Undang-Undang Dasar. Kekuasaan ini dijalankan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 3 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar.

sebagaimanaditegaskan dalam Pasal 20 ayat (1)UUD Negara Republik Indonesia Tahun1945 yang menyatakan bahwa Dewan PerwakilanRakyat memegangkekuasaan membentuk undang-undang.

d) Kekuasaan yudikatifatau disebut kekuasaankehakiman, yaitukekuasaan untuk menyelenggarakan peradilan gunamenegakkan hukum dankeadilan. Kekuasaan inidipegang oleh MahkamahAgung dan MahkamahKonstitusi sebagaimanaditegaskan dalam Pasal24ayat (2) UUD NegaraRepublik Indonesia Tahun1945 yang menyatakanbahwa Kekuasaankehakiman dilakukan olehsebuah Mahkamah Agungdan badan peradilan yangberada di bawahnya dalamlingkungan peradilanumum, lingkunganperadilan agama,lingkungan peradilanmiliter, lingkunganperadilan tata usahanegara, dan oleh sebuahMahkamah Konstitusi.

e) Kekuasaan eksaminatif/inspektif, yaitu kekuasaan yang berhubungan dengan penyelenggaraan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawabtentang keuangan negara. Kekuasaan ini dijalankan oleh Badan PemeriksaKeuangan sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 23 E ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri.

f) Kekuasaan moneter, yaitu kekuasaan untuk menetapkan dan melaksanakankebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran,serta memelihara kestabilannilai rupiah. Kekuasaan ini dijalankan oleh BankIndonesia selaku bank sentral di Indonesiasebagaimana ditegaskan dalamPasal 23 D UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945yang menyatakanbahwa negara memiliki suatu bank sentral yangsusunan, kedudukan,kewenangan, tanggung jawab, dan indepedensinya diatur dalam undang-undang.

Pembagian kekuasaan secara horizontal pada tingkatan pemerintahan daerah berlangsung antara lembaga-lembaga daerah yang sederajat, yaitu antara Pemerintah Daerah (KepalaDaerah/Wakil

Pembagian kekuasaan secara vertikal merupakan pembagian kekuasaan menurut tingkatnya, yaitu pembagian kekuasaan antara beberapa tingkatanpemerintahan. Pasal 18 ayat (1) UUDNegara Republik Indonesia Tahun 1945menyatakan bahwa Negara Kesatuan RepublikIndonesia dibagi atas daerah-daerahprovinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dankota, yangtiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang. Berdasarkan ketentuan tersebut, pembagian kekuasaan secara vertikal di negara Indonesia berlangsung antara pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah (pemerintahan provinsi dan pemerintahankabupaten/kota). Pada pemerintahan daerah berlangsung pula pembagian kekuasaan secara vertikal yang ditentukan oleh pemerintahan pusat. Hubungan antara pemerintahan provinsi dan pemerintahan kabupaten/kota terjalin dengan koordinasi, pembinaan dan pengawasan oleh Pemerintahan Pusat dalam bidang administrasi dan kewilayahan. Pembagian kekuasaan secara vertikal muncul sebagai konsekuensi asas desentralisasi di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan asas tersebut, Pemerintah Pusat menyerahkan wewenang pemerintahan kepada pemerintah daerah otonom (provinsi dan kabupaten/kota) untuk mengurus dan mengatur sendiri urusan pemerintahan di daerahnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat, yaitu kewenangan yang berkaitan dengan politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, agama, moneter dan fiskal. Hal tersebut ditegaskan dalam Pasal 18 ayat (5) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatak Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat.

Kelas/Semester : X/ 1 (satu)

Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Alokasi Waktu : 2 x 45 menit (1x pertemuan)

Standar Kompetensi : Nilai-nilai Pancasila dalam kerangka praktik penyelenggaraan Negara

A. Kompetensi Inti

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

3.1 Menganalisis nilai-nilai

Pancasila dalam

kerangka praktik penyelenggaraan pemerintahan negara.

3.1.1 Peserta didik mampu menganalisis macam-macam Sistem Pembagian Kekuasaan Negara.

3.1.2 Peserta didik mampu menganalisis konsep pembagian sistem kekuasaan

3.1.4 Peserta didik menganalisisklasifikasi Kementerian Negara Republik Indonesia dan Non Kementerian.