• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Pengembangan .1 Konsep Ruang dan Sirkulasi

BAB IV KONDISI UMUM

DAFTAR PUSTAKA

6.2 Konsep Pengembangan .1 Konsep Ruang dan Sirkulasi

Konsep ruang yang dikembangkan pada tapak penelitian merupakan hasil

overlay peta tematik yang menghasilkan peta komposit. Ruang yang akan dikembangkan pada tapak dibagi menjadi tiga, yaitu ruang wisata, ruang pendukung wisata, dan ruang konservasi yang kemudian dikembangkan sesuai peruntukannya yang tersaji dalam Gambar 28.

a. Ruang Wisata

Ruang wisata yang dikembangkan pada tapak dibagi menjadi ruang wisata pertanian dan ruang wisata non pertanian. Ruang wisata pertanian yang akan dikembangkan meliputi ruang wisata rambutan, ruang wisata padi sawah, ruang wisata palawija, ruang wisata pemijahan ikan dan ruang wisata pusat jual beli tanaman hias. Ruang wisata non pertanian yang akan dikembangkan ruang wisata anyaman lidi.

b. Ruang Pendukung Wisata

Ruang pendukung wisata pada tapak penelitian yang akan dikembangkan adalah ruang penerimaan, ruang pelayanan wisata, dan ruang masyarakat. Ruang penerimaan merupakan ruang untuk menyambut pengunjung, memberikan informasi mengenai agrowisata dan obyek wisata pada tapak kepada pengunjung. Ruang pelayanan wisata yang dikembangkan merupakan ruang yang disediakan untuk memberikan pelayanan kepada pengunjung dengan pengadaan fasilitas pendukung wisata. Kemudian untuk ruang masyarakat pada tapak penelitian yang

direncanakan adalah menjaga keberadaan ruang masyarakat yang ada dan kehidupan masyarakatnya. Hal ini diharapkan keberadaan agrowisata tidak mengganggu kehidupan masyarakat Gedongjetis.

c. Ruang Konservasi.

Ruang konservasi yang direncanakan pada tapak bertujuan untuk menjaga kualitas tanah dan air. Ruang konservasi difokuskan pada sekitar mata air dan batas tapak. Hal ini untuk menjaga kualitas lingkungan sekitar tapak dan menjaga eksistensi badan air di tapak.

Konsep sirkulasi wisata pada tapak yang akan dikembangkan dibagi menjadi sirkulasi primer dan sirkulasi sekunder. Sirkulasi primer yang direncanakan berupa jalur utama di dalam tapak yang menghubungkan sirkulasi di luar tapak dengan ruang penerimaan dan obyek rekreasi di dalam tapak. Sirkulasi sekunder pada tapak merupakan sirkulasi yang terdapat di setiap obyek wisata di dalam tapak. Konsep sirkulasi pada tapak dapat dilihat pada Gambar 29 dan Gambar 32.

6.2.2 Konsep Wisata

Konsep wisata pada tapak penelitian dibagi menurut aktivitas wisatanya menjadi wisata aktif dan wisata pasif. Wisata aktif yang dikembangkan adalah wisata edukatif yang melibatkan pengunjung berpartisipasi dalam kegiatan pertanian. Aktivitas wisata aktif yang dikembangkan pada tapak antara lain wisata edukasi rambutan, edukasi padi dan palawija, edukasi pemijahan ikan, belanja/panen buah rambutan, dan edukasi kerajinan anyaman lidi. Sedangkan wisata pasif yang dikembangkan merupakan rekreasi menikmati pemandangan lanskap alami yang aman dan nyaman. Aktivitas wisata pasif yang dikembangkan antara lain, piknik, jalan-jalan, dan bermain.

6.2.3 Konsep Fasilitas dan Utilitas

Fasilitas yang dikembangkan pada tapak disesuaikan dengan kebutuhan tapak dengan mengacu pada tujuan perencanaan tapak yakni menjadikan tapak sebagi tempat wisata pertanian yang edukatif. Pengembangan fasilitas pada tapak

diharapkan tidak mengganggu kondisi tapak yang ada dan dapat memberikan nilai fungsional. Pengadaan fasilitas pendukung wisata pada tapak memperhatikan kesesuaian bentuk, dapat memberikan nilai estetika, pemeliharaannya mudah, memberi kesan alami agar menyatu dengan karakter tapak. Fasilitas yang direncanakan antara lain fasilitas untuk beristirahat, fasilitas parkir, fasilitas untuk membersihkan diri, fasilitas untuk makan, fasilitas untuk bermain, dan fasilitas untuk beribadah. Pengadaan fasilitas pendukung pada tapak bertujuan untuk memberikan kemudahan, kelengkapan dan kenyamanan dalam kawasan agrowisata yang dikembangkan.

Pengembangan kawasan menjadi tempat agrowisata didukung pula dengan pengadaan sarana utilitas yang dibutuhkan tapak. Sarana utilitas yang dikembangkan pada tapak adalah suplai aliran listrik, dan penyediaan air bersih.

6.2.4 Konsep Vegetasi

Konsep vegetasi yang akan dikembangkan pada tapak dibagi menjadi tiga menurut fungsi yang diharapkan ada pada tapak, yaitu vegetasi produksi, vegetasi konservasi, serta vegetasi arsitektural dan estetika. Penjelasan konsep vegetasi secara spasial dapat dilihat pada Gambar 30 dan Gambar 32.

a. Vegetasi Produksi

Vegetasi yang menjadi obyek wisata yang dikembangkan pada tapak adalah rambutan, tanaman padi sawah, tanaman palawija, dan tanaman hias. Tanaman hias merupakan vegetasi introduksi yang akan dikembangkan pada tapak untuk menambah daya tarik wisatawan. Sedangkan tanaman padi sawah dan palawija merupakan tanaman eksisting pada tapak yang menjadi daya tarik wisata dengan jenis yang berubah mengikuti musim. Tanaman rambutan merupakan daya tarik utama pengembangan agrowisata pada tapak.

b. Vegetasi Konservasi

Vegetasi konservasi dalam perencanaan lanskap agrowisata Gedongjetis ini merupakan vegetasi yang dikembangkan pada dearah tepi sungai yang terletak di batas tapak sebelah utara dan selatan tapak. Pengadaan vegetasi konservasi ini untuk menjaga keseimbangan dan kenyamanan kawasan.

c. Vegetasi Arsitektural dan Estetika

Vegetasi untuk tujuan estetika yang dikembangkan pada tapak adalah vegetasi yang dapat memberikan efek visual kawasan yang lebih baik sehingga dapat menarik perhatian wisatawan untuk berkunjung ke tapak dan memberikan kenyamanan pengunjung. Tanaman yang digunakan adalah tanaman yang berfungsi sebagai tanaman penyangga, tanaman penaung, tanaman pembatas, tanaman pengarah, dan tanaman display.

6.3 Perencanaan Lanskap

Perencanaan lanskap merupakan tahap akhir dalam penelitian ini yang diperoleh dari hasil pengembangan konsep dalam bentuk block plan (Gambar 31). Tahap perencanaan menghasilkan gambar rencana lanskap (site plan) yang tersaji dalam Gambar 32 dan rencana tertulis. Perencanaan yang dilakukan diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas tapak dan membantu pemerintah dalam mengembangkan kawasan agrowisata pada tapak.

6.3.1 Rencana Ruang

Rencana ruang pada tapak penelitian merupakan pengembangan dari konsep ruang yang telah dibahas pada bab sebelumnya. Ruang yang dikembangkan pada tapak dibagi menjadi ruang wisata, ruang pendukung wisata, dan ruang konservasi. Penjabaran pembagian ruang pada tapak dapat dilihat pada Tabel 13 dan Gambar 32.

Tabel 13. Rencana Pembagian Ruang

No. Ruang Sub Ruang Luas (ha) Persentas

e (%)

1. Wisata

Sawah Budi Daya 81,4 50,3

Tanah Bengkok 10,6 6,5

Kebun Rambutan 20 12,4

Obyek Wisata Umum 1,4 0,9

2. Pendukung Wisata

Pelayanan (Area Parkir) dan

Penerimaan 0,1 0,1

Permukiman Masyarakat 39,2 24,2

Perkantoran dan Prasarana

Umum 1,8 1,2

3. Konservasi Konservasi Tepi Sungai 4,4 2,7

Konservasi Batas Tapak 2,8 1,7

6.3.2 Rencana Sirkulasi

Rencana sirkulasi pada tapak dibagi menjadi sirkulasi primer dan sirkulasi sekunder. Pembagian jalur sirkulasi yang dikembangkan dan spesifikasinya dapat dilihat pada Tabel 14 dan Gambar 32. Sirkulasi primer merupakan sirkulasi utama dalam tapak yang berfungsi sebagai jalur utama masuk tapak dan sebagai penghubung antar ruang di dalam tapak. Sirkulasi primer yang dikembangkan terbuat dari jalan aspal yang dapat dilalui kendaraan bermotor untuk kemudahan akses pengunjung ke tapak. Selain itu, jalan aspal memberi kesan rapi dan tidak menyilaukan. Pemeliharaan untuk jalan aspal juga relatif murah dan mudah, tidak mudah berdebu dan cepat kering (Chiara dan Koppelman, 1994).

Sirkulasi sekunder merupakan jalur sirkulasi yang menghubungkan jalur sirkulasi yang terdapat di dalam setiap obyek wisata. Sirkulasi sekunder dikembangkan dari jalan setapak yang tidak merusak kealamiahan tapak sehingga tidak menggunakan perkerasan, hanya berupa jalan setapak dari paving (con-blok) agar tidak merusak tanah di bawahnya. Jalur sirkulasi sekunder yang direncanakan pada tapak hanya diperuntukkan bagi pejalan kaki.

Tabel 14. Rencana Sirkulasi

No. Jenis Sirkulasi Bahan Dimensi

Panjang (km) Lebar (m)

1. Primer Aspal 13,8 3

2. Sekunder Con-blok 1,4 2

6.3.3 Rencana Vegetasi

Rencana vegetasi yang dikembangkan merupakan penjabaran lebih lanjut dari konsep vegetasi yang telah dijelaskan pada tahap pengembangan konsep. Jenis vegetasi alternatif yang dapat digunakan dapat dilihat pada Tabel 15 dan Gambar 32-34. Vegetasi yang digunakan harus memenuhi fungsi yang diharapkan, yaitu fungsi produksi, konservasi, penyangga, peneduh, pengarah dan estetika.

a. Vegetasi Produksi

Vegetasi produksi yang dikembangkan pada tapak adalah rambutan, tanaman padi sawah, dan tanaman palawija. Jenis rambutan yang dikembangkan disesuaikan dengan jenis yang banyak dikembangkan masyarakat yakni jenis

Rapiah, Binjai, dan Silengkeng. Sedangkan tanaman palawija yang dikembangkan adalah jagung, kedelai, dan kacang tanah.

b. Vegetasi untuk Konservasi

Vegetasi yang direncanakan untuk memenuhi fungsi konservasi akan ditanam di sekitar mata air dan di tepi sungai untuk menjaga keberadaan badan air. Tanaman yang berfungsi untuk konservasi memiliki ciri-ciri antara lain, memiliki tipe perakaran yang dalam, tingkat penguapan yang rendah, toleran terhadap iklim, dan minim dalam pemeliharaannya. Tanaman yang ditanam di sepanjang tepi sungai adalah bambu (Bambusa vulgaris) dan tanaman yang ditanam di sekitar mata air adalah sukun (Artocarpus communis) serta sengon (Albizia moluccana).

c. Vegetasi Pengarah

Vegetasi pengarah yang direncanakan dapat berfungsi untuk mengarahkan sirkulasi dan mengarahkan aliran angin, serta dapat pula sebagai peneduh. Tanaman yang dapat digunakan sebagai pengarah biasanya berupa tanaman perdu atau pohon yang memiliki ketinggian lebih dari 2 m. Tanaman yang digunakan sebagai pengarah ditanam secara massal atau berbaris, jarak tanam rapat, dan untuk tanaman perdu hendaknya digunakan tanaman yang daunnya berwarna hijau muda agar dapat terlihat pada malam hari. Tanaman pengarah yang dikembangkan akan ditanam di sepanjang jalur jalan di dalam tapak yakni menggunakan tanaman kayu putih (Melaleuca leucadendra) dan kayu manis (Cinnamomum burmanii), dan sepanjang jalur dari gerbang masuk hingga ruang penerimaan menggunakan tanaman pinang (Areca catechu) sebagai pengarah. d. Vegetasi Penyangga dan Peneduh

Vegetasi penyangga dapat berfungsi sebagai pembatas antara tapak dengan kawasan luar tapak, dapat berfungsi sebagai penahan angin, konservasi tanah dan air, menjaga keseimbangan ekologi, sebagai pengatur kelembaban, dan sebagai habitat satwa. Tanaman yang berfungsi sebagai penyangga menurut Nurisjah (1991) memiliki ciri-ciri, bertajuk rindang untuk menghasilkan keteduhan optimum, tipe perakaran tidak dangkal, tidak berbuah besar dan menarik, dan besar pohon tidak merusak sarana yang ada. Tanaman penyangga batas kawasan ditanam satu baris, tanaman yang digunakan untuk penahan angin adalah tanaman

biola cantik (Ficus lyrata) yang ditanam di batas tapak bagian utara, selatan, dan timur setelah baris tanaman konservasi sungai. Sedangkan tanaman pembatas kawasan yang ditanam pada batas tapak sebelah barat adalah mahoni (Swietenia mahogani).

Tanaman yang sebagai peneduh tempat parkir berfungsi untuk mengendalikan iklm mikro dan melunakkan perkerasan adalah tanaman yang dapat memberikan keteduhan dan naungan yang tidak penuh, tahan terhadap polutan kendaraan, tahan kering dan gangguan fisik lain, pertumbuhan tidak menyemak, tidak mudah patah dan tidak mengotori lahan parkir, buah tidak terlalu besar, ketinggian percabangan minimal 2,5 m dari permukaan tanah, perakaran tidak merusak perkerasan. Tanaman yang digunakan sebagai peneduh tempat parkir adalah pohon salam (Syzygium polyanthum) dan tanaman semak pada batas tempat parkir dengan jalan yaitu lidah mertua (Sansievera trifasciata ‘Laurentii’) dan bugenvil (Bougainvillea spectabilis). Tanaman peneduh pada obyek wisata dalam tapak menggunakan tanaman antara lain klengkeng (Nephellium longanum) dan sawo kecik (Manilkara kauki).

e. Vegetasi Estetika

Vegetasi estetika yang direncanakan pada tapak berfungsi untuk menciptakan suasana indah pada tapak. Keindahan yang diciptakan dapat diperoleh dari keunikan tanaman baik daun atau keseluruhan bagian tanaman, dari tipikal konfigurasi vegetasi secara linier atau geometrik pada ruang penerimaan dan ruang pelayanan pada tapak. Tanaman dengan fungsi estetika akan dikembangkan pada ruang penerimaan, ruang pelayanan, dan taman-taman. Tanaman yang digunakan adalah tanaman ground cover dan semak, antara lain serai wangi (Cymbopogon narsus), pandan variegata (Pandanus pygmaeus), dan tapak dara (Vinca rosea).

Tabel 15. Rencana Vegetasi

No. Nama Lokal Nama Latin Fungsi

Konservasi Pengarah Penyangga Estetika TANAMAN PENUTUP TANAH dan SEMAK

1. Rumput Paetan

Mini Axonopus compressus 'Dwarf'

2. Krokot Althernantera paronychioides

3. Bugenvil Bougainvillea spectabilis

4. Serai Wangi Cymbopogon narsus

5. Simbang Darah Excocaria bicolor

6. Kemuning Murraya paniculata

7. Kumis Kucing Orthosiphon aristatus

8. Pandan Wangi Pandanus amarylifolia

9. Pandan

Variegata Pandanus pygmaeus

10. Adam Hawa Rhoeo discolor

11. Lidah Mertua Sansievera trifasciata

'Laurentii'

12. Tapak Dara Vinca rosea

TANAMAN POHON

1. Sengon Albizia moluccana

2. Pinang Areca catechu

3. Sukun Artocarpus communis

4. Bambu Bambusa vulgaris

5. Kayu Manis Cinnamomum burmanii

6. Biola Cantik Ficus lyrata

7. Sawo Kecik Manilkara kauki

8. Kayu Putih Melaleuca leucadendra

9. Klengkeng Nephellium longanum

10. Mahoni Swietenia mahogani

11. Salam Syzygium polyanthum

6.3.4 Rencana Aktivitas Wisata

Aktivitas wisata yang dikembangkan pada tapak dibagi menjadi aktivitas wisata aktif dan aktivitas wisata pasif seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada bagian konsep wisata. Aktivitas wisata aktif dikembangkan dengan mengenalkan wisatawan pada kegiatan pertanian mulai dari pengenalan jenis vegetasi yang ditanam, proses penanaman, pemeliharaan, hingga proses pemanenan pada pertanian padi sawah, pertanian palawija, pertanian rambutan, dan perikanan. Wisatawan juga diajak untuk berpartisipasi dalam kegiatan pertanian dan perikanan tersebut. Selain ikut berpartisipasi dalam kegiatan pertanian dan perikanan, wisatawan juga dikenalkan dan dapat ikut belajar untuk membuat kerajinan anyaman lidi.

Aktivitas wisata pasif yang dikembangkan adalah berpiknik, jalan-jalan, dan bermain. Aktivitas berpiknik dapat dilakukan di bawah kerindangan kebun

rambutan yang akan lebih menarik apabila musim panen rambutan, atau dapat pula dilakukan pada obyek wisata umum yang telah disediakan hamparan rumput dengan beberapa pohon peneduh. Aktivitas jalan-jalan dapat dilakukan dengan berkeliling desa menikmati pemandangan Desa Gedongjetis atau juga dapat dilakukan dengan menyusuri pematang sawah yang disediakan saung di beberapa titik untuk tempat istirahat. Dan aktivitas bermain dapat dilakukan pada obyek wisata umum yang telah disediakan berupa hamparan rumput.

6.3.5 Rencana Fasilitas dan Utilitas

Rencana fasilitas yang dikembangkan pada tapak disesuaikan dengan kebutuhan fasilitas pada tapak dengan memanfaatkan potensi yang ada. Fasilitas yang direncanakan bertujuan untuk mendukung kegiatan yang dikembangkan pada tapak dan mendukung tujuan perencanaan pada tapak. Fasilitas yang direncanakan pada tapak dapat dilihat pada Tabel 16 dan Gambar 33-34.

Tabel 16. Rencana Fasilitas

No. Jenis Fasilitas Ukuran Satuan Jumlah

RUANG PENERIMAAN dan PELAYANAN

1. Pintu Gerbang 10 x 4 x 1 m 1

2. Loket Tiket 4 x 6 m 1

3. Area Parkir Kebun 80 dan 100 6

RUANG WISATA UMUM

1. Sawah Demo Budidaya 670 2

2. Joglo (Aula Berkumpul) 120 1

3. Pusat Hasil Produksi Pertanian 120 3

4. Kolam Ikan 200 5

5. Saung Belajar Anyaman 250 2

6. Pusat Penjualan Tanaman Hias 600 1

7. Area Piknik dan Bermain 300 5

8. Ruang Pengelola 20 2 9. Saung (Gazebo) 13 15 8. Pos Keamanan 20 5 9. Mushola 25 2 10. Kantin 30 2 11. Toilet 20 6

Rencana fasilitas yang dikembangkan pada ruang penerimaan adalah pintu gerbang dan loket tiket. Pintu gerbang merupakan gapura masuk tapak yang menjadi penanda tapak dari akses luar tapak. Gapura ini berada pada batas tapak sebelah barat yang tepat berada di tepi jalan raya lintas Klaten-Boyolali, sehingga

memudahkan wisatawan untuk menemukan keberadaan tapak. Setelah wisatawan melewati pintu gerbang akan menemui loket tiket masuk tapak. Pada loket tiket ini wisatawan akan diminta retribusi masuk tapak dan akan diperoleh informasi singkat mengenai tapak.

Rencana fasilitas pelayanan pada tapak untuk mendukung kenyamanan wisatawan dikembangkan pada obyek wisata umum dan adapula yang tersebar di beberapa titik pada tapak. Fasilitas pelayanan yang direncanakan pada obyek wisata umum adalah area parkir, pos keamanan (pos satpam), joglo sebagai aula berkumpul, toilet, kantin, mushola, dan ruang pengelola. Rencana fasilitas pelayanan yang tersebar di beberapa titik tapak adalah area parkir. Area parkir yang tersebar ini untuk memberikan kemudahan parkir wisatawan. Area parkir ini juga dimaksudkan untuk menjaga kelancaran sirkulasi pada tapak, sehingga dapat menjaga kenyamanan wisatawan pada waktu berwisata.

Rencana fasilitas pada ruang wisata umum merupakan fasilitas yang dikembangkan pada obyek sawah demo budidaya dan kolam demo budidaya, obyek saung belajar anyaman dan pusat hasil produksi pertanian, serta fasilitas pada sawah dan kebun. Fasilitas yang dikembangkan obyek sawah demo budidaya dan kolam demo budidaya adalah petakan sawah untuk demo budidaya padi sawah, petakan sawah untuk demo budidaya palawija, beberapa kolam untuk demo budidaya ikan dari proses pemijahan hingga menjadi ikan siap konsumsi, serta hamparan rumput untuk piknik, bermain, dan outbound (Gambar 33). Fasilitas yang dikembangkan pada obyek saung anyaman dan pusat hasil produksi pertanian adalah saung untuk belajar kerajinan anyaman lidi, pusat penjualan tanaman hias, pusat hasil produksi pertanian, pusat hasil produksi peternakan, pusat hasil kerajinan, dan hamparan rumput untuk piknik (Gambar 34). Fasilitas yang dikembangkan pada sawah dan kebun adalah saung (gazebo) sebagai tempat beristirahat wisatawan ketika berjalan-jalan melewati pematang, dan dapat pula sebagai tempat untuk menikmati pemandangan dan photo hunting.

Utilitas yang direncanakan pada penelitian ini meliputi penyediaan air bersih dan suplai aliran listrik. Penyediaan air bersih dapat dipenuhi dengan pengadaan sumur bor pada obyek wisata umum. Sedangkan suplai aliran listrik diperoleh dari PLN Kecamatan Tulung yang terdapat pada tapak sebelah barat.

6.3.6 Rencana Daya Dukung

Pengembangan agrowisata yang direncanakan pada tapak perlu memperhatikan faktor daya dukung tapak untuk wisata. Daya dukung merupakan konsep dasar yang dikembangkan untuk kegiatan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan yang lestari menurut ukuran kemampuannya (Nurisjah dkk, 2003). Daya dukung wisata pada tapak penelitian dinilai untuk memperoleh batas maksimal pengunjung dalam setiap harinya pada tapak untuk menghindari terjadinya lonjakan pengunjung pada tapak yang mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan. Boulon dalam Nurisjah (2003) mengemukakan rumus penghitungan daya dukung kawasan wisata alam sebagai berikut:

DD = Keterangan:

DD : Daya dukung kawasan (orang) A : Area yang digunakan wisatawan (m²) S : Standar rata-rata individu (500 m²/orang)

Daya dukung kawasan yang dinilai hendaknya mewakili setiap ruangnya. Pada perencanaan ini pengembangan ruang efektif untuk kegiatan rekreasi seluas 26,1 ha. Standar kebutuhan ruang untuk wisata alam dalam Bonanza (2008) adalah 500 m²/orang, sehingga daya dukung pada kawasan wisata pertanian ini adalah 522 orang per kunjungan. Nilai daya dukung ruang wisata menjadi batas maksimal pengunjung dalam satu kali kunjungan karena ruang ini menjadi tujuan utama wisatawan yang datang.

BAB VII PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Gedongjetis merupakan salah satu desa di Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten yang memiliki potensi keindahan alam berupa kebun rambutan. Potensi ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar Gedongjetis untuk berwisata sekaligus belanja buah rambutan. Wisatawan yang datang dapat langsung memetik buah rambutan yang masih segar langsung dari pohonnya. Namun potensi ini hanya berlangsung ketika musim rambutan, selain musim panen akan sepi. Untuk itu dilakukan perencanaan yang baik untuk menggiatkan wisata daerah ini.

Konsep dasar perencanaan lanskap di Desa Gedongjetis adalah menjadikan kawasan sebagai tempat wisata pertanian dengan obyek wisata utamanya kebun rambutan, padi sawah, palawija, perikanan, dan kerajinan anyaman lidi dengan menonjolkan karakter lanskap alami tapak dalam suasana pertanian pedesaan yang dilengkapi dengan fasilitas pelayanan pendukung wisata. Wisata yang dikembangkan tidak hanya memetik dan belanja rambutan tetapi lebih ditingkatkan lagi fungsinya sebagai agrowisata dengan menyediakan fasilitas dan utilitas yang menunjang kegiatan wisata. Luas total tapak yang direncanakan adalah 161,7 ha yang meliputi satu desa dengan sepuluh dusun.

Ruang yang dikembangkan dalam perencanaan ini adalah keseluruhan luas tapak yaitu 161,7 ha, dengan ruang penerimaan dan pelayanan seluas 0,1 ha, ruang wisata umum 1,4 ha, ruang konservasi 7,2 ha, dan sisanya adalah persawahan dan permukiman. Kegiatan wisata yang dikembangkan pada tapak dibedakan menjadi dua, yakni wisata pertanian dan wisata non pertanian. Kegiatan wisata pertanian yang dikembangkan adalah mengenal tanaman rambutan, mengenal tanaman padi dan palawija, mengenal ikan konsumsi dan belajar pemijahan, beserta kegiatan budi dayanya. Wisata non pertanian yang direncanakan adalah belajar kerajinan anyaman lidi, menikmati pemandangan, piknik, dan bermain.

Vegetasi yang direncanakan dibagi atas fungsinya, yaitu fungsi budidaya, fungsi konservasi, fungsi pengarah, fungsi penyangga, dan fungsi estetika. Jalur sirkulasi pada tapak penelitian dibedakan menjadi jalur sirkulasi primer dan jalur sirkulasi sekunder untuk memudahkan dan memberi kenyaman pengunjung. Fasilitas yang dikembangkan pada tapak meliputi jalur sirkulasi, pos keamanan, hamparan rumput untuk piknik dan bermain, saung, loket tiket, tempat parkir, toilet, mushola, kios makanan, dan kios cinderamata. Utilitas yang direncanakan adalah penyediaan air bersih dari sumur bor dan suplai aliran listrik dari PLN Cabang Tulung. Kapasitas maksimal tapak dalam menampung wisatawan adalah 522 orang dalam setiap satu kali kunjungan.

7.2 Saran

a. Adanya pengembangan program-program dan atraksi wisata yang dapat menarik minat pengunjung.

b. Kerja sama antar pihak yang terkait hendaknya diperbaiki dan ditingkatkan demi tercapainya keberhasilan pengembangan kawasan agrowisata pada tapak.

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN AGROWISATA

Dokumen terkait